Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

(Disusun memenuhi salah satu tugas mata kuliah SIK)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
RAFLY DANAR SATRIA
RATU AZIZAH MULYONO
REZA ARISANDRIA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah sistem informasi kesehatan. Dengan kerendahan
hati kami mengucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan inspirasi sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen serta dapat
memberikan informasi kepada rekan-rekan mahasiswa yang lain. Berkembangnya teknologi
sistem informasi kesehatan, maka penyajian informasi yang cepat dan efisien sangat
dibutuhkan oleh setiap orang. Rumah sakit juga merupakan sebagai salah satu pelayanan
dibidang kesehatan telah memiliki otonomi, sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan manajemen yang seefektif mungkin.
kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah Sistem Informasi ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan
dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.

Sukabumi, 13 November 2020

1
DAFTAR ISI

1. BAB I Pendahuluan............................................................................................................1
a. Latar Belakang ...............................................................................................................1
b. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 6
c. Tujuan Umum...............................................................................................................6
d. Tujuan Khusus..............................................................................................................6
2. BAB II Pembahasan .......................................................................................................... 7
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ......................................................................7
b. Hasil................................................................................................................................11
3. BAB III Penutup ................................................................................................................12
a. Kesimpulan ....................................................................................................................12
b. Saran...............................................................................................................................12

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan hasil tahu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar dapat
melakukan hidup bersih dan sehat, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2O15, bahwa salah
satu faktor resiko meningkatnya kematian adalah dengan tidak menjalankan
perilaku hidup bersih dan sehat seperti: kebersihan air yang tidak memadai,
sanitasi buruk bahkan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka, tidak
mengonsumsi makanan yang sehat, mengonsumsi minuman beralkohol dan
merokok.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (2O13)
menunjukkan bahwa di wilayah provinsi Kalimantan Selatan masih terdapat anak
usia sekolah yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus
memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4% (2OO7) menurun menjadi 17,9%
(2O1O) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6% (tahun 2O13) yaitu sekitar 9,5%
(Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2O13).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin pada tahun 2O13
dan tahun 2O14, penderita diare pada tahun 2O13 adalah sebanyak 11.822, pada
tahun 2O14 sebanyak 11.623, tahun 2O13 sebanyak 1.178 dan pada tahun 2O14
sebanyak 94O baik pada balita maupun orang dewasa (Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin, 2O14).
Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang
dicanangkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia WHO (Word Health Organization) menggunakan model
holistik yang meliputi hubungan antar aspek fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
Konsep ini melibatkan keluarga dengan mendorong partisipasinya dalam

3
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik (mulai dari usia dini)
tentang kesehatan serta menunjukkan makna lingkungan sebagai penyumbang
kesehatan anak seperti kondisi fisik sekolah, sanitasi air bersih, dan lingkungan
bermain. Pembentukan perilaku sehat di institusi sekolah memiliki peran penting
karena jumlah anak sekolah yang signifikan dari total keseluruhan jumlah
penduduk Indonesia. Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang
strategis untuk mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang
efektif untuk mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat
diajarkan tentang maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya
(Depkes, 2011).
Pembentukan perilaku kesehatan sejak dini di institusi pendidikan lebih
mudah pelaksanaannya daripada setelah anak menginjak usia dewasa. Perilaku
kesehatan yang buruk pada anak dapat mendatangkan berbagai jenis penyakit.
Data penyakit yang diderita oleh anak sekolah (SD) terkait Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) adalah penyakit kecacingan 40-60%, anemia anak sebesar
23,2 %, karies dan periodental sebesar 74,4 (Depkes, 2011).
Badan Kesehatan Dunia WHO mencatat bahwa setiap tahun 100.000 anak
Indonesia meninggal akibat diare.
Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 mencatat bahwa
perkiraan kejadian diare secara nasional di fasilitas kesehatan sebanyak 6.897.463
kasus, dari jumlah tersebut hanya 2.544.084 yang mendapat penanganan (36,9%).
Di Provinsi Banten perkiraan jumlah kasus diare sebanyak 322.790 kasus dan
hanya sebanyak 160.079 kasus yang mendapat penanganan (50,8%) (Kemenkes,
2017)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengelaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS1.

4
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
setiap tahun terdapat
100.000 anak di Indonesia meninggal di sebabkan Diare. Berdasarkan data
profil Kesehatan Indonesia (KEMENKES ) Tahun 2014 di ketahui bahwa rumah
tangga yang telah mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
seluruh Indonesia mencapai 56,58%2.
Sesuai dengan indikator sehat tahun 2010, bahwa keberhasilan pembangunan
kesehatan yang di arahkan pada PHBS masyarakat di lihat dari indikator /derajat
kesehatan dan target tahun 2010 yang telah menetapkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kabupaten/Kota yaitu persentase rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih sehat sebesar 65% dan Persentase rumah Sehat 80%,
persentase tmpat-tempat umum sehat sebesar 80%, persentase keluarga yang
memiliki akses terhadap air bersih sebesar 85% .Target Nasional institusi
pendidikan yang melaksanakan PHBS adalah 70% di tahun 20143. Berdasarkan
data Dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015, Perilaku hidup
masyarakat diukur dengan jumlah rumah tangga berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Dari 356.168 RT yang dipantau di Sulawesi Tenggara (total RT
560.610), yang ber PHBS mencapai 44,75%, turun sekitar 1 % dari tahun 20144.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015
dengan jumlah rumah tangga sebesar 20,905, sedangkan yang melakukan PHBS
sebesar 10,986 rumah tangga. Sedangkan pada tahun 2014 dari 22 Kecamatan, 10
kecamatan sudah menerapkan PHBS dalam lingkup Rumah tangga. Sedangkan 12
kecamatan diantaranya belum menerapkan. Dari 12 kecamatan yang ada di
Kabupaten Konawe Selatan Rumah tangga yang berPHBS sebesar 1.665 Rumah
Tangga. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis “Hubungan
Pengetahuan dan Peran Orang Tua dengan Perilaku PHBS Anak Sekolah”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan PHBS pada
siswa sekolah ?
2. Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap PHBS pada siswa
sekolah ?

5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap
PHBS pada siswa sekolah
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden
b. Mendeskripsikan pengetahuan siswa tentang PHBS sebelum dan sesudah
Pendidikan kesehatan.
c. Mendeskripsikan sikap siswa terhadap PHBS sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan.
d. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan PHBS
pada siswa
e. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap PHBS pada
siswa
D. Manfaat Penelitian
2. 1. Bagi Siswa Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-contoh bagi siswa tentang
perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu pendidikan kesehatan tentang PHBS
dapat menumbuhkan budaya hidup bersih dan sehat dalam kehidupan siswa di
sekolah maupun di rumah.
3. 2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam meningkatkan derajat kesehatan siswa dengan
membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Penelitian ini juga dapat menjadi
masukan bagi Dinas Kesehatan setempat untuk mempromosikan PHBS di sekolah.
3. 3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi penyediaan data dasar tentang sikap
perilaku siswa tentang PHBS, sehingga dapat digunakan untuk penelitian lebih
lanjut mengenai PHBS.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prilaku Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat disekolah atau sering disebut dengan PHBS tatanan
sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga
secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan
mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 –
12 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Penerapan PHBS di tatanan
sekolah dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Manfaat
PHBS di sekolah diantaranya terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta
didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit (Depkes, 2010).
Penerapan PHBS di sekolah juga dapat meningkatkan semangat belajar mengajar,
meningkatkan prestasi siswa didik, meningkatkan citra sekolah sehingga mampu menarik
minat orang tua (masyarakat), meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
Penerapan PHBS di Sekolah memiliki beberapa indikator, diantaranya yaitu mencuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan sabun, jajan di kantin sekolah yang sehat, membuang
sampah pada tempatnya, buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah, menggosok
gigi 2 kali sehari, dan lainlain (Depkes, 2010).
B. Hasil
1. Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel 2.1 Distribusi Reponden Menurut Kelas Pada Sekolah Dasar Negeri 08
Moramo Utara Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2016
No Kelas Frekuensi Persentase
1 IV 13 31.8
2 V 30 68.3
Total 44 100

7
Sumber: Data Primer, Desember 2016
Tabel 2.1 Menunjukkan bahwa dari 44 responden, sebagian besar berada pada kelas
V sebanyak 30 Responden (68,2%) sedangkan kelas IV yaitu sebanyak 14 responden
( 31,8%).
Tabel 2.2 Distribusi Reponden Menurut Umur Pada Sekolah Dasar Negeri 08
Moramo Utara Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2016
No Umur Frekuensi Persentase
1 9 14 31.8
2 10 13 29.6
3 11 17 38.6
Total 44 100
Sumber: Data Primer, Desember 2016
Tabel 2.2 Menunjukkan bahwa dari 44responden, sebagian besar responden berusia 11
tahun yaitu sebanyak 17 responden (38,6%) dan yangpaling sedikit responden berusia 10
tahun yaitusebanyak (29,5%) serta berusia 9 tahun yaitusebanyak 14 responden yaitu
sebanyak (31,8%).

Tabel 2.3 Distribusi Reponden Menurut Jenis Kelamin Pada Sekolah Dasar Negeri
08 Moramo Utara Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2016
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 19 43.2
2 Perempuan 25 56.8
Total 44 100
Sumber: Data Primer, Desember 2016
Tabel 2.3 menunjukkan bahwa dari 44 responden, sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebayak 25 responden (56,8%), sedangkan berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 19 responden (43,2%).

8
2. Grafik Distribusi Frekuensi
Grafik 2.1 Distribusi Reponden Menurut Kelas Pada Sekolah Dasar Negeri 08
Moramo Utara Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2016

68,2
80 29,5
60
30 Frekuensi
40 13
20 Persentase Persentase
0
Frekuensi
Kelas IV
Kelas V

Grafik 2.1 Menunjukkan bahwa dari 44 responden, sebagian besar berada pada kelas
V sebanyak 30 Responden (68,2%) sedangkan kelas IV yaitu sebanyak 14 responden
( 31,8%).

Grafik 2.2 Distribusi Reponden Menurut Umur Pada Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo
Utara Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2016
31,8
38,6
29,5
40
14
20 13
17 Frekuensi

Persentase Persentase
0
Frekuensi
9 Tahun
10 Tahun
11 Tahun

Grafik 2.2 Menunjukkan bahwa dari 44responden, sebagian besar responden berusia
11 tahun yaitu sebanyak 17 responden (38,6%) dan yangpaling sedikit responden berusia

9
10 tahun yaitusebanyak (29,5%) serta berusia 9 tahun yaitusebanyak 14 responden yaitu
sebanyak (31,8%).

Grafik 2.3 Distribusi Reponden Menurut Jenis Kelamin Pada Sekolah Dasar Negeri
08 Moramo Utara Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2016

43,2 56,8

60
40 19 25
Frekuensi
20 Persentase Persentase
0
Frekuensi
Laki-laki
Perempuan

Grafik 2.3 menunjukkan bahwa dari 44 responden, sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebayak 25 responden (56,8%), sedangkan berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 19 responden (43,2%).
3. Analisis Data Bivariat
Tabel 2.4 Tabulasi Silang Hubungan Peran Pengetahuan dengan PHBS Anak
Sekolah Di SMPN 22 BJM

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa analisis hubungan pengetahuan


dengan PHBS di SMPN 22 BJM di dapatkan bahwa peran orangtua cukup lebih banyak
dibandingkan peran orangtua baik dimana PHBS siswa dengan kategori kurang sebanyak
(54,3%) dan baik (44,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square didapat
nilai p= O,OOO dan p < α (O,O5) maka Ho ditolak, artinya ada hubungan Peran orang
tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak sekolah SMP Negeri 22
Banjarmasin Tahun 2O2O.

10
Tabel 2.5 Tabulasi Silang Hubungan Peran Orangtua dengan PHBS Anak Sekolah
Di SMPN 22 BJM

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa analisis hubungan pengetahuan


dengan PHBS di SMPN 22 BJM di dapatkan bahwa peran orangtua cukup lebih banyak
dibandingkan peran orangtua baik dimana PHBS siswa dengan kategori kurang sebanyak
(54,3%) dan baik (44,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square didapat
nilai p= O,OOO dan p < α (O,O5) maka Ho ditolak, artinya ada hubungan Peran orang
tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak sekolah SMP Negeri 22
Banjarmasin Tahun 2O2O.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku hidup bersih dan sehat disekolah atau sering disebut dengan PHBS
tatanan sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan
PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit
yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun), yang ternyata umumnya
berkaitan dengan PHBS. Penerapan PHBS di tatanan sekolah dapat dilakukan
melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Manfaat PHBS di sekolah
diantaranya terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit (Depkes, 2010).
B. Saran
Dalam hal Perilaku hidup bersih dan sehat disekolah atau sering disebut
dengan PHBS tatanan sekolah perlu meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak
dan tidak lepas dalam mempraktikan PHBS di lingkungan sekolah sehingga kita
dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan pribadi yang baik baik itu siswa
ataupun tenaga kependidikan yang ada diruang lingkup sekolah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Kanro dkk. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada Anak Usia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 44-49.
Dera Redita Wulandari dkk. (2018). Pengetahuan Dan Peran Orangtua Terhadap Perilaku Hidup
Bersih. Kesehatan Masyarakat, 100-108.
Nurul Husnaziah dkk. (2020, Agustus). Hubungan Pengetahuan Dan Peran Orang Tua Dengan
Perilaku. Jurnal Kesehatan, pp. 1-7.

13

Anda mungkin juga menyukai