Anda di halaman 1dari 25

Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah

Keprawatan Komunitas II

Dosen Pengampu:
Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep

Disusun oleh :
Nada Mutiara 1710711028
Risa Safitri 1710711029
Ayu Nuraini Soleha 1710711030
Nur Aulia Fikri 1710711039
Rani Mutrika 1710711045
Priskillia Marisa Rory 1710711047
Nur Fitriah Efendy 1710711049

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2020
A. Definisi Keperawatan Sekolah

Ada beberapa definisi tentang keerawatan sekolah. Salah satunya definisi yang dikenal adalah sebagai
berikut : “School nursing is a branch of community health nursing that seeks to identify or prevent school
health problems and intervenes to remedy or reduce these problems” (Hitchcock et al., 2003) definisi
tersebut dapat dikatakan bahwa keperawatan sekolah merupakan bagian dari keperawatan komunitas yang
bertugas untuk mengidentifikasi atau mencegah masalah kesehatan di sekolah dan memberikan intervensi
untuk menangani atau mengurangi masalah tersebut.

B. Fungsi Perawat Sekolah

Perawat sekolah atau perawat kesehatan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan kesehatan siswa, serta mencegah dan melindungi siswa dari berbagai macam penyakit.
Adapun peran tersebut mencakup :

1. The Generalist Clinician Role

Perawat kesehatan sekolah ini memberikan pelayanan kesehatan, konseling, dan pendidikan kesehatan
kepada murid-murid dan keluarganya. Pelayanan ini terintegrasi dengan program pendidikan sekolah.
Pada Negara maju seperti Amerika, perawat ini dipekerjakan pada sekolah, baik di tingkat daerah
(district) maupun pada local government ataupun departemen kesehatan (Tyrrel & Eyles, 1999).
Perawat ini bekerja di sekolah dan mereka memberikan pelayanan kesehatan selama jam sekolah.
Perawat ini dapat merawat murid, keluarga, dan staf yang memiliki risiko terhdap masalah kesehatan
ataupun penyakit (case finding). Mengembangkan dan memenuhi kebutuhan kesehatan yang telah
teridentifikasi, memformulasikan kebijakan dan program untuk memecahkan masalah potensial dan
actual (Lowrey, Cohen, Modzelesdki, Kann, Collins, & Kolbe dalam Hitchcock et al., 2003

2. The Primary Care Role

Sementara itu, the primary care role dilaksanakan oleh perawat praktisioner yang berpraktik di bawah
pengawasan dokter. Perawat yang mendiagnosis dan memberikan intervensi terhadap masalah
kesehatan dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya. Manajemen kasus akut minor, penyakit
kronis, pendidikan kesehatan, dan dukungan kesehatan lingkungan juga diberikan oleh perawat ini.
Pengkajian tahunan terhadap perembangan anak-anak juga termasuk ke dalam pelayanan ini. Banyak
perawat model ini yang mengimplementasikan klinik berbasis sekolah (school-based clinics),
pelayanan berhubungan dengan sekolah (school-linked services), kolaborasi (collaborative), dan
pelayanan berbasis komunitas (community based services).

3. The Manager and Coordinator of Care Role


Sebagai seorang manager, perawat sekolah bertanggung jawab terhadap beragam kegiatan yang
digariskan oleh NASN. Peran manajemen tersebut mencakup perencanaan program untuk pelayanan
secara komprehensif kepada klien di sekolah yang ada di komunitas. Manajemen strategi yang efektif
dapat memastikan keberlanjutan pelayanan dari rumah siswa kepada pemberi pelayanan kesehatan di
komunitas, selanjutnya ke sekolah, dan akhirnya kembali lagi ke rumah (Sanga & Oda dalam
Hitchcock et al., 2003).

Peran lain perawat sekolah adalah peran role concepts, yaitu :

1. Provider of client care; penyedia pelayanan perawatan bagi klien. Dalam hal ini perawat harus
memiliki pengetahuan klinis, proses keperawatan, dan juga pengetahuan tentang klien dengan
kebutuhan kesehatan khusus (special health needs).

2. Communicator; sebagai perawat yang mampu mengomunikasikan pelayanan yang diberikan


kepada klien, perawat dituntut mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga mereka
mampu berkomunikasi secara tertulis, verbal, dan nonverbal.

3. Planner and coordinator of client care; mampu menyusun program, berkoordinasi dengan
sekolah serta dengan sistem kesehatan masyarakat (community health system).

4. Client teacher; mampu menjadi seorang pendidik di bidang kesehatan (health educator).

5. Investigator; mampu melakukan penelitian atau sebagai peneliti terutama terkait dengan
kesehatan sekolah untuk mengembangkan sesuatu yang baru (innovation).

6. Role within the discipline of nursing; perawat kesehatan sekolah berperan juga dalam
meningkatkan kualitas perawatan (quality of care), selalu mengejar peningkatan professional
secara terus-menerus (persues continued professional enhancement), dan menunjukkan
perilaku professional (demonstrates professional conduct).

C. Standar Professional Praktik Perawat Sekolah

Beberapa standar professional praktik perawat sekolah di antaranya:

1) Standar I. Assessment: perawat sekolah mengumpulkan data yang diperlukan dalam perawatan
sekolah.

2) Standar II. Diagnoses: perawat sekolah menganalisis data pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan.

3) Standar III. Outcome identification: perawat sekolah mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk
klien.
4) Standar IV. Planning: perawat sekolah mengembangkan sebuah rencana atau aksi yang intervensi
spesifik untuk mencapai hasil yang diharapkan untuk klien.

5) Standar V. Implementation: perawat sekolah mengimplementasikan intervensi-intervensi yang telah


tercantum dalm rencana tindakan.

6) Standar VI. Evaluation: perawat sekolah mengevaluasi perkembangan klien terhadap pencapaian
tujuan.

D. Praktik Perawat Sekolah

Perawat kesehatan sekolah mengikuti pendidikan khusus perawat kesehatan sekolah. Perawat
kesehatan sekolah membuthkan pendidikan di daerah-daerah tertentu, seperti pertumbuhan dan
perkembangan, kesehatan masyarakat, keperawatan jiwa, manajemen kasus, manajemen program, teori
keluarga, kepemimpinan, dan kepekaan budaya, untuk secara efektif melakukan peran mereka. Mereka
harus siap untuk bekerja dengan anak-anak dari segala usia dan budaya dari dalam keadaan yang beragam.
Perawat juga harus mengikuti perkembangan isu-isu yang mempengaruhi anak-anak dan harus
berpartisipasi dalam penelitian yang mengeksplorasi dan memperluas peran. Praktik perawat sekolah
relatif independen dan otonom, meskipun fungsi perawat sekolah sebagai anggota tim interdisipliner.
Untuk menjadi ke perawat kesehatan sekolah, dianjurkan bahwa perawat memegang minimal gelar
sarjana. Beberapa universitas kini mempersiapkan perawat sekolah pada tingkat master. Perawat
kesehatan sekolah harus mampu mengidentifikasi dan mengakses pengembangan professional untuk
mempertahankan kompetensi dalam perawatan anak-anak dan remaja.
Perawat sekolah memiliki banyak peran. Diantaranya adalah penyedia layanan, advokat siswa,
pendidik, hubungan masyarakat, dan manajer kasus, keterampilan tambahan yang dibutuhkan oleh
perawat sekolah mencakup kemampuan untuk mengawasi orang lain, untuk berlatih relatif independen,
dan untuk mendelegasikan keperawatan. American Nurses Association mengembangkan kompetensi
yang relevan dengan perawat sekolah dan diperbarui mereka pada tahun 2011.
Lingkungan sekolah adalah tempat yang tepat untuk melakukan penelitian tentang bagaimana anak
beradaptasi dengan transisi kehidupan seperti perceraian; penyakit atau kematian orang yang dicintai;
penyakit baik sendiri atau temannya; dan kekerasan dalam rumah tangga. Perilaku kesehatan yang
berhubungan dengan kaum muda merupakan sumber yang banyak peluang penelitian. Perawat kesehatan
sekolah harus menyadari dan tertarik untuk berpartisipasi dalam studi penelitian yang berbeda.

E. Lingkungan Sekolah Sehat

Pembinaan lingkungansekolah bertujuan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat yang memungkinkan
setiap warga sekolah mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam rangka mendukung
tercapainya proses belajar yang maksimal bagi setiap peserta didik. Lingkungan sekolah dibedakan
menjadi dua yaitu lingkuan fisik dan Non Fisik. Lingkungan Fisik meliputi konstruksi ruang dan
bangunan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman, pencahayaan, ventilasi,kebisingan, kepadatan kelas,
jarak papan tulis dan meja, kantin. Sedangkan lingkungan Non Fisik meliputi perilakutidak
merokok,membuang sampah pada tempatnya, perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air
bersih mengalir, perilaku makan jajanan yang sehat.

Pengendalian untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di sekolah/madrasah,


upaya pengendalian faktor risiko disesuaikan dengan kondisi yang ada, antara lain sebagal berikut;
1) Pemeliharaan ruang dan bangunan
- Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan dari dapat
kotoran/sampah yang menimbulkan genangan air
- Pembersihan ruang sekolah dan halaman minimal sekali dalam sehari
- Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk menghilangkan
debu atau menggunakan alat penghisap debu
- Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan disinfektan
- Lantai harus disapu terlebih dahulu
- Dinding yang kotor atau yang cat yang sudah pudar di catulang
- Bila ditemukan kerusakan pada tangga segera diperbaiki
2) Pencahayaan dan kesilauan
- Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan fungsi
ruang
- Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan penerangan buatan
- Untuk menghindari kesilauan maka harus disesuaikan tata letak papan tulis dan posisi
bangku peserta didik
- Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya
3) Ventilasi
- Ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistim silang agar udara segar dapat
menjangkau setiap sudut ruangan Conditioner) harus disediakan jendela
- Pada ruang yang menggunakan AC (Air Conditioner) harus disediakan jendela yang bisa
dibuka dan ditutup
- Agar terjadi penyegaran pada uan ber-AC, jendela harus dibuka terlebih dahulu minimal
satu jam sebelum ruangan tersebut dimanfaatkan
- Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali
4) Kepadatan ruang kelas Kepadatan ruang kelas dergan perbandingan minimal setiap peserta
didik mendapat tempat seluas 1.75 M2. Rotasi tempat duduk perlu dilakukan secara berkala
untuk menjaga keseimbangan otot mata
5) Jarak papan tulis
- Jarak papan tulis dengan peserta didik paling depan minimal 2,5 M
- Jarak papan tulis dengan peserta didik paling belakang maksimal 9 M
- Petugas menghapus papantulis sebaiknya menggunakan masker
6) Sarana cuci tangan
- Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun
- Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan
- Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus dibersihkan minimal
seminggu sekali
7) Kebisingan
Untuk menghindari kebisingan agar tercapai ketenangan dalam proses belajar, maka dapat
dilakukan dengan cara
- Lokasi jauh dari keramaian misalnya: pasar terminal, pusat hiburan, jalan
- Penghijauan dengan pohon berdaun lebat dan lebar
- Pembuatan pagar tembok yang tinggi
8) Air Bersih
- Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tangki sepic, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, dll)
- Bila terjadi keretakan pada dinding sumur atau lantai sumur agar segera diperbaiki
- Tempat penampungan air harus dibersihkan/dikuras secara berkala
9) Toilet
- Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau
- Bak air harus dibersihkan minimal sekali dalam seminggu, dan bila tidak digunakan
dalam waktu lama (libur panjang) maka bak air harus dikosongkan agar tidak menjedi
tempat perindukan nyamuk
- Menggunakan desinfektan untuk membersihkan lantai, closet dan urinoar
10) Sampah
- Tersedia tempat sampah di setiap ruangan
- Pengumpulan sampah dari seluru ruang dilakukan setiap hari dan dibuang ke tempat
pembuangan sampa sementara
- Pembuangan sampah dari terpat pembuangan sampah sementara ke tempat pembuangan
Sampah akhir dilakukan maksimal 3 hari sekali
11) Sarana pembuangan air limbah Membersihkan saluran pembuangan limbah terbuka minimal
seminggu sekali agar tidak terjadi perindukan nyamuk dan tidak menimbulkan bau
12) Vektor (pembawa penyakit). Agar lingkungan sekolah bebas dari nyamuk demam berdarah
maka harus dlakukan kegiatan
- Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka pemberantasan sarang nyamuk
- Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali dan bila libur
panjang dikosongkan
- Bila ada kolam ikan dirawat agar tidak ada jentik nyamuk
- Pengamatan terhadap jentik nyamuk di setiap penampungan air atau wadah
yangberpontensi adanya jentiknyamuk. Hasil pengamatan dicatat untuk menghitung
container indeks
13) Kantin/Warung sekolah
- Makanan jajanan harus dibungkus dan atau tertutup sehingga terlindung dari lalat,
binatang lain dan debu
- Makanan tidak kadaluarsa
- Tempat penyimpanan makanan dalan keadaan bersih, terlindung dari debu terhindar dari
baham berbahays serangga dan hewan lainnya
- Tempat pengolahan atau penyiapan makan harus bersih dan memenuhi syarat kesehatan
sesuai ketentuan yang berlaku
- Peralatan yang digunakan untuk mengolah, menyajikan dan peralatan makan harus bersih
dan disimpan pada tempat yang bebas dari pencemaran
- Peralatan digunakan sesuai dengan peruntukkannya
- Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang untuk sekali pakai
- Penyajian makan harus selalu menjaga kersihan, mencuci tangan sebelun memasak dan
setelah dari toilet: i)Bila tidak tersedia kantin di sekolah maka harus dilakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap penjaja makanan disekitar sekolah. Pembinaan dan
pengawasan meliputi jenis makanan/ minuman yang dijual, penyajian, kemasan, bahan
tambahan (pengawet, pewarnia, penyedap rasa)
14) Halaman
- Melakukan penghijauan
- Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala seminggu sekali
- Menghilangkan genangan air di halaman dengan menutup / mengurug atau mengalirkan
ke saluran umum
- Melakukan pengaturan dan pemeliharaan tanaman
- Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh tetapi tetap memperhatikan aspek
keindahan
15) Desain meja dan kursi peserta didik harus erganomis , permukaan meja/bangku memiliki
kemiringan ke arah pengguna sebesar 15 % memperhatikan aspel atau sudut 10◦≥
16) Perilaku
- Mendorong peserta didik untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan memberikan
kateladanan, misalnya tidak merokok di sekolah
- Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
- Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah buang air besar,
sebelum menyentuh makanan, setelah beramain atau setelah beraktifitas lainnya
- Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat

Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan sekolah lingkungan
keluarga masyarakat sekitar dan unsur-unsur penunjang.

Program pembinaan lingkungan sekolah

 Lingkungan fisik sekolah


 Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih.
 Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah.
 Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
 Pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus, urinoar.
 Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium
dan tempat ibadah.
 Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan
sekolah).
 Pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah.
 Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.
 Lingkungan mental dan sikap
Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan melalui usaha
pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan dengan meningkatkan pelaksanaan konsep
ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat
antara sesama warga sekolah.

Pembinaan lingkungan keluarga


Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orangtua peserta
didik tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, meningkatkan kemampuan dan partisipasi
orang tua peserta didik dalam pelaksanaan hidup sehat.
Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan antara lain dengan kunjungan rumah yang
dilakukan oleh pelaksana UKS, ceramah kesehatan yang dapat diselenggarakan di sekolah
bekerjasama dengan dewan sekolah atau dipadukan dengan kegiatan di masyarakat dengan koordinasi
LKMD.

Pembinaan masyarakat sekitar


• Pembinaan dilakukan dengan cara pendekatan kemasyarakatan dapat dilakukan oleh kepala
sekolah atau madrasah dan pondok pesantren, guru, atau pembina UKS. Misalnya dengan
membina hubungan baik atau kerjasama dengan masyarakat LKMD atau dewan kelurahan,
ketua RT/RW dan organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya.
• Penyelenggaraan penyuluhan tentang kesehatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang sehat untuk itu masyarakat bisa diundang ke sekolah
pembicara dapat dimintakan dari puskesmas, pemerintah daerah setempat dan narasumber
lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat.
• Penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media cetak atau visual.
• Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah atau madrasah dan pondok pesantren.

F. Peran Perawat Kesehatan Sekolah

• Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah,perawat mempunyai peran:


- Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan pengumpulan
data,analisa data,serta perumusan dan prioritas masalah;
- Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina usaha kesehatan di sekolah(TPUKS);
- Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kesehatan yang di susun;
- Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS;
- Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan.
• Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas, menjadi salah
seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga di tunjuk sebagai seorang koordinator UKS di tingkat
puskesmas.bila perawat kesehatan di tunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan pelaksanaan UKS
menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS.
• Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan,peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan dapat di lakukan secara langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan
klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perseorangan.

G. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah

Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan
oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak
didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan di sekolah juga berfungsi
sebagai lembaga penerangan agar anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang
benar, mengobati luka, merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti, 2008).

Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah merupakan perpaduan
antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan, yang pada gilirannya nanti
diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada
setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan (P. Ananto, 2006).

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup
sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah,
perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan
di lingkungan sekolah (Kemdikbud, 2019).

UKS merupakan wadah untuk berbagai program seperti Kesehatan Reproduksi, Gizi, Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA, Pengendalian Penyakit, Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan,
Pengobatan sederhana dan lain-lain (Kemenkes, 2016).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa UKS adalah usaha kesehatan sekolah
yang sasaranya adalah peserta didik beserta masyarakat sekolah yang lainya yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar dalam berbagai
program kesehatan bagi anak sekolah.

H. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta
didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan
yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta
berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan di perguruan agama,
di rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat;
b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan; dan
c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba,
alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah pornografi dan
masalah sosial lainnya.

I. Sasaran Usaha Kesehatan di Sekolah

Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru
pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap
jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai dari tingkat
pra sekolah/TK sampai SLTA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta
pondok pesantren beserta lingkungannya (Depkes, 2008). Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana
pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.

Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai tingkat pendidikan sekolah,
mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan
kejuruan, dan pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Untuk sekolah dasar, UKS diprioritaskan pada
kelas satu, tiga, dan enam karena alasan-alasan berikut ini.

 Kelas Satu

Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan mulai lepas dari pengawasan
orang tua. Kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan
dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Di samping itu, kelas satu adalah saat yang baik untuk
diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas satu ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi
kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk
jenjang berikutnya.

 Kelas Tiga

Dilaksanakan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu terdahulu dan
langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS.

 Kelas Enam

Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga
memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.

J. Teori Model Keperawatan Kesehatan Sekolah


A. Comprehensive School Health Model
Comprehensive School Health Model adalah kerangka kerja yang diakui secara internasional
dalam upaya kesehatan sekolah untuk mendukung perbaikan hasil pendidikan siswa yang dilakukan
dengan cara yang terencana, terpadu dan holistic.
Comprehensive School Health Model merupakan model kesehatan sekolah yang tidak hanya
membahas tentang kondisi kelas tetapi mencakup empat pilar yang berbeda namun saling terkait yang
memberikan fondasi yang kuat untuk kesehatan sekolah yang komprehensif. Empat pilar tersebut yaitu
1) Lingkungan social dan fisik; 2) Proses mengajar dan belajar; 3)Kebijakan sekolah yang sehat;
4)Kemitraan pelayanan. Pelaksaan keempat pilar tersebut diselaraskan agar dapat mendukung siswa
dalam mewujudkan potensi penuh mereka sebagai peserta didik – dan sebagai anggota masyarakat
yang sehat dan produktif.
Prinsip Comprehensive School Health Model
1) Mengakui bahwa siswa yang sehat akan belajar lebih baik dan berprestasi lebih tinggi
2) Mengerti bahwa sekolah dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan dan perilaku siswa
3) Mendorong pilihan gaya hidup sehat, dan mendorong kesehatan dan kesejahteraan siswa
4) Menggabungkan kesehatan ke dalam semua aspek sekolah dan pembelajaran
5) Menghubungkan masalah dan system kesehatan dan pendidikan
6) Membutuhkan partisipasi dan dukungan keluarga

Pilar Comprehensive School Health Model

1. Lingkungan social dan fisik


a. Lingkungan sosisalnya adalah:
1) Kualitas hubungan antara dan antar staf dan siswa di sekolah
2) Kesejahteraan emosional siswa
3) Dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga dan masyarakat luas
b. Lingkungan fisik meliputi:
1) Bangunan, lapangan, tempat bermain, dan peralatan di dalam dan sekitar sekolah
2) Fasilitas dasar seperti sanitasi dan kebersihan udara
2. Mengajar dan belajar
Sumber daya, kegiatan dan kurikulum provinsi / wilayah di mana siswa mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman sesuai usia, membantu membangun keterampilan untuk memperbaiki
kesehatan dan kesejahteraan mereka.
3. Kebijakan sekolah sehat
Praktik manajemen, proses pengambilan keputusan, peraturan, prosedur dan kebijakan di
semua tingkat yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan, dan membentuk lingkungan
sekolah yang hormat, ramah dan peduli.
4. Kemitraan dan layanan
a. Kemitraan adalah:
1) Hubungan antara keluarga sekolah dan siswa
2) Hubungan kerja yang mendukung di sekolah (staf dan siswa), antara sekolah, dan antara
sekolah dan organisasi masyarakat lainnya dan kelompok perwakilan.
3) Kesehatan, pendidikan dan sector lain yang bekerja sama untuk memajukan kesehatan
sekolah.
b. Layanan adalah:
Layanan berbasis masyarakat dan sekolah yang mendukung dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan siswa dan staf.
K. Peran Perawat Komunitas dalam Program UKS

1. Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan SDKI (2012) dalam BKKBN (2013) kesehatan remaja, perilaku berisiko remaja
seperti menghisap tembakau, mengkonsumsi minuman keras, menggunakan obat terlarang, dan
keterikatan dalam hubungan seksual. Sedangkan berdasarkan peraturan bersama antara menteri
pendidikan dan kebudayaan RI, mentri kesehatan RI, mentri agam RI, dan mentri dalam negri RI(2014)
tentang pembinaan dan pengembangn UKS/ madrasah bahwa fokus pendidikan kesehatan
disekolah/madrasah yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.
Masalah dan perilaku ini dapt dicegah dan perilaku beresiko lainnya. Perilaku tersebut juga
mengakibatkan timbulnya masalah social dan pendidikan di suatu Negara lain putus sekolah, tingkat
pengangguran, dan angka kriminalitas yang tinggi

2. Pelayana kesehatan
Perawatan kesehatan yang diberikan di sekolah-sekolah termasuk layanan pencegahan seperti
imunisasi dan pemeriksaan kesehatan. Komponen program kesehatan sekolah yang komperehensif
juga dapat melibatkan perawatan gawat darurat, manajemen kondisi kesehatan akut dan kronis, arahan-
arahan yang tepat, penyuluhan kesehatan, pendidikan tentang gaya hidup sehat, dan pemberian obat

3. Perawatan Anak Sakit


Perawat sekolah bertanggung jawab memantau kesehtan semua siswa. Untuk siswa dengan
penyakit akut tau kronis, pemberian obat atau perawatan mungkin diperlukan. Perawat sering
diperlukan untuk menilai anak yang sakit untuk menentukan jenis penyakit atau masalah kesehatan
dan mengembangkan rencana manajemen.
Asma adalah salah satu kondisi yang paling umum dan kronis pada masa kana-kanak(CDC,
2011d). Karena asma sering terjadi di sekolah, masa sekolah perlu menedikan alat dan obat-obatan
untuk penganganan asma disekolah. Tindakan yang dilakukan oleh beberapa sekolah termasuk
pemberian obat asma, pengembangan dan pelaksanaan rencanatindakan asma, bagi siswa disekolah.
Alat pemeriksaan juga dikembangkan untuk menentukan seberapa baik sekolah membantu anak-anak
dengan asma (Kotak 22-2). Jawaban untuk semua pertanyaan di alat penilaian harus “YA”. “TIDAK”
berarti jawaban menunjukan bahwa siswa mungkin tidak dalam lingkungan yang kondusif untuk
mengendalikan asma

4. Anak-Anak Dengan Kebutuhan Khusus


Anak-anak berkebutuhan khusus termasuk mereka yang tuna rungu, gangguan mental, lumpuh,
kesehatan tulang terganggu, ataupun gangguan kesehatan “lainnya” (misalnya, masalah kesehatan
kronis atau akut seperti kondisi jantung atau epilepsy), yang serius terganggu secara emosional, tuna
wicara, atau lumpuh secara visual, atau yang memiliki ketidakmampuan belajar secara spesifik.
Pesatnya perkembangan teknologi medis telah memungkinkan siswa untuk bersekolah lagi di sekolah
umum yang dulu mungkin membuat mereka meninggalkan institusi atau lingkungannya. Anak-anak
ini membutuhkan pelayan keperawatan dari berbagai jenis untuk meningkatkan kemampuan mereka
disekolah.

5. Catatan siswa
Catatan kesehatan diselenggarakan untuk semua siswa sesuai dengan kebiakan wilayah sekolah
masing-masing. Minimal catatan kesehatan siswa harus mencakup status imunisasi, riwayat yang
bersangkutan, hasil pemeriksaan dan rencana kesehatan terintegrasi. Catatan kesehatan siswa harus
diberikan dengan tingkat kerahasiaan yang sama seperti yang diberikan kepada klien dan pasien dalam
pengaturan lainnya (misal berbagai informasi rahasia dengan orang lain tanpa persetujuan dianggap
tidak etis dan tidak tepat kecuali dalam situasi darurat)

6. Konseling, Psikologis dan Pelayanan Sosial


Perawat atau guru mungkin satu-satunya orang dewasa yang stabil dalam kehidupan seorang
anak yang akan mendengarkan tanpa menghakimi. Oleh karena itu salah satu peran penting dari
perawat adalah untuk bertindak sebagai konselor dan menjadi kepercayaan. Anak-anak mungkin
datang ke perawat dengan berbagi keluhan yang beragam , seperti nyeri kepala ,sakit perut dan perawat
harus melihat melalui keluhan utama untuk mengidentifikasi masalah yang mendasari. Perawat dan
anggota sekolah lainnya diberi tugas untuk melaporkan kasus penganiayaan dan penelantaran anak.
Perawat dapat membantu anak belajar memecahkan masalah , mekanisme koping dan langkah-langkah
untuk membangun harga diri. Perawat mungkin perlu bekerja sama dengan keluarga untuk
mengembangkjan rencana kesehatan yang tepat untuk anak-anak tertentu.
7. Lingkungan Sekolah yang Sehat
Perawat dapat menilai lingkungan sekolah untuk factor resiko , mengadvokasi komunitas
sekolah untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan mendidik masyarakat terhadap dampak
isu lingkungan dan pencahayaan.
8. Kekerasan
Perawat dan anggota sekolah lainnya harus menyadari factor resiko dan tanda-tanda yang bisa
menunjukkan kecenderungan kekerasan. Perawat harus menggunakan data yang dikumpulkan melalui
pihak sekolah dan data local lainnya sebagai sarana penilaian ketika mengembangkan kebijakan
tentang pencegahan kekerasan disekolah dan masyarakat. Selain itu perawat harus memulai dan
berpartisipasi dalam penelitian yang meneliti factor-faktor perkembangan , sosial dan psikologis yang
kompleks seputar kekerasan.
9. Promosi Kesehatan untuk Staf Sekolah
Perawat memainkan peran penting dalam semua tingkat pencegahan melalui penilaian ,
perencanaan, intervensi dan evaluasi. Perawat dapat membantu dosen dan staf dengan memberikan
workshop pada latihan dan screening tekanan darah dan nutrisi dan membangun program menejemen
berat bedan.
10. Keluarga dan Keterlibatan Masyarakat
Perawat kesehatan sekolah sering diminta ntuk menyediakan materi tentang kesehatan untuk
keluaraga, orang tua dan masyarakat dengan bernbagai topic seperti PMS, HIV, Penyalahgunaan zat.
Perawat sekolah aalah sumber daya di masyarakat dan dapat mengambil peran kepemimpinan dalam
mengembangkan program program yang positif dalam memepengaruhi masyarakat, seperti program
berhenti merokok. Perawat juga berfungsi sebagi konsultan dan pendukung untuk program kesehatan
masyarakat lainnya. Perawat harus menjadi mahir bekerja diranah public dengan meningkatkan
visabilitas mereka dan menjadi terampil dalam bekerja dengan media dan anggota legislative. Media
bisa menjadi alat yang berguna dalam membantu perawat sekolah dengan advokasi pendidikan
kesehatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa peran perawat dalam program UKS yaitu ada : edukator, konselor, advokat,
dan Koordinator.

L. Tiga Program UKS/TRIAS

Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya
menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan,
dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tigaprogram pokok (trias) UKS
(Depkes RI, 2003).

1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh
kembang sesuai, selaras, seimbang, dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa
yang mendatang.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pendidikan kesehatan ditekankan pada sikap
dan perilaku hidup sehat. KBK merupakan pernyataan tentang apa yang harus dicapai oleh siswa yang
mencakup aspek kognitif, psikomotor, afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi yang dituntut pada pendidikan kesehatan diharapkan dapat terefleksikan dalam
cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Pendidikan Kesehatan :
 Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat
dan teratur.
 Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.
 Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
 Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat
kesehatan.
 Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari
 Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat
badan yang seimbang.
 Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.
 Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.
 Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang optimal
serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
Pendekatan dan Metode
a. Pendekatan.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan pendidikan kesehatan
antara lain ialah:
 Pendekatan individual
 Pendekatan kelompok: kelompok kelas, kelompok bebas, lingkungan keluarga.
Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai secara optimal, dalam
pelaksaannya hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
 Melibatkan peran aktif peserta didik sebanyak-banyaknya
 Sesuai dengan situasi dan kondisi
 Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan
 Memperhatikan kebutuha pembngunan nasional
 Mengikuti/memperhatikan perkembangan pengetahaun dan teknologi
b. Metode
 Belajar kelompok
 Kerja kelompok / penugasan
 Diskusi / ceramah
 Belajar perorangan
 Pemberian tugas
 Karya wisata
 Bermain peran
 Tanya jawan
 Simulasi
Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan
pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran sains dan ilmu
pengetahuan sosial. Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, pemahaman
nilai, dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam
melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
Materi pendidikan kesehatan sekolah dasar yang masuk dalam sains adalah kebersihan dan
kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan reproduksi, dan pengukuran tingkat
kesegaran jasmani.
Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan
yang diberikan kepada peserta didik di sekolah, madrasah, dan rumah. Melalui peningkatan
kebersihan dan kesehatan pribadi diharapkan peserta didik dapat meningkatkan derajat
kesehataannya menjadi lebih baik. Dalam usaha peningkatan kesehatan, masalah kebiasaan hidup
bersih serta menyenangi kebersihan dan keserasian harus ditanamkan sejak dini, yaitu sejak dari
kelas satu sekolah dasar bahkan sejak di taman kanak-kanak (pra sekolah). Upaya pertama dan
yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan sehat adalah dengan menjaga
kebersihan dan kesehatan diri sendiri.

2. Pelayanan Kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif),pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitasi)yang di lakukan
secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umum nya di
bawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat.
Pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah pada dasar nya di lakasanakan dengan kegiatan
yang kompherensif, yaiutu kegiatan peningkatan kesehatan (promotif) berupa penyuluhan kesehatan
dan latihan keterampilan memberikan pelayanan kesehatan,kemudian kegiatan pencegahan (preventif)
berupa kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit,
dan kegiatan penghentian penyakit sedini mungkin, serta selanjut nya adalah kegiatan penyembuhan
dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah cedera atau kecatatan agar dapat
berfungsi optimal. Namun demikian, upaya pelayanan kesehatan di sekolah harus lebih di utamakan
pada upaya peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit terutama dilaksanakan melalui
kegiatan penjaringan kesehatan siswa kelas satu atau baru masuk sekolah, pemeriksaan berkala seluru
siswa,penyuluhan kesehatan dan imunisasi (bulan imunisasi anak sekolah –BIAS, pada setiap bulan
November).

Tujuan pelayanan kesehatan:

 Tujuan umum: Meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan seluru warga masyarakat sekolah
secara optimal.
 Tujuan khusus:
 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka
membentuk hidup sehat.
 Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadappenyakit dan mencegah terjadinya
penyakit,kelainan,dan cacat.
 Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit atau kelainan,
pengambilan fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar
dapat berfungsi optimal.
 Meningkatkanpembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial,maupun lingkungan.

Tempat melaksanakan pelayanan kesehatan:

 Di sekolah atau madrasah dilakukan melalui kegiatan ekstrakulikuler.


 Di puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan (misalnya dokter praktik) yang ada di sekitar
sekolah atau madrasah sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan dilakukan melalui serangkaian kegiatan peningkatan status
kesehatan (promotif), tindakan pencegahan (preventif), serta penyembuhan dan pemulihan kesehatan
(kuratif dan rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan kesehatan dilakukan secara terpadu baik melalui
kegiatan pokok dari puskesmas maupun bersama dengan peran serta para tenaga pendidik, peserta
didik, dan orang tua peserta didik.

Kegiatan utama pelayanan kesehatan disekolah:

 Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler dan


penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan di sekolah, Misalnya
kegiatan penyuluhan gizi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar, pemeriksaan
ketajaman penglihatan. Latihan keterampilan teknis dalam rangka pemeliharaan kesehatan,
dana pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan kesehatan, antara lain:
Dokter Kecil; Kader Kesehatan Remaja; Palang Merah Remaja; Saka Bhakti Husada, dll.
 Tindakan pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui peningkatan daya tahan tubuh,
pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan penghentian proses penyakit pada tahan dini
sebelum timbul penyakit, misalnya: imunisasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas,
pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil, kegiatan skrinning
kesehatan bagi siswa dan pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali bagi seluruh siswa.
 Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan pencegahan
komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi dengan normal lagi.
Kegiatan lainnya dapat berupa pengobatan ringan, pertolongan pertama, rujukan medis ke
puskesmas untuk penyakit-penyakit yang membutuhkan rujukan serta tindakan medis yang
komprehensif.
Pendekatan dan metode
a) Pendekatan
 Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah perorangan
antara lain: pencarian,pemeriksaan,danpengobatan penderita
 Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah lingkungan
sekolah, khususnya masalah lingkungan yang tidak mendukung tercapainya derajat
kesehatan yang optimal.
 Intervensi yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat masyarakat sekolah.

b) Metode
 Penataran dan pelatihan
 Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus
 Penyuluhan kesehatan
 Pemeriksaan langsung
 Pengamatan (observasi)

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat


Pembinaan lingkungansekolah bertujuan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat yang
memungkinkan setiap warga sekolah mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam rangka
mendukung tercapainya proses belajar yang maksimal bagi setiap peserta didik.
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan
sekolah,lingkungan keluarga, masyarakat sekitar,dan unsur-unsur penunjang.
Program pembinaan lingkungan sekolah:

a. Lingkungan fisik sekolah


 Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih.
 Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah.
 Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
 Pemeliharaan kamar mandi,wc,kakus,urinoar.
 Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang kelas,ruang perpustakaan, ruang
laboratorium,dan tempat ibadah.
 Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah(termasuk penghijauan
sekolah).
 Pengadaan danpemeliharaan warung atau kantin sekolah.
 Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.

b. Lingkungan mental dan sikap


 Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat di lakukan melalui usaha
pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan
pelaksanaan konsep ketahanan sekolah,sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan
yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah.

M. Masalah Kesehatan Anak Sekolah

1. Cedera
Cedera sering terjadi pada saat berolahraga di gymnasium, lapangan atletik, bahkan di taman
bermain. Cedera tulang (seperti kram, keseleo, patah tulang, dan dislokasi), cedera gigi, masalah
neurologis (missal cedera pada kepala), cedera mata, luka, lecet, dan memar sering terjadi.

2. Perilaku Merokok
Selama beberapa decade terakhir, focus utama terkait masalah kesehatan pada remaja adalah
perilaku merokok, minuman beralkohol, dan penggunaan zat-zat terlarang. Ada kemungkinan remaja
yang memiliki perilaku merokok akan memiliki perilaku beresiko tinggi lainnya. Remaja yang
merokok berhubungan erat dengan perilaku minuman beralkohol dan penggunaan zat lainnya.
Merokok pada remaja dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung,
penyakit paru-paru kronis, kanker paru-paru, kandung kemih. Faktor - factor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada remaja adalah status ekonomi rendah, tekanan teman sebaya, perilaku
orang tua yang juga perokok, persepsi bahwa merokok adalah perilaku yang wajar, rendahnya tingkat
prestasi akademik, dan keterlibatan dalam geng dengan perilaku kekerasan.
3. Penyalahgunaan Zat
Penggunaan alcohol dan obat-obat terlarang memiliki hubungan dengan masalah kesehatan di
sekolah seperti cidera, kekerasan, dan kendaraan bermotor. Obat terlarang yang sering diapakai oleh
remaja Indonesia yaitu ganja (57%), diikuti oleh shabu ( 23%) dan ekstasi (15%).

4. Tato dan Tindik Tubuh


Tato dan tindik tubuh merupakan bentuk ekspresi diri dan perilaku mencari perhatian.
Popularitas mereka telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Prosedurnya
sering dilakukan di jalan, di salon, mana teknik steril dan keselamatan tingkat pencegahan tidak
dilakukan memicu timbulnya penyakit Hepatitis C dan Reisten Methicillin Staphylycoccus aerus.

5. Kerusakan Gigi
Salah satu keluhan yang paling umum dikalangan anak sekolah yaitu karies gigi. Ada banyak
factor yang berkontribusi salah satunya kebersihan mulut yang buruk, kurangnya air berfluoride dan
kurangnya dana/ asuransi untuk perawatan gigi. Setengah anak yang berusia 12-15 tahun mengalami
karies gigi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak miskin.

6. Gangguan Makan
Perawat harus memperhatikan masalah gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, makan
terlalu banyak merupakan gangguan makan yang umum. Anoreksia merupakan peringkat ketiga dari
gangguan makan kronik pada remaja. Anoreksia adalah asupan makanan yang sangat terbatas
berdasarkan rasa takut yang ekstrem dengan penambahan berat badan. Literatur telah menunjukan
bahwa anoreksia adalah multifactorial, terlihat terutama pada wanita dan sering berkorelasi dengan
keluarga atau riwayat pelecehan seksual.

7. Obesitas
Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat yang paling cepat meningkat di negara ini dan
mungkin mendekati penggunaan tembakau sebagai kematian tunggal kematian obesitas dan
pencegahan atau pengobatan yang harus menjadi perhatian perawat sekolah.
Meskipun dari penyebab obesitas tidak dipahami dengan baik, beberap factor telah
diidentifikasi; mereka termasuk mengurangi akses dan keterjangkauan makanan bergizi, penurunan
aktifitas fisik, pengaruh budaya dan genetic. Perawat harus dapat mengetahui indeks masa tubuh yang
baik untuk anak usia sekolah.

N. Program Pembinaan dan Penunjang

Untuk mencapai tujuan program pembinaan peserta didik dilakukan upaya pembinaan terhadap unsur
penunjang yang terdiri dari:
1. Pembinaan Ketenagaan
Pengertian ketenagaan meliputi:
a. pembinaan teknis (guru dan petugas kesehatan)
b. pembinaan non teknis (pengelola pendidikan, pengawas sekolah, anggota Tim Pembina UKS,
karyawan sekolah dan sebagainya).

Pembinaanketenagaanuntukpembinateknisdan non teknismeliputihal-halsebagaiberikut:

a. Peningkatan jumlah (kuantitas) meliputi kegiatan:


1) pendidikan formal untuk tenaga kependidikan;
2) pendidikan formal untuk tenaga kesehatan;
3) menambah tenaga guru dan pendidikan jasmani dan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan,
tenaga Puskesmas (medis dan para medis)
4) menambah tenaga kependidikan seperti penjaga sekolah, petugas kebersihan dan lain-lain
yang sesuai dengan kebutuhan, dim ana penambahan tenaga ini dapat diusahakan secara
bersama- sama dengan dewan sekolah;
5) menatar guru yang sudah ada dalam bidang kesehatan sehingga mereka dapat ditugaskan
mengajar pendidikan kesehatan;
b. Peningkatan mutu (kualitas) melalui kegiatan:
1) pendidikan formal;
2) penataran/kursus singkat;
3) forum diskusi;
4) ceramah;
5) rapat kerja;
6) lokakarya;
7) seminar;
8) supervisi dan bimbingan teknis; dan
9) studi banding.

2. Pembinaan Sarana dan Prasarana

Pembinaan sarana dan prasarana baik untuk pendidikan kesehatan maupun untuk pelayanan
kesehatan, mencakup perangkat lunak (antara lain alat peraga pendidikan kesehatan, alat peraga
pelayanan kesehatan), untuk ini perlu dilakukan pembakuan. Pembinaan sarana dan prasarana
pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Pengadaan:
1) pengadaan buku;
2) pengadaan alat peraga;
3) pengadaan ruang khusus untuk UKS, beserta perabotnya, alat kesehatan, bahan dan obat;
dan
4) alat administrasi
b. Pemeliharaan, termasuk pengadaan dana untuk pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
kesehatan dan pelayanan kesehatan, baik melalui APBD maupun bantuan lain yang tidak
mengikat.
c. Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan pelayanan kesehatan melalui teknologi
tepat guna.

O. Program Kesehatan Sekolah Komprehnsif

1. Keterlibatan keluarga dan komunitas

Program kesehatan sekolah sebaiknya melibatkan keluarga dan komunitas. Mereka dapat dijadikan
sebagai mitra kerja yang baik. Mereka juga dapat memberikan dukungan yang besar agar program
kesehatan sekolah dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan.

2. Pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan untuk memberikan pemahaman yang baik kepada peserta didik
di sekolahdenganpengetahuan yang memadai di bidang kesehatan diharapkapkan mampu membentuk
sikap dan memotivasi mereka untuk berperilaku yang sehat,

3. PendidikanFisik

Mendidik peserta didik tentangpentingnyaaktivitasfisik di sekolah termasuk kegiatan olahraga


secara teratur dalm rangka meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit.

4. Pelayanankesehatan

Pelayanan kesehatan disekolah mencakup pelayanan untuk pencegahan penyakit, pelayanan untuk
kondisi daruratatau emergency, termasuk pelayanan untuk kondisi akut dan kronis.

5. PelayananNutrisi

Pelayanan terkait dengan nutrisi, terutama nutrisi peserta didik. Mencakup menyediakan lingkunan
yang mampu mepromosikan kebiasaan mengonsumsi makanan yang sehat. Dengannutrisi yang
adekuat, memungkinkan pesertadidik untuk berdampak positif terhadap prestasi akademiknya.

6. Konseling Psikologi dan Pelayanan Sosial

Aktivitas yang dofokuskan pada kognitif, emosional, perilaku, dan kebutuhan sosial individu,
kelompok, dan keluarga. Dengan konseling dan pelayanan sosial.
Referensi

Swarjana, I Ketut. 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: Penerbit Andi

Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Direktorat Kesehatan Keluarga. (2016). Pedoman Akselerasi Pembinaan dan Pelaksana UKS. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kemdikbud. (2012). Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.

Anda mungkin juga menyukai