Anda di halaman 1dari 7

PENGEMBANGAN DAN EVALUASI PROGRAM PANGAN GIZI MASYARAKAT DI KABUPATEN TOBA

Dosen pengampu: Lusyana Gloria Doloksaribu SKM,M.Kes

Disusun oleh :

Artika Handayani Harahap (P01031220087)

Kls : DIV-VI C

POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

SARJANA TERAPAN GIZI DIETETIKA LUBUK PAKAM

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Program Pangan & Gizi Masyarakat Kabupaten Toba ”
dapat saya selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam
bahasa keseharian yang bisa kita pelajari. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Tuhan karuniai kepada saya sehingga makalah ini dapat saya susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang tua kami
yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, Ibu Lusyana Gloria
Doloksaribu SKM,M.Kes dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu saya dalam
berbagai hal. Harapan saya, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Tuhan. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu saya memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah
kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,ataupun adanya
ketidaksesuaian materi yang saya angkat dalam makalah ini,saya mohon maaf. Penulis menerima
kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Medan,15 Februari 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Program Rencana gizi jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025 menjelaskan bahwa gizi
merupakan salah satu indikator penilaian keberhasilan sebuah negara membangun kesehatan dalam
mewujudkan sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Depkes RI, 2009). Sampai saat inii,
permasalahan gizi yang menjadi masalah utama di dunia adalah malnutrisi. Malnutrisi dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak dan meningkatkan kerentanan anak terhadap penyakit (Katz
dkk, 2006).menurut WHO (2010), sebanyak 103 juta balita di negara berkembang mengalami
underweight atau berat badan terlalu rendah. Pada tahun 2012 menurut hasil UNICEF diperkirakan
sebanyak 165 juta anak usia di bawah lima tahun di seluruh dunia mengalami stunted. Tingkat
prevalensi stunting tinggi di kalangan balita terdapat di Afrika (36%) dan Asia (27%) dan sering belum
diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat (WHO, 2012). Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), di
Indonesia terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Prevalensi sangat pendek turun sebesar 0,8%, tetapi prevalensi pendek naik sebesar 1,2%. Prevalensi
sangat kurus turun sebesar 0,9% dan prevalensi kurus turun sebesar 0,6%. Prevalensi sangat gemuk
turun sebesar 2,1% dan prevalensi gemuk turun sebesar 0,3%.Sebagian besar negara di dunia
mengalami masalah kesehatan yaitu gangguan akibat kekurangan iodium pada semua golongan
umur mulai dari janin, bayi, anak dibawah umur lima tahun, anak prasekolah, anak sekolah, remaja,
pria dan wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui dan usia lanjut. Kekurangan konsumsi iodium
dalam jangka waktu lama menjadi penyebab masalah tersebut sehingga mengakibatkan gangguan
akibat kekurangan iodium. Kumpulan gejala atau kelainan yang timbul karena tubuh menderita
kekurangan iodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama sehingga berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan merupakan dampak dari gangguan akibat kekurangan iodium.
Berdasarkan adanya 5 temuan balita dengan gizi buruk di 4 tempat wilayah Kec.medan denai, Dinas
Kesehatan Kec.medam Denai mengambil tindakan dengan turun langsung ke tempat kejadian dan
melakukan verifikasi kebenaran temuan. Setelah memastikan kebenaran temuan kemudian petugas
Dinas Kesehatan Kec. Medan denai mencari penyebab dari gizi buruk yang dialami oleh balita. Balita
dengan gizi buruk yang disebabkan oleh penyakit penyerta akan dirujuk kemudian dirawat inap di
puskesmas/rumah sakit terdekat, sedangkan balita dengan gizi buruk yang tidak disebabkan oleh
penyakit penyerta Dinas Kesehatan Kabupaten Kec. Medan Denai adalah salah satu dari
kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk daera endemik kekurangan iodium ringan. Seiring
dengan semangat otonomi daerah dimana pemerintah daerah kabupaten/kota diberi peran dan
tanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan kesehatan di wilayahnya, maka dipandang perlu
melakukan penelitian evaluasi penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium guna
memperoleh gambaran secara holistik, terintegrasi dan komprehensif yang telah dilakukan selama
ini dan yang akan datang
B.RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Perencanaan Program Gizi di Kec. Medan Denai?

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pelaksanaan sistem informasi Pemantauan Status Gizi

(PSG) balita di Medan denai

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pencatatan data Pemantauan Status Gizi (PSG) balita

di Dinas Kesehatan kec.medan denai

b. Mendeskripsikan pengolahan data Pemantauan Status Gizi (PSG) di

Kec.medan denaj

c. Menganalisis pelaporan Pemantauan Status Gizi (PSG) di Kec.medan denai

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi dalam penelitian yang mempunyai tema yang sama dengan menggunaakan
variabel yang berbeda.

2. Bagi Dinas Kesehatan Medan denai

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya penerapan sistem informasi
manajemen khususnya dalam hal Pemantauan Status Gizi (PSG) balita.

3. Bagi Masyarakat di Boyolali

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas sistem informasi manajemen yang baik di
Dinas Kesehatan Kex.medan Denai untuk mengetahui status gizi balita atau program perencanaan
gizi
BAB 2

PEMBAHASAN

A.PERENCANAAN PROGRAM GIZI DI KEC.MEDAN DENAI

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tempat penelitian dipilih secara
sengaja dan dilaksanakan mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan Pebruari 2015.Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara sengaja denganpeneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpul data. Kehadiran peneliti di tempat penelitian diketahui oleh informan atau
narasumber.Penentuan sampel dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama
penelitian berlangsung dengan cara memilih orang tertentu yang dipertimbangkan dapat
memberikan data atau informasi yang diperlukan untuk selanjutnya dipakai sebagai pertimbangan
memilih sampel lainnya supaya memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap. Narasumber
diurutkan berdasarkan satuan kerja perangkat daerah. Urutannyaialah dinas kesehatan,badan
perencanaan pembangunan daerah,dinas perindustrian dan perdagangan,kantor ketahanan pangan
dan badan lingkungan hidup.

Klasifikasi narasumber dipilih secara sengaja tanpa melalui proses seleksi berdasarkan atas subyek
yang mengerti, kompeten, menguasai permasalahan serta mempunyai data dan informasi yang
benar dan akurat. Data sekunder yang diperoleh digunakan untuk melengkapi data primer ialah
peraturan-peraturan, laporan kegiatan dan laporan hasil penelitian yang berhubungan dengan
kegiatan penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium. Data sekunder diperoleh dari dinas
pertanian, badan keluarga berencana dan pemberdayaan masyarakat, satuan polisi pamong praja,
universitas brawijaya, politeknik kesehatan kementerian kesehatan, tim penggerak pemberdayaan
kesejahteraan keluarga, perkumpulan kader pos pelayanan terpadu dan badan pusat statistik.

Penelitian pendahuluan telah dilakukan untuk menganalisis konsumsi iodium dan ekskresi iodium
dalam urin pada bulan November dan Desember 2013. Hasil penelitian yaitu rentangan konsumsi
iodium 50,1-599,1 µg/hari. Rata-rata konsumsi iodium yaitu 61,77% berasal dari bahan makanan
sumber iodium dan 38,23% berasal dari garam. Sebagian besar (91,43%) mengkonsumsi garam
beriodium dan 8,57% mengkonsumsi garam tidak beriodium. Konsumsi iodium dengan tingkat cukup
ialah 95,71% dan 4,29%tidak cukup. Sebagian besar (72,86%) mengkonsumsi garam berbentuk halus,
18,57% berbentuk briket atau kotak dan 8,57% berbentuk krasak atau kasar

Semakin tinggi konsumsi iodium semakin tinggi pula hasil ekskresi iodium dalam urin. Ekskresi
iodium dalam urin ialah salah satu indikator yang digunakan untuk menilai konsumsi iodium pada
saat ini atau konsumsi iodium seharihari baik yang berasal dari bahan makanan sumber iodium
maupun garam. Hal ini disebabkan sebagian besar iodium yang diserap oleh tubuh akan dikeluarkan
melalui urin. Rendahnya median ekskresi iodium dalam urin menggambarkan rendahnya konsumsi
iodium sehari-hari sehingga berdampak terhadap kejadian hipotiroid dan pembesaran kelenjar
gondok.
BAB 3

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Komitmen kebijakan dalam advokasi, koordinasi, penyediaan dana yang berkesinambungan belum
optimal. Ketersediaan, distribusi dan konsumsi garam beriodium sudah cukup. Norma sosial dan
hukum melalui promosi garam beriodium, promosi penggunaan alat uji, penguatan sistem
pemantauan penegakan hukum serta upaya tindak lanjut hasil temuan belum optimal. Kapasitas
kelembagaan dalam wadah tim koordinasi gangguan akibat kekurangan iodium Kota Malang yang
melibatkan komponen pemerintah, swasta, masyarakat melalui peningkatan koordinasi pengawasan
distribusi garam beriodium belum ada. Sistem informasi manajemen yang terintegrasi belum
optimal.

B.SARAN

Pemerintah Kota Medan harus membuat peraturan daerah tentang rencana aksi daerah pangan dan
gizi Kota medan yang memuat rencana aksi penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium
berkelanjutan dengan kewajiban produksi garam konsumsi melakukan odisasi sesuai standar
nasional indonesia dan mencantumkan label sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun
1999 tentang label dan iklan pangan. Distributor atau pedagang garamdalam mendistribusikan
garam konsumsi wajib hanya menyalurkan dan memeriksakan secara berkala garam beriodium.
Penjual eceran garam konsumsi dilarang menjual garam yang tidak beriodium dan diberikan sanksi
bagi yang melanggar.

Pemerintah Kota Medan perlu mengkaji ketersediaan pangan domestik dengan usaha-usaha untuk
percepatan budidaya tanaman kelor yang mengandung tinggi nutrisi serta menginisiasi dan
mempromosikan tanaman kelor sebagai sumber bahan makanan tinggi mineral iodium sebagai satu
dari unsur penganekaragaman pangan untuk mencapai keluarga sadar gizi dengan memanfaatkan
kegiatan-kegiatan pada kelembagaan lokal yang ada di masyarakat seperti kebun gizi, kawasan
rawan pangan lestari dan warung kelurahan.
DAFTAR PUSTAKA

http://dinkes.sumutprov.go.id/common/upload/Profil%20%20Kesehatan%202013.pdf

https://jpal.ub.ac.id/index.php/jpal/article/view/225

Https:PSG.dinkes.medan/223//87//articleprogramperenanaangizi.

Anda mungkin juga menyukai