KEPERAWATAN KOMUNITAS II
LOGBOOK TUTORIAL KASUS II
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas individu pada mata kuliah
Keperawatan Komunitas II
Dosen Pengampu:
Ns. Yuliana, S.Kep., M.Kep.
Di Susun Oleh:
Lintang Athala (G1B118009)
Di salah satu sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), yang berada di wilayah Telanai Pura Kota
Jambi, Perawat Komunitas melakuan Community Assesment dengan pendekatan community as a partner,
untuk menegakan diagosis yang tepat perawat melakukan pengkajian core dan sub sistem community.
saat dilakukan screnning di dapatkan data 25 siswa menderita ISPA, 35 orang siswa obesitas, 56% siswa
dengan karies gigi, informasi dari guru ada 34 siswa menderita hepatitis. informasi didapat dari
wawancara dgn guru, prestasi siswa cenderung menurun. rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare.
Dari pengamatan perawat sekolah tersebut belum memiliki fasilistas yang memadai, yang dapat
menunjang PHBS, Sebenar nya sekolah tersebut memiliki UKS, tapi trias uks belum berjalan dengan baik
karena tidak ada perawat kesehatan sekolah, sehingga program health promotion school terkait
promotion,preventif, kuratif dan rehabilitatif belum bisa berjalan dengan Optimal.
LO :
1. Jelaskan community As a Partner?
2 . Apa Masalah Utama dari Kasus?
3. Bagai mana cara nya institusi sekolah menerap kan PHBS?
Apa saja Upaya dalam promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative dalam
4. Apa saja Upaya Promotif, Preventif, kuratif dan rehabilitastif dalam mengembangkan PHBS di
sekolah?
5. Terias UKS
6. Sasaran UKS
7. Syarat Pendirian UKS
8..Bagaiman cara menetukan diagnosis Prioritas dalam Keperawatan komunitas
1. Community as partner : Terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan
proses keperawatan. Roda pengkajian komunitasterdiri (1) inti komunitas (the community core),
(2) subsistem komunitas (thecommunity subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini
lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan,
danmetodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalammeningkatkan
kesehatannya.(Sumber: Anderson McFarlan,:Community as Partner)
2. Comminty assesment : Community assesment adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk
mengenal masyarakat dengan mengidentifikasi berbagai fakor baik positif maupun negatif yang
ada di masyarakat tersebut yang berpengaruh terhadap status kesehatannya dalam rangka
mengembangkan strategi promosi kesehatan
3. Screnning : Screening adalah suatu usaha untuk mendeteksi/mencari penderita penyakit tertentu
yang tampak gejala (tidak tampak) dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu
tes/pemeriksaan, yang secara singkat dan sederhana dapat menisahkan mereka yang sehat
terhadapa mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosa
dan pengobatan penyaringan bukan diagnosa, sehingga hasil yang didapat betul-betul didasarkan
pada hasil pemeriksaan hasil tertentu sedangkan kepastian diagnosa klinik yang ditakutkan
kemudian. ( Nur Nasry Noor ,2000 )
4. Karies gigi : Merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai
dari permukaan gigi (ceruk,fissure, dan daerah interproksimal) meluas kearah pulpa, serta dapat
meluas dari email ke dentin atau pulpa (Tarigan, 2013).
5. TRIAS UKS : Trias UKS adalah tiga program pokok dalam pembinaan dan pengembangan UKS,
meliputi: (1) Pendidikan Kesehatan (2) Pelayanan kesehatan (3) Lingkungan sehat
STEP II
“Identifikasi Masalah”
1. Edukasi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan PHBS. terkait
PHBS ditemukan bahwa terjadinya peningkatan kesehatan secara bermakna pada siswa pesantren
yang mendapatkan edukasi kesehatan.Perawat berperan dalam memberikan edukasi kesehatan
dalam meningkatkan status kesehatan pada anak dengan usia sekolah. Salah satu edukasi yang
harus diberikan oleh perawat adalah terkait PHBS. peran perawat terhadap penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah.
2. Dengan cara kolaborasi Tim/ membuat & melibatkan kerjasama tim lintas sektoral yg diperlukan
untuk mengelola uks agar berjalan dengan baik dan semestinya
4. Saat anak terkena penyakit menular yang sering muncul di wilayah sekolah, biarkan dia
beristirahat di rumah agar tidak menulari teman sekelasnya. Apabila terkena flu misalnya, anak
disarankan tidak masuk sekolah paling tidak satu hari sampai demamnya reda dan gejalanya
membaik.
Tambahan :
Ajarkan anak kebiasaan cuci tangan yang benar.
Berikan vaksinasi sesuai jadwal.
Ajarkan anak agar tidak berbagi barang pribadi dengan teman-temannya. Jika anak tinggal di
asrama, bekali dia dengan barang pribadi yang cukup, seperti seprai, alat makan, dan
handuk, agar tidak perlu meminjam pada anak lain.
Jaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah, terutama kebersihan makanan dan toilet.
Saat anak terkena penyakit menular yang sering muncul di wilayah sekolah, biarkan dia
beristirahat di rumah agar tidak menulari teman sekelasnya. Apabila terkena flu misalnya,
anak disarankan tidak masuk sekolah paling tidak satu hari sampai demamnya reda dan
gejalanya membaik.
STEP IV
“Main Mapping”
Screenning
TRIA UKS
belum berjalan dengan baik
1. Model Pengkajian Community As Partner Model community as partner terdapat dua komponen
utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas
terdiri(1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community sub
systems), dan (3) persepsi ( perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan
masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya. Sumber: Anderson McFarlan,:
Community as Partner 1. Data inti a) Demografi Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita
baik laki-laki maupun perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa
laporan tahunan ataurekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat. b) Statistik vital Data
statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angkakematian balita. Angka
kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas
atau Kelurahan. c) Karakteristik penduduk Variabel karakteristik penduduk meliputi : - Fisik :
jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawatmengobservasi ketika ada program
posyandu.
3. PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :
Anak – anak merupakan generasi penerus bangsa yang penting untuk diperhatikan kesehatannya
dan juga termasuk dalam kelompok yang rentan dengan berbagai gangguan kesehatan dan sangat
bergantung kepada orang tua.
Anak – anak sangat potensial untuk dipengaruhi dan diberi motivasi sehingga membiasakan sejak
dini perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku orang dewasa tidak mudah untuk diubah, namun
perilaku anak sangat mungkin untuk diubah dengan memberikan pengetahuan dan contoh. Untuk
meningkatkan kesadaran pendidik dan peserta didik tentang PHBS maka dapat dilakukan
sosialisasi, praktek massal dan pendampingan guru dengan harapan memotivasi anak untuk
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini.
Beberapa pendekatan yang digunakan tim untuk membudayakan perilaku bersih dan sehat di
sekolah adalah:
1. Pendampingan melalui focus discussion group (FGD) kepada pendidik sehingga penerapan
PHBS dapat terus berlangsung/ berkelanjutan. Dalam kegiatan FGD, dapat dihasilkan program
PHBS berbasis sekolah, pengelolaan sekolah sehat (PHBS, jamban sehat, kantin sehat) dan
pedoman teknis penerapan PHBS. Luaran yang diharapkan dari FGD adalah dihasilkannya
program kerja dan pedoman penyelenggaraan/ penerapan PHBS di sekolah.
2. Menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab untuk meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu mencuci tangan dengan
air yang mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas
jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap bulan, dan membuang sampah pada tempatnya.Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk
memberi pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
khususnya pada tatanan sekolah, sehingga peserta didik dapat membiasakan hidup bersih dan
sehat sejak dini.
Untuk memudahkan pemahaman peserta didik, dapat menggunakan leaflet/ brosur yang berisi
materi tentang PHBS tatanan sekolah. Selain itu juga digunakan lembar pretest dan posttest
yang berisi pertanyaan tentang PHBS tatanan sekolah, untuk menilai tingkat pengetahuan
peserta didik.
3. Praktek massal mencuci tangan, menyikat gigi dan memilah sampah kepada siswa/i. Praktek
massal dilakukan dengan tujuan memperkuat pemahaman dan melatih peserta didik untuk
langsung mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS).
Praktek massal penting dilakukan sehingga peserta didik dapat mengingat materi yang
diberikan dengan lebih baik. Kegiatan praktek massal memerlukan sarana (alat dan bahan)
seperti sikat gigi, pasta gigi, penampungan air, sabun cuci tangan, tempat sampah dan
perlengkapan lainnya.
4. UKS adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah dan
lingkungan sekolah serta seluruh warga sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang pendidikan mulai
TK/RA sampai SMA/SMK/MA.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya meningkatkan kesehatan (upaya promotif)
dan upaya pencegahan penyakit (upaya preventif) serta upaya penyembuhan dan pemulihan
(kuratif dan rehabilitatif) yang dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Peningkatan Kesehatan (promotif), dilaksanakan melalaui kegiatan intrakurikuler dan
penyuluhan kesehatan serta latihan ketrampilan oleh tenaga kesehatan disekolah : kegiatan
penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar, cara
mengukur tinggi dan berat badan, cara memeriksa ketajaman penglihatan.
2. Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalaui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh,
kegiatan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada
tahap dini sebelum timbul penyakit : Imunisasi yang dilakukan oleh petugas
puskesmas, pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil,
kegiatan penjaringan kesehatan (srining kesehatan) bagi siswa kelas I yang baru masuk
dan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi seluruh siswa.
3. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan
mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit dan untuk meningkatkan
kemamapuan peserta didik yang cedera / cacat agar dapat berfungsi normal. Kegiatan
dapat berupa pengobatan ringan untuk mengurangi derita sakit, pertolongan pertama di
sekolah serta rujukan medik ke puskesmas, kasus kecelakaan, keracunan atau lain kondisi
yang membahayakan nyawa dan kasus penyakit khusus.
Secara garis besar, kegiatan pelayanan kesehatan di SD dan MI adalah :
1. Penyuluhan kesehatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan praktis dalam rangka pemutusan
rantai penularan penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan pribadi siswa / guru yang
ditekankan pada upaya pembentukan perilaku hidup besih dan sehat, maupun lingkungan
fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam proses pembelajaran.
Contoh kegiatan : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemberantasan kecacingan,
pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif).
2. Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan perlindungan jangka panjang
terhadap penyakit difteri dan tetanus dengan imunisasi Difteri Tetanus Toxoid (DT) dan
Tetanus Toxoid
(TT). Semua anak SD/MI kelas I menerima imunisasi DT, siswa kelas VI menerima
imunisasi TT.
3. Dokterkecil
Dokterkeciladalah siswa/siswi yang ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan
kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang diselenggarakan di sekolah.
Kegiatan yang dilakukan dokter kecil diantaranya :
a) Mengamati kebersihan dan kesehatan pribadi
b) Mengenali penyakit secara awal
c) Pengobatan sederhana
d) Menimbang dan mengukur tinggi badan
e) Memeriksa ketajaman penglihatan
f) Memeriksa kebersihan gigi, dll
4. P3K dan P3P
Kegiatan yang dilakukan pada PP adalah melakukan pengobatan sederhana dan PP baik pada
penyakit, kecelakaan dan penanganan diare.
5. Penjaringankesehatan
Penjaringan kesehatan dilakukan bagi siswa kelas I yang baru masuk dan hasilnya
akan dimanfaatkan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan UKS. Inti dari
kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah,
antara lain status gizi anak, kesehatan indera penglihatan dan pendengaran yang
merupakan faktor penting bagi anak dalam proses pembelajaran.
6. Pemeriksaanberkala
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh petugs kesehatan, guru UKS, dokter kecil kepada seluruh
siswa dan guru setiap 6 bulan, untuk memantau, memellihara serta meningkatkan status
kesehatan mereka. Kegiatan yang dilakukan berupa penimbangan BB, pengukuran TB,
pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran oleh guru UKS dengan dokter kecil,
pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan.
7. Pengawasan warung/kantin sekolah
8. UKGS (upaya kesehatan gigi sekolah)
UKGS adalah pelayanan kesehatan gigi yang dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terdiri
dari 3 macam pelayanan :
a) UKGS Tahap I : pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mengadakan
kegiatan menggosok gigi masal minimal untuk kelas I,II,III dibimbing guru dengan
memakai pasta gigi mengandugn fluoride minimal 1x sebulan.
b) UKGS Tahap II : UKGS tahap I ditambah penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk
kelas I diikuti pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal. Pengobatan
darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru, pelayanan medik dasar atas
permintaan dan rujukan bagi yang memerlukan.
c) UKGS Tahap III : UKGS tahap II ditambah pelayanan medik dasar pada kelas
terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I, III, V dan VI .
5. TRIAS UKS
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya
menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program
pokok (trias) UKS (Depkes RI, 2003).
Penjelasan mengenai trias UKS adalah sebagai berikut:
a) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh
kembang sesuai, selaras, seimbang, dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan yang diperlukan bagi peranannya
saat ini maupun di masa yang mendatang.
b) Pelayanan kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah upaya
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),pengobatan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitasi)yang di lakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya
dan warga sekolah pada umum nya di bawah koordinasi guru pembina UKS dengan
bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat. Pelayanan kesehatan di sekolah atau
madrasah pada dasar nya di lakasanakan dengan kegiatan yang kompherensif, yaiutu kegiatan
peningkatan kesehatan (promotif)berupa penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan
memberikan pelayanan kesehatan,kemudian kegiatan pencegahan (preventif) berupa kegiatan
peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan
kegiatan penghentian penyakit sedini mungkin, serta selanjut nya adalah kegiatan
penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah cedera atau
kecatatan agar dapat berfungsi optimal. Namun demikian, upaya pelayanan kesehatan di
sekolah harus lebih di utamakan pada upaya peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan
penyakit terutama dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan siswa kelas satu atau
baru masuk sekolah, pemeriksaan berkala seluru siswa,penyuluhan kesehatan dan imunisasi
(bulan imunisasi anak sekolah –BIAS,pada setiap bulan november).
c) Pembinaan lingkungan sekolah sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan
sekolah,lingkungan keluarga, masyarakat sekitar,dan unsur-unsur penunjang.
6. Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
1. Sekolah taman kanak-kanak
2. Pendidikan dasar
3. Pendidikan menengah
4. Pendidikan agama
5. Pendidikan kejuruan
6. Pendidikan khusus(sekolah luar biasa)
Untuk sekolah dasar pendidikan sekolah dasar di prioritaskan kelas I, III, dan kelas VI. Alasannya
adalah kelas I, merupakan fase penyusuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari
pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar
karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Di samping itu kelas satu adalah
yang lebih baik untuk di berika imunisasi ulangan. Pada kelas I ini di lakukan penjaringan untuk
mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah
pengawasan untuk jenjang selanjutnya. Kelas III, di laksanakan di kelas III untuk mengevaluasi
hasil pelaksanaan hasil pelaksanaan uks di kelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya
yang akan di lakukan dalam program pembinaan uks. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan
kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan
dan pemeriksaan kesehatan yang ckup.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang baik.
Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan
sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana
bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu
adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu
pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan
sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi
Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008,
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya
berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka
bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih
berada di urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai
dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan berkualitas masih
memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi.
7. Syarat Pendirian UKS
ALUR
Ketua : Camat;
* Puskesmas;
* Kementerian Agama;
* PKK Kecamatan
Fungsi:
Sebagai penanggung jawab dan pelaksana program UKS di Sekolah/madrasah berdasarkan
prioritas kebutuhan dan kebijakan yang ditetapkan TP UKS Kecamatan.
1) Pendidikan kesehatan;
2) Pelayanan kesehatan.
- Pengawasan.
1) Ruang UKS, tempat tidur, alat ukur Berat Badan dan Tinggi Badan, Obat-obatan
sederhana, tensi meter, kartu snellen, media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
alat peraga kesehatan.
2) Buku pencatatan pemerikasaan kesehatan peserta didik, buku/lembar rujukan.
STEP VII
“Konsep”
a. Pengertian
Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang
dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di
sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama.
Usaha kesehatan di sekolah juga berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu
bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka,
merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti, 2008)
Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah
merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan,
yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan (P.
Ananto, 2006)
Dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan UKS adalah usaha kesehatan sekolah
yang di dalam lingkungan sekolah maupun yang di sekitar lingkungan sekolah, yang
sasaranya adalah peserta didik beserta masyarakat sekolah yang lainya yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh dan berkembang secara harmonis serta optimal, menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas.
e. Masalah kesehatan yang dapat dikurangi melalui kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS)
antara lain:
1) Imunisasi,
2) Kesehatan gigi,
3) Sanitasi dan air bersih,
4) Masalah gizi dan anemia,
5) Kekerasan dan kecelakaan,
6) Gangguan kesehatan mental,
7) Kebersihan diri maupun lingkungan,
8) Masalah kesehatan reproduksi remaja,
9) Merokok, alkohol dan penyalahgunaan narkoba,
10) Penyakit infeksi (malaria, gangguan saluran nafas).
B. Peran perawat dalam kesehatan sekolah
1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah,perawat mempunyai peran:
Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan
pengumpulan data,analisa data,serta perumusan dan prioritas masalah;
2. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas ,menjadi
salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga di tunjuk sebagai seorang koordinator
UKS di tingkat puskesmas.bila perawat kesehatan di tunjuk sebagai koordinator maka
pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat
dalam tim pengelola UKS.
Ada beberapa jenis kegiatan UKS dan jenis kegiatan UKS disini dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan UKS, dan TRIAS UKS meliputi
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan sekolah yang sehat. Bagian-bagian
jenis kegiatan tersebut termasuk dalam program kegiatan UKS sebagai berikut :
a. Pengelolaan UKS
1. Pembentukan Tim Pelaksana UKS
2. Terlibatnya unsure guru dan petugas puskesmas
3. Penyusunan program kerja UKS
4. Pengawasan pelaksanaan 7K
5. Laporan pembinaan dari Puskesmas
6. Penyuluhan tentang UKS
7. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pelaksana Program kerja
8. Penyediaan sarana pelayanan kesehatan
9. Pembuatan laporan pelaksana UKS kepada Tim Pembina UKS
10. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pembina UKS
b. Trias UKS
a. Pendidikan kesehatan
1. Pelaksanaan pemeriksaan berkala
2. Pelaksanaan pemeriksaan rutin
3. Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan sekolah
4. Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan
5. Pengadaan alat peraga
6. Pelaksanaan dokter kecil
7. Pelaksanaan pemeriksaan berat badan
8. Pengadaan alat peraga UKS
9. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan badan
10. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan ruang kelas
b. Pelayanan kesehatan
1. Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening)
2. Pelaksanaan imunisasi
3. Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit
4. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini penyakit
5. Pengadaan upaya alih teknologi kesehatan
6. Pengadaan rujukan ke puskesmas
c. Lingkungan sekolah sehat
1. Pengadaan ruang/sudut UKS
2. Pembinaan kantin sekolah
3. Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi syarat
4. Pengadaan tempat pembuanagn air limbah yang memenuhi syarat
5. Pengadaan kamar mandi/WC khusus siswa
Upaya peningkatan kesehatan disekolah melalui kegiatan yang dilaksanakan melalui
masyarakat disekolah dipandang lebih efektif dibanding kegiatan lain yang dilakukan
dalam masyarakat umum. Menurut Soenaryo (2002: 2 ) program UKS sangat efektif
karena:
1. Sekolah Dasar sebagai masyarakat sekolah, mempunyai komunitas peserta didik yang
sangat besar.
2. Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas seluruh pelosok tanah
air.
3. Anak anak usia SD sangat peka terhadap perubahan dan pembaharuan, bahkan anak
anak mempunyai sifat yang menyampaikan apa yang dia terima dan diperoleh dari
orang lain.
4. Di pandang dari pembiayaan pemerintah dan harapan untuk masa depan pelaksanaan
UKS di sekolah dasar sangat ekonomis.
Pelaksanaan skrining dilakukan oleh satu tim kesehatan yang terdiri dari: 1 orang
dokter umum, 1 orang dokter gigi, 1 orang perawat umum, tenaga laboratorium, petugas
gizi, dan tenaga kesehatan lain yang terkait. Selain itu juga dibantu oleh dua orang guru
yang terdiri dari 1 orang wali kelas dan 1 orang guru pembina UKS (guru bidang studi
kesehatan/penjas). Prosedur skrining dilaksanakan secara bertahap dan kemudian
dilakukan pendokumentasian.
Manajemen dasar adalah cara pengelolaan yang dilakukan oleh perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya, yang antara lain meliputi :
Perencanaan
Pengorganisasian
Directing
Controling
Dalam melaksankan tugasnya perawat juga dapat menerapkan inovasi pelayanan
sebagai upaya terobosan dalam pencapian tujuan. Inovasii dalam kesehatan dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu sekolah merupakan kesehatan dasar dan keluarga peserta didik
sebagi sumber dan pusat pelayanan.
6. Peran Perawat Di Sekolah
Perawat dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun
peneliti di bidang keperawatan di area khusus sekolah. Dalam melaksanakan kegiatan
yang berkaitan dengan peranannya, perawat bekerja sama dengan siswa dan orang
tuanya, petugas administrasi, tenaga sosial, dan profesi kesehatan lain yang terkait.
Perawat dapat melaksanakan skrinung kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk
luka dan keluhan minor dengan memberikan pengobatan sederhana, memantau status
imunisasi siwa dan keluarganya dan juga aktif dalam mengindentifikasi anak-anak yang
mempunyai masalah kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada
menyangkut anak-anak usia sekolah, seperti memberikan libur pada siswa karena
adanyya penyakit menular, kudis, atau parasit lain. Dalam melaksanakan perannya
sebagai konsultan terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi
tentang pentingnya memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengambangan
kurikulum yang terkait dengan kesehatan serta cara-cara penanganan kesehatan yang
bersifat khusus, kecacatan, dan penyakit- penyakit yang ada seperti hemofilia dan AIDS.
Untuk dapat mengarahkan kegiatan yang dilakukan agar lebih terfokus, dibuat
panduan tentang karakteristik dan standar praktik sebagai berikut:
9. Karakteristik Praktik keperawatan di Sekolah
Karakter yang dibuat meliputi:
a. Praktik berbasis pengetahuan keperawatan secara umum dan pengetahuan
keperawatan khusus tentang anak dan remaja
b. Praktik dilakukan dengan penelanan pada promosi dan perawatan kesehatan serta
upaya preventif
c. Praktik biasanya dilakukan dilingkungan sekolah, rumah, dan lingkungan
masyarakat yang terkait
d. Praktik biasanya dilakukan oleh seorang petugas kesehatan di sekolah
e. Penerima pelayanan praktik adalah peserta didik, orang tuanya dan pihak lain
yang terkait
f. Praktik dilakukan dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang
g. Praktik membutuhkan keahlihan, prinsip manajemen dan kolaborasi dengan tim
kesehatan interdisiplin
Strategi Preventif
Pada dasarnya praktik keperawatan di sekolah selalu berorientasi pada upaya
pencegahan timbulnya masalah kesehatan yang dapat menganggu pada proses belajar
peserta didik dan tugas guru beserta staf. Oleh karena itu pendidikan kesehatan dijadikan
unsur utama dalam model praktik. Strategi yang dilakukan sebagai upaya preventif meliputi
hal-hal sebagai berikut.
1. Strategi pencegahan Primer. Strategi ini diawali dengan program pendidikan formal yang
kurikulumnya telah distandarisasi, kemudian berkolaborasi dengan personel lainnya dalam
melakukan pengkajian lingkungan dan selanjutnya mendidik peserta didik secara individual
tentang kesehatan
2. Strategi Pencegahan sekunder. Melakukan deteksi dini untuk mengindetifikasi peserta didik
yang potensial berisiko dengan cara melakukan pemeriksaan pada data :
a. Absensi
b. Putus sekolah
c. Peserta didik yang mudah mengalami insiden
d. Status kesehatan fisik, mental dan emosional
e. Pemantauan situasi dalam ruang/kelas
3. Strategi pencegahan tersier. Strategi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki
kondisi yang tidak diharapkan termasuk pada guru dan karyawan yang ada di sekolah
tersebut.
Masalah Kesehatan Yang Beresiko Terjadi Pada Anak Usia Sekolah
4. Kebutuhan nutrisi: berat badan berlebih/kurang, perilaku jajan yang tidak sehat (makanan
yang menggunakan pewarna, pemanis buatan, atau pengawet), gangguan makan
(anoreksia, bulimia).
5. Kebersihan diri yang kurang (rambut, kulit, kuku, gigi, genetalia).
6. Kebutuhan psikososial: harga diri rendah, depresi, hiperaktif.
7. Kebutuhan belajar: gangguan konsentrasi belajar, atau kurangnya pengetahuan anak usia
sekolah tentang kesehatannya.
8. Kebutuhan keamanan:
a. Anak usia sekolah yang kesehariannya tidak mendapat pengawasan dari orangtua.
b. Tidak menggunakan pengaman (helm, sabuk pengaman) saat bersepeda atau
kendaraan bermotor.
c. Bersekolah/tinggal melewati jalan raya, kereta, atau sungai.
d. Mendapat perlakuan kasar dari orang tua atau guru baik penganiayaan fisik, mental,
seksual maupun social.
e. Mendapat pelakuan kasar dari sekelompok teman.
f. Bahaya pemerkosaan.
9. Merokok atau minum alkohol pada anak usia sekolah.
10. Pengaruh lingkungan yang tidak kondusif:: tinggal didaerah rawan bencana dan konflik.
Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah
antara lain :
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam membuat
keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak sekolah.
Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter, LSM, dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan
untuk memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan
dan mengevaluasi dampak pelayanan
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolahdi
masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,
membantu anak usia sekolahmengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia
sekolah, mendesiminasikan hasil riset.
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan
dan mengevaluasi hasil intervensi.
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT
KOMUNITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH
a. Pengkajian
a) Core, terdiri dari:
Demografi (Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah
menurut jenis kelamin, golongan umur), Etnis (suku bangsa, budaya, tipe keluarga),
Nilai, kepercayaan dan agama (nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia
sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang
ada, adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan
oleh anak usia sekolah), Riwayat kesehatan (riwayat penyakit yang pernah diderita,
riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang), Pemeriksaan fisik anak usia sekolah
(semua sistem dilakukan pemeriksaan fisik).
b) Data subsistem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
a. Inspeksi: Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan,
kondisi lingkungan kantin disekolah, jajanan yang dijual dikantin tersebut,
aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan
winshield survey dan observasi.
b. Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari
guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
c. Angket: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
bagi perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan
kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah
melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah
uang jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha
sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
a. Keamanan :
adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan, kebiasaan yang bisa
mengancam kesehatan anak usia sekolah seperti kebiasaan jajan sembarangan,
jenis jajanan yang dikonsumsi, kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah
untuk layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah
yang harus dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk
memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui
buku dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan
guru dan orang tua, peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan
dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan orang
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia
sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang
digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana
penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,
pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
b. Diagnosa
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah karena kebiasaan
pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik.
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah
karena kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur,
mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah sembarangan, bermasalah pada
gigi dan anak usia sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak
disuruh oleh orang tuanya.
No Dx A B C D E F Jumlah Keterangan
1 Defisit A. Kesadaran
kebersihan masyarakat
diri pada akan masalah
2 2 3 3 4 3 17
agregat B. Motivasi
anak usia masyarakat untuk
sekolah menyelesaikan
2 Risiko masalah
terjadinya C. Kemampuan
perawat
dalam
mempengaruhi
kejadian D. Ketersediaan ahli
karies gigi atau pihak terkait
pada 2 3 3 3 5 3 19 terhadap solusi
agregat masalah
anak usia E. Beratnya
sekolah konsekuensi jika
masalah tidak
terselesaikan
F. Mempercepat
penyelesaian
masalah dengan
resolusi yang dapat
tercapai
Score:
1. Rendah
2. Sedang
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi
mmm
c. Tujuan Jangka Panjang
Terbentuknya kelompok anak usia sekolah yang peduli terhadap kesehatan gigi
d. Tujuan Jangka Pendek
Agregat anak usia sekolah tidak mengalami karies gigi
Agregat anak usia sekolah mendapatkan pengetahuan yang cukup
tentang pencegahan masalah karies gigi.
e. Intervensi
1. Pencegahan primer
a. Program promosi kesehatan
1) Pendidikan kesehatan tentang: manfaat makanan sehat dan cara
memilih jajanan yang sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia
sekolah, kebersihan diri (rambut, kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara
mencuci tangan yang baik, kebutuhan latihan fisik anak usia
sekolah, cara belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain sesuai
kebutuhan anak sekolah.
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat
meminta bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk
melakukan pengukuran TB/BB setiap 4 bulan dan mencatatnya di
KMS anak sekolah). Mengingat banyak sekolah yang ada
diwilayah binaan perawat, maka sebaliknya perawat sudah
membuat jadwal kunjungan tenaga kesehatan secara berkala
minimal 6 bulan sekali untuk tiap sekolah.
3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah
atau masalah kesehatan.
b. Program proteksi kesehatan:
1) Pelayanan imunisasi: pemberian imunisasi untuk anak SD kelas 1
pemberian DT dan SD kelas VI (wanita) pemberian TT.
2) Program pencegahan kecelakaan pada anak usia sekolah seperti
memfasilitasi zebra cross untuk penyebrangan, menyediakan
petugas yang membantu anak sekolah menyebrang, menganjurkan
anak menggunakan pelindung lutut/helm jika bersepeda,
menganjurkan sekolah untuk menjaga kebersihan lantai agar tidak
licin (membuat tanda peringatan bila sedang dibersihkan),
menganjurkan sekolah untuk dapat memperhatikan keselamatan
anak seperti tangga tidak dibuat curam, lapangan bermain tidak
berbatu, menganjurkan keluarga untuk meningkatkan pengawasan
pada anak usia sekolah khusunya anak usia sekolah yang tinggal
didekat jalan, sungai atau tempat yang berbahaya, pemantauan
yang ketat terhadap jajanan yang dijual disekolah.
3) Perlindungan caries pada anak usia sekolah: flouridasi
4) Perlindungan anak usia sekolah dari child abuse dari orang dewasa
disekitarnya: meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap
keselamatan dan kesehatan anak usia sekolah, termasuk sikap guru
yang mendidik bukan menghukum, membuat sistem pelaporan dan
sangsi yang jelas apabila menemukan anak usia sekolah yang
mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional, atau seksual
dari orang lain, untuk segera diproses secara hukum yang berlaku
di Indonesia.
2. Pencegahan sekunder
a) Deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang
anak sekolah, atau penyakit untuk segera ditegakkan diagnosis dan
pengobatan sejak dini.
b) Perawatan emergency, misalnya diberikan pada anggota anak usia
sekolah yang mengalami kecelakaan disekolah atau lalu lintas.
c) Perawatan akut dan kritis, diberikan pada anak usia sekolah yang
mengalami sakit akut seperti diare, demam, dan lain-lain. Perawatan
juga diberikan pada anak usia sekolah dengan penyakit kritis.
d) Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis
keperawatan dan segera memberikan terapi keperawatannya.
e) Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut..
3. Pencegahan tersier
a) Memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia sekolah
setelah sakit dengan memelihara kondisi kesehatan agar tumbuh
kembangnya optimal.
b) Memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia
sekolah pada masa pemulihan.
KESEHATAN ANAK
A. Pengertian Anak
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat
yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex
dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak
hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup
dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat,
panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang
merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri
pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana
imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio.
Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.
Fisik atau tubuh manusia merupaRkan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam
kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson
(Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek, yaitu :
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk
aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan
jenis; dan
d. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
1) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak – kanak (0 –5
tahun)
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai
mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik , yaitu
gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar
sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu
perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan
secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan
koordinasi gerak dan keseimbanga berkembang dengan baik.
2) Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11 Tahun)
Perkembangan:waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak
kanak,koordinasi mata berkembang dengan baik ,masih belum
mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan
mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
3) Usia 8-9 tahun Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan tubuh
bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti
berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan tangan lebih baik,Sistim
peredaran darah masih belum kuat,Koordinasi otot dan syaraf masih kurang
baik,Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
4) Usia 10-11 tahun Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita,Kenaikan
tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita mulai mengalami
kematangan seksual (12tahun), Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan
seksual.
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn
kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun,
adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari
perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum
perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak berdaya.
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat
dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –ketrampilan motorik, anak – anak
terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam
aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
a. Motorik Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat
mnyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari
tempat tinggi. Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti
balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi gerakan
berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan
gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain
dapat dilihat saat anak menulis dan menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini,
antara lain :
a) Anak Usia 5 Tahun
Ketangkasan meningkat
Melompat tali
Bermain sepeda
Mengetahui kanan dan kiri
Mungkin bertindak menentang dan tidak sopa
Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c) Anak Usia 7 Tahun
Masalah gangguan gizi ini masih seperti fenomena gunung Es, dimana di
pelosok pelosok indonesia masih terdapat penduduk / balita yang mengalami
gangguan gizi yang tidak terdeteksi oleh pemerintah ataupun dinas kesehatan. Dengan
perkiraan sebesar 5.4 juta anak anak di indonesia yang mengalami kekurangan gizi,
perlu dierikan perhatian lebih oleh pemerintah dan instansi pendukungnya, agar
generasi emas indonesia untuk kemudian hari tidak cacat atau menghilang akibat
kekurangan gizi saat kecil.
Marasmus : Ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya lemak dan otot
di bawah kulit (atrofi)
Kwarsiorkor : Ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan karbohidrat di
dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen kulit, penurunan massa otot,
diare, kegagalan untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan,
perubahan rambut (warna atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih parah karena
sistem kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis, ruam (dermatitis),
syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema).
Marasmus – Kwarsiorkor ( Gabungan) : Etiology atau penyebab malnutrisi sendiri
sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara berkembang, penyebab utama
dari kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya supply makanan pada daerah
tersebut. Contoh pada daerah di Indonesia bagian timur, sangatlah sulit bagi
penduduk untuk mendapatkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak
mereka hanya karena mereka tidak memiliki makanan yang cukup untuk
dikonsumsi. Berbeda dengan daerah-daerah yang sudah berkembang, beberapa
kasus kekurangan gizi disebabkan oleh faktor faktor seperti :
Pola diet yang tidak baik, seperti picky eater, eating disorder, kurangnya
edukasi dari orang tua atau pemerintah mengenai makanan yang sehat seperti
empat sehat lima sempurna.
Gangguan mental / psikosomatis, gangguan kondisi mental pada seseorang
dapat mengakibatkan mereka tidak mengkonsumsi makanan sesuai dengan
kebutuhan badannya.
Gangguan pencernaan atau masalah di usus.
Ketergantungan alkohol atau drug abuse.
Untuk mengatasi masalah malnutrisi pada suatu daerah, dibutuhkan analisa yang
konprehensive dari berbagai aspek disertai dengan kerjasama oleh berbagai instansi,
terutama dinas kesehatan. Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya supply
makanan pada suatu daerah, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan kesehatan
untuk menfasilitasi distribusi makanan baik dari daerah lain atau dari daerah sendiri
untuk mencukupi kebutuhan makanan di daerah tersebut.
Jika faktor yang menyebabkan adalah kurangnya edukasi kepada pihak masyarakat
mengenai pentingnya konsumsi makanan 4 sehat lima sempurna, dibutuhkan
kerjasama antara instansi dinas kesehatan dengan pihak pemerintah di segmen
kabupaten dan kecamatan agar segera dilakukan sosialisasi mengenai masalah ini dan
pencegahannya.
a. Negara maju
1. Keganasan adalah kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara
tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan
bermetastasis, atau menyebar, ke area lain dari tubuh.
2. Kecelakaan
3. Kelainan genetic
4. Gangguan pertumbuhan intra uterin
5. Gangguan psikososial
b. Negara berkembang: Penyakit infeksi, infeksi parasite, penyakit kurang gizi
Masalah Kesehatan Anak di Indonesia
a. Malnutrisi energi protein ( MEP )
b. Defisiensi vitamin A
c. Defisiensi besi
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak di
Indonesia :Tingginya morbiditas
d. Tingginya mortalitas pada golongan bayi dan balita
Penyebabnya :Lingkungan yang kurang menunjang
e.Mutu pelayanan kesehatan yang masih rendah
f. Keadaan sosekbud
Kasus 2
Di salah satu sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), yang berada di wilayah Telanai
Pura Kota Jambi, Perawat Komunitas melakuan Community Assesment dengan pendekatan
community as a partner, untuk menegakan diagosis yang tepat perawat melakukan pengkajian
core dan sub sistem community. saat dilakukan screnning di dapatkan data 25 siswa
menderita ISPA, 35 orang siswa obesitas, 56% siswa dengan karies gigi, informasi dari guru
ada 34 siswa menderita hepatitis. informasi didapat dari wawancara dgn guru, prestasi siswa
cenderung menurun. rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare.
Dari pengamatan perawat sekolah tersebut belum memiliki fasilistas yang memadai, yang
dapat menunjang PHBS, Sebenar nya sekolah tersebut memiliki UKS, tapi trias uks belum
berjalan dengan baik karena tidak ada perawat kesehatan sekolah, sehingga program health
promotion school terkait promotion,preventif, kuratif dan rehabilitatif belum bisa berjalan
dengan Optimal.
A. Pengkajian
a. Dimensi Fisik
Genetic
Di salah satu sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), yang berada di wilayah
Telanai Pura Kota Jambi, Perawat Komunitas melakuan Community Assesment
dengan pendekatan community as a partner, untuk menegakan diagosis yang tepat
perawat melakukan pengkajian core dan sub sistem community.
Fungsi Fisiologi
Saat dilakukan screnning di dapatkan data 25 siswa menderita ISPA, 35 orang siswa
obesitas, 56% siswa dengan karies gigi, informasi dari guru ada 34 siswa menderita
hepatitis. informasi didapat dari wawancara dgn guru, prestasi siswa cenderung
menurun. rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare.
b. Dimensi fisik sekolah
Dari pengamatan perawat sekolah tersebut belum memiliki fasilistas yang memadai,
yang dapat menunjang PHBS, Sebenar nya sekolah tersebut memiliki UKS, tapi
trias uks belum berjalan dengan baik karena tidak ada perawat kesehatan sekolah,
sehingga program health promotion school terkait promotion,preventif, kuratif dan
rehabilitatif belum bisa berjalan dengan Optimal.
c. Dimensi system kesehatan
informasi didapat dari wawancara dgn guru, prestasi siswa cenderung menurun.
rata-rata siswa izin karena sakit ISPA dan diare. sekolah tersebut memiliki UKS,
tapi trias uks belum berjalan dengan baik karena tidak ada perawat kesehatan
sekolah, sehingga program health promotion school terkait promotion,preventif,
kuratif dan rehabilitatif belum bisa berjalan dengan Optimal.
Analisa Masalah
No Data Penyebab Masalah
1. Data Subjektif: Kurangnya Defisit kebesihan
- informasi didapat dari edukasi PHBS dari agregat pada
wawancara dgn guru, UKS sekolah komunitas anak
prestasi siswa cenderung sekolah
menurun. rata-rata siswa
izin karena sakit ISPA dan
diare.
Data Objektif:
- saat dilakukan screnning di
dapatkan data 25 siswa
menderita ISPA, 35 orang
siswa obesitas, 56% siswa
dengan karies gigi,
informasi dari guru ada 34
siswa menderita hepatitis
- Dari pengamatan perawat
sekolah tersebut belum
memiliki fasilistas yang
memadai, yang dapat
menunjang PHBS, Sebenar
nya sekolah tersebut
memiliki UKS, tapi trias
uks belum berjalan dengan
baik karena tidak ada
perawat kesehatan sekolah,
sehingga program health
promotion school terkait
promotion,preventif, kuratif
dan rehabilitatif belum bisa
berjalan dengan Optimal.
-
2. Data subjektif: Tidak adanya Kurang
- prestasi siswa cenderung program pengetahuan pihak
menurun. rata-rata siswa pembinaan dan sekolah akan
izin karena sakit ISPA dan kurangnya tenaga pendidikan
diare. ahli kesehatan kesehatan tentang
untuk pengurusaan pengelolaan UKS
Data obejektif: UKS di sekolah dan PHBS
- sekolah tersebut belum
memiliki fasilistas yang
memadai, yang dapat
menunjang PHBS, Sebenar
nya sekolah tersebut
memiliki UKS, tapi trias
uks belum berjalan dengan
baik karena tidak ada
perawat kesehatan sekolah,
sehingga program health
promotion school terkait
promotion,preventif, kuratif
dan rehabilitatif belum bisa
berjalan dengan Optimal.
B. Diagnosa keperawatan komunitas
1. Defisit kebesihan agregat pada komunitas anak sekolah
2. Kurang pengetahuan pihak sekolah akan pendidikan kesehatan tentang
pengelolaan UKS dan PHBS
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S.,dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan: Handbook. Bandung: Pedagogiana
Ananto, P. 2006. Usaha KesehatanSekolah di SekolahDasardan Madrasah
Ananto, p.2006. usaha kesehatan sekolah di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.bandung:
yrama widya
Widyanto Faisalado Candra, S.Kep,. Ns. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika