Anda di halaman 1dari 70

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA


KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU
(SD IT) MARHAMAH DI MASA PANDEMI

OLEH:
SILFA YURITA
1913201054

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) Tatanan Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di

Wilayah KerjaPuskesmas Muaro Labuh”.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih terdapat

kekurangan baik isi maupun kalimatnya oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan proposal ini.

Bukittinggi, 18 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................9
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................11
E. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ......................................................13
B. PHBS di Sekolah ............................................................................................20
C. Anak Usia Sekolah .........................................................................................32
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PHBS pada Tatanan Sekolah ...............35
E. Kerangka Teori ...............................................................................................46

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ...........................................................................................49
B. Defenisi Operasional ......................................................................................50
C. Hipotesis .........................................................................................................51

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian ...........................................................................................55
B. Tempat Waktu Dan Penelitian .......................................................................55
C. Populasi Dan Sampel .....................................................................................55

ii
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................56
E. Teknik Pengolahan Data ................................................................................56
F. Teknik Analisa Data .......................................................................................58

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambar Umum Lokasi ..................................................................................59
B. Hasil Penelitian ..............................................................................................59

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Pembahasan Univariat ......................................................................61
B. Analisis Pembahasan Bivariat ........................................................................63

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................66
B. Saran ..............................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dapat dicapai dengan tatanan perilaku

hidup bersih dan sehat. Golongan usia muda memiliki kontribusi sebagai

sumber daya manusia, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat strategi

kebijakan dan sebagai penilai manfaat program serta kebijakan. Upaya

kesehatan pada golongan usia muda ditekankan pada upaya promotif dan

pencegahan penyakit (WHO, 2016). Data yang dikumpulkan WHO tahun

2014-2015 dari 120.000 siswa di 28 negara di dunia, dengan rata rata

responden usia 7-12 tahun, menunjukan 68,4% sudah melaksanakan

perilakuhidup bersih dan sehat dengan baik. Negara maju menyumbang angka

perilaku hidup bersih dan sehat diatas 80%, negara berkembang berada

dikisaran 40,6% dan negara dibawahnya dengan cakupan perilaku hidup

bersih dan sehat sebesar 31,4% (WHO, 2016).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, bahwa baru 64,41%

sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi

pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%),

fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26%). Hal ini menunjukkan

bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan selain rumah tangga, yaitu di

1
2

tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan

tatanan fasilitas kesehatan, juga belum berjalan sebagaimana mestinya

(Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Menurut WHO, sebanyak 100.000 anak Indonesia meninggal dunia

karena penyakit diare setiap tahunnya, sedangkan data Departemen Kesehatan

menunjukkan bahwa dari 1.000 penduduk, terdapat sebanyak 300 orang yang

menderita penyakit diare sepanjang tahun (Profi l Kesehatan Indonesia Tahun

2011). Selain itu juga masih terdapat sebanyak 40-60% anak usia sekolah

yang menderita penyakit cacingan. (Nasiatin et al., 2021).Program PHBS

dapat dikelompokkan kedalam 5 tatanan lingkungan kehidupan, yaitu PHBS

di lingkungan sekolah, PHBS di lingkungan rumah tangga, PHBS di

lingkungan institusi kesehatan, PHBS di lingkungan tempat umum, dan PHBS

di lingkungan tempat kerja (Tentama, 2018).

Sekolah menempati kedudukan strategis dalam upaya promosi

kesehatan, karena sebagian besar anak-anak usia 5-19 tahun terpajang dengan

lembaga pendidikan dalam jangka waktu yang lama (taman kanak-kanak

sampai sekolah lanjutan atas) dan sekolah mendukung pertumbuhan dan

perkembangan alamiah seorang anak .Anak sekolah merupakan generasi

penerus bangsa yang perlu dijaga ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.

Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk

Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup

Berih dan Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen
3

perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah,

keluarga maupun masyarakat (Safitri & Harun, 2020).

PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas

dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat .Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

sekolah terdiri dari beberapa indikator yaitu mencuci tangan dengan air yg

mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan di warung atau kantin

sekolah, menggunakan jamban yang bersih & sehat, olahraga yang teratur dan

terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok, menimbang berat badan

dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan membuang sampah pada

tempatnya (Kemenkes RI, 2018).

UKS adalah bagian dari program kesehatan anak usia sekolah.

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya terpadu antara lintas program dan

lintas sektor. UKS dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan pendidikan

dan kesehatan secara bersamaan, terencana dan bertanggung jawab dalam

menciptakan, mengembangkan serta melaksanakan kegiatan hidup bersih dan

sehat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siswa, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah (Putri Lina, 2012).


4

Pembinaan PHBS di sekolah dapat diberikan pada tiga kelompok

sasaran PHBS, sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier.Sasaran

primer pada pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa SD, dimana mereka

diharapkan dapat untuk mengetahui dan melaksanakan PHBS.Sasaran

sekunder adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh pada sasaran primer

dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan PHBS.Pada PHBS di

ssekolah yang menjadi sasaran sekunder adalah guru, dimana seorang guru

adalah panutan dari para siswa. Sasaran tersier adalah orang yang berfungsi

untuk mengambil keputusan formal, seperti komite sekolah, kepala desa,

lurah, camat, dinas pendidikan, puskesmas dan sebagainya. Mereka dapat

memberikan dukungan dalam menentukan kebijakan, pendanaan dalam proses

Pembinaan PHBS yang akan diberikan kepada siswa sekolah (Kemenkes RI,

2018).

Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 bab VI pasal 79 Ayat, tentang

Upaya Kesehatan menjelaskan bahwa upaya pembinaan kesehatan di

lingkungan sekolah diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan hidup yang lebih sehat oleh siswa. Kemampuan

tersebut harus diterapkan dalam lingkungan kehidupan yang sehat, sehingga

anak usia sekolah dapat belajar, tumbuh, berkembang dan memperoleh derajat

kesehatan setinggi - tingginya agar menjadi SDM yang berkualitas (Yufiarti et

al., 2019).
5

Membiasakan pola hidup sehat dan bersih tidak hanya tanggung jawab

guru namun juga tanggung jawab orangtua.Pembiasaaan pola hidup sehat dan

bersih sangat cocok diterapkan sejak dini terlebih pada masa pandemi covid

seperti saat ini. Pandemi covid-19 atau virus corona terjadi pada akhir

Desember 2019, wabah pneumonia misterius yang ditandai dengan demam,

batuk kering, flu dan kelelahan terjadi pertama kali di Wuhan China yang

kemudian menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia (Safitri &

Harun, 2020). Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan

Penanganan COVID-19 (Gugus Tugas Nasional) mencatat pada tanggal 17

Juni 2020 total kasus positif covid-19 menjadi 41.431 orang(Safitri & Harun,

2020). Data tersebut dari hari ke hari semakin meningkat sehingga

menjadikan kewaspadaan semua pihak oleh sebab itu memprioritaskan

kesehatan saat ini sangatlah penting (Safitri & Harun, 2020).

Masa pandemi covid-19 menjadikan kesehatan prioritas utama

sehingga pemerintah pusat dan daerah memberikan kebijakan untuk seluruh

lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga

perguruan tinggi melakukan study for home atau belajar dari rumah.

Kebijakan tersebut diterapkan sebagai upaya pencegahan meluasnya virus

covid-19 (Syah, 2020). Menteri pendidikan dan Kebudayaan turut

memberikan pesan agar orang tua, siswa, dan guru menjaga kesehatan

masing-masing sesuai protap dari Kemenkes terkait Covid-19, dan untuk


6

mengikuti imbauan Presiden Jokowi agar belajar di rumah, bekerja di rumah,

dan beribadah di rumah (Saida et al., 2020).

Cara membiasakan pola hidup sehat pada masa pandemi covid-19

seperti saat ini dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik, konsumsi

makanan bergizi, sayuran,dan buah-buahan (Suyatmin & Sukardi, 2018).

Kebiasaan hidup bersih dapat diawali dengan kegiatan sederhana seperti

mencuci tangan sebelum makan, menyikat gigi, membersihkan setelah buang

air kecil, mandi, membuang sampah di tempatnya, membatasi penggunaan

plastik, menggunakan air bersih, dan sebagainya.(Safitri & Harun,

2020).Membiasakan pola hidup sehat dan bersih ketika pandemi covid 19

seperti saat ini memang sangat penting.Berdasarkan pemaparan di atas

membiasakan pola hidup sehat dan bersih sangat penting untuk perkembangan

anak terutama anak usia dini terlebih pada masa pandemi covid-19 seperti saat

ini membiasakan pola hidup sehat dan bersih dapat meminimalkan

penyebaran virus terhadap keluarga dan orang-orang yang tersayang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Febri Herdiyanti, Marini

Madiastuti, Ema Hermawati (2019) berjudul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Siswa

Kelas 5 SDN Sugu Tamu Kota Depok”.Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, peran guru dan fasilitas

sekolah dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa kelas 5 SDN

Sugutamu Kota Depok. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross
7

sectional. Sejumlah 54 siswa dipilih dengan menggunakan teknik total

sampling sebagai sampel penelitian. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa

siswa kelas 5 SDN Sugutamu Kota Depok yang memiliki perilaku hidup

bersih dan sehat yang cukup sebesar 59,3%, pengetahuan tentang perilaku

hidup bersih dan sehat yang baik sebesar 68,5%, sikap perilaku hidup bersih

dan sehat yang baik sebesar 61,1%, peran guru cukup dalam perilaku hidup

bersih dan sehat sebesar 53,7%, dan fasilitas sekolah cukup sebesar 64,8%.

Dari hasil analisa uji bivariat diketahui terdapat hubungan pengetahuan

dengan perilaku hidup bersih dan sehat sebesar (P=0,003), hubungan sikap

dengan perilaku hidup bersih dan sehat (P=0,043), hubungan peran guru

dengan perilaku hidup bersih dan sehat (P=0,034) dan hubungan fasilitas

sekolah dengan perilaku hidup bersih dan sehat sebesar (P=0,002). Terdapat

hubungan antara pengetahuan, sikap, peran guru dan fasilitas sekolah dengan

perilaku hidup bersih dan sehat.Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan

untuk memasukkan kurikulum perilaku hidup bersih dan sehat dan diberikan

kepada siswa untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan Chandra, Akhmad Fauzan , M. Febriza

Aquarista (2016) berjudul “ Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap

Dengan Prilaku hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Siswa Sekolah Dasar

(SD) Di Kecamatan Cerbon 2016 Tujuan penelitian untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dan sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada siswa SDN Bantuil I Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito


8

Kuala Tahun 2016.Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan

rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD

kelas 4,5 dan 6 di SDN Bantuil I Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala

Tahun 2016 yang berjumlah 66 siswa, sampel diambil dengan menggunakan

metode total sampling dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

Hasil penelitian menunjukkan Pengetahuan siswa tentang PHBS cukup

(53%). Sikap siswa tentang PHBS negatif (51,5%). Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) siswa kurang (66,7%). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan

bahwa ada hubungan signifikan antara Pengetahuan dengan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (p = 0,029 < 00,05). Dan juga terdapat hubungan signifikan

antara Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (p = 0,012 < 0,05).

Sehubungan dengan penelitian tersebut, penulis mengharapkan kepada

Pimpinan sekolah agar memperhatikan upaya penyediaan sarana untuk

menunjang penerapan PHBS di sekolah.

Penyakit diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di

Kabupaten Sijunjung.Diare merupakan penyakit yang dapat timbul dan dipicu

oleh berbagai faktor diantaranya disebabkan oleh air, makanan, kebersihan

lingkungan, pola makan dan lain sebagainya.Penyakit diare ini merupakan

penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial

Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Di

Kabupaten Sijunjung diperkirakan jumlah penderita diare (semua umur) yang

datang berobat ke fasilitas kesehatan pada tahun 2020 sebanyak 6.409 orang,

sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas


9

kesehatan adalah sebanyak 6.448 orang (100,4%), banyaknya penderita diare

yang datang ke fasilitas kesehatan untuk berobat dibandingkan perkiraan,

disebab banyaknya penderita diare yang datang untuk berobat ke fasilitas

kesehatan, serta rendahnya perilaku higiene sanitasi dan perilaku yang buruk

untuk kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu

Muaro Labuh Pada Masa Pandemi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

rumusan masalah penelitian yaitu “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa Sekolah Dasar

Kelas V Pada Masa Pandemi”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam

Terpadu Muaro Labuh Di Masa Pandemi.


10

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswa SD Islam

Terpadu Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat pada masa Pandemi.

b. Diketahui distribusi frekuensi sikap siswa SD Islam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pada masa Pandemi.

c. Diketahui distribusi frekuensi peran guru siswa SD Islam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pada masa Pandemi

d. Diketahui distribusi frekuensi peran orang tua siswa SD Islam

Terpadu Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat pada masa Pandemi

e. Diketahui distribusi frekuensi PHBS siswa SD Islam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pada masa Pandemi

f. Mengetahui hubungan pengetahuan siswa SD Islam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pada masa Pandemi.

g. Mengetahui hubungan sikapsiswa SD Islam Terpadu Muaro Labuh

terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masa Pandemi.


11

h. Mengetahui hubungan peran guru siswa SD Islam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pada masa Pandemi.

i. Mengetahui hubungan peran orang tua siswa SD Islam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pada masa Pandemi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang kesehatan

sehingga dapatmeningkatkan pengetahuan, menambah wawasan dan

pengetahuan khususnya menyangkut perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi pimpinan sekolah dasarIslam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

untukmenunjang PHBS agar terhindar dari penyakit yang

berhubungan denganrendahnya PHBS.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi umpan balik dalam proses

pembelajaran di Universitas Fort De Kock dan dapat dijadikan sebagai

bahan referensi dan bahan studi bagi peneliti selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti

berikutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut.


12

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor Yang

Mempengaruhi Hubungan Pengetahuan dan Sikapdengan PerilakuHidup

Bersih dan Sehat (PHBS)pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam

Terpadu Marhamah Muaro Labuh.Penelitian ini direncanakan pada bulan

Januari sampai Februari 2022 di Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah

Muaro Labuh. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruhSiswa SD Islam Terpadu Marhamah Muaro Labuh Kelas V yaitu

sebanyak 54 orang. Alasan pemilihan siswa kelas V merupakan

kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai

keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang

diterimanya kepada orang lain (Sarwono,1997). Arikunto (2007)

menyatakan jika jumlah anggota subjek dalam populasi di bawah 100,

sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya.Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah teknik total sampling yaitu pengambilan

seluruh populasi. Desain penelitian yang digunakan Desain penilitian yang

digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data menggunakan

analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-square.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

1. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah upaya

memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga. Kelompok,

dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana ( Social Support)

dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara

hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihata, dan meningkatkan

kesehatan masyarakat. Adapun sasaran dari program PHBS mencakup

lima tatanan, yaitu: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat

kerja, tempat umum dan sarana kesehatan (Kementrian Kesehatan RI,

2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilku melalui pendekatan

13
14

(advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat

mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah

tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka

menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).

2. Tujuan PHBS

Pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya dari promotif dan

preventif agar masyarakat menjadi lebih sehat dan produktif.Hidup sehta

merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berorientasi sehat

sehingga dapat meningkatkan, memelihara dan melindungi kualitas

kesehatan baik secara fisik, mental spiritual dan sosial.

Sedangkan tujuan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS

adalah :

a. Meningkatkan dukungan dan peran aktif dari petugas kesehatan,

petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat dalam

pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan perilaku hidup

bersih dan sehat dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan

masyarakat (Depkes RI, 2013).

3. Sasaran PHBS

Karena di masing – masing tatanan yang dijumpai masyarakat (yaitu

masyarakat tatanan yang bersangkutan), maka di masing-masing tatanan


15

juga terdapat berbagai peran.Dengan demikian di maing-masing tatanan

dapat dijumpai tiga kelompok besar sasaran pembinaan PHBS yaitu

sasaran primer, sasaran sekunder dan sasaran tersier.

a. Sasaran primer berupa sasaran langsung, yaitu individu anggota

masyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat dan masyarakat

secara keseluruhan, yang diharapkan untuk PHBS.

b. Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap

sasaran primer dalam pengambilan keputusannya untuk mempertekan

PHBS. Termasuk di sini adalah para pemuka masyarakat atau tokoh

masyarakat, yang umumnya menjadi panutan sasaran primer.

c. Sedangkan sasaran tersier adalah mereka berada dalam posisi

pengambilan keputusan formal, sehingga dapat memberikan

dukungan, baik berupa kebijakan atau peraturan dan atau sumber daya

dalam proses pembinaan PHBS terhadap sasaran primer. Mereka

sering juga disebut sebagai tokoh masyarakat formal, yakni orang

yang memiliki posisi menentukan dalam struktur formal di

masyarakatnya (disebut juga penentu kebijakan). Dengan posisinya

itu, mereka juga memiliki kemampuan untuk mengubah system nilai

dan norma masyarakat melalui pemberlakuan kebijakan/peraturan, di

samping menyediakan sarana yang diperlukan.

4. Jenis Kegiatan PHBS

a. PHBS bidang kesehatan lingkungan

1) Cuci tangan dengan sabun dan air setelah buang air


16

2) Menghuni rumah sehat

3) Memiliki akses dan menggunakan air bersih

4) Memiliki akses dan menggunakan jamban

5) Memberantas jentik nyamuk

6) Membuang sampah ditempat sampah

7) Mencuci tangan

b. PHBS bidang pemeliharaan kesehatan

1) Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan

2) Memanfaatkan puskesmas / sarana kesehatan

c. PHBS gaya hidup sehat

1) Tidak merokok didalam rumah

2) Melakukan aktifitas fisik/olahraga setiap hari

3) Makan sayur dan buah-buahan setiap hari (Depkes RI, 2013)

5. Tatanan PHBS

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,

berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini adal 5 tatanan PHBS yaitu rumah

tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum. Dalam

penelitian ini adalah tatanan insitusi pendidikan yang tujuannnya adalah

mengevaluasi pelaksanaan program untuk berprilaku hidup bersih dan

sehat (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

a. PHBS pada tatanan rumah tangga, terdiri dari persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eklusif, menimbang bayi

dan balita setiap bulan, mencuci tangan dengan air bersih dan
17

memakai sabun, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat,

membrantas jentik di rumah, makan sayur dan buah setiap hari,

melaksanakan aktifitas fisik setiap hari dan tidak merokok di rumah.

b. PHBS pada tatanan tempat kerja, terdiri dari menggunakan alat

pelindung, tidak merokok, olah raga teratur, bebas napza, kebersihan

dan asuransi kesehatan, ada jamban dan air bersih, ada tempat sampah,

ada ventilasi, pencahayaan dan kesehatan dan keselamatan kerja, ada

kantin, terbebas dari bahan bahaya danada klinik.

c. PHBS pada tatanan tempat umum, terdiri dari kebersihan jamban dan

lingkungan, ada jamban, ada air bersih, ada tempat sampah, ada

kesehatan dan keselamatan.

d. PHBS pada tatanan sekolah, kebersihan pribadi,tidak merokok, olah

raga teratur, tidak menggunakan napza, ada jamban, ada air bersih, ada

tempat sampah, ventilasi, kepadatan, ada warung sehat, ada UKS, dan

adataman sekolah.

e. PHBS pada tatanan sarana kesehatan, terdiri dari tidak merokok,

kebersihan lingkungan, kebersihan kamar mandi, ada jamban, ada air

bersih, ada tempat sampah, ventilasi, ada IPAL, tempat cuci tangan

dan ada pencegah serangga.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS

Bloom dalam Notoatmojo (2014) perilaku manusia dibagi dalam

domain yaitu kognitif (cognitif) efektif (efectif), psikomotor

(psychomotor).Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap,


18

dan psikomotor dari praktek atau tindakan yang dilakukan. Dalam

pembentukan dan perubhan prilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

factor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan misalnya

tingkat kecerdasan,tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

Sedangkan faktor internal seperti lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

a. Faktor internal

Faktor internal berpengaruh dalam pembentukan prilaku,

dikelompokan kedalam faktor biologis dan psikologis. Faktor biologis

berupa DNA tidak hanya membawa warisan filosofis dan para

generasi sebelumnya, tetapi juga membawa warisan prilaku dan

kegiatan manusia termasuk agama, kebudayaan, dan sebagainya.

Faktor Psikologis adalah faktor internal yang sangat besar

berpengaruh terhadap terjadinya prilaku. Diantaranya faktor

psikologis tersebut adalah :

1) Sikap

Sikap merupakan kecenderungan bertindak, dan berpresepsi. Sikap

merupakan kecenderungan berfikir, berpresepsi dan bertindak.

Sikap mempunyai daya pendorong, motivasi relative lebih

menetap dibanding emosi dan pikiran, serta mengandung aspek

penilaian ata evaluasi terhadap objek.


19

2) Emosi

Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh

gejala-gejala kesadaran, keprilakuan dan proses fisiologis yang

lain.

3) Kepercayaan

Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan

kepentingan. Hal dimaksudkan bahwa orang percaya kepada suatu

disebabkan karena ia mempunyai pengetahuan tentang itu.

4) Kebiasaan

Kebiasaan merupakan hasil dari pelasiman yang berlangsung

dalam waktu yang lam atau sebagai reaksi khas yang diulangi

berkali-kali.

5) Kemauan

Kemauan merupakan hasil keinginan untuk mencapai tujuan

tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk

mengorbankan nilai-nilai yang lain. Kemauan dipengaruhi

kecerdasan dan energy yang diperlukan untuk mencapai tujuan

(Notoatmodjo, 2014).

b. Faktor internal

Faktor internal merupakan situasional yang mencakup faktor

lingkungan dimana manusia itu berada dan bertempat tinggal, baik

lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.


20

Faktor internal mencakup:

1) Faktor ekologi, terdiri dari keadaan alam, geografis, iklim, cuaca

dan sebagainya yang mempengaruhi prilaku orang

2) Faktor desain arsitektur, berupa struktur badan bentuk bangunan,

pola pemukiman dan mempengaruhi prilaku orang.

3) Faktor temporal, telah dibuktikan bahwa adanya pengaruh waktu

terhadap bioritme manusia, yang akhirnya mempengaruhi

prilakunya. Seperti prilaku waktu pagi, siang dan sore.

4) Suasana prilaku (Behavior Setting), tempat keraaian, pasar, mal,

tempat ibadah, sekolah/kampus, kerumunan masa yang akan

membawa pola prilaku orang.

5) Faktor teknologi. Dapat dilihat bagaimana prilaku remaja sebelum

adanya teknologi informasi dengan prilaku remaja setelah era

internet.

6) Faktor sosial, terdiri dari struktur umur, pendidikan, status sosial,

agama, dan sebagainya akan berpengaruh pada prilaku seseorang

(Arikunto, 2013).

B. PHBS di Sekolah

1. Pengertian

PHBS disekolah adalah upaya untuk membudayakan siswa, guru dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktisi


21

PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat (DKK

Bukittinggi, 2018).

Sekolah ber-PHBS adalah sekolah yang mampu menjaga dan

meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak sekolah melalui berbagai upaya

kesehatan.

2. Sasaran Pembinaan PHBS di Sekolah

Adapun sasaran PHBS di institusi pendidikan/sekolah adalah warga dari

institusi pendidikan/sekolah tersebut yang mana terbagi dalam tiga sasaran

yaitu:

a. Sasaran Primer

Sasaran primer yaitu sasaran utama dalam institusi pedidikan/sekolah

yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah

(individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

b. Sasaran Sekunder

Sasara sekunder yaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam

institusi pendidikan misalnya kepala sekolah, guru, orang tua murid,

kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, dan

lintas sector terkait.

c. Sasaran Tersier

Sasaran tersier merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu

dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti kepala


22

desa, lurah, camat, kepala puskesmas, dinas pendidikan guru, tokoh

masyarakat dan orang tua murid (Depkes RI,2008).

3. Manfaat pembinaan PHBS di Sekolah

a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru

dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai

gangguan dan ancaman penyakit.

b. Meningkatnya semangat proses belajar mengajar yang berdampak

pada prestasi belajar siswa.

c. Citra sekolah sebagai inrtitusi pendidikan semakin meningkat.

d. Meningkatnya citra pemerintah daerah dibidang pendidikan.

e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain. (DKK

Bukittinggi, 2018).

4. Cara Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun.

1) Alasan mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai

sabun

a) Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan

bakteri penyebar penyakit bila digunakan kuman berpindah

ketangan. Pada saat makan kuman dengan cepat masuk

kedalam tubuh yang bias menimbulkan penyakit.

b) Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh

kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih

tinggal di tangan.
23

c) Air yang mengalir akan membuat kuman tidak menenpel

ditangan.

2) Saat harus mencuci tangan

a) Setiap akan mau memegang makanan

b) Sebelum makan dan sesudah makan

c) Setiap kali tangan kotor

d) Setelah buang air besar

3) Manfaat mencuci tangan

a) Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan.

b) Mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan, diare

disentri, tipus, ISPA dan bakteri.

c) Tangan menjadi bebas dari kuman.

4) Cara mencuci tangan yang baik dan benar.

a) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai

sabun

b) Gosok telapak tangan, punggung tangan, selasela jari,

bukubuku jari, ibu jari, ujung-ujung jari, pergelangan

tangan dan lengan

c) Setelah itu keringkan dengan lap bersih.

b. Mengkonsumsi makanan sehat di Kantin Sekolah

Makanan dan minuman yang dijual dikantin sekolah harus

terjamin kebersihannya terbebas dari zat-zat berbayaha dan

terlindungi dari
24

serangan dan tikus serta mengandung gizi yang cukup. Beberapa

alas an tidak jajan sembarangan tempat, harus dikantin sekolah:

1) Makan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin

kebersihannya, terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindungi

dari serangan tikus.

2) Makanan bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan

siswa-siswi, sehingga siswa-siswi menjadi lebih berprestasi

disekolah.

3) Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci

tangan dan peralatan makan.

4) Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan pembuangan air

kotor.

5) Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite

sekolah.

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Penggunaan jamban yang bersih dan seht setiap buang air kecil

dan buang air besar dapat menjaga lingkungan sekolah sekitar

menjadi bersih, sehat serta tidak berbau.Penggunaan jamban yang

bersih dan sehat dapat juga mencegah terjadinya pencemaran air

yang ada dilingkungan sekolah serta juga dapat menghindari

adanya lalat dan serangga yang dapat menimbulkan berbagai

penyakit seperti penyakit diare, demam tifoid, serta kecacingan

(Evayanti, 2012).
25

d. Olahraga yang teratur dan terukur

Olahraga yang teratur dan terukur dapat memelihara kesehatan

fisik dan mental pada diri siswa serta dapat meningkatkan

kebugaran tubuh siswa sehingga tidak mudah jatuh sakit. Olahraga

yang teratur dan terukur dapat dilakukan dilingkungan sekolah

yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat yang berada

dilingkungan sekolah seperti karyawan sekolah, komite, penjaga

kantin, serta satpam (Taryatman, 2016)

e. Meberantas jentik nyamuk

Menurut Taryatman (2016), memberantas jentik nyamuk

dilingkungan sekolah dibuktikannya dengan tidak ada

ditemukannya jentik nyamuk pada penampungan air, bak mandi,

gentong air, vas bunga, pot bunga/alas bunga, serta barang-barang

atau tempat-tempat yang dapat menampung air yang ada

dilingkungan sekolah. Kegiatan pemberantasan nyamuk (PSN)

dilingkungan sekolah dengan menguras dan menutup tempat

pembuangan air, mengubur barang-barang bekas, serta

menghindari gigitan nyamuk. Lingkungan sekolah yang bebas dari

jentik nyamuk dapat mencegah terjadinya penularan penyakit

deman berdarah, chikunya, filariasis, dan malaria.

f. Tidak merokok disekolah

Menurut Pronerawati (2012), dalam satu batamg rokok yang

dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya


26

seperti nikotin, tar dan carbon monoksida (CO). Nikotin dapat

menyebabkan ketagihan dan merusak jantung serta aliran darah.

Tar dapat menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker

sedangkan gas CO dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

darah membawa oksigen yang akan membuat sel- sel dalam tubuh

akan mati (Kemenkes RI, 2018). Sebagian besar perokok mulai

merokok ketika mereka masih anak-anak atau remaja yaitu pada

usia 10-14 tahun sebesar 13.6% dan angka tersebut mengalami

peningkatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 27,7%. Menurut

penelitian Rahmadi (2013), sekitar 32,2% siswa pernah merokok

dan umumnya mereka mempunya pengetahuan yang kurang efek

negative dari rokok terhadap kesehatan. Kebiasaan merokok pada

siswa tersebut dipengaruhi oleh orang tua, teman sebaya,

kepribadian, dan media informasi yang mengiklankan rokok.

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

Kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

pada siswa dilakukan dengan tujuan untuk mengamati tingkat

pertumbuhan pada siswa. Hasil pengukuran dan penimbangan

berat badan pada siswa tersebut dibandingkan dengan standar berat

badan dan tinggi badan yang telah ditetapkan sehingga guru

mengetahui pertumbungan siswanya normal atau tidak norma

(Evayanti,2012).
27

h. Membuang sampah pada tempatnya

Menurut Evayanti (2012), siswa dan masyarakat sekolah wajib

membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan.

Siswa diharapkan tahu dalam memilih jenis sampah seperti

sampah organik maupun sampah non organik.Sampah yang

berserakan dilingkungan sekolah dapat menimbulkan penyakit dan

tidak indah dipandang oleh mata.

5. Pembinaan PHBS ditatanan Sekolah

Menurut PerMenKes RI No2269/MENKES/PER/XI/2011, Menurut

pembinaan PHBS adalah upaya untuk menciptakan danmelestarikan

perilaku hidup yang berorientasi kepadakebersihan dan kesehatan di

masyarakat, antarmasyarakatdapat mandiri dalam mencegah dan yang

kesehatan masalah-masalah yang dihadapi untuk ditanganinya.

Pembinaan PHBS dilaksanakan melalui penyelenggaraanPromosi

Kesehatan, yaitu upaya untuk membantu individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat agar tahu, mau danmampu mempraktikkan PHBS, melalui

proses pembelajaran

dalam mencegah dan menanggulangi masalahkesehatan yang dihadapi,

sesuni sosial budaya setempat serta didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan.

Di institusi pendidikan, pembinaan PHBS pelaksanaanmelalui

kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terintegerasi dengan

kegiatan pengembangan danpembinaan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga


28

Aktif.Namundemikian, tanggung jawab pembinaan yang terendah tidak

ditempatkan di tingkatkecamatan, melainkan di tingkat kabupaten/kota

(Pokjanal Kabupaten/Kota).

a. Pemberdayaan

Pemberdayaan di institusi pendidikan seperti sekolah,

madrasah, pesantren, seminar dan lain-lain, dilakukanterhadap para

anak didik.Sebagaimana di desa ataukelurahan, di sebuah

institusipendidikanpemberdayaan juga diawali dengan masyarakat

pengorganisasian masyarakat (yaitu institusi pendidikan tersebut).

Pengorganisasian masyarakat ini adalah untuk membentuk atau

merevitalisasi Tim Pelaksana UKS yang disebut dengan nama lain dan

parapendidik di institusi pendidikan yang bersangkutan Dengan

kapasitas pengelola. Pengembangan pengorganisasian masyarakat di

institusi pendidikan tersebut,maka selanjutnya pemberdayaan anak

didikdaput diserahkan kepada pimpinan institusi pendidikan, komite

atau dewan penyantun, Tim Pelaksana UKS atau yang disebut sebagai

para pendidik, dan anak-unak didik yang ditunjuk sebagai kader

(misalnya dokter kecil).

b. Bina Suasana

Bina suasana di institusi pendidikan selain dilakukanoleh para

pendidik, juga oleh para pemukamasyarakat (khususnya pemuka

masyarakat bidang pendidikan danagama), pengurusorganisasi

anakdidik seperti OSIS dan sejenisnya, pramuka dan parakader.Para


29

pendidik, pemuka masyarakat, pengurus organisasi anak didik,

Pramuka dan kader berperansebagai panutan dalam mempraktikkan

PHBS diinstitusi pendidikan tersebut. Bina suasana juga dapat

dilakukan dengan pemanfaatan media seperti billboard di halaman,

poster di ruang kelas,pertunjukan film, pemuatan. Makalah/berita

dimajalah dinding atau majalah sekolah, serta penyelenggaraan

seminar/simposium/diskusi,mengundang pakar atau alim-ulama atau

figurpublic untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuktaman obat

/ taman gizi.

c. Advokasi

Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari Advokasi dilakukan

dari kabupaten/kota/provinsi terhadap pimpinaninstitusi pendidikan,

para pendidik dan pengurusorganisasi peserta didik, agar mereka

berperan serta dalam kegiatan pembinaan PHBS di institusi

pendidikannya.Para pemilik/pimpinan institusi pendidikan misalnya,

harus memberikan dukungan kebijakan/pengaturan dan menyediakan

sarana agar PHBS di institusi pendidikannya dapat dipraktikkan.

Advokasi juga dilakukan terhadap para orang dana,

termasukpengusaha, agar mereka membantu upaya pembinaan PHBS

di institusi pendidikan.

6. Sasaran Pembinaan PHBS

Menurut PerMenKes RI No2269/MENKES/PER/XI/2011, sasaran

pembinaan PHBS, ada 3 yaitu sasaran primer, sasaran sekunder dan


30

sasaran tersier.Sasaran utamanya berupa sasaran, yaitu individu anggota

masyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat dan masyarakat

secara keseluruhan, yang diharapkan untuk mempraktikkan PHBS.

Sasaran skunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap

sasaran primer dalam pengambilan keputusannya untuk mempraktikkan

PHBS.Termasuk di sini adalah para pemuka masyarakat atau tokoh

masyarakat, yang umum menjadi panutan sasaran primer.Terdapat

berbagai jenis tokoh masyarakat, misalnya tokoh pertanian, tokoh

pendidikan, tokoh bisnis, tokoh pemuda, tokoh remaja, tokoh wanita,

tokoh kesehatan.

Sasaran tersier adalah mereka yang berada dalamposisi pengambilan

keputusan formal, sehingga dapatmemberikandukungan, baik berupa

kebijakan/peraturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan PHBS

terhadap sasaran primer. Mereka sering juga disebut sebagai tokoh

masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisi menentukan dalam

struktur formal di masyarakatnya (disebut juga penentu kebijakan) yang

memiliki kemampuan untuk mengubah sistem nilai dan norma masyarakat

melalui kebijakan / peraturan , serta menyediakan sarana yang diperlukan.

Langkah-langkah pembinaan PHBS di sekolah sebagai berikut :

a. Analisis Situasi

b. Kelompok kerja

c. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah

d. Penyiapan Infrastruktur
31

e. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah

f. Penerapan PHBS di Sekolah

g. Pemantauan dan evaluasi

7. Dukungan dan peran untuk membina PHBS disekolah

Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti

Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas

sektor yang sangat penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi

terwujudnya sekolah sehat. Peran dari berbagai pihak terkait (Tim

Pembina dan pelaksana UKS) juga penting, sedangkan masyarakatsekolah

hanya berpartisipasi dalam perilaku bersih dan sehat baik di sekolah

maupun di masyarakat (Taryatman, 2020).

Menurut PerMenKes RI No2269/MENKES/PER/XI/2011, ada

beberapa dukungan dan peran dalam pembinaan PHBS di tatanan sekolah

yaitu :

1. Pemilik/Komite/Dewan Penyantun/Pengelola Institusi Pendidikan

a. Memberikan dukungan kebijakan berupa peraturan yang

mrndukung pembinaan PHBS di institusi pendidikannya.

b. Menyediaan sarana/fasilitas (air bersih, jambansehat, kantin

sehat, tempat sampah dan lain-lain) untuk mendukung PHBS

di institusi pendidikannya

2. Tim Pelaksana UKS/Pendidik


32

a. Meyusun rencana, melaksanakan, menyatukan

danmenegevaluasi pembinaan PHBS di institusi

pendidikannya.

b. Membentuk dan menyelenggarakan Klinik Konsultasi

Kesehatan.

3. Kader

a. Pelaksanaan promosi kesehatan dalam rangka pembinaan

PHBS bagi teman-teman (anak didik) lainnya.

b. Membantu penyelenggaraan Klinik Konsultasi

C. Anak Usia Sekolah

Usia anak sekolah dalam rentang kehidupan dimulai dari usia 6 -12

tahun, yang masing-masing karekteristik penting dari periode tersebut.

Periode usia pertengahan ini disebut usia sekolah atau masa sekolah. Periode

ini dimulai dari masuknya anak kelingkungan sekolah, yang memiliki dampak

signifikan dalam perkembangan anak dan hubungan dengan orang lain

(Friedmen, 2003.).

Perkembangan anak usia sekolah terdiri dari :

1. Perkembangan psikososial

Pada masa ini terjadi perkembangan rasa industri yaitu mencapai usia

6 tahun dan masa remaja. Anak usia sekolah ingin sekali

mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan

yang berarti dan berguna secara sosial. Mereka mendapatkan


33

kompetensi pribadi dan interpersonal, menerima instruksi sistem yang

digambarkan oleh budaya individu mereka, dan mengembangkan

keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang berguna,

yang berkontribusi dalam komunikasi sosial mereka.

2. Perkembangan kognitif

Mereka mulai memperoleh kemampuan untuk terhubung dengan

kejadian untuk menggambarkan mental anak yang dapat secara verbal

atau simbolik.Anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan

antara sesuatu hal dengan ide. Anak mengalami kemajuan dari

penilaian berdasarkanakan apa yang dilihat dari penilaian berdasarkan

alasan mereka.

3. Perkembangan moral

Walaupun anak usia 6 sampai 7 tatun mengetahui peraturan dan

perilaku yang diharapkan dari mereka, mereka tidak memahami

alasannya. Anak usai sekolah yang lebih besar menilai suatu tindakan

berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkan.

4. Perkembangan konsep diri

Konsep diri yag positif membuat anak merasa senang, berharga dan

mampu memberikan kontribusi dengan baik. Perasaan seperti itu

menyebabkan penghargaan diri, kepercayaan diri dan perasaan bahagia

secara umum.Perasaan negatif menyebabkan keraguan terhadap diri

sendiri.Anak usia sekolah memiliki persepsi yang cukup akurat dan

positif tentang keadaan fisik mereka sendiri (Cahyaningsih, 2011).


34

Dalam masa perkembangannya tersebut, pada anak usia

sekolah memiliki banyak masalah yang membutuhkan peran aktif

orang. Masalah yang sering terjadi pada anak sekolah meliputi bahaya

fisik dan psikologis.

1. Bahaya fisik

a. Penyakit, penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang

berhubungan dengan kebersihan diri.

b. Kegemukan, kegemukan terjadi bukan karena adanya

perubahan pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya

karbohidrat yang dikosumsi.

c. Kecelakaan

d. Kecanggungan

2. Psikologis

a. Bahaya dalam berbicara, seperti kosakata yang kurang

salah dalam berbicara, memiliki bahaya berbicara dan

bersifat egosentris.

b. Bahaya emosi, seperti marah yang meledak-ledak sehingga

kurang menyenangkan orang lain.

c. Bahaya bermain

d. Bahaya dalam konsep diri, merasa tidak puas pada diri

sendiri dan puas pada perlakuan orang lain.

e. Bahaya moral

f. Bahaya yang menyangkut minat


35

g. Bahaya dalam pergolongan peran seks

h. Bahaya dalam perkembangan kepribadian

i. Bahaya hubungan keluarga (Friedmen, 2003.).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS pada tatanan sekolah

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan memputiyai enam tingkat

yaitu:

1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

merupakan pengetahuan tingkat yang rendah. Untuk mengukur bahwa

seseorang tahu dapat mengukur dari kemampuan orang tersebut

menyebutkannya, menguraikan dan mendefinisikan.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menafsirkan

materi tersebut secara benar. Orang telah memahami suatu atau materi
36

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, terhadap objek yang dipelajari. yaitu sebagai

kemampuan untuk

3. Aplikasi, yaitu memahami materi yang telah dipelajari pada kondisi

yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalamstruktur

organisasi tersebut, dan masih ada satu sama lain.

5. Sintesis, yaitu menunjukkan kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2014). Sikap memiliki

beberapa karakteristik yaitu selalu ada objeknya, biasanya bersifat

evaluatif, relatif mantap, dapat diubah. Sikap adalah reaksi atau respons
37

seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya permintaan reaksi terhadap stimulus

tertentu. Sikap memiliki tiga komponen pokok yaitu kepercayaan,

kehidupan emosional, serta kecendrungan untuk bertindak.Ketiga

komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh.Dalam

penetuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon, diartikan buhwa subjek memberikan jawaban jika ditanya

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikator dari sikap.

3. Menghargai, diartikan bahwa subjek memberikan jawahan apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikator dari sikap.

4. Menghargai, diartikan bahwa subjek mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mengerjakan sesuatu dengan orang lain terhadap

suatu masalah.

5. Menjawabjawab, diartikan bahwa subjek bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Sikap

berbeda menjadi dua, yaitu:

1. Sikap negatif, sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak

menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.


38

2. Sikap positif, sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang

berlaku dimana individu itu berada.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu

objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis,

kemudian dinyatakan sebagai responden (Ahmadi, 2003).Tindakan

adalah gerakkan atau tindakan daritubuh setelah mendapat rangsangan

adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan

seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh

bagaiman kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Secarabiologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan,

namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki

hubungan yang sistematis (Notoatmodjo, 2014 ). Tindakan terdiri dari

beberapa tindakan yaitu:

1. Persepsi, mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

benar.

3. Mekanisme, bila seseorang dapat melakukan sesuntu dengan benar

secara otomatis sesudah kebiasaan.

4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.


39

c. Peran Orang Tua

(Friedmen, 2003)menyatakan bahwa peran adalah perilaku yang

berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu, posisi

mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial.

Setiap perilaku individu suatu menempati posisi-posisi multiple, orang

dewasa, dan pria suami yang berhubungan dengan masing-masing posisi

ini adalah sejumlah peran, di dalam hal posisi ibu, beberapa peran yang

terkait adalah sebagai penjaga rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan

dalam keluarga, memasak, sahabat atau teman bermain bagi anak.Peran

merupakan seperangkat tingah laku seseorang yang diharapkan sesuai

dengan fungsi, potensi, kemampunn serta tanggung jawabnya. Orang tua

merupakan seorang atau dua orang ayah-bunda yang bertanggung jawab

atas keturunannya sejak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik

berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual (MUSTIKA, 2016).

Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua

dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan

mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru

dari orang tuanya (Maulani, 2005). Peran orang tua adalah seperangkat

tingkah laku dua orang ayah dan ibu dalam bekerja sama dan bertanggung

jawabberdasarkan keturunannya sebagai tokoh panutan anak semenjak

terbentuknya pembuahan atau zigot secara konsisten terhadap stimulus

tertentu, baik berupa bentuk tubuh maupun sikap moral dan spiritual serta

emosional yang mandiri.


40

Ada dua macam peran yaitu :

a. Peran Formal

Peran formal merupakan peran yang membutuhkan keterampilan dan

kemampuan tertentu dalam menjalankan peran tersebut.Peran formal

yang standar terdapat dalam keluarga yaitu ayah sebagai pencari

nafkah, ibu sebagai pengatur ekonomi keluarga, di samping itu tugas

pokok sebagai pengasuh anak. Jika salah satu anggota keluarga tidak

dapat memenuhi suatu peran, maka anggota keluarga yang

lainnyatetap mengambil alih ini dengan memerankan perannya agar

tetap berfungsi dengan baik (Friedmen, 2003).

b. Peran Informal

Peran informal adalah peran yang mempunyai tuntutan yang berbeda,

tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih berdasarkan

pada atribut personalitas atau kepribadian individu. Peran formal

dapat mempermudah pandangan terhadap sifat masalah yang dihadapi

dan mendapatkan solusi yang tepat. Pelaksanaan peran informal yang

efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran-peran formal

(Friedmen, 2003).

(Mardhianti, 2013)menyatakan bahwa peran orang tua

merupakan faktor eksternal terhadap praktik PHBS disekolah.Peranan

orang tua sangat kuat untuk mengubah perilaku anak ke arah yang

lebih baik sehingga bila orang tua memiliki pengetahuan yang baik

dan waktu yang cukup untuk memberikan contoh tentang PHBS dan
41

memberikan informasi tentang manfaat, tujuan dan arti penting PHBS

bagi anak di lingkungan sekolah maka praktik anak terhadap PHBS

menjadi lebih baik.

d. Peran Guru

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yang

terdapat dalam Bab 1 Pasal 1 bahwa guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan,

melatih, memberikan, menilai, mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan mendidik, mendidik anak usia dini jalur pendidikan

formal,pendidikan dasar, danpendidikan menengah. Atmidiwiro (2000)

menyatakan bahwa istilah lain guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa

yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak

didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai

kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya

sebagai makhluk Allah khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan

individu yang mampu berdiri sendiri. Sehingga seorang guru memiliki

peran penting dalam pembentukan akhak, perilaku dan karakter anak.

Peran guru sebagai pendamping siswa sebagai pengajar dan pendidik

untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan harapan sebagai generasi

luar dinas, dalam bentuk pengabdian.


42

Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni:

1. Tugas dalam bidang profesi

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan

melatih.Mendidik berarti membantu dan mengembangkan nilai-nilai

hidup yang baik dalam membentuk perilaku siswa yang tepuji baik

terhadap dirinya, lingkungan dan masyarakat.Mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi.Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan

pada siswa.

2. Tugas dalam bidang kemanusiaan

Guru di sekolah harus dapat mewujudkan dirinya sebagai

orang tua kedua.la harus mampu menarik simpati sehingga menjadi

idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, dapat menjadi

motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam

penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah

ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para

siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak

menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan

masyarakat dapat memahami ketika menghadapi guru.Masyarakat

menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dari

lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat

memperoleh ilmu pengetahuan.Ini berarti bahwa guru berkewajiban


43

mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia

seutuhnya yang berdasarkan pancasila.

3. Tugas dalam bidang kemasyarakatan

Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam

masyarakat,bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen

strategi yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak

maju kehidupan bangsa.Bahkan keberadaan guru merupakan faktor

condisio sine quanon yang tidak mungkin dapat digunakan oleh

komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-

lebih pada era kontemporer ini.

Peran guru sebagai pengajar, pendidik dan pelatih memiliki

posisiyang strategis untuk menanamkan prinsip-prinsip PHBS di

lingkungan sekolah. Sosialisasi sejak dini oleh guru kepada siswa

mengenai pesan-pesan yang ada dalam PHBS melalui semua aktivitas

harian di sekolah dikaitkan dengan PHBS dengan tujuan setiap anak

akan terbiasadengan hal tersebut dan dapat saling mengingatkan antar

mereka untuk selalu melaksanakan praktik PHBS. Semakin besar

peran guru dalam mensosialisasikan pesan PHBS maka siswa akan

lebih baik dalam mempraktikkan PHBS di sekolah. Hal itu

dimungkinkan karena biasanya anak-anak patuh terhadap perintah

gurunya sehingga bila gurunya semakin berperan dalam

mensosialisasikan PHBS maka praktiknya juga akan semakin baik

(MUSTIKA, 2016).
44

e. Sarana Dan Prasarana

Fasilitas PHBS merupakan sarana yang dipergunakan sebagai

pendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Fasilitas yang harus tersedia

sebagai faktor pendukung untuk PHBS pada murid sekolah adalah sebagai

berikut (Depkes,2012):

1. Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Penyediaan tempat cuci tangan di sekolah minimal satu tempat cuci

tangan untuk dua kelas yang dilengkapi dengan:

a) Tersedianya air bersih yang mengalir

b) Tersedianya sabun cair/ batang

c) Tersedianya tisu / lap tangan

2. Kantin Sekolah

Pengelolaan kantin dan makanan sehat harus mempertatikan beberapa

aspek yang mengacu pada Keputusan Kementerian Kesehatan Nomor

1429/ Menkes/ SK/ XII/ 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan di Sekolah yaitu :

a) Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan

atau tertutup.

b) Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam

keadaan baik dan tidak kadaluarsa.

c) Tempat penyimpanan makanan harus bersih dan memenuhi

persyaratan kesehatan.
45

d) Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih yang

mengalir atau dalam 2 wadah yang berbeda dan dengan

menggunakan sabun.

e) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan di tempat yang bebas

pencemaran.

f) Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan

makanan jajanan harus sesuai dengan peruntukannya.

g) Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya

untuk sekali pakai.

h) Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga kebersihan

dengan selalu menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan

sebelum memasak dan dari toilet.

3. Jamban

Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban

yang memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septik tank

cemplung tertutup) dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat

adalah yang tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran,

tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah

dibersihkan dan aman digunakan, terpisah antara laki-laki dan

perempuan.
46

4. Sarana atau tempat olahraga

Tersedianya tempat berolahraga dan bermain bagi murid

sekolah.Harus dalam keadaan bersih, tidak becek dan tidak

membahayakan murid.

5. Pengendalian jentik nyamuk

a) Kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang diamati melalui

indeks wadah di dalam lingkungan sekolah harus nol.

b) Tersedianya poster tentang 3 M (menguras, menutup dan

mengubur)

6. Peraturan dilarang merokok

Tersedianyaatau adanya ketentuan dilarang merokok berupa poster dan

peraturan tertulis.

7. Alat penimbang berat dan pengukur tinggi badan

Tersedianyaalat penimbang berat dan pengukur tinggi badan.

8. Tempat sampah

a) Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampah yang dilengkapi

dengan tutup.

b) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari

seluruh ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau

pemusnahan sumpah.

c) Peletakan tempat pembuangan / pengumpulan sampah sementara

dengan ruang kelas minimal 10 meter.


47

E. Kerangka Teori

Menurut teori L.Green dalam Notoadmodjo (2010) terdapat 3 faktor

mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu factor presdiposisi, factor

pendukung, dan factor pendorong.Factor predisposisi terwujud dalam

pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nila-nilai, dan

sebagainya.Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, dan tersedia

atau tidaknya fasilitas kesehatan. Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain serta dukungan dari keluarga.

Berdasarkan teori tersebut, dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :


48

Bagan 2.1
(Kerangka Teori)

Faktor predisposisi :

• Pengetahuan
• Sikap
• Keyakinan
• Keinginan
• Nilai-nilai

Faktor pemungkin :
PHBS
• Lingkungan
• Sarana prasarana

Faktor pendorong :

• Dukungan petugas

Peran guru

• Dukungan keluarga

Peran orang tua

Sumber : L. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori tentang perilaku menurut Soekijono

notoadmodjo tahun 2014, maka dibuatlah kerangka konsep untuk penelitian

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat pada Siswa Kelas V SD Islam Terpadu

Marhamah (SDIT) Muaro Labuh di Masa Pandemi.Dimana variable

independent penelitian ini terdiri dari pengetahuan, sikap, peran guru, peran

orang tua dan sarana prasarana.Sedangkan variable dependent penelitian ini

adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masa Pandemi di Sekolah.

Variable Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Sikap

PHBS di
Peran guru Sekolah

Peran orang tua

Bagan 3.1
Bagan Variabel

49
50

B. Defenisi Operasional

Table 3.1
(Defenisi Operasional)

N Variable Defenisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil Skala


o ukur ukur
1 Independent Segala sesuatu yang Wawancara Kuisioner Rendah : Ordinal
Pengetahuan diketahui siswa SD < Mean
tentang PHBS anak Tinggi :
sekolah ≥ mean
2 Sikap Sikap merupakan reaksi Wawancara Kuisioner Kurang Ordinal
atau respon siswa yang baik :
masih tertutup Perilaku < Mean
Hidup Dan Bersih dan Baik
Sehat di masa Pandemi ≥ Mean
3 Peran orang Peran orang tua dalam Wawancara Kuisioner Kurang Ordinal
tua memberikan baik :
pengasuhan di rumah < Mean
sehingga dapat Baik
mempengaruhi PHBS ≥ Mean
anak sekolah
4 Peran guru Peran guru sebagai Wawancara Kuisioner Kurang Ordinal
pendamping siswa baik:
sebagai pengajar dan < Mean
pendidik untuk Baik
membentuk Perilaku ≥ Mean
Hidup Bersih dan
Sehat.
5 Variabel Perilaku hidup bersih Wawancara Kuesioner Kurang Ordinal
dan sehat yang
independen baik:
diterapkan oleh siswa
PHBS sekolah dasar dalam Skor <
kehidupkan sehari-hari
Median
Baik:
skor
≥ mean
51

C. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Siswa Kelas V SD Marhamah di Masa Pandemi.

2. Ada hubungan sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa Kelas

V SD Marhamah di Masa Pandemi.

3. Ada hubungan antara dukungan orang tua dengan Prilaku Hidup Bersih

dan Sehat Siswa Kelas V SD Marhamah di Masa Pandemi.

4. Ada hubungan antara dukungan guru dengan Prilaku Hidup Bersih dan

Sehat Siswa Kelas V SD Marhamah di Masa Pandemi.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan

dalam melakukan prosedur penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif analitik, dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan

rancangan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Cross Sectional

untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar IT Marhamah

Muaro Labuh di Masa Pandemi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Terpadu

Marhamah Muaro Labuh. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Desember

sampai Januari Tahun 2022.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena

yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian .

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Sugiyono. 2019).

52
53

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa

SD IT Marhamah Muaro Labuh yaitu sebanyak 54 orang. Alasan

pemilihan siswa kelas V merupakan kelompok umur yang mudah

menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat

untukmenyampaikan pengetahuan dan informasi yang di terimanya

kepada orang lain (Sarwono, 1997).

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2016: 174). Arikunto (2007) menyatakan jika jumlah anggota subjek

dalam populasi di bawah 100, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil

seluruhnya. Jadi teknik yang digunakan adalah teknik total sampling yaitu

pengambilan seluruh populasi jadi yaitu keseluruhan siswa SD Marhamah

kelas V sebanyak 54.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data Primer Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden. Data

Sekunder Data yang diperoleh dari gambaran umum di SD IT Marhamah dan

referensi-referensi perpustakaan yang ada hubungan dengan penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan, kemudian dapat diolah dengan bantuan

computer. Bebrapa kegiatan yang harus dilakukan dalam pengelolaan data

yaitu :
54

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Kegiatan mengecek kembali tahap jawaban pada kuesioner apakah

jawaban sudah lengkap, jelas dan sudah relevan pertanyaan yang

diajukan. Dengan tujuan untuk menjaga kualitas data, kebenaran data dan

kelengkapan data agar dapat diproses terhadap berikutnya.

2. Pengkodean Data (Coding)

Memberikan kode pada kuesioner sehingga informasi dari data yang telah

terkumpul dan mempermudah dalam menklasifikasikan jawaban secara

teratur.

3. Masukan Data (Entry)

Masukan data coding (pengkodean data) kedalam program pengolahan

data.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Sebelum analisis data terhadap data yang dimasukan, perlu dilakukan

pengecekan, jika ditemukan kesalahan dalam pemasukan kode dapat

diperbaiki kembali.

5. Tabu Lasi Data (Tabu lating)

Pekerjaan tabulasi data adalah pekerjaan membuat table jawaban jawaban

yang telah diberi kode kategori jawaban kemudian di masukan kedalam

table distribusi frekuensi (Arikunto, 2013).


55

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat pola distribusi frekuensi

dari variabel independen dan variabel dependen. Analisis data univariat

dilakukan dengan melihat frekuensi kejadian dalam bentuk persentase atau

proporsi setiap variabel. Selanjutnya hasil analisis univariat ditampilkan

dalam bentuk table (Arikunto, 2013).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan

antara variable independen dan variable dependen. Uji statistic yang

digunakan pada penelitian ini adalah “Chi Square” dengan tingkat

kepercayaan 95%. Jika nilai p≤α (0,05) maka secara statistic disebut

bermakna dan jika nilai p≥α (0,05) maka hasil perhitungan tersebut tidak

bermakna.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SD Islam Terpadu Marhamah adalah salah satu sekolah dasar yang

terletak di Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan dengan luas

tanah 3 m²

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini membahas hubungan pengetahuan, sikap, peran guru,

dan peran orang tua dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada

Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah Tahun 2022. Penelitian ini telah

dilakukan pada januari 2022 Responden dalam penelitian ini adalah siswa SD

IT Marhamah kelas V yaitu sebanyak 54 orang.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

dari variable dependen yaitu perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) pada kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah

dan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, peran guru, dan

peran orang tua.

a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Peran Guru

d. Peran Orang Tua

56
57

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan yaitu variabel dependen dan independen. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel

tersebut. Uji statistic yang digunakan yaitu chi-sguare secara

komputerisasi. Pada penelitian ini, analisis bivariate dilakukan

untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, peran guru, dan

peran orang tua dan PHBS Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu

Marhamah yang bisa dilihat pada table berikut ini:

a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam

Terpadu Marhamah

b. Hubungan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu

Marhamah

c. Hubungan Peran Guru dengan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam

Terpadu Marhamah

d. Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Islam

Terpadu Marhamah
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Dimana sebagian pancaindra manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2012).

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulasi atau objek yang diterimanya. Sikap belum

tentu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan (Notoatmodjo

2012).

3. Peran Guru

peran guru didalam lingkungan sekolah sangat mempengaruhi bagi

siswa/siswi dalam menerapkan PHBS dilingkungan sekolah, hal

tersebut tidak terlepas dari berbagai sikap dan perbuatan guru yang

menjadi contoh bagi siswa/siswi. Setiap siswa dituntut untuk menjaga

kesehatan sesuai dengan apa yang telah di contohkan oleh gurunya di

lingkungan sekolah. Karena itu guru tidak hanya mengajar dan

58
59

mendidik kepada siswanya, tetapi guru memberikan contoh yang baik

yang dapat dicontoh oleh siswanya (Jimung, 2019)

4. Peran Orang Tua

Orang tua mempunyai tugas untuk memandu perkembangan anak

terhadap kebersihan serta perilaku hidup bersih dan sehat. Hal tersebut

dapat sangat mempengaruhi perilaku anak salah satunya PHBS. Anak di

usia Sekolah Dasar memiliki kebiasaan seperti apa yang selalu diajarkan

oleh keluarganya seperti menggosok gigi setelah makan dan sebelum

tidur, mencuci tangan setiap mau makan dan sesudah makan, serta

menjaga kebersihan diri seperti mandi 2x sehari dan membuang sampah

pada tempatnya setelah selesai makan (Rompas, 2018)

5. Perilaku hidup bersih dan sehat pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Islam Terpadu Marhamah

Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup

yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari segi biologis semua makhuk hidup

mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempuyai aktivitas masing-

masing (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku hidup sehat adalah perilaku perilaku yang berkaitan dengan

upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku hidup berrsih dan sehat merupakan sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran indiividu untuk mencegah permasalahan

kesehatan. PHBS dipraktikkan atas dasar kesadaran, sebagai hasil


60

pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong

diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakatnya. Kebijakan PHBS menjadi komponen penting

suatu daerah sebagai indicator suatu keberhasilan daerah untuk

menurunkan kejadian penyakit yang di sebabkan oleh perilaku yang tidak

sehat (Depkes, 2017).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) pada siswa kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan akan lebih

laggeng dari pafda perilaku yang tidak di sadari oleh pengetahuan.

Berdasarkan penelitian Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu Awareness,

Interest, Evalution, Trial Adoption. Setelah seseorang mengetahui

stimulus atau obyek, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat

terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan

melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya.

2. Hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

pada siswa kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah

Hasil penelitian sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2012), yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu


61

kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan

suatu cara yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan

untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang

menyatakan atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah

sebagian dari perilaku manusia. Sikap belum merupakan tindakan atau

aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka

dan merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap obyek dilingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

3. Hubungan Peran Guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) pada siswa kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah

peran guru didalam lingkungan sekolah sangat mempengaruhi bagi

siswa/siswi dalam menerapkan PHBS dilingkungan sekolah, hal tersebut

tidak terlepas dari berbagai sikap dan perbuatan guru yang menjadi contoh

bagi siswa/siswi. Setiap siswa dituntut untuk menjaga kesehatan sesuai

dengan apa yang telah di contohkan oleh gurunya di lingkungan sekolah.

Karena itu guru tidak hanya mengajar dan mendidik kepada siswanya,

tetapi guru memberikan contoh yang baik yang dapat dicontoh oleh

siswanya (Jimung, 2019).

4. Hubungan Peran Orang Tua dengan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) pada siswa kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah

Orang tua mempunyai tugas untuk memandu perkembangan anak

terhadap kebersihan serta perilaku hidup bersih dan sehat. Hal tersebut
62

dapat sangat mempengaruhi perilaku anak salah satunya PHBS. Anak di

usia Sekolah Dasar memiliki kebiasaan seperti apa yang selalu diajarkan

oleh keluarganya seperti menggosok gigi setelah makan dan sebelum

tidur, mencuci tangan setiap mau makan dan sesudah makan, serta

menjaga kebersihan diri seperti mandi 2x sehari dan membuang sampah

pada tempatnya setelah selesai makan (Rompas, 2018).


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 54 responden siswa

kelas V Sekolah Dasar Islam Terpadu Marhamah tahun 2021 dan

pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat diberikan

saran berupa:

1. Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan responden mengenai perilaku hidup bersih

dan sehat sehingga dapat memperbaiki sikap dan perilaku dalam

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi saerah yang

diteliti dalam upaya meningkatkan PHBS Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Islam Terpadu Marhama, sehingga derajat kesehatan meningkat,

menyarankan peneliti berikut mengambil variabel yang berbeda atau

lebih penelitian yang penelitian lakukan.

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi proses

belajar mengajar di Universitas Fort De Kock Bukittinggi dan dapat

63
64

dijadikan referensi atau bahan untuk studi bagi penelitian selanjutnya

mengenai PHBS.

4. Bagi peneliti

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lanjut

dalam lingkup yang lebih luas, yaitu seluruh Siswa Sekolah Dasar

Islam Terpadu Marhamah.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2016). METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN (Ed. 1). Andi Offset.


Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2013). Profil Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.
Profil Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, 36, 3.
DKK Bukittinggi. (2018). Profil Gender dan Anak Kota Bukittinggi Tahun 2018. 1–
109.
Friedmen, 2003. (n.d.). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori dan praktik
(5th ed.). EGC.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
In Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
2269/MENKES/PER/XI/2011 Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS),-- Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011 (Issues 978-602-
9364-45–3).
Mardhianti, R. (2013). Pesan Kesehatan : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs)
Anak Usia Dini Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. In Jurnal Ilmiah
Kesehatan (Vol. 2, Issue 3). https://doi.org/10.35952/jik.v2i3.71
MUSTIKA, F. L. (2016). Hubungan Komunikasi Interpersonal Anak Ke Orangtua
Dengan Perilaku Bullying Pada Anak Usia Sekolah Program Studi D Iv
Kebidanan. Stikes Ngudi Waluyo, 1–11.
Nasiatin, T., Pertiwi, W. E., Setyowati, D. L., & Palutturi, S. (2021). The roles of
health-promoting media in the clean and healthy living behavior of elementary
school students. Gaceta Sanitaria, 35, S53–S55.
https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2020.12.015
Putri Lina, H. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa Di SDN 42
Korog Gadang Kecamatan Kuranji Padang. 4(1), 92–103.
Safitri, H. I., & Harun, H. (2020). Membiasakan Pola Hidup Sehat dan Bersih pada
Anak Usia Dini Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 5(1), 385. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.542
Saida, Esso, A., & Parawansah. (2020). Cegah Covid 19 Melalui Edukasi Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Di Kecamatan Puuwatu Kota Kendari. Journal of
Community Engagement in Health, 3(2), 329–334.
sugiyono.dr.prof. (2019). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D
(sugiyono.dr.prof (Ed.); krdua). ALFABETA,cv.
Syah, R. H. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah,
Keterampilan, dan Proses Pembelajaran. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya
Syar-I, 7(5). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.15314
Taryatman. (2020). PERAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) SEBAGAI
PROSES PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PESERTA DIDIK. 2, 627–
639.
Taryatman, Studi, P., Guru, P., Dasar, S., & Tamansiswa, U. S. (2016). UNTUK
MEMBANGUN GENERSI MUDA YANG BERKARAKTER Taryatman.
Taryatman, 3(1), 6. https://media.neliti.com/media/publications/259042-budaya-
hidup-bersih-dan-sehat-di-sekolah-e30972f8.pdf
Tentama, F. (2018). PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) DEMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 13.
https://doi.org/10.12928/jp.v1i1.309
WHO. (2016). World Health Organization.1994.Health.
Yufiarti, Y., Edwita, & Suharti. (2019). Health Promotion Program (JUMSIH); To
Enhance Children’s Clean and Healthy Living Knowledge. JPUD - Jurnal
Pendidikan Usia Dini, 13(2), 341–355. https://doi.org/10.21009/jpud.132.10

Anda mungkin juga menyukai