Anda di halaman 1dari 84

Djoti Atmodjo

RUMAH
SAKIT Patuh Pada
Peraturan
Perundang-Undangan

Menyelenggarakan RS menuju
standar internasional
4
STANDAR AKREDITASI
STARKES 2022

Membangun sistem

Tata Kelola Rumah Sakit


Tata Kelola Klinis
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH
SAKIT

Pasal 29
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : a s/d
t
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik
secara regional maupun nasional;
(2) Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan sanksi admisnistratif berupa:
a. teguran;
b.teguran tertulis; atau
c.denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2018
TENTANG
KEWAJIBAN RUMAHSAKIT DANKEWAJIBAN PASIEN

Pasal 2
(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : a s/d t
p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional;
Pasal 20
Program pemerintah dibidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. imunisasi Dasar;
b. keluarga berencana;
c. inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif;
d. penyediaan ruang menyusui;
e. program penanggulangan penyakit, antara lain tuberkulosis, HIV/AIDS,
malaria;
f. pelayanan darah;
g. rujukan kasus gizi berat;
h. sistem penanggulangan gawat darurat terpadu;
i. penggunaan alat kesehatan dengan mengutamakan produk dalam
negeri: dan
j. program pemerintah bidang kesehatan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
9
SEM I L
A

10
Regulasi Mengacu Peraturan
Perundangan-
undangan

Bum
I ktpi

Ilmempleemntesi
anstai

Dokumen Rekam Medis

Dokumen Non Rekam

Medis Observasi

Wawancara & Simulasi


PROGRAM
NASIONAL
 SASARAN I
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi
 SASARAN II
Penurunan Angka Kesakitan
Tuberkulosis/TBC
 SASARAN III
Penanggulangan HIV/AIDS
 SASARAN IV
Penurunan prevalensi stunting dan wasting
 SASARAN V
Pelayanan Keluarga Berencana
Program
Nasional
BAB
Prognas 1
URAIAN
Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam dan 7 (tujuh) hari seminggu
Prognas 1.1 Untuk meningkatkan efektifitas sistem rujukan maka Rumah sakit melakukan pembinaan kepada jejaring
fasilitas Kesehatan rujukan yang ada.
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
Prognas 2.1 Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan.
Prognas 2.2 Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya pengendalian faktor risiko
tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan.
Prognas 3 Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi stunting dan wasting
Prognas 4.1 Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta penguatan jejaring
rujukan kepada rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
Prognas 5 Rumah sakit melaksanakan program pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi di rumah
sakit beserta pemantauan dan evaluasinya.
Prognas 5.1 Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk penyelenggaraan pelayanan keluarga dan kesehatan
reproduksi.
Program
Nasional
STANDAR
Prognas 1
URAIAN
Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam dan 7 (tujuh) hari seminggu

EP 1 Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pelaksanaan PONEK 24 jam.


EP 2 Terdapat Tim PONEK yang ditetapkan oleh rumah sakit dengan rincian tugas dan
tanggungjawabnya.
EP 3 Terdapat program kerja yang menjadi acuan dalam pelaksanaan program PONEK
Rumah Sakit sesuai maksud dan tujuan.
EP 4 Terdapat bukti pelaksanaan program PONEK Rumah Sakit.

EP 5 Program PONEK Rumah Sakit dipantau dan dievaluasi secara rutin.

Prognas 1.1 Untuk meningkatkan efektifitas sistem rujukan maka Rumah sakit melakukan
pembinaan kepada jejaring fasilitas Kesehatan rujukan yang ada
EP 1 Rumah sakit menetapkan program pembinaan jejaring rujukan rumah sakit.

EP 2 Rumah sakit melakukan pembinaan terhadap jejaring secara berkala.

EP 3 Telah dilakukan evaluasi program pembinaan jejaring rujukan.


Program
Nasional
STANDAR
Prognas 2
URAIAN
Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis

EP 1 Rumah sakit menerapkan regulasi tentang pelaksanaan penanggulangan


tuberkulosis di rumah sakit.
EP 2 Direktur menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta program kerjanya.

EP 3 Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans dan upaya pencegahan


tuberkulosis
EP 4 Tersedianya laporan pelaksanaan promosi Kesehatan.

Prognas 2.1 Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan tuberkulosis sesuai
peraturan perundang-undangan
EP 1 Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 2 Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien tuberkulosis paru
dewasa maka rumah sakit harus memiliki ruang rawat inap yang memenuhi
pedoman pencegahan danpengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 3 Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
Program
Nasional
STANDAR
Prognas 2.2
URAIAN
Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan upaya pengendalian
faktor risiko tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan
EP 1 Rumah sakit telah menerapkan kepatuhan staf medis terhadap panduan
praktik klinis tuberkulosis.
EP 2 Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan Obat Anti Tuberkulosis.

EP 3 Rumah sakit melaksanakan pelayanan TB MDR (bagi rumah sakit rujukan TB MDR).

EP 4 Rumah sakit melaksanakan pencatatan dan pelaporan kasus TB Paru


sesuai ketentuan.
Program
Nasional
STANDAR
Prognas 3
URAIAN
Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan
perundang- undangan
EP 1 Rumah sakit telah melaksanakan kebijakan program penanggulangan HIV/AIDS
sesuai ketentuan perundangan.
EP 2 Rumah sakit telah menerapkan fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
EP 3 Rumah sakit melaksanakan pelayanan PITC (Provider Initiated Testing and
Counselling) dan PMTC (Prevention of Mother to Child HIV Transmission)
EP 4 Rumah sakit memberikan pelayanan ODHA dengan faktor risiko IO.

EP 5 Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan ART.

EP 6 Rumah sakit melakukan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan


HIV/AIDS.
Program
Nasional
STANDA
R
Prognas
URAIA
N prevalensi stunting dan
Rumah Sakit melaksanakan program penurunan
4 wasting
EP Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan program
1 gizi.
Terdapat tim untuk program penurunan prevalensi stunting dan wasting di
EP
2 rumah sakit.
EP Rumah sakit telah menetapkan sistem rujukan untuk kasus gangguan gizi yang
3 perlu
penanganan
Prognas lanjut.
Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta
4.1 penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP di
wilayahnya serta rujukan masalah gizi.
EP Rumah sakit membuktikan telah melakukan pendampingan intervensi dan
1 pengelolaan gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas
di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah
gizi.
EP Rumah sakit telah menerapkan sistem pemantauan dan evaluasi, bukti
2 pelaporan, dan analisis.
Program
Nasional
STANDAR
Prognas 5
URAIAN
Rumah sakit melaksanakan program pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi di rumah sakit beserta pemantauan dan evaluasinya
EP 1 Rumah sakit telah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan PKBRS.
EP 2 Terdapat tim PKBRS yang ditetapkan oleh direktur disertai program kerjanya.

EP 3 Rumah sakit telah melaksanakan program KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.

EP 4 Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS.

Prognas 5.1 Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk penyelenggaraan pelayanan keluarga
dan kesehatan reproduksi
EP 1 Rumah sakit telah menyediakan alat dan obat kontrasepsi dan sarana
penunjang pelayanan KB.
EP 2 Rumah sakit menyediakan layanan konseling bagi peserta dan calon peserta
program
KB.
EP 3 Rumah sakit telah merancang dan menyediakan ruang pelayanan KB yang
memadai.
Djoti -
Atmodjo
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1051/MENKES/SK.XI/2008
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN OBSTETRI NEONATAL
EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM DI RUMAH
SAKIT

23
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2021
TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

24
Pasal 4

Target Eliminasi TBC pada tahun 2030:


a. penurunan angka kejadian (incidence ratel TBC menjadi 65
(enam puluh lima) per 100.000 (seratus ribu) penduduk; dan
b. penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 (enam)
per
100.000 (seratus ribu) penduduk.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2016
TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

26
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2013
TENTANG
PENANGGULANGAN HIV/AIDS

27
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 72 TAHUN 2021
TENTANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

28
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK

29
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

30
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 87 TAHUN 2014
TENTANG
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN
KELUARGA, KELUARGA BERENCANA, DAN SISTEM
INFORMASI KELUARGA

32
Pasal 1
8. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
 Regulasi tentang pelayanan PONEK 24 jam
 Regulasi tentang pelayanan HIV/AIDS
 Regulasi tentang penanggulangan tuberkulosis
 Regulasi tentang pelayanan gizi rumah sakit
 Regulasi tentang keluarga berencana rumah sakit

35
1) Rencana kegiatan pelayanan PONEK
2) Rencana kegiatan penanggulangan HIV/AIDS
3) Rencana kegiatan penanggulangan tuberkulosis
4) Rencana kegiatan program gizi
5) Rencana kegiatan menurunkan
prevalensi stunting dan wasting
6) Rencana kegiatan pelayanan
keluarga berencana rumah sakit

36
37
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 001 TAHUN 2012
TENTANG
SISTEM
RUJUKAN

38
Pasal 12
(1) Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau
keluarganya.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien dan/atau keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga
kesehatan yang berwenang.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
meliputi:
a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;
b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;
d. transportasi rujukan; dan
e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.

39
PMK 001/2012
Penjelasan
dan
persetujuan

Setuj Menolak (MAM)


u

40
STANDAR EP URAIAN
AKP 5.4 1 Regulasi tentang rujukan

2 Sesuai dengan kebutuhan kesinambungan asuhan pasien

3 Memastikan bahwa fasilitas kesehatan yang menerima dapat


memenuhi kebutuhan pasien
4 Kerjasama dengan RS rujukan

AKP 1.1 3 Pasien distabilkan sebelum dirujuk


AKP 5.6 1 Form rujukan berisi nama dari fasilitas pelayanan kesehatan yang
menerima dan nama orang yang menyetujui menerima pasien
AKP 5.6 2 Form rujukan memuat alasan pasien dirujuk, memuat kondisi pasien, dan
kebutuhan pelayanan lebih lanjut
AKP 5.6 3 Form rujukan memuat prosedur dan intervensi yang sudah dilakukan

41
STANDAR EP URAIAN
AKP 5.5 1 Staf yang bertanggung jawab dalam pengelolaan rujukan
2 Selama proses rujukan ada staf yang kompeten sesuai dengan kondisi
pasien yang selalu memantau
3 Ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan, dan
peralatan medis sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien selama proses
rujukan
4 Proses serah terima pasien antara staf pengantar dan yang menerima

42
STANDAR EP URAIAN
AKP 5.2 1 Regulasi tentang MA M

HPK 2.1 2 Informasi kepada pasien dan keluarga mengenai hak mereka untuk
menolak atau menghentikan terapi, konsekuensi dari keputusan yang
dibuat
AKP 5.2 2 Pemberian informasi kepada pasien tentang risiko medis akibat M AM

AKP 5.2 5 Dokumentasi rumah sakit melakukan pengkajian untuk mengetahui alasan
pasien keluar rumah sakit apakah permintaan sendiri, menolak asuhan
medis

43
SASARAN I

PENINGKATAN KESEHATAN
I BU D A N B AY I
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI

STANDAR
URAIAN Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam dan 7 (tujuh)
Prognas
1 hari seminggu
EP 1 Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pelaksanaan
PONEK 24 jam.
EP 2 Terdapat Tim PONEK yang ditetapkan oleh rumah sakit
dengan rincian tugas dan tanggungjawabnya.
EP 3 Terdapat program kerja yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan
program PONEK Rumah Sakit sesuai maksud dan tujuan.
EP 4 Terdapat bukti pelaksanaan program PONEK Rumah Sakit.

EP 5 Program PONEK Rumah Sakit dipantau dan dievaluasi


secara rutin.
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI

STANDAR URAIAN
Progna Untuk meningkatkan efektifitas sistem rujukan maka Rumah
s 1.1 sakit melakukan pembinaan kepada jejaring fasilitas Kesehatan
rujukan yang ada
EP 1 Rumah sakit menetapkan program pembinaan jejaring
rujukan rumah sakit.
EP 2 Rumah sakit melakukan pembinaan terhadap jejaring
secara berkala.
EP 3 Telah dilakukan evaluasi program pembinaan jejaring rujukan.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1051/MENKES/SK.XI/2008
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN OBSTETRI NEONATAL
EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM DI RUMAH
SAKIT

47
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1051/MENKES/SK.XI/2008
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN OBSTETRI NEONATAL
EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM DI RUMAH
SAKIT
Djoti -
Atmodjo
Djoti -
Atmodjo
Djoti -
Atmodjo
SASARAN I I

PENURUNAN A N G K A
K E S A K I TA N TUBERKULOSIS
PENURUNAN A N G K A K ES AKI TAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Prognas 2 Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis
EP 1 Rumah sakit menerapkan regulasi tentang
pelaksanaan penanggulangan tuberkulosis di rumah
EP 2 Direktur
sakit. menetapkan tim TB Paru Rumah sakit beserta
program kerjanya.
EP 3 Ada bukti pelaksanaan promosi kesehatan, surveilans
dan upaya pencegahan tuberkulosis
EP 4 Tersedianya laporan pelaksanaan promosi kesehatan.

KE 1 EP 3 Program Kerja Organisasi


PKRS
Standar
3
Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan tuberkulosis di
rumah sakit beserta monitoring dan evaluasinya melalui kegiatan:
a) promosi kesehatan;
b) surveilans tuberkulosis;
c) pengendalian faktor risiko;
d) penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis;
e) pemberian kekebalan; dan
f) pemberian obat pencegahan.
1. Ada bukti pelaksanaan D 1) Bukti pelaksanaan program 10 TL
promosi promosi kesehatan :
5 T
kesehatan, surveilans dan a) Terkait
upaya pencegahan tuberculosis penanggulangan 0 S
tuberkulosis
T
b) Materi edukasi upaya
penanggulangan T
tuberkulosis
c) Laporan pelaksanaan
edukasi upaya
penanggulangan
tuberculosis
d) Bukti pelaksanaan
surveilans tuberkulosis
W serta laporan
data surveilans
tuberkulosis dan
analisisnya

 Ketua/anggota TIM TB Paru


 Ketua/staf PKRS
 IPCN
PENURUNAN A N G K A K ES AKI TAN TUBERKULOSIS

STANDAR URAIAN
Progna Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana
s 2.1 pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan
EP 1 Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
tuberkulosis.
EP 2 Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi
pasien tuberkulosis paru dewasa maka rumah sakit harus
memiliki ruang rawat inap yang memenuhi pedoman
pencegahan
danpengendalian infeksi tuberkulosis.
EP 3 Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang
memenuhi pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
tuberkulosis.
Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tuberkulosis
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Jakarta, Mei 2012 i
Standar 3.2
Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan
perundang-undangan.
Elemen Penilaian Standar 3.2
1. Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi tuberkulosis. (O,W)
2. Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien tuberkulosis paru
dewasa maka rumah sakit harus memiliki ruang rawat inap yang memenuhi pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis. (O,W)
3. Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi tuberkulosis. (O,W)
4. Tersedia ruang laboratorarium tuberkulosis yang memenuhi pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi tuberkulosis. (O,W)
Standar 3.3
Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan
tuberkulosis dan upaya pengendalian faktor risiko
tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan.
SASARAN I I I

PENURUNAN A N G K A
K E S A K I TA N
HIV/AIDS
PENURUNAN A N G K A KESAKI TAN H I V / A I D S
STANDAR URAIAN
Prognas 3 Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
EP 1 Rumah sakit telah melaksanakan kebijakan program HIV/AIDS
sesuai ketentuan perundangan.
EP 2 Rumah sakit telah menerapkan fungsi rujukan HIV/AIDS pada
rumah sakit sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
EP 3 Rumah sakit melaksanakan pelayanan PITC dan PMTC.
EP 4 Rumah sakit memberikan pelayanan ODHA dengan faktor
risiko IO.
EP 5 Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan Anti
Retro Viral (ART).
EP 6 Rumah sakit melakukan pemantauan dan evaluasi program
penanggulangan HIV/AIDS.
Rumah sakit dalam melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai standar pelayanan bagi rujukan
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan satelitnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Meningkatkan fungsi pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
2) Meningkatkan fungsi pelayanan Antiretroviral Therapy (ART) atau bekerjasama dengan rumah sakit
yang ditunjuk.
3) Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO).
4) Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan factor resiko Injection Drug Use (IDU).
5) Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang yang meliputi pelayanan gizi, laboratorium dan radiologi,
pencatatan dan pelaporan.
Elemen Penilaian Prognas 3 Telusur Skor
1. Rumah sakit telah melaksanakan D Bukti pelaksanaan tentang program 10 TL
kebijakan program HIV/AIDS penanggulangan HIV/AIDS
5 TS
sesuai ketentuan perundangan.
W  Pimpinan RS 0
 Kepala bidang/divisi/bagian T
T
 Kepala unit pelayanan
2. Rumah sakit telah menerapkan fungsi D 1) Bukti pelaksanaan rujukan 10 TL
rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit ke
5 TS
sesuai dengan kebijakan yang fasilitas pelayanan kesehatan
berlaku. 2) Bukti daftar pasien 0
HIV/AIDS yang dirujuk T
3) Bukti kerjasama dengan T
fasilitas pelayanan kesehatan
W rujukan
 Kepala bidang/divisi/bagian
 Kepala unit pelayanan
3. Rumah sakit melaksanakan D Bukti laporan tentang 10 TL
pelayanan PITC dan PMTC. pelaksanaan pelayanan
5 TS
yang meliputi PITC dan
PMTCT. 0
W
T
 Kepala
bidang/divisi/bagian T
 Kepala unit pelayanan
4. Rumah sakit memberikan D Bukti laporan tentang 10 TL
pelayanan ODHA dengan pelaksanaan pelayanan
5 TS
factor risiko IO. ODHA
dengan factor risiko IO. 0
W
T
 Kepala
bidang/divisi/bagian T
 Kepala unit pelayanan
5. Rumah sakit merencanakan dan D 1) Bukti dokumen perencanaan 10 TL
mengadakan penyediaan Anti obat anti retro viral 5 TS
Retro Viral (ART). 2) Daftar obat anti retro viral
3) Daftar pasien yang 0
diberikan obat anti retro T
viral T
W
 Kepala bidang/divisi/bagian
 Kepala Instalasi/unit farmasi
 Kepala unit pelayanan
6. Rumah sakit melakukan D Bukti tentang pelaksanaan 10 TL
pemantauan dan evaluasi pemantauan dan hasil 5 TS
program penanggulangan evaluasi pelaksanaan
0
HIV/AIDS. program
penanggulangan HIV/AIDS T
W
T
 Kepala bidang/divisi/bagian
 Kepala unit pelayanan
DOKUMEN TIM

Komite Medik Komite Komite Etik


Keperawat
an
Komite Mutu Komite K3 Komite PPI
& KP

Komite Rekam Tim Farmasi Komite PKRS


Medis danTerapi

Tim PONEK Tim PPRA


66
616.979

Ind

P
SASARAN I V

PENURUNAN PREVALENSI
STUNTING D A N WASTING
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING
STANDAR URAIAN
Prognas 4 Rumah Sakit melaksanakan program penurunan prevalensi
stunting dan wasting
EP 1 1. Rumah sakit telah menetapkan kebijakan
tentang
pelaksanaan program gizi.
EP 2 1. Terdapat tim untuk program penurunan prevalensi stunting
dan wasting di rumah sakit.
EP 3 1. Rumah sakit telah menetapkan sistem rujukan untuk kasus
gangguan gizi yang perlu penanganan lanjut.
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING
STANDAR URAIAN
Prognas 4.1 Rumah Sakit melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan
pengelolaan gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada
rumah sakit kelas di bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta
rujukan masalah gizi
EP 1 1. Rumah sakit membuktikan telah melakukan
pendampingan intervensi dan pengelolaan gizi serta
penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit kelas di
bawahnya dan FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah
gizi.
EP 2 1. Rumah sakit telah menerapkan sistem pemantauan dan
evaluasi, bukti pelaporan dan analisa.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 72 TAHUN 2021
TENTANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

71
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah
standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK

73
Stunting adalah kondisi kurang gizi di 1000 hari pertama kehidupan
bayi yang berlangsung lama sehingga menyebabkan perkembangan
otak terhambat, begitu pula tumbuh kembangnya.
Ciri-ciri yang paling nampak adalah tubuh anak lebih pendek dari anak
seusianya. Jika diukur menggunakan kurva pertumbuhan panjang
badan/tinggi badan berdasar usia (TB/U) dari WHO (Organisasi
Kesehatan Dunia), anak dianggap stunting bila hasil plot panjang
badan/tinggi badan di usia anak saat ini berada di bawah –2 SD
(Standar Deviasi).
Pasal 2
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan
panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U);
b.Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U);
c.Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB); dan
d.Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Pasal 3
Standar Antropometri Anak wajib digunakan sebagai acuan bagi tenaga
kesehatan, pengelola program, dan para pemangku kepentingan terkait untuk
penilaian:
a. status gizi anak; dan
b.tren pertumbuhan anak.
Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60
(enam puluh) bulan
a. berat badan sangat kurang (severely underweight);
b. berat badan kurang (underweight);
c. berat badan normal; dan
d. risiko berat badan lebih.

Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) anak
usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan
e. sangat pendek (severely stunted);
f. pendek (stunted);
g. normal; dan
h. tinggi.
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) anak
usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan
a. gizi buruk (severely wasted);
b. gizi kurang (wasted);
c. gizi baik (normal);
d. berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);
e. gizi lebih (overweight); dan
f. obesitas (obese).
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60
(enam puluh) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan untuk
menentukan kategori:
g. gizi buruk (severely wasted);
h. gizi kurang (wasted);
i. gizi baik (normal)
j. berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);
k. gizi lebih (overweight); dan
l. obesitas (obese).
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 5 (lima) tahun sampai dengan
18 (delapan belas) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e digunakan
untuk
menentukan kategori:
a. gizi buruk (severely thinness);
b. gizi kurang (thinness);
c. gizi baik (normal);
d. gizi lebih (overweight); dan
e. obesitas (obese).
REDUCING STUNTING
IN CHILDREN

TARGET 1: 40% REDUCTION IN THE NUMBER OF CHILDREN


UNDER-5 WHO ARE STUNTED

Equity considerations
for achieving the
Global Nutrition
Targets 2025
SASARAN V

KELUARGA BERENCANA RUMAH S A K I T


Elemen Penilaian Prognas 5 Telusur Skor
1. Rumah sakit telah R 1) Regulasi tentang pelaksanaan 10 TL
menetapkan PKBRS - -
kebijakan tentang 2) Perencanaan RS
pelaksanaan PKBRS. 0 T
memuat rencana
kegiatan PKBRS T
2. Terdapat tim PKBRS yang R Regulasi yang meliputi: 10 TL
ditetapkan
1) Penetapan Tim PKBRS - -
oleh direktur disertai
2) Pedoman kerja Tim PKBRS 0 T
program kerjanya.
3) Program kerja Tim PKBRS
T
3. Rumah sakit telah melaksanakan D Bukti tentang pelaksanaan 10 TL
program KB Pasca Persalinan dan program KB Pasca 5 T
Pasca Keguguran. Persalinan dan Pasca
0 S
Keguguran.
W T
 Tim PKBRS T
 Kepala Unit Pelayanan
4. Rumah sakit telah D Bukti tentang pelaksanaan 10 Tl
melakukan pemantauan dan hasil evaluasi
5 T
pemantauan dan pelaksanaan kegiatan
evaluasi pelaksanaan PKBRS. pelayanan 0 S
PKBRS T
W
T
 Tim PKBRS
 Kepala Unit Pelayanan
 Direktur RS
Elemen Penilaian Prognas 5.1 Telusur Skor
1. Rumah sakit telah menyediakan alat dan D 1) Daftar alat dan obat kontrasepsi 10 TP
obat kontrasepsi dan sarana penunjang 2) Daftar sarana penunjang
5 T
pelayanan KB
pelayanan KB.
0 S
W • Tim PKBRS
T
• Kepala Unit Farmasi
• Kepala Unit Pelayanan T

2. Rumah sakit menyediakan O Pelaksanaan layanan konseling bagi 10 TP


layanan konseling bagi peserta dan peserta dan calon peserta program
5 T
KB.
calon peserta
program KB. 0 S
W  Tim PKBRS
 Kepala Unit Pelayanan T
T
3. Rumah sakit telah merancang O Lihat ruang pelayanan KB, 10 TP
dan menyediakan ruang pelayanan KB fasilitas dan sarana nya
5 T
yang
W  Tim PKBRS 0 S
memadai.
 Kepala Unit Pelayanan
T
T

Anda mungkin juga menyukai