Anda di halaman 1dari 57

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
LOGBOOK TUTORIAL KASUS II

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas individu pada mata kuliah
Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu:
Ns. Yuliana, S.Kep., M.Kep.

Di Susun Oleh:
Lintang Athala (G1B118009)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Kasus 2
Tutorial

Di salah satu sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), yang berada di wilayah Telanai Pura Kota
Jambi, Perawat Komunitas melakuan Community Assesment dengan pendekatan community as a partner,
untuk menegakan diagosis yang tepat perawat melakukan pengkajian core dan sub sistem community.
saat dilakukan screnning di dapatkan data 25 siswa menderita ISPA, 35 orang siswa obesitas, 56% siswa
dengan karies gigi, informasi dari guru ada 34 siswa menderita hepatitis. informasi didapat dari
wawancara dgn guru, prestasi siswa cenderung menurun. rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare.
Dari pengamatan perawat sekolah tersebut belum memiliki fasilistas yang memadai, yang dapat
menunjang PHBS, Sebenar nya sekolah tersebut memiliki UKS, tapi trias uks belum berjalan dengan baik
karena tidak ada perawat kesehatan sekolah, sehingga program health promotion school terkait
promotion,preventif, kuratif dan rehabilitatif belum bisa berjalan dengan Optimal.

LO :
1. Jelaskan community As a Partner?
2 . Apa Masalah Utama dari Kasus?
3. Bagai mana cara nya institusi sekolah menerap kan PHBS?
Apa saja Upaya dalam promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative dalam
4. Apa saja Upaya Promotif, Preventif, kuratif dan rehabilitastif dalam mengembangkan PHBS di
sekolah?
5. Terias UKS
6. Sasaran UKS
7. Syarat Pendirian UKS
8..Bagaiman cara menetukan diagnosis Prioritas dalam Keperawatan komunitas

Selamat Bekerja..sukses selalu aaminnn


STEP I
“Kata Sulit”

1. Community as partner : Terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan
proses keperawatan. Roda pengkajian komunitasterdiri (1) inti komunitas (the community core),
(2) subsistem komunitas (thecommunity subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini
lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan,
danmetodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalammeningkatkan
kesehatannya.(Sumber: Anderson McFarlan,:Community as Partner)

2. Comminty assesment : Community assesment adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
mengenal masyarakat dengan mengidentifikasi berbagai fakor baik positif maupun negatif yang
ada di masyarakat tersebut yang berpengaruh terhadap status kesehatannya dalam rangka
mengembangkan strategi promosi kesehatan

3. Screnning : Screening adalah suatu usaha untuk mendeteksi/mencari penderita penyakit tertentu
yang tampak gejala (tidak tampak) dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu
tes/pemeriksaan, yang secara singkat dan sederhana dapat menisahkan mereka yang sehat
terhadapa mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosa
dan pengobatan penyaringan bukan diagnosa, sehingga hasil yang didapat betul-betul didasarkan
pada hasil pemeriksaan hasil tertentu sedangkan kepastian diagnosa klinik yang ditakutkan
kemudian. ( Nur Nasry Noor ,2000 )

4. Karies gigi : Merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai
dari permukaan gigi (ceruk,fissure, dan daerah interproksimal) meluas kearah pulpa, serta dapat
meluas dari email ke dentin atau pulpa (Tarigan, 2013).

5. TRIAS UKS : Trias UKS adalah tiga program pokok dalam pembinaan dan pengembangan UKS,
meliputi: (1) Pendidikan Kesehatan (2) Pelayanan kesehatan (3) Lingkungan sehat
STEP II
“Identifikasi Masalah”

1. Bagaimana peran perawat komunitas dalam mengembangkan PHBS di sekolah?


2. Apa tindakan dari pihak sekolah agar UKS sekolah tersebut bisa berjalan dengan baik?
3. Bagaimana Strategi Promkes dalam perwujudan UKS yang tepat para kasus?
4. Bagaimana sebaiknya tindakan dari sekolah untuk siswa yang menderita penyakit menular?
STEP III
“Analisa Masalah”

1. Edukasi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan PHBS. terkait
PHBS ditemukan bahwa terjadinya peningkatan kesehatan secara bermakna pada siswa pesantren
yang mendapatkan edukasi kesehatan.Perawat berperan dalam memberikan edukasi kesehatan
dalam meningkatkan status kesehatan pada anak dengan usia sekolah. Salah satu edukasi yang
harus diberikan oleh perawat adalah terkait PHBS. peran perawat terhadap penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah.

2. Dengan cara kolaborasi Tim/ membuat & melibatkan kerjasama tim lintas sektoral yg diperlukan
untuk mengelola uks agar berjalan dengan baik dan semestinya

3. Strategi Promosi Kesehatan dalam Perwujudan UKS


WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
1). Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari berbagai
pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat
sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah.
Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan kebijakan program,
termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan.
2). Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya program promosi
kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar dan berbagi
pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan berbagai
sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk melakukan
promosi kesehatan
3). Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakan secara
optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk
memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait
dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program
promosi kesehatan sekolah
4). Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha swasta akan
sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan
kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
5). Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program promosi
kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan
promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk melakukan
evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.

4. Saat anak terkena penyakit menular yang sering muncul di wilayah sekolah, biarkan dia
beristirahat di rumah agar tidak menulari teman sekelasnya. Apabila terkena flu misalnya, anak
disarankan tidak masuk sekolah paling tidak satu hari sampai demamnya reda dan gejalanya
membaik.
Tambahan :
 Ajarkan anak kebiasaan cuci tangan yang benar.
 Berikan vaksinasi sesuai jadwal.
 Ajarkan anak agar tidak berbagi barang pribadi dengan teman-temannya. Jika anak tinggal di
asrama, bekali dia dengan barang pribadi yang cukup, seperti seprai, alat makan, dan
handuk, agar tidak perlu meminjam pada anak lain.
 Jaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah, terutama kebersihan makanan dan toilet.
 Saat anak terkena penyakit menular yang sering muncul di wilayah sekolah, biarkan dia
beristirahat di rumah agar tidak menulari teman sekelasnya. Apabila terkena flu misalnya,
anak disarankan tidak masuk sekolah paling tidak satu hari sampai demamnya reda dan
gejalanya membaik.
STEP IV
“Main Mapping”

Community assessment oleh


perawat komunitas di SLTP
Telanai Pura

Screenning

25 siswa menderita ISPA, 35 orang siswa


obesitas, 56% siswa dengan karies gigi,
informasi dari guru ada 34 siswa
menderita hepatitis

Prestasi rata rata menurun karena izin sakit


ispa dan diare

TRIA UKS
belum berjalan dengan baik

Konsep Usaha Kesehatan


Sekolah (UKS)

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


AGREGAT PADA ANAK USIA SEKOLAH
STEP V
“Learning Objectif (LO)”
1. Jelaskan community As a Partner?
2. Apa Masalah Utama dari Kasus?
3. Bagai mana cara nya institusi sekolah menerap kan PHBS?
4. Apa saja Upaya dalam promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative dalam
mengembangkan PHBS di sekolah?
5. Terias UKS
6. Sasaran UKS
7. Syarat Pendirian UKS
8. Bagaiman cara menetukan diagnosis Prioritas dalam Keperawatan komunitas
STEP VI
“Analisa Learning Objectif (LO)”

1. Model Pengkajian Community As Partner Model community as partner terdapat dua komponen
utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas
terdiri(1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community sub
systems), dan (3) persepsi ( perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan
masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya. Sumber: Anderson McFarlan,:
Community as Partner 1. Data inti a) Demografi Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita
baik laki-laki maupun perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa
laporan tahunan ataurekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat. b) Statistik vital Data
statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angkakematian balita. Angka
kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas
atau Kelurahan. c) Karakteristik penduduk Variabel karakteristik penduduk meliputi : - Fisik :
jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawatmengobservasi ketika ada program
posyandu.

2. Masalah keperawatan komunitas defisit kebersihan diri

3. PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun


2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya

Anak – anak merupakan generasi penerus bangsa yang penting untuk diperhatikan kesehatannya
dan juga termasuk dalam kelompok yang rentan dengan berbagai gangguan kesehatan dan sangat
bergantung kepada orang tua.
Anak – anak sangat potensial untuk dipengaruhi dan diberi motivasi sehingga membiasakan sejak
dini perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku orang dewasa tidak mudah untuk diubah, namun
perilaku anak sangat mungkin untuk diubah dengan memberikan pengetahuan dan contoh. Untuk
meningkatkan kesadaran pendidik dan peserta didik tentang PHBS maka dapat dilakukan
sosialisasi, praktek massal dan pendampingan guru dengan harapan memotivasi anak untuk
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini.

Beberapa pendekatan yang digunakan tim untuk membudayakan perilaku bersih dan sehat di
sekolah adalah:

1. Pendampingan melalui focus discussion group (FGD) kepada pendidik sehingga penerapan
PHBS dapat terus berlangsung/ berkelanjutan. Dalam kegiatan FGD, dapat dihasilkan program
PHBS berbasis sekolah, pengelolaan sekolah sehat (PHBS, jamban sehat, kantin sehat) dan
pedoman teknis penerapan PHBS. Luaran yang diharapkan dari FGD adalah dihasilkannya
program kerja dan pedoman penyelenggaraan/ penerapan PHBS di sekolah.
2. Menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab untuk meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu mencuci tangan dengan
air yang mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas
jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan, dan membuang sampah pada tempatnya.Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk
memberi pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
khususnya pada tatanan sekolah, sehingga peserta didik dapat membiasakan hidup bersih dan
sehat sejak dini.

Untuk memudahkan pemahaman peserta didik, dapat menggunakan leaflet/ brosur yang berisi
materi tentang PHBS tatanan sekolah. Selain itu juga digunakan lembar pretest dan posttest
yang berisi pertanyaan tentang PHBS tatanan sekolah, untuk menilai tingkat pengetahuan
peserta didik.

3. Praktek massal mencuci tangan, menyikat gigi dan memilah sampah kepada siswa/i. Praktek
massal dilakukan dengan tujuan memperkuat pemahaman dan melatih peserta didik untuk
langsung mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS).
Praktek massal penting dilakukan sehingga peserta didik dapat mengingat materi yang
diberikan dengan lebih baik. Kegiatan praktek massal memerlukan sarana (alat dan bahan)
seperti sikat gigi, pasta gigi, penampungan air, sabun cuci tangan, tempat sampah dan
perlengkapan lainnya.
4. UKS adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah dan
lingkungan sekolah serta seluruh warga sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang pendidikan mulai
TK/RA sampai SMA/SMK/MA.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya meningkatkan kesehatan (upaya promotif)
dan upaya pencegahan penyakit (upaya preventif) serta upaya penyembuhan dan pemulihan
(kuratif dan rehabilitatif) yang dilaksanakan melalui kegiatan :    
1. Peningkatan  Kesehatan  (promotif),  dilaksanakan    melalaui  kegiatan  intrakurikuler  dan 
penyuluhan  kesehatan  serta  latihan  ketrampilan  oleh  tenaga kesehatan disekolah : kegiatan
penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar, cara
mengukur tinggi dan berat badan, cara memeriksa ketajaman penglihatan.   
2. Pencegahan  (preventif)  dilaksanakan  melalaui  kegiatan  peningkatan  daya tahan  tubuh, 
kegiatan  mata  rantai  penularan  penyakit  dan  kegiatan penghentian  proses  penyakit  pada 
tahap  dini  sebelum  timbul  penyakit  : Imunisasi  yang  dilakukan  oleh  petugas 
puskesmas,  pemberantasan  sarang nyamuk,  pengobatan  sederhana  oleh  dokter  kecil, 
kegiatan  penjaringan kesehatan  (srining  kesehatan)  bagi  siswa  kelas  I  yang  baru  masuk 
dan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi seluruh siswa.    
3. Penyembuhan  dan  pemulihan  (kuratif  dan  rehabilitatif)  dilakukan  melalui kegiatan
mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit dan untuk meningkatkan 
kemamapuan  peserta  didik  yang  cedera  /  cacat  agar  dapat berfungsi  normal.  Kegiatan 
dapat  berupa  pengobatan  ringan  untuk mengurangi derita sakit, pertolongan pertama di
sekolah serta rujukan medik ke  puskesmas,  kasus  kecelakaan,  keracunan  atau  lain  kondisi 
yang membahayakan nyawa dan kasus penyakit khusus.
Secara garis besar, kegiatan pelayanan kesehatan di SD dan MI adalah :
1. Penyuluhan kesehatan
Kegiatan  ini  bertujuan  untuk  memberikan  pengetahuan praktis  dalam  rangka  pemutusan 
rantai  penularan  penyakit,  upaya pemeliharaan  kesehatan  pribadi  siswa  /  guru  yang 
ditekankan  pada  upaya pembentukan perilaku hidup besih dan sehat, maupun lingkungan
fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam proses pembelajaran.
Contoh  kegiatan  :  Pemberantasan  Sarang  Nyamuk  (PSN),  pemberantasan kecacingan, 
pencegahan  terhadap  penyalahgunaan  NAPZA  (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).
2. Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan  perlindungan  jangka  panjang 
terhadap  penyakit  difteri  dan tetanus dengan imunisasi Difteri Tetanus Toxoid (DT) dan
Tetanus Toxoid
(TT). Semua  anak  SD/MI  kelas  I  menerima  imunisasi  DT,  siswa  kelas  VI menerima
imunisasi TT.
3. Dokterkecil
Dokterkeciladalah  siswa/siswi  yang  ikut  melaksanakan  sebagian  usaha  pelayanan
kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang diselenggarakan di sekolah.
Kegiatan yang dilakukan dokter kecil diantaranya :
a) Mengamati kebersihan dan kesehatan pribadi
b) Mengenali penyakit secara awal
c) Pengobatan sederhana
d) Menimbang dan mengukur tinggi badan
e) Memeriksa ketajaman penglihatan
f) Memeriksa kebersihan gigi, dll 
4. P3K dan P3P
Kegiatan yang dilakukan pada PP adalah melakukan pengobatan sederhana dan PP baik pada
penyakit, kecelakaan dan penanganan diare.
5. Penjaringankesehatan
Penjaringan  kesehatan  dilakukan  bagi  siswa  kelas  I  yang  baru  masuk  dan hasilnya 
akan  dimanfaatkan  untuk  perencanaan,  pemantauan  dan  evaluasi kegiatan UKS. Inti dari
kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan  anak  sekolah, 
antara  lain  status  gizi  anak,  kesehatan  indera penglihatan  dan  pendengaran  yang 
merupakan  faktor  penting  bagi  anak dalam proses pembelajaran.
6. Pemeriksaanberkala
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh petugs kesehatan, guru UKS, dokter kecil kepada seluruh
siswa dan guru setiap 6 bulan, untuk memantau, memellihara serta meningkatkan status
kesehatan mereka. Kegiatan  yang  dilakukan  berupa  penimbangan  BB,  pengukuran  TB,
pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran oleh guru UKS dengan dokter kecil,
pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan.
7. Pengawasan warung/kantin sekolah
8. UKGS (upaya kesehatan gigi sekolah)
UKGS adalah pelayanan kesehatan gigi yang dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terdiri
dari 3 macam pelayanan :
a) UKGS Tahap I  :  pendidikan  dan  penyuluhan  kesehatan  gigi  dan mengadakan 
kegiatan  menggosok  gigi  masal minimal untuk kelas I,II,III dibimbing guru dengan
memakai pasta gigi mengandugn fluoride minimal 1x sebulan.
b) UKGS Tahap II  :  UKGS tahap I ditambah penjaringan kesehatan gigi dan  mulut  untuk 
kelas  I  diikuti  pencabutan  gigi sulung yang sudah waktunya tanggal. Pengobatan
darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru, pelayanan  medik  dasar  atas 
permintaan  dan rujukan bagi yang memerlukan.
c) UKGS Tahap III  :  UKGS  tahap  II  ditambah  pelayanan  medik  dasar pada  kelas 
terpilih  sesuai  kebutuhan  untuk  kelas I, III, V dan VI .
 
5. TRIAS UKS
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya
menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program
pokok (trias) UKS (Depkes RI, 2003).
Penjelasan mengenai trias UKS adalah sebagai berikut:
a) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh
kembang sesuai, selaras, seimbang, dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan yang diperlukan bagi peranannya
saat ini maupun di masa yang mendatang.
b) Pelayanan kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah upaya
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),pengobatan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitasi)yang di lakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya
dan warga sekolah pada umum nya di bawah koordinasi guru pembina UKS dengan
bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat. Pelayanan kesehatan di sekolah atau
madrasah pada dasar nya di lakasanakan dengan kegiatan yang kompherensif, yaiutu kegiatan
peningkatan kesehatan (promotif)berupa penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan
memberikan pelayanan kesehatan,kemudian kegiatan pencegahan (preventif) berupa kegiatan
peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan
kegiatan penghentian penyakit sedini mungkin, serta selanjut nya adalah kegiatan
penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah cedera atau
kecatatan agar dapat berfungsi optimal. Namun demikian, upaya pelayanan kesehatan di
sekolah harus lebih di utamakan pada upaya peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan
penyakit terutama dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan siswa kelas satu atau
baru masuk sekolah, pemeriksaan berkala seluru siswa,penyuluhan kesehatan dan imunisasi
(bulan imunisasi anak sekolah –BIAS,pada setiap bulan november).
c) Pembinaan lingkungan sekolah sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan
sekolah,lingkungan keluarga, masyarakat sekitar,dan unsur-unsur penunjang.

6. Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
1.    Sekolah taman kanak-kanak
2.    Pendidikan dasar
3.    Pendidikan menengah
4.    Pendidikan agama
5.    Pendidikan kejuruan
6.    Pendidikan khusus(sekolah luar biasa)
Untuk sekolah dasar pendidikan sekolah dasar di prioritaskan kelas I, III, dan kelas VI. Alasannya
adalah kelas I, merupakan fase penyusuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari
pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar
karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Di samping itu kelas satu adalah
yang lebih baik untuk di berika imunisasi ulangan. Pada kelas I ini di lakukan penjaringan untuk
mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah
pengawasan untuk jenjang selanjutnya. Kelas III, di laksanakan di kelas III untuk mengevaluasi
hasil pelaksanaan hasil pelaksanaan uks di kelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya
yang akan di lakukan dalam program pembinaan uks. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan
kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan
dan pemeriksaan kesehatan yang ckup.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang baik.
Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan
sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana
bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu
adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu
pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan
sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi
Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008,
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya
berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka
bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih
berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai
dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan berkualitas masih
memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi.
7. Syarat Pendirian UKS

ALUR

Tim Pembina UKS Pusat


(Kemdikbud, Kemenkes,
Kemdagri, dan Kemenag)
Tim Pembina UKS Provinsi

Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota

Tim Pembina UKS Kecamatan

Tim Pelaksana UKS


(TK/RA, SD/MI, SDLB, SMP/MTs, SMPLB dan
SMA/SMK/MA, SMALB)

1. Tim Pembina UKS dan Tim Pelaksana UKS


Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan UKS secara terpadu dan terkoordinasi,
maka dibentuk Tim Pembina UKS pada setiap jenjang Pemerintahan, yaitu:
a. Tim Pembina UKS Tingkat Pusat;

b. Tim Pembina UKS Tingkat Provinsi;

c. Tim Pembina UKS Tingkat Kab/Kota;

d. Tim Pembina UKS Tingkat Kecamatan.

Sedangkan di sekolah/madrasah/madrasah dinamakan Tim Pelaksana UKS. Sedangkan struktur


organisasi Tim Pembina UKS tingkat Kecamatan; yang bertugas langsung membina
sekolah/madrasah di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:

Ketua : Camat;

Ketua I : Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat


Kecamatan; Ketua II : Kepala Puskesmas;
Ketua III : Penilik/Pendais/Pergurais/PPA/KUA;
Ketua IV : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan; Ketua V : Ketua Tim Penggerak PKK
Kecamatan; Sekretaris: Sekretaris Kecamatan;
Anggota : *Kantor Kecamatan;

* Puskesmas;

* Kementerian Agama;

* PKK Kecamatan

2. Tim Pelaksana UKS yaitu:

Pembina : Lurah/Kepala Desa;


Ketua : Kepala Sekolah/madrasah;
Sekretaris I : Guru Pembina UKS/Pembina UKS;
Sekretaris II : Ketua Komite Sekolah/madrasah;
Anggota : 1. Komite Sekolah/madrasah;
2. Petugas UKS Puskesmas;
3. Guru;
4. Siswa.

3. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana UKS


a. Melaksanakan tiga program UKS yaitu Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan,
dan Pembinaan Lingkungan Sekolah/madrasah Sehat.
b. Menjalin kerjasama dengan orang tua murid (komite sekolah/madrasah).

c. Mengadakan pengendalian/evaluasi, menyusun program dan menyampaikan laporan ke


TP UKS Kecamatan.
d. Melaksanakan ketatausahaan.

Fungsi:
Sebagai penanggung jawab dan pelaksana program UKS di Sekolah/madrasah berdasarkan
prioritas kebutuhan dan kebijakan yang ditetapkan TP UKS Kecamatan.

4. Program Pembinaan dan Pengembangan UKS meliputi:


a. Program pembinaan peserta didik.

1) Pendidikan kesehatan;

2) Pelayanan kesehatan.

b. Program Pembinaan Pembina UKS (ketenagaan):


Peningkatan jumlah (kuantitas), melalui:
- Pendidikan formal dan non formal;

- Pelatihan, bimbingan teknis, seminar, dan lokakarya;

- Monitoring dan evaluasi;

- Pengawasan.

c. Program Pembinaan Sarana Prasarana Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan.

1) Ruang UKS, tempat tidur, alat ukur Berat Badan dan Tinggi Badan, Obat-obatan
sederhana, tensi meter, kartu snellen, media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
alat peraga kesehatan.
2) Buku pencatatan pemerikasaan kesehatan peserta didik, buku/lembar rujukan.

d. Program Pembinaan lingkungan:

1) Lingkungan fisik (konstruksi ruang dan bangunan, pencahayaan, ventilasi,


kebisingan, kepadatan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman, jarak papan tulis,
vektor penyakit, kantin, meja, kursi)
2) Lingkungan non fisik (perilaku tidak merokok, perilaku membuang sampah pada
tempatnya, perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir,
dan perilaku memilih makanan jajanan yang sehat)
e. Program Pengembangan.
Pihak sekolah/madrasah dapat melakukan program pengembangan dengan bekerja sama dengan
pihak-pihak terkait (stakeholder) dalam pelaksanaan program UKS. Disamping itu pihak
sekolah/madrasah diharapkan dapat menularkan ke sekolah/madrasah-sekolah/madrasah lain di
lingkungannya.

8. Bagaiman cara menetukan diagnosis Prioritas dalam Keperawatan komunitas


Indikator dalam menentukan prioritas diagnosis keperawatan dalam keperawatan komunitas yaitu
kesadaran masyarakat terhadap masalah (bobot = 4), motivasi masyarakat untuk menyeleasiakan
masalah (bobot = 5), kemampuan masyarakat untuk menyelesaikan masalah (bobot = 8),
ketersediaan fasilitas di masyarakat (bobot = 8), derajat keparahan masalah (bobot = 7), dan waktu
untuk menyelesaikan maslaah (bobot = 4)

STEP VII
“Konsep”

USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)


ASKEP AGREGAT KOMUNITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH
A. KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

a. Pengertian
Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang
dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di
sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama.
Usaha kesehatan di sekolah juga berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu
bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka,
merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti, 2008)
Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah
merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan,
yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan (P.
Ananto, 2006)
Dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan UKS adalah usaha kesehatan sekolah
yang di dalam lingkungan sekolah maupun yang di sekitar lingkungan sekolah, yang
sasaranya adalah peserta didik beserta masyarakat sekolah yang lainya yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh dan berkembang secara harmonis serta optimal, menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas.

b. Tujuan usaha kesehatan sekolah (UKS)


Menurut Suliha dkk (2002: 36) Tujuan UKS secara umum adalah untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin serta menciptakan
lingkungan sekolah yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia yang
berkualitas. Menurut Suliha dkk (2002: 57-58) Secara khusus tujuan usaha kesehatan sekolah
adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta
didik yang mencakup memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan untuk melaksanakan 12
prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan. Sehat
fisik, mental, sosial maupun lingkungan, serta memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap
pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang
berkaitan dengan masalah pornografi dan masalah social lainnya.
Jadi tujuan UKS yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan hidup sehat
peserta didik agar dapat menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memiliki pengetahuan,
sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, baik fisik, mental, maupun
sosial serta memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan
narkoba, menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan, melayani kesehatan dasar
bagi anak didik selama sekolah (pemberian imunisasi), memantau pertumbuhan dan status gizi
anak didik dan sebagainya.

c. Sasaran usaha kesehatan sekolah (UKS)


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran
primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan
serta TP UKS di setiap jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah
lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK sampai SLTA, termasuk satuan
pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta
lingkungannya (Depkes, 2008). Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan
kesehatan dan pelayanan kesehatan. sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah. Sekolah sebagai lembaga
(institusi) pendidikan merupakan media yang penting untuk menyalurkan segala bentuk
pembaharuan tata cara dan kebiasaan hidup sehat, agar lebih mudah tertanam pada anak-anak.
Dengan demikian, akan dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan keluarga,
masyarakat sekitarnya, bahkan masyarakat yang lebih luas lagi. Anak didik dikemudian hari
diharapkan akan memiliki sikap dan kebiasaan hidup dangan norma-norma kesehatan.
Pendidikan kesehatan di sekolah dasar melalui program UKS mempunyai peranan yang sangat
efektif sebab Sekolah Dasar, sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas di daerah pelosok
tanah air, dari pedesaan hingga kota-kota besar. Di pandang dari segi pembiayaan pemerintah
dan harapan untuk masa depan, pelaksanaan UKS di sekolah dasar adalah ekonomis. Apalagi
untuk kepentingan ini masyarakat (orang tua murid) selalu dilibatkan dalam berbagai bentuk,
melalui PGOM (persatuan guru dan orang tua murid). Menurut Depkes RI (1982: 7) bahwa
peserta didik dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah termasuk perguruan tinggi
beserta lingkungannya merupakan sasaran utama dari pembinaan UKS. Didalam
pembangunan nasional, perhatian terhadap dunia anak-anak tidak dapat diabaikan. Anak-anak
merupakan penerus dalam bidang tenaga kerja, sehingga pembinaan terhadap golongan ini
perlu dimulai sedini mungkin. Sehubungan dengan ini bidang pendidikan dan kesehatan
mempunyai peranan yang besar karena secara organisasai sekolah berada dibawah departemen
pendidikan nasional, Secara fungsional departemen kesehatan bertanggung jawab atas
kesehatan anak didik. Mengingat hal tersebut, UKS dijalankan atas dasar titik tolak pemikiran
bahwa :
1. Sekolah merupakan lembaga yang sengaja dihidupkan untuk mempertinggi derajat bangsa
dalam segala aspek
2. Usaha kesehatan melalui masyarakat sekolah mempunyai kemungkinan yang lebih efektif
diantara beberapa usaha yang ada, untuk mencapai kebiasaan hidup sehat dari masyarakat
pada umumnya, karena masyarakat sekolah :
a) mempunyai prosentase yang tinggi.
b) merupakan masyarakat yang telah terorganisir, sehingga mudah dicapai dalam rangka
pelaksanaan usaha-usaha kesehatan masyarakat.
c) peka terhadap pendidikan pada umumnya, dapat menyebarkan modernisasi (sebagai
agent of change), karena dalam usia ini anak-anak sekolah berada dalam taraf
perkembangan dan pertumbuhan, mudah dibimbing dan dibina. Pada masa ini adalah
masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat dengan harapan
agar mereka dapat meneruskan serta mempengaruhi lingkungannya sekarang dan
dimasa yang akan datang. Masyarakat sehat yang akan datang merupakan salah satu
hasil dari sikap dan kebiasaan hidup sehat yang dimiliki anak-anak pada waktu
sekarang. (Soenaryo, 2002: 148).

d. Ruang lingkup usaha kesehatan sekolah (UKS)


Ruang luang lingkup UKS tercermin dalam tri program atau yang disebut dengan TRIAS
UKS yang meliputi :
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan upaya memberikan bimbingan kepada peserta didik
untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik, selain di bidang kesehatan peserta didik juga dibina dalam bidang kesehatan
lingkungan yang merupakan bagian yang sangat mempengaruhi pembentukan pribadi
peserta didik, adanya proses kenaikan bagi peserta didik maka harus menyelenggarakan
kegiatan sosialisasi setiap tahun sehingga seluruh peserta didik terpapar materi kesehatan
dan kesehatan lingkungan.(Tim Pembina UKS, 2008,33)
Pendidikan kesehatan dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan
intra kurikuler adalah melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata
pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat mata
pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler adalah
melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan di sekolah atau di luar
sekolah. Misalnya, melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan sebagainya
terhadap peserta didik, guru dan orangtua. Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta didik,
guru pembina UKS dan kader kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup
bersih melalui program sekolah sehat.(Tim Pembina UKS,2008,26)
b. Pelayanan Kesehatan
(Tim Pembina UKS,2008, 28-29) Pelaksanaan pelayanan kesehatannya meliputi
kegiatan – kegiatan antara lain:
1) Kegiatan Peningkatan (Promotif), Latihan Keterampilan teknis pemeliharaan kesehatan
dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelajaran kesehatan, antara lain :
Kader Kesehatan Sekolah, Olahraga, Kesenian, Berkebun dan Lomba.
2) Pembinaan Sarana Lingkungan Sekolah, antara lain :
a) Pembinaaan Warung Sekolah (Kantin)
b) Lingkungan Sekolah yang terpelihara
c) Pembinaan Keteladan berperilaku hidup sehat
3) Kegiatan Pencegahan (Preventif)
4) Memelihara Kesehatan yang bersifat umum dan khusus
5) Penjaringan kesehatan bagi anak
6) Monitoring / memantau peserta didik
7) Usaha Pencegahan Penyakit Menular
8) Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif)
9) Diagnosa Dini
10) Pengobatan pada penyakit
11) P 3 K dan P 3 P
c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu unsur penting dalam
membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang sehat
sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan seluruh komunitas sekolah serta
peningkatan daya serap siswa dalam proses belajar mengajar Maka pembinaan lingkungan
kehidupan sekolah sehat dilaksanakan melalui 6 K yaitu: Keamanan Keindahan Kebersihan
Kekeluargaan Ketertiban Kerindangan (Tim Pembina UKS 2008, 75-76).
Menurut WHO (Depkes, 2008) adapun Pembinaan kepada peserta didik agar dapat
menerapkan pentingnya UKS Diantaranya dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Melaksanakan kerja bakti kebersihan sekolah secara rutin dan terencana (Jumat Bersih,
piket kapling, piket kelas)
2) Melaksanakan kerja bakti dengan lingkungan masyarakat sekitar sekolah
3) Membuang sampah pada tempatnya dan pengadaan tempat sampah di depan kelas,
dipilah antara sampah organik dan anorganik
4) Mengolah sampah organik menjadi kompos
5) Tidak mencorat-coret dinding dan bangku
6) Menyiram jamban sampai bersih sesudah dipakai
7) Membuat dan memelihara kapling, kebun sekolah, TOGA, taman sekolah
8) Mengikuti kegiatan Dinamika Kelompok (wisata, olah raga dan kesenian).

e. Masalah kesehatan yang dapat dikurangi melalui kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS)
antara lain:
1) Imunisasi,
2) Kesehatan gigi,
3) Sanitasi dan air bersih,
4) Masalah gizi dan anemia,
5) Kekerasan dan kecelakaan,
6) Gangguan kesehatan mental,
7) Kebersihan diri maupun lingkungan,
8) Masalah kesehatan reproduksi remaja,
9) Merokok, alkohol dan penyalahgunaan narkoba,
10) Penyakit infeksi (malaria, gangguan saluran nafas).
B. Peran perawat dalam kesehatan sekolah
1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah,perawat mempunyai peran:
 Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan
pengumpulan data,analisa data,serta perumusan dan prioritas masalah;

 Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina usaha kesehatan di


sekolah(TPUKS);

 Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kesehatan yang di susun;

 Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS

 Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan.

2. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas ,menjadi
salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga di tunjuk sebagai seorang koordinator
UKS di tingkat puskesmas.bila perawat kesehatan di tunjuk sebagai koordinator maka
pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat
dalam tim pengelola UKS.

3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan,peranan perawat kesehatan dalam memberikan


penyuluhan kesehatan dapat di lakukan secara langsung (melalui penyuluhan kesehatan
yang bersifat umum dan klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan
kesehatan peserta didik secara perseorangan.

C. Fungsi Perawat Dalam Usaha Kesehatan Sekolah


1. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah.
2. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik dan
sosial sekolah.
3. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan masyarakat yang
lain.

PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH

Ada beberapa jenis kegiatan UKS dan jenis kegiatan UKS disini dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan UKS, dan TRIAS UKS meliputi
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan sekolah yang sehat. Bagian-bagian
jenis kegiatan tersebut termasuk dalam program kegiatan UKS sebagai berikut :
a. Pengelolaan UKS
1. Pembentukan Tim Pelaksana UKS
2. Terlibatnya unsure guru dan petugas puskesmas
3. Penyusunan program kerja UKS
4. Pengawasan pelaksanaan 7K
5. Laporan pembinaan dari Puskesmas
6. Penyuluhan tentang UKS
7. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pelaksana Program kerja
8. Penyediaan sarana pelayanan kesehatan
9. Pembuatan laporan pelaksana UKS kepada Tim Pembina UKS
10. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pembina UKS
b. Trias UKS
a. Pendidikan kesehatan
1. Pelaksanaan pemeriksaan berkala
2. Pelaksanaan pemeriksaan rutin
3. Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan sekolah
4. Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan
5. Pengadaan alat peraga
6. Pelaksanaan dokter kecil
7. Pelaksanaan pemeriksaan berat badan
8. Pengadaan alat peraga UKS
9. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan badan
10. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan ruang kelas
b. Pelayanan kesehatan
1. Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening)
2. Pelaksanaan imunisasi
3. Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit
4. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini penyakit
5. Pengadaan upaya alih teknologi kesehatan
6. Pengadaan rujukan ke puskesmas
c. Lingkungan sekolah sehat
1. Pengadaan ruang/sudut UKS
2. Pembinaan kantin sekolah
3. Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi syarat
4. Pengadaan tempat pembuanagn air limbah yang memenuhi syarat
5. Pengadaan kamar mandi/WC khusus siswa
Upaya peningkatan kesehatan disekolah melalui kegiatan yang dilaksanakan melalui
masyarakat disekolah dipandang lebih efektif dibanding kegiatan lain yang dilakukan
dalam masyarakat umum. Menurut Soenaryo (2002: 2 ) program UKS sangat efektif
karena:
1. Sekolah Dasar sebagai masyarakat sekolah, mempunyai komunitas peserta didik yang
sangat besar.
2. Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas seluruh pelosok tanah
air.
3. Anak anak usia SD sangat peka terhadap perubahan dan pembaharuan, bahkan anak
anak mempunyai sifat yang menyampaikan apa yang dia terima dan diperoleh dari
orang lain.
4. Di pandang dari pembiayaan pemerintah dan harapan untuk masa depan pelaksanaan
UKS di sekolah dasar sangat ekonomis.

Teori Model Keperawatan Kesehatan Sekolah


1. Comprehensive School Health Model
Comprehensive School Health Model adalah kerangka kerja yang diakui secara
internasional dalam upaya kesehatan untuk mendukung perbaikan hasil pendidikan
siswa yang dilakukan dengan cara yang terencana, terpadu, dan holistik.
Comperhensive School Health Model merupakan mdel kesehatan sekolah yang
tidak hanya membahas tentang kondisi tetapi mencangkup keseluruhan lingkungan
sekolah yang mencakup empat pilar yang berbeda namun saling terkait yang
memberikan fondasi yang kuat untuk kesehatan sekolah yang komperhensif. Empat
pilar tersebut yaitu :
1. Lingkungan sosial dan fisik
2. Proses mengajar dan belajar
3. Kebijakan sekolah yang sehat dan
4. Kemitraan dan layanan
Pelaksanaan keempat pilar tersebut diselarkan agar dapat mendukung siswa dalam
mewujudkan potensi penuh mereka sebagai peserta didik dan sebagai anggota
masyarakat yang sehat dan produktif.
2. Pelaksanaan Trias Usaha Kesehatan Sekolah
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik
dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan
kesehatan, pelayanan ksehatan dan pembinaan lingkungan sekolah/madrasah sehat
yang dikenal dengan nama tiga program pokok UKS (TRIAS UKS)
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan
atau tuntutan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental, dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
b. Pelayanan Kesehatan
Tujuan pelayanan kesehatan disekolah/madrasah adalah untu:
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup
sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat
2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan
mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.
3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan koplikasi akibat penyakit
kelainan, pengembalian fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik
yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal.
c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah sehat bertujuan untuk mewujudkan lingkungan sekolah
sehat di sekolah/madrasah yang memungkinkan setiap warga sekolah/madrasah
mencapai derajatkesehatan setinggi-tingginya dalam rangka mendukung tercapainya
proses belajar yang maksimal bagi peserta didik.
3. Masalah Kesehatan Yang Beresiko Terjadi Pada Anak Usia Sekolah
a. Kebutuhan nutrisi: berat badan berlebih/kurang, perilaku jajan yang tidak sehat
(makanan yang menggunakan pewarna, pemanis buatan, atau pengawet),
gangguan makan (anoreksia, bulimia).
b. Kebersihan diri yang kurang (rambut, kulit, kuku, gigi, genetalia).
c. Kebutuhan psikososial: harga diri rendah, depresi, hiperaktif.
d. Kebutuhan belajar: gangguan konsentrasi belajar, atau kurangnya pengetahuan
anak usia sekolah tentang kesehatannya.
e. Kebutuhan keamanan:
 Anak usia sekolah yang kesehariannya tidak mendapat pengawasan dari
orangtua.
 Tidak menggunakan pengaman (helm, sabuk pengaman) saat bersepeda
atau kendaraan bermotor.
 Bersekolah/tinggal melewati jalan raya, kereta, atau sungai.
 Mendapat perlakuan kasar dari orang tua atau guru baik penganiayaan
fisik, mental, seksual maupun social.
 Mendapat pelakuan kasar dari sekelompok teman.
 Bahaya pemerkosaan.
f. Merokok atau minum alkohol pada anak usia sekolah.
g. Pengaruh lingkungan yang tidak kondusif:: tinggal didaerah rawan bencana dan
konflik.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pemerintah mencanangkan program Usaha


Kesehatan Sekolah (UKS) yang melibatkan departemen pendidikan, kesehatan, agama
dan instansi terkait lainnya untuk menggalang kerja sama dan koordinasi guna
melaksanakan program tersebut. Program UKS merupakan salah satu wacana untuk
meningkatkan derajat kesehatan anak yang dilakukan melalui Tri-Program UKS yaitu;
Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat di sekolah.

2. Program Kesehatan Sekolah


Jumlah anak usia sekolah di Indonesia, lebih kurang sebanyak 55 juta jiwa atau
sekitar sepertiga dari total populasi. Mengingat besarnya masalah yang terjadi pada
kelompok usia tersebut, maka pemerintah mencanangkan kegiatan terpadu lintas-sektoral
yang tergabung dalam Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Upaya Kesehatan Melalui UKS
Bentuk dan sifat upaya kesehatan melalui UKS mencangkup beberapa prinsip yang
dituangkan ke dalam kegiatan :
 Intervensi program yang dilakukan melalui kegiatan upaya kesehatan dan
pendidikan
 Melaksanakan dasar-dasar upaya kesehatan sepeti upaya dan pelayanan kesehatan
paripurna serta pembinaan dan peningkatan peran masyarakat dalam
pengembangan sikap dan perilaku sehat.
 Pendekatan terhadap pemecahan masalah
 Intervensi lain yang terkait

4. Skrining Kesehatan Di Sekolah


Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya promosi dan prevensi. Untuk
melaksanakan kegiatan prevensi antara lain adalah penjaringan kesehatan (skrining) yang
bertujuan untuk mengetahui secara dini masalah-masalah yang ada. Hasil skrining dapat
digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi. Skrining
merupakan sejumlah prosedur pemeriksaan kesehatan yang mempunyai tujuan untuk
memisahkan anak yang “tidak sehat” dengan yang “sehat”. Pengertian tidak sehat
diartikan sebagai suatu kondisi anak yang menyebabkan menurunnya produktivitas
belajar pada anak tersebut.

Pelaksanaan skrining dilakukan oleh satu tim kesehatan yang terdiri dari: 1 orang
dokter umum, 1 orang dokter gigi, 1 orang perawat umum, tenaga laboratorium, petugas
gizi, dan tenaga kesehatan lain yang terkait. Selain itu juga dibantu oleh dua orang guru
yang terdiri dari 1 orang wali kelas dan 1 orang guru pembina UKS (guru bidang studi
kesehatan/penjas). Prosedur skrining dilaksanakan secara bertahap dan kemudian
dilakukan pendokumentasian.

5. Peran Dan Fungsi Perawat Sekolah


Agar dapat melaksankan tugasnya dengan baik, maka perlu dibuat panduan bagi
perawat tentang peran, fungsi, manajemen dasar dan indikator dalam melaksanakan
program kesehatan sekolah.

Manajemen dasar adalah cara pengelolaan yang dilakukan oleh perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya, yang antara lain meliputi :
 Perencanaan
 Pengorganisasian
 Directing
 Controling
Dalam melaksankan tugasnya perawat juga dapat menerapkan inovasi pelayanan
sebagai upaya terobosan dalam pencapian tujuan. Inovasii dalam kesehatan dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu sekolah merupakan kesehatan dasar dan keluarga peserta didik
sebagi sumber dan pusat pelayanan.
6. Peran Perawat Di Sekolah
Perawat dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun
peneliti di bidang keperawatan di area khusus sekolah. Dalam melaksanakan kegiatan
yang berkaitan dengan peranannya, perawat bekerja sama dengan siswa dan orang
tuanya, petugas administrasi, tenaga sosial, dan profesi kesehatan lain yang terkait.
Perawat dapat melaksanakan skrinung kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk
luka dan keluhan minor dengan memberikan pengobatan sederhana, memantau status
imunisasi siwa dan keluarganya dan juga aktif dalam mengindentifikasi anak-anak yang
mempunyai masalah kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada
menyangkut anak-anak usia sekolah, seperti memberikan libur pada siswa karena
adanyya penyakit menular, kudis, atau parasit lain. Dalam melaksanakan perannya
sebagai konsultan terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi
tentang pentingnya memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengambangan
kurikulum yang terkait dengan kesehatan serta cara-cara penanganan kesehatan yang
bersifat khusus, kecacatan, dan penyakit- penyakit yang ada seperti hemofilia dan AIDS.

7. Fungsi Perawat Sekolah


Adapun fungsi dari perawat kesehatan sekolah antara lain adalah sebagai berikut.
a. Mengajukan/ membuat kebijakan untuk menjamin pelaksanaan program
kesehatan secara terintgrasi dan komprehensif
b. Penanganan kasus/manajemen kasus untuk membantu keluarga dalam
memenuhi kebutuhan, terutama yang terkait dengan anak didiknya
c. Manajemen program sehingga sistem dan aktivitas kesehatan sekolah dapat
berjalan dan berkembang sebagai bagian integral dari sitem kesehatan
masyarakat
d. Bertanggung jawab terhadap upaya proteksi dan promosi kesehatan.

8. Praktik Keperawatan Di Sekolah


Perawat kesehatan sekolah merupakan salah satu profesi kesehatan yang diperlukan
untuk pelaksanaan program kesehatan dan berperan langsung dalam pendidikan,
pelayanan serta pembinaan dalam bidang kesehatan. Salah satu cara yang digunakan
adalah mengidentifikasi dan mencegah terjadinya masalah bagi peserta didik serta
melakukan upaya penyembuhan.

Untuk dapat mengarahkan kegiatan yang dilakukan agar lebih terfokus, dibuat
panduan tentang karakteristik dan standar praktik sebagai berikut:
9. Karakteristik Praktik keperawatan di Sekolah
Karakter yang dibuat meliputi:
a. Praktik berbasis pengetahuan keperawatan secara umum dan pengetahuan
keperawatan khusus tentang anak dan remaja
b. Praktik dilakukan dengan penelanan pada promosi dan perawatan kesehatan serta
upaya preventif
c. Praktik biasanya dilakukan dilingkungan sekolah, rumah, dan lingkungan
masyarakat yang terkait
d. Praktik biasanya dilakukan oleh seorang petugas kesehatan di sekolah
e. Penerima pelayanan praktik adalah peserta didik, orang tuanya dan pihak lain
yang terkait
f. Praktik dilakukan dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang
g. Praktik membutuhkan keahlihan, prinsip manajemen dan kolaborasi dengan tim
kesehatan interdisiplin

10. Peraturan dan standar praktik keperawatan


Peraturan dan standar praktik keperawatan di sekolah dibuat agar semua provider
keperawatan mempunyai acuan yang baku dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
kegiatan yang menyimpang dapat dihindarkan. Adapun peraturan dan standar tersebut
meliputi :
a. Menggunakan pengetahuan dasar klinis untuk membuat keputusan
pelaksanaan keperawatan
b. Menggunakan pendekatan secara ilmiah dan sistematis dalam pemecahan
masalah
c. Melaksanakan pendidikan kesehatan kepada peserta didik dengan cara
melakukan pemeriksaan, perencanaan, dan pelaksanaan keperawatan yang
telah dilakukan
d. Melakukan komunikasi secara efektif baik secara tertulis, verbal maupun
dengan cara lain seperti isyarat
e. Memelihara dan mengembangkan program kesehatan sekolah secara
komperhensif
f. Menjalin hubungan kerja sama diantara perawat, tenaga kesehatan profesional
lain, peserta didik dan orang tuanya
g. Menjalin hubungan kerja sama dengan kelompok masyarakat dalam
melaksankan pelayanan kesehatan dan sosial
h. Membantu peserta didik, keluarga dan warga sekolah lainnya untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal melalui pelaksanaan
program pendidikan kesehatan
i. Melakukan upaya inovasi dalam praktik keperawatan dan berperan aktif
dalam kegiatan yang berkaitan dengan penelitian
j. Mengindentifikasi peran dan uraian tugas keperawatan, peningkatan kualitas
keperawatan secara terus menerus serta menunjukan perilaku sebagai tenaga
kesehatan yang profesional.

Strategi Preventif
Pada dasarnya praktik keperawatan di sekolah selalu berorientasi pada upaya
pencegahan timbulnya masalah kesehatan yang dapat menganggu pada proses belajar
peserta didik dan tugas guru beserta staf. Oleh karena itu pendidikan kesehatan dijadikan
unsur utama dalam model praktik. Strategi yang dilakukan sebagai upaya preventif meliputi
hal-hal sebagai berikut.
1. Strategi pencegahan Primer. Strategi ini diawali dengan program pendidikan formal yang
kurikulumnya telah distandarisasi, kemudian berkolaborasi dengan personel lainnya dalam
melakukan pengkajian lingkungan dan selanjutnya mendidik peserta didik secara individual
tentang kesehatan
2. Strategi Pencegahan sekunder. Melakukan deteksi dini untuk mengindetifikasi peserta didik
yang potensial berisiko dengan cara melakukan pemeriksaan pada data :
a. Absensi
b. Putus sekolah
c. Peserta didik yang mudah mengalami insiden
d. Status kesehatan fisik, mental dan emosional
e. Pemantauan situasi dalam ruang/kelas
3. Strategi pencegahan tersier. Strategi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki
kondisi yang tidak diharapkan termasuk pada guru dan karyawan yang ada di sekolah
tersebut.
Masalah Kesehatan Yang Beresiko Terjadi Pada Anak Usia Sekolah
4. Kebutuhan nutrisi: berat badan berlebih/kurang, perilaku jajan yang tidak sehat (makanan
yang menggunakan pewarna, pemanis buatan, atau pengawet), gangguan makan
(anoreksia, bulimia).
5. Kebersihan diri yang kurang (rambut, kulit, kuku, gigi, genetalia).
6. Kebutuhan psikososial: harga diri rendah, depresi, hiperaktif.
7. Kebutuhan belajar: gangguan konsentrasi belajar, atau kurangnya pengetahuan anak usia
sekolah tentang kesehatannya.
8. Kebutuhan keamanan:
a. Anak usia sekolah yang kesehariannya tidak mendapat pengawasan dari orangtua.
b. Tidak menggunakan pengaman (helm, sabuk pengaman) saat bersepeda atau
kendaraan bermotor.
c. Bersekolah/tinggal melewati jalan raya, kereta, atau sungai.
d. Mendapat perlakuan kasar dari orang tua atau guru baik penganiayaan fisik, mental,
seksual maupun social.
e. Mendapat pelakuan kasar dari sekelompok teman.
f. Bahaya pemerkosaan.
9. Merokok atau minum alkohol pada anak usia sekolah.
10. Pengaruh lingkungan yang tidak kondusif:: tinggal didaerah rawan bencana dan konflik.

Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah


Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan keperawatan
yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung jawab untuk
berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya CHN
adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan dengan
tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi dengan penekanan
pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan keluarga.

Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah
antara lain :
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam membuat
keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak sekolah.
Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter, LSM, dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan
untuk memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan
dan mengevaluasi dampak pelayanan
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolahdi
masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,
membantu anak usia sekolahmengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia
sekolah, mendesiminasikan hasil riset.
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan
dan mengevaluasi hasil intervensi.
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT
KOMUNITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH

a. Pengkajian
a) Core, terdiri dari:
Demografi (Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah
menurut jenis kelamin, golongan umur), Etnis (suku bangsa, budaya, tipe keluarga),
Nilai, kepercayaan dan agama (nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia
sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang
ada, adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan
oleh anak usia sekolah), Riwayat kesehatan (riwayat penyakit yang pernah diderita,
riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang), Pemeriksaan fisik anak usia sekolah
(semua sistem dilakukan pemeriksaan fisik).
b) Data subsistem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
a. Inspeksi: Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan,
kondisi lingkungan kantin disekolah, jajanan yang dijual dikantin tersebut,
aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan
winshield survey dan observasi.
b. Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari
guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
c. Angket: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
bagi perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan
kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah
melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah
uang jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha
sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
a. Keamanan :
adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan, kebiasaan yang bisa
mengancam kesehatan anak usia sekolah seperti kebiasaan jajan sembarangan,
jenis jajanan yang dikonsumsi, kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah
untuk layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah
yang harus dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk
memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui
buku dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan
guru dan orang tua, peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan
dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan orang
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia
sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana
penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,
pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

b. Diagnosa
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah karena kebiasaan
pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik.
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah
karena kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur,
mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah sembarangan, bermasalah pada
gigi dan anak usia sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak
disuruh oleh orang tuanya.

Penampisan Masalah/Skoring Diagnosa

No Dx A B C D E F Jumlah Keterangan
1 Defisit A. Kesadaran
kebersihan masyarakat
diri pada akan masalah
2 2 3 3 4 3 17
agregat B. Motivasi
anak usia masyarakat untuk
sekolah menyelesaikan
2 Risiko masalah
terjadinya C. Kemampuan
perawat
dalam
mempengaruhi
kejadian D. Ketersediaan ahli
karies gigi atau pihak terkait
pada 2 3 3 3 5 3 19 terhadap solusi
agregat masalah
anak usia E. Beratnya
sekolah konsekuensi jika
masalah tidak
terselesaikan
F. Mempercepat
penyelesaian
masalah dengan
resolusi yang dapat
tercapai

Score:
1. Rendah
2. Sedang
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
mmm
c. Tujuan Jangka Panjang
Terbentuknya kelompok anak usia sekolah yang peduli terhadap kesehatan gigi
d. Tujuan Jangka Pendek
 Agregat anak usia sekolah tidak mengalami karies gigi
 Agregat anak usia sekolah mendapatkan pengetahuan yang cukup
tentang pencegahan masalah karies gigi.
e. Intervensi
1. Pencegahan primer
a. Program promosi kesehatan
1) Pendidikan kesehatan tentang: manfaat makanan sehat dan cara
memilih jajanan yang sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia
sekolah, kebersihan diri (rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara
mencuci tangan yang baik, kebutuhan latihan fisik anak usia
sekolah, cara belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain sesuai
kebutuhan anak sekolah.
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat
meminta bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk
melakukan pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di
KMS anak sekolah). Mengingat banyak sekolah yang ada
diwilayah binaan perawat, maka sebaliknya perawat sudah
membuat jadwal kunjungan tenaga kesehatan secara berkala
minimal 6 bulan sekali untuk tiap sekolah.
3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah
atau masalah kesehatan.
b. Program proteksi kesehatan:
1) Pelayanan imunisasi: pemberian imunisasi untuk anak SD kelas 1
pemberian DT dan SD kelas VI (wanita) pemberian TT.
2) Program pencegahan kecelakaan pada anak usia sekolah seperti
memfasilitasi zebra cross untuk penyebrangan, menyediakan
petugas yang membantu anak sekolah menyebrang, menganjurkan
anak menggunakan pelindung lutut/helm jika bersepeda,
menganjurkan sekolah untuk menjaga kebersihan lantai agar tidak
licin (membuat tanda peringatan bila sedang dibersihkan),
menganjurkan sekolah untuk dapat memperhatikan keselamatan
anak seperti tangga tidak dibuat curam, lapangan bermain tidak
berbatu, menganjurkan keluarga untuk meningkatkan pengawasan
pada anak usia sekolah khusunya anak usia sekolah yang tinggal
didekat jalan, sungai atau tempat yang berbahaya, pemantauan
yang ketat terhadap jajanan yang dijual disekolah.
3) Perlindungan caries pada anak usia sekolah: flouridasi
4) Perlindungan anak usia sekolah dari child abuse dari orang dewasa
disekitarnya: meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap
keselamatan dan kesehatan anak usia sekolah, termasuk sikap guru
yang mendidik bukan menghukum, membuat sistem pelaporan dan
sangsi yang jelas apabila menemukan anak usia sekolah yang
mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional, atau seksual
dari orang lain, untuk segera diproses secara hukum yang berlaku
di Indonesia.
2. Pencegahan sekunder
a) Deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang
anak sekolah, atau penyakit untuk segera ditegakkan diagnosis dan
pengobatan sejak dini.
b) Perawatan emergency, misalnya diberikan pada anggota anak usia
sekolah yang mengalami kecelakaan disekolah atau lalu lintas.
c) Perawatan akut dan kritis, diberikan pada anak usia sekolah yang
mengalami sakit akut seperti diare, demam, dan lain-lain. Perawatan
juga diberikan pada anak usia sekolah dengan penyakit kritis.
d) Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis
keperawatan dan segera memberikan terapi keperawatannya.
e) Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut..

3. Pencegahan tersier
a) Memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia sekolah
setelah sakit dengan memelihara kondisi kesehatan agar tumbuh
kembangnya optimal.
b) Memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia
sekolah pada masa pemulihan.

KESEHATAN ANAK
A. Pengertian Anak
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat
yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex
dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak
hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup
dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat,
panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang
merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri
pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana
imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio.
Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.

B. Batasan Usia Anak


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut
definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19
tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia
pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia
di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.

C. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Perkembangan Fisik

     Fisik atau tubuh manusia merupaRkan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam
kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson
(Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek, yaitu : 
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru,             seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk
aktif dalam suatu           kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan
jenis; dan 
d. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
1) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak – kanak (0 –5
tahun) 
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai
mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik , yaitu
gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar
sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu
perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan
secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan
koordinasi gerak dan keseimbanga berkembang dengan baik.
2) Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11 Tahun)
Perkembangan:waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak
kanak,koordinasi mata berkembang dengan baik ,masih belum
mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan
mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
3) Usia 8-9 tahun     Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan tubuh
bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti
berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan tangan lebih baik,Sistim
peredaran darah masih belum kuat,Koordinasi otot dan syaraf masih kurang
baik,Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
4) Usia 10-11 tahun     Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita,Kenaikan
tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita mulai mengalami
kematangan seksual (12tahun), Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan
seksual.

2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn
kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun,
adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.    
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari
perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum
perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak berdaya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat
dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –ketrampilan motorik, anak – anak
terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
a. Motorik  Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat
mnyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari
tempat tinggi. Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti
balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7  tahun, koordinasi gerakan
berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan
gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain
dapat dilihat saat anak menulis dan menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini,
antara lain :
a) Anak Usia 5 Tahun

 Mampu melompat dan menari


 Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
 Dapat menghitung jari – jarinya
 Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
 Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannyaMampu
membedakan besar dan kecil
b) Anak Usia 6 Tahun

 Ketangkasan meningkat
 Melompat tali
 Bermain sepeda
 Mengetahui kanan dan kiri
 Mungkin bertindak menentang dan tidak sopa
 Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c) Anak Usia 7 Tahun

 Mulai membaca dengan lancar


 Cemas terhadap kegagalan\
 Peningkatan minat pada bidang spiritual
 Kadang Malu atau sedih
d) Anak Usia 8 – 9 Tahun

 Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat


 Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
 Ketrampilan lebih individual
 Ingin terlibat dalam sesuatu
 Menyukai kelompok dan mode
 Mencari teman secara aktif.
e) Anak Usia 10 – 12 Tahun

 Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang


berhubungan dengan pubertas mulai tampak
 Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur
pakaian sendiri , dll.
 Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
 Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan Intelektual
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif, yaitu:
a. tahap sensori motoris, 
b. tahap praoperasional, 
c. tahap operasional konkret dan 
d. tahap operasional formal.

Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan


kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Adapun
karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris


Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :
 Segala tindakannya masih bersifat naluriah
 Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra
 Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum
mampu           untuk mengategorikan pengalaman
 Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-
skema sensori motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap sensori-
motoris ini, Piaget  merinci lagi tahap sensori-motoris ke dalam enam fase
dan setiap fase memiliki karakteristik tersendiri.
a) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Individu mampu bereaksi secara refleks


 Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum
terkoordinir
 Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan
yang diterima dari lingkungannya.
b) Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu
memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan hereditas

c) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai


dapat memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan
akibat yang terjadi pada benda itu.
d) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk


sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain.
 Individu mulai mampu mencoba sesuatu
 Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung
kepada orangtua
e) Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Individu mulai mampu untuk meniru


 Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap
lingkungannya secara  lancar
f) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir


 Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol
bahasa sederhana
 Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah sederhana
sesuai dengan tingkat perkembangannya
 Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang
b. Karakteristik Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai


berikut :
 Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai
informasi
 Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan
ide-ide
 Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu
peristiwa konkret,  meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
 Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku :-
berpikir imajinatif- berbahasa egosentris- memiliki aku yang tinggi-
menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi dan- perkembangan
bahasa mulai pesat. 
c. Karakteristik Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol


bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau
sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu
belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak
sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat
kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep
kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan konsep tersebut.
d. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :
 Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan
abstraksi
 Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak
 Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat
hipotesis
 Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa
depan
 Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga
kesadaran diri sendiri tercapai
 Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan
diperankan sebagai orang dewasa
 Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan
kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam
masyarakat tersebut.

D. Permasalahan Kesehatan pada Anak


Di dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, pada usia 1 – 2 tahun
merupakan masa masa penting dalam proses ini. Beberapa faktor yang mengambil
peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah faktor asupan
gizi anak tersebut. Berdasarkan data WHO beberapa tahun yang lalu, terdapat
belasan juta kematian seorang anak yang disebabkan oleh gangguan kekurangan
gizi. Hal ini merupakan masalah yang besar di negara negara berkembang seperti
Indonesia.

Memang di sebagian besar kota-kota besar di Indonesia hal ini bukan


merupakan masalah besar, tetapi perlu diingat bahwa indosenisa terdiri dari ribuan
pulau pulau dimana mayoritas penduduk atau pemukiman tersebut tidak memiliki
fasilitas kesehatan dan pangan yang adekuat seperti kebanyakan kota kota besar di
indonesia. Beberapa studi yang sudah dilakukan oleh dinas kesehatan menyatakan
bahwa beberapa daerah yang masih terdapat masalah kesehatan gizi , terutama di
Indonesia bagian timur ( NTT, NTB dan Papua). Menurut Survei Ekonomi nasional
( SUSENAS) oleh Badan pusat statistik, dan laporan survei departemen kesehatan
indonesia dan kerjasama dengan UNICEF bahwa di indonesia masih terdapat 169
kabupaten dari 343 kabupaten diindonesia masih terdapat gangguan gizi, dan jumlah
penderita tersebut sangat tinggi pada tiap kabupaten.

Masalah gangguan gizi ini masih seperti fenomena gunung Es, dimana di
pelosok pelosok indonesia masih terdapat penduduk / balita yang mengalami
gangguan gizi yang tidak terdeteksi oleh pemerintah ataupun dinas kesehatan. Dengan
perkiraan sebesar 5.4 juta anak anak di indonesia yang mengalami kekurangan gizi,
perlu dierikan perhatian lebih oleh pemerintah dan instansi pendukungnya, agar
generasi emas indonesia untuk kemudian hari tidak cacat atau menghilang akibat
kekurangan gizi saat kecil.

1. GANGGUAN GIZI / MALNUTRISI


Malnutrisi, adalah gangguan absorbsi makanan yang dapat disebabkan oleh faktor
patologis atau non patologis sehingga pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak terganggu. Jika keadaan ini berlangsung kronik atau lama dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada anak.
Sedangkan menurut WHO, mendefinisikan malnutrisi
sebagai “ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan
kebutuhan tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan,
dan fungsi tertentu"
Gangguan gizi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kekurangan
gizi (undernutrition) atau kelebihan gizi (over nutrition)
Beberapa kondisi kekurangan gizi (undernutrition) yang serius dapat
menyebabkan kondisi kesehatan yang terganggu seperti:

 Marasmus : Ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya lemak dan otot
di bawah kulit (atrofi)
 Kwarsiorkor : Ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan karbohidrat di
dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen kulit, penurunan massa otot,
diare, kegagalan untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan,
perubahan rambut (warna atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih parah karena
sistem kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis, ruam (dermatitis),
syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema).
 Marasmus – Kwarsiorkor ( Gabungan) : Etiology atau penyebab malnutrisi sendiri
sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara berkembang, penyebab utama
dari kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya supply makanan pada daerah
tersebut. Contoh pada daerah di Indonesia bagian timur, sangatlah sulit bagi
penduduk untuk mendapatkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak
mereka hanya karena mereka tidak memiliki makanan yang cukup untuk
dikonsumsi. Berbeda dengan daerah-daerah yang sudah berkembang, beberapa
kasus kekurangan gizi disebabkan oleh faktor faktor seperti :

 Pola diet yang tidak baik, seperti picky eater, eating disorder, kurangnya
edukasi dari orang tua atau pemerintah mengenai makanan yang sehat seperti
empat sehat lima sempurna.
 Gangguan mental / psikosomatis, gangguan kondisi mental pada seseorang
dapat mengakibatkan mereka tidak mengkonsumsi makanan sesuai dengan
kebutuhan badannya.
 Gangguan pencernaan atau masalah di usus.
 Ketergantungan alkohol atau drug abuse.

Beberapa kondisi Kelebihan gizi (over nutrition) yang dapat menyebabkan gangguan kondisi


kesehatan antaralain adalah :

 Overweight, diukur dengna BMI (Body Mass Index ) Berkisar antara 25 – 30


 Obesitas, diukur dengna BMI diatas 30 
 Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang kelebihan Gizi
 Faktor Keturunan
 Konsumsi Makanan yang berlebihan
 Pengeluaran energi yang kurang.

Untuk mengatasi masalah malnutrisi pada suatu daerah, dibutuhkan analisa yang
konprehensive dari berbagai aspek disertai dengan kerjasama oleh berbagai instansi,
terutama dinas kesehatan. Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya supply
makanan pada suatu daerah, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan kesehatan
untuk menfasilitasi distribusi makanan baik dari daerah lain atau dari daerah sendiri
untuk mencukupi kebutuhan makanan di daerah tersebut.

Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya edukasi kepada pihak masyarakat
mengenai pentingnya konsumsi makanan 4 sehat lima sempurna, dibutuhkan
kerjasama antara instansi dinas kesehatan dengan pihak pemerintah di segmen
kabupaten dan kecamatan agar segera dilakukan sosialisasi mengenai masalah ini dan
pencegahannya.

MASALAH UTAMA KESEHATAN ANAK :

 Kategori masalah kesehatan anak di seluruh dunia :

a. Negara maju
1. Keganasan adalah kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara
tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan
bermetastasis, atau menyebar, ke area lain dari tubuh.
2. Kecelakaan
3. Kelainan genetic
4. Gangguan pertumbuhan intra uterin
5. Gangguan psikososial
b. Negara berkembang: Penyakit infeksi, infeksi parasite, penyakit kurang gizi
 Masalah Kesehatan Anak di Indonesia
a. Malnutrisi energi protein ( MEP )
b. Defisiensi vitamin A
c. Defisiensi besi
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak di
Indonesia :Tingginya morbiditas
d. Tingginya mortalitas pada golongan bayi dan balita
Penyebabnya :Lingkungan yang kurang menunjang
e.Mutu pelayanan kesehatan yang masih rendah
f. Keadaan sosekbud

Faktor timbulnya suatu penyakit :


a. Genetik
b. Lingkungan ( bio-psiko-sosial )
c. Perilaku individu sendiri.

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT


KOMUNITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH

Kasus 2

Di salah satu sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), yang berada di wilayah Telanai
Pura Kota Jambi, Perawat Komunitas melakuan Community Assesment dengan pendekatan
community as a partner, untuk menegakan diagosis yang tepat perawat melakukan pengkajian
core dan sub sistem community. saat dilakukan screnning di dapatkan data 25 siswa
menderita ISPA, 35 orang siswa obesitas, 56% siswa dengan karies gigi, informasi dari guru
ada 34 siswa menderita hepatitis. informasi didapat dari wawancara dgn guru, prestasi siswa
cenderung menurun. rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare.
Dari pengamatan perawat sekolah tersebut belum memiliki fasilistas yang memadai, yang
dapat menunjang PHBS, Sebenar nya sekolah tersebut memiliki UKS, tapi trias uks belum
berjalan dengan baik karena tidak ada perawat kesehatan sekolah, sehingga program health
promotion school terkait promotion,preventif, kuratif dan rehabilitatif belum bisa berjalan
dengan Optimal.

A. Pengkajian
a. Dimensi Fisik
Genetic
Di salah satu sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), yang berada di wilayah
Telanai Pura Kota Jambi, Perawat Komunitas melakuan Community Assesment
dengan pendekatan community as a partner, untuk menegakan diagosis yang tepat
perawat melakukan pengkajian core dan sub sistem community.
Fungsi Fisiologi
Saat dilakukan screnning di dapatkan data 25 siswa menderita ISPA, 35 orang siswa
obesitas, 56% siswa dengan karies gigi, informasi dari guru ada 34 siswa menderita
hepatitis. informasi didapat dari wawancara dgn guru, prestasi siswa cenderung
menurun. rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare.
b. Dimensi fisik sekolah
Dari pengamatan perawat sekolah tersebut belum memiliki fasilistas yang memadai,
yang dapat menunjang PHBS, Sebenar nya sekolah tersebut memiliki UKS, tapi
trias uks belum berjalan dengan baik karena tidak ada perawat kesehatan sekolah,
sehingga program health promotion school terkait promotion,preventif, kuratif dan
rehabilitatif belum bisa berjalan dengan Optimal.
c. Dimensi system kesehatan
informasi didapat dari wawancara dgn guru, prestasi siswa cenderung menurun.
rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare. sekolah tersebut memiliki UKS,
tapi trias uks belum berjalan dengan baik karena tidak ada perawat kesehatan
sekolah, sehingga program health promotion school terkait promotion,preventif,
kuratif dan rehabilitatif belum bisa berjalan dengan Optimal.

Analisa Masalah
No Data Penyebab Masalah
1. Data Subjektif: Kurangnya Defisit kebesihan
- informasi didapat dari edukasi PHBS dari agregat pada
wawancara dgn guru, UKS sekolah komunitas anak
prestasi siswa cenderung sekolah
menurun. rata-rata siswa
izin karena sakit ISPA dan
diare.
Data Objektif:
- saat dilakukan screnning di
dapatkan data 25 siswa
menderita ISPA, 35 orang
siswa obesitas, 56% siswa
dengan karies gigi,
informasi dari guru ada 34
siswa menderita hepatitis
- Dari pengamatan perawat
sekolah tersebut belum
memiliki fasilistas yang
memadai, yang dapat
menunjang PHBS, Sebenar
nya sekolah tersebut
memiliki UKS, tapi trias
uks belum berjalan dengan
baik karena tidak ada
perawat kesehatan sekolah,
sehingga program health
promotion school terkait
promotion,preventif, kuratif
dan rehabilitatif belum bisa
berjalan dengan Optimal.
-
2. Data subjektif: Tidak adanya Kurang
- prestasi siswa cenderung program pengetahuan pihak
menurun. rata-rata siswa pembinaan dan sekolah akan
izin karena sakit ISPA dan kurangnya tenaga pendidikan
diare. ahli kesehatan kesehatan tentang
untuk pengurusaan pengelolaan UKS
Data obejektif: UKS di sekolah dan PHBS
- sekolah tersebut belum
memiliki fasilistas yang
memadai, yang dapat
menunjang PHBS, Sebenar
nya sekolah tersebut
memiliki UKS, tapi trias
uks belum berjalan dengan
baik karena tidak ada
perawat kesehatan sekolah,
sehingga program health
promotion school terkait
promotion,preventif, kuratif
dan rehabilitatif belum bisa
berjalan dengan Optimal.
B. Diagnosa keperawatan komunitas
1. Defisit kebesihan agregat pada komunitas anak sekolah
2. Kurang pengetahuan pihak sekolah akan pendidikan kesehatan tentang
pengelolaan UKS dan PHBS
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S.,dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan: Handbook. Bandung: Pedagogiana
Ananto, P. 2006. Usaha KesehatanSekolah di SekolahDasardan Madrasah
Ananto, p.2006. usaha kesehatan sekolah di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.bandung:
yrama widya

Departemen kesehatan republik indonesia.2003.pedoman untuk tenaga kesehatan, usaha


kesehatan sekolah di tingkat sekolah dasar.jakarta:depkes RI.

Departemen Kesehatan. (2008).  Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah.


Jakarta:Departemen Kesehatan.
Depdiknas. 2006.  PedomanPembinaandanPengembangan Usaha kesehatan Sekolah
Ibtidaiyah.Bandung : YramaWidya.
Effendy Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
http://www.academia.edu/tugas_terstruktur_keperawatan_komunitas_II
https://dokumensaya.com/download/asuhan-keperawatan-komunitas-pada-kelompok-anak-
usia- sekolah_590c19b9dc0d60da1e959e88_pdf
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-2-47932732
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kesehatan Sekolah.
Mary A.Nies, Melaine McEwen. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga.2019.Elsevier.Singapore
Sumantri, M. (2007). Pendidikan Wanita. Dalam
Sumijatum,S.Kp,MARS,Suliswati, HJ.TjieAnita dkk.Konsep dasar Keperawatan
Komunitas.2006.EGC.Jakarta
Tim pembina UKS pusat.1996.pedoman pengembangan pembinaan UKS.jakarta:depkes RI.

Widyanto Faisalado Candra, S.Kep,. Ns. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai