Anda di halaman 1dari 4

SURAT KEPUTUSAN DIREKTURRUMAH SAKIT

NOMOR : 32/RS/SK-DIR/IV/2016
KEBIJAKAN TENTANG
PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP KEKERASAN FISIK
DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS MATA REGINA EYE CENTER

Menimbang : a. Bahwa perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik selama perawatan di


Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang merupakan hak dari
setiap pasien sehingga perlu adanya kebijakan sebagai acuan dalam pelayanan
kesehatan yang mengaturnya;

b. Bahwa kebijakan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik di Rumah


Sakit Khusus Mata Regina Eye Center Padang ditetapkan dan diberlakukan
dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center
Padang;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,


perlu ditetapkan dengan keputusan direktur Rumah Sakit Khusus Mata
Regina Eye Center Padang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12/ 2012 tentang Standar Akreditasi


Rumah Sakit;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/SK/XII/ 1999 tentang


Standar Pelayanan RumahSakit;
6. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Hak Asasi Manusia;
7. PeraturanPemerintah No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 290/Menkes/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;

9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1226/Menkes/SK/XII/2009 tentang


Pedoman Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap
Perempuan danAnak di RumahSakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 68 tahun 2013 tentang Kewajiban
Pemberi Layanan Kesehatan untuk Memberikan Informasi atas Adanya
Dugaan Kekerasan Terhadap Anak;
11. Undang-undang No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;

M EMUTUSKAN:
Menetapkan

KESATU : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS MATA


REGINA EYE CENTER PADANG TENTANG PERLINDUNGAN PASIEN
TERHADAP KEKERASAN FISIK DI RUMAH SAKIT KHUSUS MATA
REGINA EYE CENTER PADANG;
KEDUA : Kriteria kekerasan di lingkungan rumah sakit terdiri atas: pelecehan seksual,
pemukulan dan pemaksaan terhadap pasien baik yang di lakukan oleh
penunggu/ pengunjung pasien maupun petugas.
KETIGA : Kriteria pasien rawan resiko terhadap kekersan fisik adalah pasien anak-anak,
pasien lanjut usia, dan pasien lain yang kurang bisa melindungi dirinya sendiri,
tindakan kekerasan fisik terhadap pasien yang terjadi di lingkungan rumah
sakit menjadi tanggung jawab rumah sakit;
KEEMPAT : Upaya pencegahan terjadinya kekerasan fisik terhadap pasien adalah sebagai
berikut:
a. Pasien dan pengunjung dilarang membawa senjata tajam dan senjata api.
b. Pengunjng harus memakai identitas.
c. Pengunjung dalam pengaruh alkohol dilarang/tidak boleh mengunjungi
pasien.
d. Pasien ang berpotensi melakukan tindakan kekerasan terhadap pasien lain
atau petugas harus di lakukan pengawasan secara ketat,bila perlu pasien di
pisahkan dari pasien lain.
e. Pengawasan ketat dan pengamanan lingkungan terhadap pasien dengan
kecenderungan bunuh diri maupun pasien terjatuh.
f. Pasien dengan rawan resiko penculikan harus didampingi orangtua atau
keluarga yang telah di setujui dalam perawatan kecuali pasien yang di
rawat di ruangan khusus.
g. Petugas keamanan harus memeriksa tempat-tempat yang tersembunyi
secara berkala sesuai prosedur dan memastikan bahwa tempat tersebut
aman dan cukup penerangan di tempat-tempat yang rawan terhadap
kejadian kejahatan.
h. Setiap tindakan yang dilakukan oleh petugas harus dengan persetujuan
pasien tanpa paksaan.

KELIMA : Seluruh petugas rumah sakit harus memahami perlindungan pasien terhadap
kekerasan fisik;
KEENAM : Petugas rumah sakit tidak diperkenankan melakukan kekerasan fisik terhadap
pasien maupun terhadap keluarga pasien;

KETUJUH : Petugas melakukan pengawasan dan observasi ketat terhadap seluruh pasien
secara periodik dan apabila ada hal yang mencurigakan segera ambil tindakan
dan atau melaporkan kepada Kepala Unit Pelayanan/penanggung jawab
ruangan sesuai kondisi dan situasi;

KEDELAPAN : Apabila terdapat pasien terlantar yang tidak memiliki keluarga dan tidak
memerlukan perawatan inap di rumah sakit, maka untuk pemulangan pasien
segera di laporkan dan di koordinasi dengan Dinas Sosial;
KESEMBILAN : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di : Padang
Pada tanggal : 05 April 2016
Direktur,

dr.Ellya Thaher, SpM.MKM

LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS MATA REGINA
EYE CENTER PADANG
NOMOR : 32/RS/SK-DIR/IV/2016
KEBIJAKAN TENTANG
PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP KEKERASAN FISIK
DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS MATA REGINA EYE CENTER
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat
maupun sakit.
2. Kekerasanmerupakan tindakan agresi dan pelanggaran ( penyiksaan, pemukulan,
pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai kekerasan , tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial
yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah kekerasan juga mengandung
kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
3. Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain, secara verbal
(kata-kata yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik (melukai atau membunuh)
atau merusak harta benda.
4. Kekerasan fisik adalahsetiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara langsung
merusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup antara lain memukul,
menendang, menampar, mendorong, menggigit, mencubit, pelecehan seksual, dan lain-lain
yang dilakukan baik oleh pasien, staff maupun oleh pengunjung.
5. Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral atau social termasuk
pelecehan secara verbal.
6. Perlindungan Pasien Pada Kekerasan Fisik adalah suatu upaya rumah sakit untuk
melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung, pasien lain atau staf rumah sakit.
7. Bayi Baru Lahir ( Neonatus ) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam pertama kelahiran.
8. Bayi Yang Lahir Normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
9. Anak – Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa pubertas yaitu 13-
14 tahun.
10. Lansia ( Lanjut Usia ) adalah periode dalam kehidupan yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan fisik dan psikologis. Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menggolongkan
lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan ( middle age ) 45-59 tahun, lanjut usia
( elderly ) 60-74 tahun, lanjut usia tua ( old ) 75-90 tahun dan usia sangat tua ( very old )
diatas 90 tahun.
11. Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah orang yang mengalami suatu perubahan pada
fungsi kejiwaan. Keadaan ini ditandai dengan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
sosial.
12. Perempuan adalah seorang manusiayang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil,
melahirkan dan menyusui anak.
13. Kekerasan Pada Perempuan adalah segala bentuk kekerasan berbasis jender yang
berakibat menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan.
14. Koma Dalam Istilah Kedokteran adalah suatu kondisi tidak sadar yang sangat dalam,
sehingga tidak memberikan respons atas rangsangan rasa sakit atau rangsangan cahaya.

15. Pasien Koma adalah pasien yang tidak dapat dibangunkan, tidak memberikan respons
normal terhadapat rasa sakit atau rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur bangun,
dan tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Koma dapat timbul karena berbagai kondisi,
termasuk keracunan, keabnormalan metabolik, penyakit sistem saraf pusat, serta luka
neorologis akut seperti stroke dan hipoksia, geger otak karena kecelakaan beratterkena
kepala dan terjadi pendarahan didalam tempurung kepala. Koma juga dapat secara sengaja
ditimbulkan oleh agen farmasentika untukmempertahankan fungsi otak setelah timbulnya
trauma otak lain.

Ditetapkan di : Padang
Pada tanggal : 05 April 2016
Direktur,

dr.Ellya Thaher, SpM.MKM

Anda mungkin juga menyukai