2. Program UKS Menurut Departemen Kesehatan RI (1976: 18-27), program UKS dapat dikelompokkan menjadi 3 bidang yaitu lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan di sekolah. a. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat Menurut Djoned Sutatmo dalam Andi Untara (2013: 22-24), lingkungan sekolah yang sehat meliputi: (1) Pengadaan ruang/sudut UKS, (2) Pembinaan kantin sekolah, (3) Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi syarat, (4) Pengadaan tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, (5) Pengadaan tempat pembuangan air limbah yang memenuhi syarat, (6) Pengadaan kamar mandi/WC khusus siswa, (7) Pengadaan kamar mandi/WC khusus guru dan karyawan. b. Pendidikan kesehatan di sekolah adalah segala kegiatan dan usaha yang dilakukan secara sadar dibidang kesehatan melalui pendidikan, untuk membina kesehatan anak didik dan lingkungan hidupnya sehingga dapat memberikan kesempatan belajar sebaik-baiknya (Djoned Sutatmo, 1979: 42). Menurut Djoned Sutatmo dalam Andi Untara (2013: 22-24), pendidikan kesehatan meliputi: (1) Memasukkan pendidikan kesehatan ke dalam materi pembelajaran, (2) Pengadaan alat- alat peraga kesehatan, (3) Pengadaan kegiatan lomba kebersihan badan, (4) Pengadaan kegiatan lomba kebersihan ruang kelas, (5) Pengadaan kegiatan lomba kebersihan antar sekolah, (6) Menanamkan kebiasaan hidup sehat sejak dini, (7) Pencegahan kecelakaan (keamanan) dan PPPK, (8) Mengenal dan menghargai makanan yang bergizi, (9) Mengenal dan tahu cara mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada di daerahnya (ruang UKS, rumah sakit, Puskesmas, 18 dokter, dan lain-lain), (10) Memberi keterampilan kesehatan kepada siswa, (11) Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan sekolah. c. Usaha Pelayanan Kesehatan Menurut Djoned Sutatmo dalam Andi Untara (2013: 22-24), pelayanan kesehatan meliputi: (1) Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening), (2) Pelaksanaan imunisasi, (3) Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit, (4) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini penyakit, (5) Pengadaan upaya alih teknologi kesehatan, (6) Melakukan perawatan ke ruang UKS jika ada siswa yang sakit, (7) Pengadaan rujukan ke Puskesmas, (8) Pelaksanaan pemeriksaan berkala, (9) Pelaksanaan pemeriksaan rutin, (10) Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan, (11) Pelaksanaan pemeriksaan berat badan, (12) Pelaksanaan dokter kecil.
SUMBER: SKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH
( UKS ) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KECAMATAN SENTOLO KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2017 http://eprints.uny.ac.id/54375/1/PELAKSANAAN%20PROGRAM%20USAHA %20KESEHATAN%20SEKOLAH%20%28%20UKS%20%29%20DI%20SEKOLAH %20MENENGAH%20PERTAMA%20SE-KECAMATAN%20SENT.pdf
3. Peran perawat komunitas di sekolah
- Dalam melaksanakan perawatan Kesehatan Masyarakat, perawat idealnya memiliki 12 peran dan fungsi. Namun karena masih rendahnya tingkat pendidikan yaitu pendidikan D3 bahkan ada yang SPK dari seluruh peran dan fungsi yang harus dilakukan oleh perawat hanya enam saja yang menjadi prioritas (Depkes,2006). Peran tersebut antara lain pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, sebagai pendidik/penyuluh kesehatan, koordinator dan kolaborator, konselor keperawatan, panutan. - Peran pemberi asuhan keperawatan bertugas untuk memberikan pelayanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada siswa, maupun seluruh warga sekolah sesuai dengan kewenangannya. - Peran sebagai penemu kasus, ini dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke semua warga di lingkungan sekolah (active case finding dan dapat pula didapat tidak langsung (Passive Case Finding). - Peran sebagai pendidik kesehatan, perawat harus mampu mengkaji kebutuhan yaitu individu maupun kelompok dan masyarakat sekolah, pemulih kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program penyuluhan/pendidik kesehatan baik sehat maupun sakit (Depkes,2006) - Peran sebagai Koordinator dan kolaborator dengan mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan alam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya (lintas program dan lintas sektoral). - Peran sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagi usaha memecahkan masalah secara efktif. Perawat menggunakan metode pengajaran yang direncanakannya (Pery & Potter,2005) - Peran sebagai panutan diharapkan berperilaku hidup yang sehat baik dalam tingkat pencegahan dalam kehidupan sehari hari dapat menjadi contoh masyarakat.
SUMBER: Jurnal keperawatan indonesia Vol. 7 No. 1 Maret 2017
4. Masalah kesehatan pada anak usia sekolah - Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail (2011, dalam Nadya:2012:2) masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah pada dasarnya cukup kompleks dan bervariasi. Peserta didik pada tingkat Sekolah Dasar (SD) misalnya, masalah kesehatan yang muncul biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, sehingga isu yang lebih menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cara menggosok gigi yang benar, mencuci tangan pakai sabun, dan kebersihan diri lainnya. - Laporan Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Nasional tahun 2007, dapat disimpulkan bahwa perilaku yang menyangkut kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan. Banyak penyakit yang dapat disebabkan karena perilaku hidup bersih dan sehat yang masih kurang seperti diare, cacingan, masalah periodontal, filariasis, demam berdarah dan muntaber. Masalah kebersihan diri yang cukup banyak dialami oleh murid sekolah dasar yaitu: 86% murid yang bermasalah pada gigi, 53% tidak biasa potong kuku, 42% murid yang tidak biasa menggosok gigi, dan 8% murid yang tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu data penyakit yang diderita oleh anak sekolah terkait perilaku seperti cacingan adalah sebesar 60– 80%, dan caries gigi sebesar 74,4%. Kompleksnya masalah kesehatan anak sekolah perlu ditanggulangi secara komprehensif dan multisektor (Depkes RI, 2008 dalam Nadia: 2012:3). SUMBER: http://eprints.umm.ac.id/28497/2/jiptummpp-gdl-titinsakin-34211-2-babi.pdf
5. Standar professional praktik perawat di sekolah
6. Penanganan wabah covid di sekolah 1. Advokasi Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers) di institusi (Susilowati, 2016). Upaya advokasi dilakukan kepada kepala sekolah untuk membangun komitmen pihak sekolah dalam penerapan adaptasi kebiasaan baru dalam mencegah covid-19 di sekolah. 2. Bina suasana dan Creative Support Environment Organisasi kesehatan (WHO) memberikan rekomendasi dalam upaya pengendalian penyebaran Covid-19 di Sekolah dengan prinsip dasar agar dapat membantu pelajar, guru, dan staf agar tetap aman di sekolah dan menghentikan penyebaran penyakit ini antara lain: a) Pelajar, guru dan staf lain yang sedang sakit tidak datang ke sekolah. b) Sekolah menetapkan kegiatan cuci tangan teratur dengan air bersih mengalir dan sabun, cairan antiseptik berbahan alkohol/hand sanitizeratau larutan klorin dan, paling tidak, disinfeksi dan pembersihan setiap harinya untuk permukaan- permukaan benda yang ada di sekolah. c) Sekolah menyediakan fasilitasfasilitas pengelolaan air, sanitasi dan sampah dan mengikuti prosedurpembersihan dan dekontaminasi lingkungan. d) Sekolah harus mempromosikan pembatasan sosial (social distancing), tindakan- tindakan tertentu untuk memperlambat penyebaran penyakit yang sangat menular, seperti membatasi acara pertemuan dengan jumlah peserta yang banyak) (WHO, 2020). Kegiatan yang dilakukan adalah membangun dukungan masyarakat (bina suasana). Kegiatan ini merupakan upaya untuk memperkuat dukungan komunitas dalam hal penerapan perilaku sehat. 3. Pemberdayaan Masyarakat Sasaran dari pemberdayaan masyarakat adalah guru di sekolah sasaran. Bentuk kegiatan berupa ToT (Training of Trainer) mengenai perilaku sehat adaptasi kebiasaan baru di sekolah dalam meningkatkan pengetahuan dan membangun sikap yang positif mengenai covid-19. Diharapkan guru dapat meneruskan informasi mengenai AKB kepada siswa didik dan selalu mengingatkan siswa untuk menerapkan perilaku sehat dalam mencegah penularan covid-19.
SUMBER: Jurnal ABDIMAS Vol.2 No.1 Edisi Januari 2021 PENERAPAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU DALAM MENCEGAH PENULARAN COVID-19 DI SEKOLAH DASAR KEC. MANONJAYA KAB. TASIKMALAYA OLEH Sri Maywati, dkk.
7. Tingkat pencegahan kesehatan yang bisa dilakukan di sekolah
- Pendidikan Kesehatan Kegiatan yang di lakukan di sekolah adalah memberikan sesuatu tentang segala sesuatu yang bersangngkut-paut dengan masalah kesehatan, dan menanamkan dasar-dasar kebiasaan hidup sehat, serta mendorong anak didik untuk ikut serta secara aktif dalam setiap usaha-usaha kesejahteraan diri, keluarga dan lingkungannya. Caranya adalah dengan mengintegrasikan atau dalam kata lain mengikutsertakan pendidikan kesehatan kedalam berbagai mata pelajaran yang relevan, dan semua kegiatan yang di lakukan di sekolah. Mata pelajaran yang relevan adalah pendidikan jasmani atau olahraga. Indikator atau hal-hal yang diberikan pada pendidikan/penyuluhan kesehatan meliputi: a. kurikulum berdasarkan kebutuhan dan keinginan masyarakat b. Penyuluhan secara teratur dari petugas puskesmas ke sekolah-sekolah c. Penanaman kebiasaan sehat serta mendorong anak didik untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. - Pemberi pelayanan kesehatan Usaha-usaha pelayanan kesehatan sekolah meliputi: 1. Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan perorangan dilakukan secara teratur, misalnya dengan memperhatikan kuku, gigi, rambut, pakaian murid. 2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui vaksinasi dan sebagainya. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh dokter dari puskesmas setempat. 3. Pemeliharaan dan pengawasan kebersihan lingkungan, terutama lingkungan tempat belajar, yaitu ruang kelas dan halaman sekolah,termasuk lingkungan terdekat. 4. P3K dan pengobatan ringan. Tiap sekolah diharuskan mempunyai kotak P3K yang berisi obata-obatan sebagai pertolongan pertama, misalnya : pembersihan luka, minyak angin, pembalut luka, obat merah, dsb. 5. Usaha-usaha perbaikan gizi masyarakat. Perbaikan gizi masyarakat sangat tergantung pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat, oleh karena itu pemerintah melakukan pengamatan terhadap sekolah-sekolah yang anak didiknya sebagian besar memilki tanda-tanda kekurangan gizi untuk di berikan bantuan susu dan makanan lain. 6. Memberitahukan keadaan kesehatan muridnya kepada orang tua yang bersangkutan. 7. Melakukan kunjungan dan penyuluhan pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan ke rumah murid, guru, pegawai sekolah atau bahkan ke masyarakat sekitar (R.J Soenarjo 2002:10-12). - Menciptakan Lingkungan Hidup Sekolah Yang Sehat Seperti dengan menekankan Pentingnya tempat sampah dan pembuangan sampah yang baik : (1). Tiap ruangan, termasuk kantin harus ada tempat sampah yang mudah dibersihkan dan tertutup. (2). Di halaman sekolah disediakan tempat sampah yang cukup besar dan tertutup. (3). Disediakan tempat akhir pembuangan sampah di halaman sekolah yang paling jauh dari ruang-ruang kelas untuk memudahkan pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan. (4). Jika tidak ada pengangkutan samapah, sebaiknya disediakan tempat pembakaran untuk sampah kering dan pemendaman untuk sampah basah. (5). Semua saluran limbah yang berada di halaman sekolah atau sekitar sekolah harus selalu dibersihkan (R.J Soenarjo, (2002:34) SUMBER: PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI 8. Program kesehatan yang dapat dilakukan di sekolah 9. Kompetensi perawat sebagai perawat UKS 10. EBN perawat sekolah 11. IRK