Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS 2

BLOK KEPERAWATAN KOMUNITAS II

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Kamariyah S.Kep., M.Kep.

DISUSUN OLEH :
RATNA DARMA ADILA G1B121088
KELOMOK 4B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2024
Kasus 2 Tutorial

Di salah satu sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), yang berada di wilayah Telanai Pura
Kota Jambi, Perawat Komunitas melakuan Community Assesment dengan pendekatan
community as a partner, untuk menegakan diagosis yang tepat perawat melakukan pengkajian
core dan sub sistem community. saat dilakukan screnning dari 300 siswa di dapatkan data 60
siswa menderita ISPA, 43 siswa diare, 70 orang siswa obesitas, 56 siswa dengan karies gigi,
informasi dari guru ada 34 siswa menderita hepatitis. informasi didapat dari wawancara dgn
guru, prestasi siswa cenderung menurun. rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare.
Dari pengamatan perawat sekolah tersebut belum memiliki fasilistas yang memadai, yang
dapat menunjang PHBS, Sebenar nya sekolah tersebut memiliki UKS, tapi trias uks belum
berjalan dengan baik karena tidak ada perawat kesehatan sekolah, sehingga program health
promotion school terkait promotion,preventif, kuratif dan rehabilitatif belum bisa berjalan
dengan Optimal.

LO :
1. Jelaskan community As a Partner?
2. Apa Masalah Utama dari Kasus?
3. Bagaimana cara nya institusi sekolah menerap kan PHBS?
4. Apa saja Upaya Promotif, Preventif, kuratif dan rehabilitastif dalam mengembangkan
PHBS di sekolah?
5. Terias UKS
6. Sasaran UKS
7. Syarat Pendirian UKS
8. Bagaimacara menetukan diagnosis Prioritas dalam Keperawatan komunitas
STEP I (KLASIFIKASI ISTILAH SULIT)
1. Diare
2. PHBS
3. Obesitas
4. Trias UKS
5. ISPA
6. Hepatitis
7. Karies Gigi
8. Comunmunity Assessment
9. Community as Partner
10. Preventif

JAWABAN :
1. Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja,
serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam
sehari. Kandungan air dalam tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam)
atau frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Fida, 2021)

2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (advokasi), bina suasana (sosial support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sehingga dapat menerapkan caracara hidup sehat, dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes, 2006).

3. Obesitas adalah kondisi medis yang ditandai oleh penumpukan lemak tubuh yang berlebi
han, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan.

4. Trias UKS adalah singkatan dari "Tri Asas Utama Kesehatan Sekolah." Ini adalah
pendekatan yang diterapkan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan kesehatan siswa
dengan fokus pada tiga aspek utama: kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan
lingkungan.
5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau biasa disebut dengan ISPA merupakan infeksi yang
menyerang saluran pernapasan manusia, baik itu saluran pernapasan atas seperti hidung,
laring, hingga telinga bagian tengah maupun saluran pernapasan bawah seperti bronkus,
bronkiolus, serta trakea. Penyakit ini disebabkan oleh virus atau bakteri yang bisa menular
dan bisa menyebabkan kematian.

6. Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh berbagai macam
penyebab baik infeksi maupun non infeksi. Diantara penyebab infeksi adalah virus,
bakteri, jamur, dan organisme parasit. Selain itu, penyebab tidak menular atau non infeksi
dapat dipengaruhi dengan penggunaan obat-obatan, konsumsi alkohol, perubahan
metabolisme, penyakit autoimun dan keturunan (Samji, 2017).

7. Karies gigi merupakan suatu infeksi yang merusak struktur gigi, hal inidapat
menyebabkan gigi berlubang. Biasanya anak-anak yang mengalamikaries gigi akan
memiliki gejala ada bintik hitam atau coklat pada gigi,terdapat lubang dan gejala yang
lainnya. Karies gigi dapat diakibatkankarena ketidaktepatan menggosok gigi juga menjadi
salah satu faktorterjadinya karies gigi pada anak. Waktu yang tepat untuk gosok gigiadalah
pagi hari setelah makan dan sebelum tidur. Setelah makan dianjurkan.

8. Community assessment adalah proses untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan,


sumber daya, dan karakteristik masyarakat tertentu. Ini melibatkan analisis data untuk
memahami masalah dan kekuatan yang ada dalam komunitas tersebut, sehingga dapat
membantu dalam merancang program atau layanan yang sesuai dan efektif untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.

9. Community As a Partner dalah suatu proses pengumpulan, menganalisis, dan pelaporan


informasi tentang kebutuhan suatu komunitas dan kapasitas atau kekuatan yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan komunitas tersebut. berfokus pada asset lokal, sumber daya,
dan aktivitas serta kesenjangan, hambatan, atau kebutuhan yang muncul.

10. Preventif atau yang biasa disebut pencegahan penyakit yaitu usaha yang ditunjukkan
untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi,
anak, ibu hamil serta pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
STEP II (IDENTIFIKASI MASALAH)
1. Berdasakan kasus, apa saja yang termasuk data core dan data subsistem?
2. Apa saja fasilitas penunjang PHBS disekolah?
3. Jelaskan bagimana cara perawat melakukan community assessment dengan pendekatan
community as partner?
4. Bagaimana peran perawat komunitas dalam mengembangkan PHBS di sekolah?
5. Bagimana solusi agar trias UKS seperti pada kasus dapat berjalan dengan baik?
6. Sebutkan contoh penerapan community as a partner dalam keperawatan?

STEP III (ANALISIS MASALAH)


1. Dalam kasus data core dan data subsistem yang meliputi:
1) Data mengenai siswa yang menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
dengan jumlah 60 siswa.
2) Data mengenai siswa yang menderita diare dengan jumlah 43 siswa.
3) Data mengenai siswa yang obesitas dengan jumlah 70 orang.
4) Data mengenai siswa yang menderita karies gigi dengan jumlah 56 siswa.
5) Data mengenai siswa yang menderita hepatitis dengan jumlah 34 siswa, yang
didapatkan dari wawancara dengan guru.
6) Data mengenai prestasi siswa yang cenderung menurun.
7) Data mengenai rata-rata siswa yang mendapat izin karena sakit ISPA dan diare
Data ini dapat dikatakan sebagai data core karena mereka langsung menggambarkan
kondisi siswa yang diukur dalam pengkajian, sementara data lainnya seperti informasi
mengenai UKS (Unit Kegiatan Siswa) dan program promosi, preventif, kuratif, dan
rehabilitasi (PHBS) dapat dikatakan sebagai data subsistem karena mereka membantu
memahami konteks dan keadaan sekolah.

2. Fasilitas yang menunjang PHBS di sekolah


Fasilitas penunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah sangat penting
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung praktik kesehatan yang baik bagi siswa,
guru, dan staf sekolah. Berikut adalah beberapa contoh fasilitas penunjang PHBS di
sekolah:
1) Toilet dan Fasilitas Sanitasi: Toilet yang bersih, nyaman, dan berfungsi dengan baik
sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan siswa dan staf sekolah. Toilet
harus dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan, seperti air bersih, sabun, dan tisu, untuk
mendorong praktik mencuci tangan yang baik.
2) Tempat Cuci Tangan: Penempatan tempat cuci tangan yang strategis di seluruh area
sekolah, termasuk di sekitar toilet, di kantin, dan di area kelas, membantu memastikan
akses yang mudah untuk mencuci tangan secara berkala.
3) Sumber Air Bersih: Ketersediaan air bersih yang mencukupi sangat penting untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan.
4) Kantin Sehat: Kantin sekolah dapat menjadi fasilitas penunjang PHBS dengan
menyediakan makanan sehat dan bergizi bagi siswa. Menu makanan yang seimbang,
beragam, dan memperhatikan prinsip-prinsip gizi seimbang dapat membantu
mendukung pola makan sehat di kalangan siswa.
5) Tempat Pembuangan Sampah: Penempatan tempat sampah yang cukup dan teratur di
seluruh area sekolah membantu menjaga kebersihan lingkungan dan mendorong
praktik pembuangan sampah yang tepat.
6) Fasilitas Olahraga dan Rekreasi: Ruang terbuka dan fasilitas olahraga seperti lapangan
basket, lapangan sepak bola, atau area bermain dapat memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berolahraga dan menjaga kebugaran fisik mereka.
7) Ruang Kelas Bersih dan Tertata: Lingkungan belajar yang bersih, rapi, dan nyaman
membantu menciptakan kondisi yang kondusif untuk belajar dan meningkatkan
kesejahteraan siswa.
8) Program Edukasi PHBS: Selain fasilitas fisik, program edukasi dan kesadaran tentang
PHBS juga penting. Hal ini dapat mencakup penyuluhan, pelatihan, dan kegiatan-
kegiatan yang mendorong praktik kesehatan yang baik di antara siswa, guru, dan staf
sekolah.

3. Perawat yang melakukan community assessment dengan pendekatan "community as


partner" akan terlibat secara aktif dengan komunitas yang mereka layani. Berikut adalah
langkah-langkah yang bisa diambil:
1) Identifikasi Komunitas: Perawat harus mengidentifikasi komunitas yang akan mereka
layani dan memahami karakteristik demografis, sosial, budaya, dan ekonomi dari
komunitas tersebut.
2) Pendekatan Kolaboratif: Perawat perlu mendekati komunitas dengan sikap kolaboratif
dan menghargai keahlian dan pengalaman yang dimiliki oleh anggota komunitas.
3) Pengumpulan Data: Perawat dapat mengumpulkan data dengan melakukan wawancara,
observasi, dan analisis dokumentasi untuk memahami kebutuhan, masalah kesehatan,
sumber daya, dan kekuatan komunitas.
4) Analisis Data: Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi pola,
tren, dan masalah kesehatan utama yang perlu diatasi.
Identifikasi Sumber Daya dan Kekuatan:
1) Perawat harus mengidentifikasi sumber daya dan kekuatan internal yang ada dalam
komunitas, seperti organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, atau budaya yang
mendukung kesehatan.
2) Implementasi dan Evaluasi: Rencana aksi bersama kemudian diimplementasikan
dengan melibatkan anggota komunitas dalam setiap langkahnya. Perawat juga perlu
terus melakukan evaluasi untuk memastikan bahwa upaya yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan komunitas.
3) Dengan pendekatan "community as partner", perawat menjadi mitra aktif dalam
memperkuat kapasitas komunitas untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
mereka sendiri.

4. Perawat komunitas di Sekolah


1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di Sekolah
a) Mengkaji maslah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan
pengumpulan data, analisa, dan perumusan masalah dan prioritas masalah.
b) Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama TPUKS.
c) Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun.
d) Penilaian dan pemantauan kegiatan UKS.
e) Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
2. Sebagai pengelola kegiatan UKS. Perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas dapat
menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS, atau dapat juga ditunjuk sebagai seorang
koordinator UKS ditingkat puskesmas.
3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan
Dilakukan langsung melalui penyuluhan kesehatan bersifat umum dan klasikal, atau
secara tidak langsung sewaktu pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perseorangan.

5. Dalam proses pelaksanaan trias UKS harus terpenuhi tiga hal yakni pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan sekolah yang sehat. Dalam pendidikan kesehatan
merupakan upaya memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk meningkatkan
pengetahuan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam melaksanakan perilaku
hidup dan sehat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, selain di bidang
kesehatan peserta didik juga dibina dalam bidang kesehatan lingkungan yang merupakan
bagian yang sangat mempengaruhi pembentukan pribadi peserta didik, adanya proses
kenaikan bagi peserta didik maka harus menyelenggarakan kegiatan sosialisasi setiap tahun
sehingga seluruh peserta didik terpapar materi kesehatan dan kesehatan lingkungan.

6. Pengkajian pada keperawatan komunita menggunakan Model Community as Partner (


CAP) di gunakan untuk mengkaji berbagai jenis komunitas dengan luas wilayah, lokasi
dan sumber sumber yang di miliki atau karakteristik populasi tertentu. Pengkajian sendiri
merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi status
kesehatan masyarakat melalui informasi atau 8 data yang diperoleh baik secara langsung
maupun tidak langsung di komunitas. Pengkajian dengan model Community as Partner
terdiri :
a. Inti komunitas merupakan data inti pengkajian, terdiri dari :
o sejarah daerah
o data demografi
o statistik vital
o keyakinan
b. Sub sistem komunitas merupakan data pelengkap untuk melengkapi data inti yang telah
diperoleh, terdiri dari :
1) lingkungan fisik
2) pelayanan kesehatan
3) ekonomi
4) transportasi dan keamanan
5) politik
6) komunikasi
7) pendidikan
8) rekreasi
c. Persepsi
Persepsi ada dari warga dan persepsi perawat komunitas sendiri. Persepsi warga yakni
bagaimana perasaan warga terhadap masyarakat, apa yang mereka anggap sebagai
masalah. Untuk persepsi dari perawat komunitas merupakan hasil pengamatan
bagaiamana wilayah tersebut, apa kekuatan wilayah dan masalah apa yang
dapat di identifikasi.
STEP IV (MIND MAPPING)

Di salah satu (SLTP) Wilayah


Telanai Pura Kota Jambi

Perawat Komunitas melakukan Community Assesment


(Community as a Partner)

Pengkajian Core dan Subsistem Community

Data Core : Data inti 8 Subsistem :


1. Demografi 1. Lingkungan fisik
- Jumlah siswa 300
- Sekolah belum memiliki fasilitas
2. Ras/Etnis : -
2. Pelayanan Kesehatan dan social
3. Nilai, Kepercayaan, dan
Agama : - - Trias UKS belum berjalan dengan
4. Statistik Vital baik karena tidak ada perawat
a. Data Penyakit hasil dari kesehatan sekolah
300 siswa - Program Health Promotion School
• 60 siswa menderita terkait promotion, preventif, kuratif
ISPA dan rehabilitatif belum bisa berjalan
• 43 siswa diare dengan optimal
• 70 siswa obesitas
3. Ekonomi : -
• 56 siswa dengan
karies gigi 4. Keamanan dan Transportasi : -
• 34 siswa hepatitis 5. Politik dan Pemerintahan : -
6. Komunikasi : -
7. Pendidikan
- Prestasi siswa cenderung menurun
Asuhan Keperawatan Komunitas pada 8. Rekreasi : -
Anak Usia Sekolah / UKS
STEP V : (LEARNING OBJEKTIF)
1. Jelaskan community As a Partner?
2. Apa Masalah Utama dari Kasus?
3. Bagaimana cara nya institusi sekolah menerap kan PHBS?
4. Apa saja Upaya Promotif, Preventif, kuratif dan rehabilitastif dalam mengembangkan
PHBS di sekolah?
5. Terias UKS
6. Sasaran UKS
7. Syarat Pendirian UKS
8. Bagaiman cara menetukan diagnosis Prioritas dalam Keperawatan komunitas
STEP VI : BELAJAR MANDIRI
1. Model community as partner merupakan salah satu dari model keperawatan komunitas
yang berproses dalam komunitas sebagai mitra atau partner dalam menangani masalah
kesehatan, meningkatkan derajat kesehatan dan pencegahan masalah keperawatan
komunitas. Model Comunity as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda
pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri (1) inti
komunitas (the community core), (2)Subsistes komunitas (the community subsyste ), dan
(3) persepsi (perseption).Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya. (Anderson, community asa
partner ).

2. Masalah utama dari kasus adalah banyak siswa yang izin karena sakit ISPA dan Diare
akibat lingkungan yang tidak sehat di Sekolah berhubungan dengan sekolah belum
memiliki fasilitas yang memadai yang dapat menunjang PHBS di salah satu SLTP di
wilayah Telanaipura.

3. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan, yaitu
tatanan rumah tangga, sekolah, tempattempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru
dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah sehat

4. Program atau Upaya dalam promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dalam
mengembangkan PHBS di sekolah
Promotif:
a. Kegiatan penyuluhan gizi
b. mengajarkan cara menggosok gigi
c. melakukan penyuluhan penyakit menular
d. penyuluhan kesehatan pribadi mengajarkan cuci tangan yang bersih dan benar
Preventif
a. pengobatan sederhana oleh dokter kecil
b. mengadakan sarana keteladanan gizi seperti kantin sekolah, koperasi sehat
c. pemeriksaan rutin kebersihan gigi, kuku, telinga, mulut
d. pemeriksaan kesehatan secara berkala e. melakukan pemeliharan lingkungan sekolah
seperti pengelolaan tempat sampah, kebersihan WC, kelas dan UKS
kuratif dan rehabilitatif
a. pertolongan pertama di sekolah b. rujukan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
b. penanganan kasus, UKS harus melakukan kegiatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara berkala sesuai ketentuan trias uks, Dengan menghadirkan secara
berkala penyuluhan rutin dari petugas kesehatan yang berasal dari Puskesmas untuk
proses promotifnya.

5. UKS memiliki tiga program utama yang dikenal dengan Trias UKS. Ketiga program
tersebut yakni, pertama: pendidikan kesehatan, yang meliputi pengetahuan dan pemahaman
mengenai cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, kedua: pelayanan kesehatan,
yang meliputi pengobatan ringan, dan ketiga: lingkungan seko-lah sehat yang meliputi
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan seperti pelaksanaan 7K (kebersihan,
keindahan, kenya-manan, ketertiban, keamanan,kerindangan, kekeluargaan). (Praditya &
Nasution, 2016, p. 42).

6. Peserta didik dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat pendidikan menengah
dan pendidikan kejuruan dan termasuk perguruan agama, beserta lingkungannya. Menurut
tim Pembina kesehatan sekolah, sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi:
1. Sasaran primer: peserta didik
2. Sasaran sekunder guru, pamong belajar/tutor orang tua, pengelolah pendidikan serta TP
UKS di setiap jenjang
3. Sasaran tertier lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra-sekolah sampai pada sekolah
lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan agama serta
pondok pesantren beserta lingkungannya.

Sasaran lain UKS adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan serta lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
sekitar sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikanmerupakan media yang penting untuk
menyalurkan segala bentuk pembaruan tata cara dan kebiasaan hidup. sehat, agar lebih
mudah tertanam pada anak-anak. Dengan demikian, akan dapat memberikan pengaruh
terhadap kehidupan keluarga, masyarakat sekitarnya, bahkan masyarakat yang lebih luas
lagi. Anak didik dikemudian hari diharapkan akan memiliki sikap dan kebiasaan hidup
dengan norma-norma kesehatan. Peserta didik dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat
menengah termasuk perguruan tinggi beserta lingkungannya merupakan sasaran utama dari
pembinaan UKS, sehingga secara fungsional departemen kesehatan bertanggung jawab
atas kesehatan anak didik.

7. Prasarana Ruang UKS meliputi:


a. Memiliki luas bangunan minimum 12m2.
b. Terdapat ruang/tempat perawat khusus,
c. Terdapat ruang khusus pasien,
d. Ruangan yang nyaman, ventilasi dan pencahayaan cukup. Sedangkan sarana standar
ruang UKS meliputi:
1) Tempat Tidur, tempat untuk memeriksa dan istirahat bagi pasien yang sedang sakit
2) Lemari, sebagai media tempat penyimpanan obat-obatan dan alat medis lainnya
3) Meja, digunakan oleh petugas UKS untuk mencatat riwayat kesehatan pasien yang
masuk
4) Kursi, tempat duduk petugas UKS dan pasien yang melakukan pendaftaran/pemeriksaan
5) Catatan Kesehatan Peserta Didik, dapat berwujud buku daftar catatan atau papan daftar
yang menerangkan riwayat peserta yang telah terdaftar di ruang UKS, biasanya digunakan
untuk mencatat nama, kelas, keluhan maupun cara pengobatan
6) Perlengkapan P3K, merupakan 1 set perlengkapan obat-obatan beserta. Alatnya
7) Tandu, digunakan pada saat siswa-siswi membutuhkan pertolongan evakuasi
(pemindahan pasien dari tempat kejadian menuju ruang UKS)
8) Tempat Sampah, berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah medis
9) Tempat Cuci Tangan, biasa disebut juga dengan wastafel tempat untuk mencuci tangan
10) Jam Dinding, sebagai penunjuk waktu.

8. Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa


keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah ditemukan.
Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa keperawatan komunitas
yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan masyarakat.
Diagnosis keperawatan komunitas yang memiliki nilai total terbesar adalah diagnosis yang
perlu ditindaklanjuti pertamakali diikuti dengan diagnosis yang memiliki nilai total terbesar
berikutnya dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2011). Community as Partner: Theory and Practice in
Nursing (6th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health. Lippincott Williams &
Wilkins
Departemen Kesehatan. (2008). Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Effendy, Nasrul (1998), dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, editor, Yasmin
Asih - Ed 2 – Jakarta : EGC
Misnadierly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Berbagai penyakit. Jakarta: Pustaka
Obor Populer
Mubarak, Wahit Iqbal., dan Nurul Chayatin. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas I.
Jakarta. Penerbit Salemba Medika
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Mancana Jaya Cemerlang.
Sumantri, M. (2007). Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S.
dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Handbook.. Bandung:
Pedagogiana Press (Halaman 1175 – 1186)

Anda mungkin juga menyukai