Anda di halaman 1dari 93

ANATOMI FISIOLOGI INTEGUMEN

RANI 1710711
NORMA AMALIA 1710711057
LILIS MULYANI 1710711073
MUTIARA TOBING 17107110
EPIDERMIS
EPIDERMIS
 Kulit tersusun dari tiga lapisan,
yaitu epidermis, dermis, dan
jaringan subkutan.
 Epidermis membentuk lapisan
paling luar dengan ketebalan
sekitar 0,1 mm pada kelompak
mata hingga sekitar 1 mm pada
telapak tangan dan kaki. Lapisan
eksternal sel-sel epitel berlapis
ini terutama tersusun dari
keratinosit. (Suzanne,
SEL PADA EPIDERMIS

 Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlihat


dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut.
 Ada dua jenis sel lainnya yang lazim terdapat dalam epidermis: sel-
sel Merkel dan Langerhans. Fungsi sel berperan dalam lintasan
neuroendokrin epidermis. Sel Langerhans diyakini mempunyai
peranan yang signifikan dalam respon antigen-antigen kutaneus
 Ketebalan epidermis dapat meningkat jika bagian tersebut banyak
digunakan dan bisa mengakibatkan pembentukan kalus pada
tangan atau klavus (corns) pada kaki.
LAPISAN PADA EPIDERMIS

Epidermis memiliki empat


atau lima lapisan, yang
bergantung pada
lokasinya: ada lima lapisan
pada telapak tangan dan
telapak kaki, dan empat
lapisan pada bagian tubuh
lainnya (Priscilla LeMone,
2014).
 Stratum basale adalah lapisan terdalam yang berisi melanosit keratinosit
 Stratum spinosum, beberapa lapisannya tebal dan mengandung
berlimpah sel yang muncul dari sumsum tulang dan bermigrasi ke
epidermis
 Stratum granulosum hanya memiliki dua atau tiga lapisan yang tebal
yang mengandung glikolipid untuk memperlambat kehilangan air di
sepanjang epidermis
 Stratum lusidum hanya ada di area kulit yang tebal. Lapisan ini terdiri
terdiri atas keratinosit yang mati dan menjadi rata
 stratum korneum juga merupakan lapisan paling tebal, terdiri atas sekitar
75% ketebalan total epidermis
KELENJAR PADA
KULIT
Kelenjar pada Kulit

Kelenjar Kelenjar Kelenjar


sebasea sudoriferus serumen
(minyak) (keringat)
1. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea ditemukan di seluruh tubuh kecuali pada telapak
tangan dan telapak kaki. Kelenjar ini menyekresi zat berminyak
yang disebut sebum, yang biasanya disalurkan ke dalam folikel
rambut.
2. Kelenjar Sudoniferus
(Keringat)
Ada dua tipe kelenjar keringat; ekrin dan apokrin.
Kelenjar keringat ekrin lebih banyak terdapat pada dahi, telapak tangan, dan
telapak kaki. Sebagian besar kelenjar keringat apokrin terletak di area aksila,
anal, dan genital. Kelenjar ini sendiri terletak di dermis; duktus pada kulit naik
melalui epidermis untuk membuka pada pori di permukaan.

3. Kelenjar Serumen
Terletak di kulit telinga luar, adalah kelenjar keringat apokrin yang dimodifikasi.
Kelenjar tersebut menyekresi serumen berwarna cokelat-kuning seperti lilin
yang member perangkap lengket untuk benda asing.
Rambut dan Kuku
Lilis Mulyani (1710711073)
Rambut
Rambut adalah protein produk akhir
yang tidak hidup yang ditemukan pada
semua perrmukaan kulit kecuali telapak
tangan dan kaki.

Fungsi macam-macam rambut:


Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung
• Rambut pada bagian mata (alis dan bulu mata), sampai selama 6 bulan untuk rambut kulit kepala
hidung dan telinga untuk menyaring debu,
kutu-kutu kecil dan kotoran yang terbawa oleh Fase istirahat (telogen) kurang-lebih selama 4
udara. bulan.
• Rambut pada kulit berfungsi sebagai penyekat
panas pada binatang
Kuku
Kuku adalah lempeng keratin yang
keras dan transparan yang melapisi
kulit daerah tersebut.

Fungsi:

• melindungi jari-jari tangan dan


kaki dengan menjaga fungsi
sensoriknya yang sangat
berkembang
• meningkatkan fungsi-fungsi badan
Kuku jari tumbuh sekitar 0,1 mm/hari
seperti mengangkat benda-benda
kecil. Reproduksi yang lengkap membutuhkan 100-150 hari.
DERMIS
Mutiara Tobing
1710711085
2. DERMIS
 Merupakan lapisan dibawah epidermis
 Teridiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan : pars
papilaris (terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen
dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah, limfe, akar
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.
3. JARINGAN SUBUKUTAN ATAU
HIPODERMIS/SUBCUTIS
 Lapisan dalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak
 Merupakan jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang
 Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh, dan penyekatan
panas
 Sebagai bantalan terdapat trauma
 Tempat penumpukan energi
P E N AT A L A K S A N A A N
MEDIS GANGGUAN
SISTEM INTEGUMEN

TSANIA RAMADHANTY 1710711097


PENATALAKSANAAN MEDIS DENGAN
DERMATITIS
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN MEDIS
NON MEDIS Umumnya lotion yang netral dan tidak
Pemberian kompres yang sejuk juga mengandung obat dapat dioleskan pada
bercak-bercak eritema (inflamasi trout)
dapat dilakukan pada daerah
yang kecil.
dermatitis yang kecil. Remukan halus
es pada air kompres sering kali • preparat krim atau salep yang
memberikan efek antipruritus. mengandung salah satu jenis
kortikosteroid dioleskan tipis-tipis.
• Kompres basah biasanya membantu
• mandi dengan larutan yang
membersihkan lesi ekzem yang
mengandung obat dapat diresepkan
mengeluarkan sekret.
untuk dermatitis dengan daerah-
• Kompres dingin untuk mengurangi daerah lesi yang lebih luas.
peradangan.
• pada dermatitis yang menyebar luas,
• Mengatasi kerusakan integritas kulit. pemberian kortikosteroid jangka
• Mengatasi hipotermia pendek dapat diprogramkan.
• terapi anti inflamasi topikal jangka
• Meningkatkan konsep diri klien
pendek misalkan steroid dapat
• Emolient untuk mengurangi kulit digunakan untuk menghentikan
yang kaku peradangan.
DERMATITIS ATOPIK

• Peradangan kulit yang melibatkan Penatalaksanaan


perangsangan berlebihan (alergi) • Hindari dari iritan atau alergan
• Melibatkan limfosit dan sel mast • Pemberian anti histamin untuk
• Histamin dari sel mast menyebabkan rasa mengontrol rasa gatal
gatal dan eritema • kompres dingin untuk mengurangi
• Sering dijumpai pada bayi, anak terkadang peradangan
menetap sampai dewasa • Steroid topikal dosis rendah
HERPES ZOSTER

• Disebabkan oleh virus terjadi pada pasien Penatalaksanaan


dengan penurunan imunitas seperti • Acyclovir (Zovirax) anti Virus
leukemia, lymphoma, AIDS
• Kompres dingin untuk mengurangi nyeri
• Cegah infeksi tambahan
HERPES SIMPLEX

• Disebabkan oleh virus herpes simplex • Penatalaksanaan


• vesikel yang terbentuk diikuti oleh • pemberian topikal anastesi dan nyeri
perasaan terbakar dan gatal • Acyclovir (Zovirax) (anti -irus)
• eksudat jernih diikuti • Hindari dari matahari
• biasanya di daerah hidung, pipi, leher, • tingkatkan kebersihan diri
telinga, dan genitalia
• Hndari kontak pada daerah luka
PRESSURE ULCUSER (ULKUS DEKUBITUS)

• Lesi pada kulit disebabkan oleh


tekanan terus menerus
Penatalaksanaan
menyebabkan kerusakan jaringan
dasar • Managemen nutrisi
• terjadi umumnya pada area tubuh • Perawatan luka ulcer
yang mendapat tekanan lebih besar • Monitoring Healing jika tidak sembuh
dari 00pada tulang yang menonjol dalam 2 minggu dengan nutisi adekuat,
• perkembang ketika jaringan lunak pengurangan tekanan, daily leaning,
(kulit, jar.subcutaneus, otot) dressing pertimbangkan untuk topikal
ditekan antara tulang menonjol antibiotik
dan permukaan keras dalam waktu
yang lama
• Periode waktu sebelum terjadi
kerusakan jaringan bervariasi
antara setiap klien
PEMERIKSAAN
FISIK SISTEM
INTEGUMEN
NUR FITRIAH EFENDY 1710711049
Warna Adanya
rambut Lesi
Kekuatan
Rambut

Kulit
Berbau Kepala
INSPEKSI
Warna Kulit
• Cyanosis
• Jaundice
• Pallor (pucat) Lesi Kulit
• Erytema • Makula • Skuama • Hiperkeratosis
• Hyperpigmentasi • Plak (plaque) • Erosi • Nevus pigmentosus
• Albino • Papula • Ulkus • Tattoo
• Urtika • Ekskoriasi • Hemmangioma
Vaskularitas • Nodul • Fisura • Spider nevi
• Petechie • Kista • Atropi • Mongolian spot
• Ekimosis • Vesikula • Sikatriks • Uremic frost
• Telangiektasis • Pustula • Sclerosis • Alopecia
• Angioma • Purpura • Likenifikasi • Hirsutism
• Venous star
PALPASI

• Pengukuran suhu
• Pemeriksaan kelembaban
• Teksture kulit
• Turgor
• Krepitasi
• Odema
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis penyakit kulit
TES karena alergi atau penyakit kulit karena reaksi
imunologis baik humoral maupun selular disebut
KULIT tes kulit.
Kulit yang peka terhadap suatu bahan,
apabila terjadi kontak atau kemasukan suatu
bahan tertentu, maka akan dapat terjadi suatu
reaksi peradangan kulit yang dapat bersifat lokal
maupun general.
Skin Prick Test
Patch Tes (Tes tusuk Kulit).
(Tes Tempel).

RAST
(Radio Allergo Sorb Tes
ent Test) intra kutan
IgE Spesifik.
LUKA BAKAR
(COMBUTIO)
PENGERTIAN & KLASIFIKASI

GITA EKAWATI
1710711007
PENGERTIAN

Luka Bakar adalah cedera atau suatu bentuk


kerusakan/kehilangan jaringan yang terjadi akibat
pajanan terhadap panas, bahan kimia, radiasi atau arus
listrik
KLASIFIKASI
Berdasarkan Penyebab:

TERMAL BAHAN KIMIA LISTRIK RADIASI


Berdasarkan Kedalaman kerusakan Jaringan:
Derajat I (Superficial)

 Kerusakan terbatas pada bagian superfisial


epidermis
 Kulit kering hiperemik memberikan efloresensi
berupa eritema
 Tidak dijumpai bula

 Nyeri Karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

 Penyembuhan terjadi secara spontan dalam


waktu 5-10 hari
Derajat II (Partial Thickness)

 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis,


berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bula
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering
terletak lebih tinggi diatas permukaan kulit normal
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Dibedakan menjadi 2 (dua) : Derajat dua dangkal &
Derajat dua dalam
Derajat III (Full Thickness)

 Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan


lapisan yang lebih dalam
 Apendises kulit sperti folike rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea maengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bula

 Kulityang terbakar berwarna abu-abu dan pucat.


KeringTidak dijumpai rasa nyeri
 Penyembuhan terjadi lama
Referensi:
• LeMone P, Burke Karen M & Bauldoff G.2015.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Vol.2 Edisi 5.Jakarta:EGC
• Brunner & Suddarth.2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2.Jakarta:EGC
ETIOLOGI
LILIS DWI SEPTIANI
1710711127
ETIOLOGI
• Luka bakar dapat disebabkan berbagai zat dan benda yang berkontak langsung dengan
kulit atau paru. Untuk memfasilitasi penanganan, cedera luka bakar di kelompokkan
berdasarkan mekanisme cedera.
1. Luka bakar termal (panas)
• Luka bakar termal disebabkan oleh paparan atau kontak langsung dengan api, cairan
panas, semi-cairan(misalnya uap air), semipadat (misalnya ter), atau benda panas
2. Luka bakar kimia
• Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak dengan asam kuat,basa kuat, atau senyawa
organik. Konsentrasi, volume, dan jenis bahan kimia, serta rentang waktu kontak,
menentukan keparahan cedera kimia.
3. Luka bakar listrik
• Luka bakar listrik dapat disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh energi listrik seiring
listrik tersebut melewati tubuh. Cedera listrik dapat disebabkan oleh kontak dengan kabel
listrik yang terbuka atau bermasalah atau jalur listrik tegangan tinggi. Orang yang
tersambar petir juga menderita cedera listrik.
4. Luka bakar radiasi
• Luka bakar radiasi adalah jenis luka bakar yang paling jarang dan
disebabkan oleh paparan terhadap sumber radioaktif, jenis cedera
ini terkait dengan kecelakaan radiasi nuklir, dan penggunaan radiasi
pengion di industri, dan iradiasi terapeutik

5. Cedera inhalasi
• Paparan terhadap gas asifiksian (misalnya karbon monoksida) pada
asap pada umumnya terjadi pada cedera api, khususnya bila
korban terperangkap dalam ruang yang tertutup dan penuh asap
(misalnya pada kebakaran rumah tinggal).
Manifestasi klinis
Luka Bakar
(Combustio)

Windu Syawalina Wahyuningsih


1710711008
Kulit (Integumen)
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit
segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan
ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil
(smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu
terbatas pada area yang mengalami injuri.
Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya
25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body
surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh
terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai
dengan luasnya injuri.
manifestasi klinik yang muncul pada
luka bakar sesuai dengan kedalaman
dan penyebabnya
Kedalaman Dan Bagian Kulit
Penyebab Luka Bakar Yang Terkena Gejala Penampilan Luka Perjalanan Kesembuhan
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, hiperestesia Memerah, menjadi putih ketika ditekan Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu,
(Superfisial): tersengat (supersensivitas), rasa nyeri mereda minimal atau tanpa edema terjadi pengelupasan kulit
matahari, terkena api jika didinginkan
dengan intensitas rendah

Derajat Dua (Partial- Epidermis dan Nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap Melepuh, dasar luka berbintik-bintik Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu,
Thickness): tersiram air bagian dermis udara yang dingin merah, epidermis retak, permukaan luka pembentukan parut dan depigmentasi, infeksi
mendidih, terbakar oleh basah, terdapat edema dapat mengubahnya menjadi derajat-tiga
nyala api

Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa nyeri, syok, hematuria Kering, luka bakar berwarna putih Pembentukan eskar, diperlukan pencangkokan,
Thickness): terbakar nyala keseluruhan (adanya darah dalam urin) dan seperti bahan kulit atau gosong, kulit pembentukan parut dan hilangnya kontur serta
api, terkena cairan dermis dan kemungkinan pula hemolisis retak dengan bagian lemak yang fungsi kulit, hilangnya jari tangan atau ekstrenitas
mendidih dalam waktu kadang-kadang (destruksi sel darah merah), tampak, terdapat edema dapat terjadi
yang lama, tersengat arus jaringan kemungkinan terdapat luka masuk
listrik subkutan dan keluar (pada luka bakar listrik)
Sistem kardiovaskuler
• Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang
mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi
penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler.
• Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine
dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output.
Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari
pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara
evaporasi melalui luka terjadi 4- 20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan
pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal
perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada
perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena
maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang
luas dapat terjadi
Sistem Renal dan
Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah
berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya
GFR (glomerular filtration rate), yang
menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju
usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat
terjadi ileus intestinal dan disfungsi
gastrointestia pada klien dengan luka bakar
yang lebih dari 25 %.
Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi.
Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin,
supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan
macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-
perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya
infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan
hidup klien.
Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri
pulmoner, mengakibatkan penurunan
kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.
a. Smoke Inhalation.
b. Keracunan Carbon Monoxide
a. Smoke Inhalation
• Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri
pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri
akibat jilatan api. Manifestasi klinik yang dapat
diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang
mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan
pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung
yang gosong, agitasi atau kecemasan, takhipnoe,
kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing,
dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam
sputum, dan batuk.
b. Keracunan Carbon
Monoxide.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu
substansi organik terbakar. Dengan terhirupnya CO, maka
molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan
dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin
(COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan
secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen
dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor
melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO
adalah sbb
REFERENSI

Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns..


2012. PROFESI PENATALAKSANAAN
LUKA BAKAR (COMBUSTIO) Volume
08. Sukoharjo :AKPER POLTEKKES
Bhakti Mulia
Patofisiologi
Luka Bakar
 Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokan menjadi
luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi
akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan
mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.
Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami
kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan agens penyebab (burning agent).
 Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai cotoh, pada kasus luka bakar
tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang
panas dari shower dengan suhu 68,9 derajat dapat menimbulkan luka bakar
yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (full
thickness injury). Pejanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya
sebesar 56,1 derajat mengakibatkan full-thickness yang serupa. Suhu yang
kurang dari 44 derajat dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa
menyebabkan luka bakar.
 Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ

multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan

kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi

cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan

tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat

mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya

gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan

mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ

penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang

dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem


 Perawatan luka bakar harus direncanakan
menurut luas dan dalamnya luka bakar; kemudian
perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka
bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut dan
intermediate dan fase rehabilitasi
Daftar Pustaka
 LeMone,Priscilla dkk. 2012. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC
Komplikasi
INDAH SARI 1710711001
Infeksi Luka Bakar

 Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh


lebih rentan terhadap patogen di udara seperti bakteri
dan jamur. Infeksi juga dapat terjadi akibat
penggunaan tabung atau kateter. Kateter urin dapat
menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan
tabung pernapasan dapat memicu infeksi traktus
respirasi seperti pneumonia (Burninjury, 2013).
Terganggunya Suplai Darah Atau
Sirkulasi

 Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat


menyebabkan kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah.
Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami
sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi
akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah
baring mampu menganggu sirkulasi darah normal, sehingga
mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian akan
membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013).
Komplikasi Jangka Panjang

Jika luka bakar terjadi di area sendi, pasien


mungkin akan mengalami gangguan pergerakan
sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang mengalami
penyembuhan berkontraksi atau tertarik
bersama. Akibatnya, pasien memiliki gerak
terbatas pada area luka.
FASE DARURAT
• Mematikan api
Perawatan • Mendinginkan luka bakar
di tempat • Melepaskan benda penghalang
kejadian • Menutup luka bakar
• Mengirigasi luka bakar kimia
• Prioritas utama dalam ruang darurat tetap ABC ( Airway,breathing,
Penatalaksanaan circulation). Untuk cedera paru yang ringan pasien didorong supaya
medis darurat batuk sehingga sekret saluran napas bisa dikeluarkan. Untuk situasi
yang lebih parah di perlukan pengeluaran sekret dengan pengisapan
bronkus dan pemberian preparat bronkodilator serta mukolitik.

• sebelum pemindahan pasien : selang infus harus terpasang dengan


kecepatan tetesan yang diperlukan untuk menghasilkan haluaran urin
Pemindahan ke
sedikitnya 30 ml/jam , saluran napas yang paten,terapi adekuat
unit luka bakar
untuk meredakan nyeri. Luka ditutup dengan balutan steril yang
kering dan kenyamanan serta kehangatan tubuh pasien harus dijaga.
FASE AKUT/INTERMEDIAT PERAWATAN
LUKA BAKAR

Pembersihan Penggantian
Terapi topikal
luka balutan

Graft
Debridemen
(pencangkokan)
FASE REHABILITASI PADA PERAWATAN
LUKA BAKAR
• Alat tekan elastik, alat ini berguna untuk luka bakar
partial-thickness yang memerlukan waktu 2 minggu untuk
a)Perawatan di sembuh. Pemakaian pakaian tekan elastik akan
melonggarkan berkas-berkas kolagen dan mendorong
rumah dan
arah kolagen yang sejajar dengan permukaan kulit tanpa
tindak lanjut
terbentuknya nodul-nodu dermis. Stelah penekanan ini
berlangsung beberapa lama, restrukturisasi kolagen dan
penurunan vaskularitas serta selularitas akan terjadi
References
Suzanne C. Smeltzer, B. G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC.
Ayu Nuraini S
1710711030

PEMERIKSAAN FISIK PADA


PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
a. Keadaan Umum b. TTV
Umumnya penderita Tekanan darah menurun
datang dengan keadaan nadi cepat, suhu dingin,
kotor mengeluh panas sakit pernafasan lemah sehingga
dan gelisah sampai tanda
menimbulkan penurunan tidak adekuatnya
tingkat kesadaran bila luka pengembalian darah pada
bakar mencapai derajat 48 jam pertama
cukup berat
c. Pemeriksaan kepala dan leher

1) Kepala dan rambut


Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setelah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar

2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena
air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung 5) Telinga
Catat adanya perdarahan, Catat bentuk, gangguan
mukosa kering, sekret, pendengaran karena benda
sumbatan dan bulu hidung asing, perdarahan dan
yang rontok. serumen

4) Mulut 6) Leher
Sianosis karena kurangnya Catat posisi trakea, denyut
supplay darah ke otak, bibir nadi karotis mengalami
kering karena intake cairan peningkatan sebagai
kurang kompensasi untuk mengatasi
kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada
tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi

e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan
tempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai
sumber infeksi
dan indikasi untuk pemasangan kateter.

g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS.
Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok
hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)

i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada daerah yang mengalami luka
bakar (luas dan kedalaman luka).
Mutia Ifanka
1710711010

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA


PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
Urinalisis Hitung darah lengkap

Tujuan : Menunjukkan keadekuatan


perfusi ginjal dan status nutrisi pasien  hematuokrit yang meningkat
sekunder akibat
 Mioglobinuria yang ditandai dengan
urine cokelat tua dan berwarna seperti
hemokonsentrasi dan
minumna anggur menandakan pergeseran cairan dari komp
perkembangan nekrosis tubular akut  Hemoglobin yang menurun
 Kehilangan protein plasma dan sekunder akibat hemolisis.
dehidrasi menyebabkan proteinuria dan  Sel darah putih meningkat
peningkatan berat jenis urine jika infeksi terjadiartemen
 glikosuria mengindikasikan kebutuhan intravaskular
untuk menyesuaikan program nutrisi
Elektrolit serum Fungsi ginjal

 . Kadar natrium yang


menurun sekunder akibat
pergeseran cairan masif ke Nitrogen urea darah (blood
dalam interstisium. ura nitrogen, BUN )
 Kadar kalium pada awalnya meningkat sekunder akibat
meningkat selama syok luka
bakar, akibat lisis sel dan dehidrasi. Kreatinin
kalium menurun setelah syok meningkat akibat adanya
luka bakar teratasi karena insufisiensi ginjal
pergeseran cairan kembali ke
kompartemen intraseluler
dan intravaskuler
protein total, albumin, transferin,
prealbumin, protein pengikat retinol,
alfa 1-asam glikoprotein dan protein C
reaktif
mengindikasikan sintesis
protein dan status nutrisi.
Karena pergeseran cairan yang Kretainin fosfokinase (creatinine
terjadi selama tahap awal phosphokinase, CPK)
cedera luka bakar.
 meningkat setelah luka
bakar listrik, sekunder akibat
kerusakan otot yang luas.
 Glukosa darah
meningkat sementara setelah
cedera luka bakar mayor
Rangkaian AGD
 Menunjukkan adanya hiposia
dan gangguan asam-basa dan
munjukkan respon pasien
terhadap perubahan terapi
oksigen.
 Pasien yang mengalami Rangkaian pemerikaan ronsen dada
cedera luka bakar dapat
Mendokumenrasikan perubahan
memiliki saturasi dibawah dalam 24-48 jam pertama yag dapat
95% menggambarkan adanya attelektasis,
edema paru, atau sindrom gawat napas
akut (acut respiratory disstress syndrom),
ARDS )
Rangkaian elektrokardiogram 12 sadapan (EKG)

Diperlukan untuk memantau perkembangan disritmia,


terutama yang berkaitan dnegan status hipokalemia dan
hiperkalemia.
KASUS II: ASKEP KLIEN DENGAN LUKA
BAKAR ATAU COMBUTIO

NADA MUTIARA 1710711028


RISA SAFITRI 1710711029
DILA SARI 1710711071
Seorang pasien dirawat diruangan Isolasi Perawatan Bedah dirumah sakit pemerintah. Pasien
dirawat dengan keluhan mengalami luka bakar. Seorang perawat melakukan anamnesa,
didapatkan hasil sebagai berikut: Pasien mengatakan luka bakarnya karena kompor gas yang
meledak saat ia sedang memasak di dapur; dari hasil pemeriksaan fisik di dapat data: tingkat
kesadaran pasien composmentis, Hipotensi 90/50 mmHg, tachicardia 110 x/menit, respiration
rate 28 x/menit; temperature 38,3 oC, BB 49,5 Kg, TB 155 cm; ketebalan combustio sebagian
lapisan epidermal dan dermal melepuh serta edema subkutan, luka tampak merah buah ceri dan
pasien tampak nyeri hebat dengan skala nyeri 9-10, lokasi combustio meliputi: kedua femur
sinistra dan dextra; daerah pubis sampai anal; kedua lengan bagian bisep; serta bagian frontalis.
Hasil klarifikasi dari keluhan pasien didapat data: sangat nyeri sekali dan terasa susah
digerakkan pada bagian daerah yang terkena luka bakar, jari tangan dan kaki terasa kesemutan,
lemes serta agak sesak. Hasil pemeriksaan laboraturium di dapat: Hb 11 gr/dl; Ht 40 % ; Lekosit
13.000; K 3,4 mEq/L; Na: 120 mEq/L; Cl: 105 mEq/L; Albmin 3,0 g/dL AGD: pH 7,35,
PaO275mmHg,PCO2 40 mmHg, HCO3 25 mEq/L. Diagnosa medis klien Luka Bakar grade III,
perawat dan dokter serta tenaga kesehatan lainnya yang terkait melakukan perawatan secara
integrasi untuk menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut. Pasien telah
mendapatkan penaganan pertama resusitasi cairan dengan menggunakan rumus Baxter;
analgetik: Tramadol 10 mg/iv; perawatan luka bakar 2x/hari dengan Nacl + Burnazin Zalf.
Data Subjektif Data Objektif

• Pasien mengatakan luka bakarnya karena • Pasien dirawat diruangan Isolasi Perawatan Bedah dirumah sakit
kompor gas yang meledak saat ia pemerintah
memasak di dapur • Pasien tampak susah menggerakkan bagian daerah yang terkena luka
• Pasien mengatakan nyeri sekali bakar
• Pasien mengatakan tidak dapat • Tingkat kesadaran pasien composmentis
menggerakkan bagian daerah yang terkena • TD: 90/50 mmHg
luka bakar • HR: 110 x/menit
• Pasien mengatakan jari tangan dan kaki • RR: 28 x/menit
terasa kesemutan • S: 38,3 oC
• Pasien mengatakan lemas serta agak sesak • BB: 49,5 Kg
• TB: 155 cm
• Ketebalan combustio sebagian lapisan epidermal dan dermal melepuh
serta edema subkutan
• Luka tampak merah buah ceri
• Pasien tampak nyeri hebat dengan skala nyeri 9-10,
• Lokasi combustio meliputi: kedua femur sinistra dan dextra; daerah pubis
sampai anal; kedua lengan bagian bisep; serta bagian frontalis
• Hb 11 gr/dl
• Ht 40 %
• Lekosit 13.000
• K 3,4 mEq/L
• Na: 120 mEq/L
Data Subjektif Data Objektif

• Albmin 3,0 g/dL


• AGD: pH 7,35
• PaO275mmHgPCO2 40 mmHg
• HCO3 25 mEq/L.
• Diagnosa medis klien Luka Bakar grade III
• Pasien telah mendapatkan penaganan pertama resusitasi cairan dengan
menggunakan rumus Baxter
• Pasien mendapatkan analgetik: Tramadol 10 mg/iv
• Pasien mendapatkan Perawatan luka bakar 2x/hari dengan Nacl +
Burnazin Zalf-
• P : nyeri akibat trauma luka bakar
• Q: seperti di tusuk-tusuk
• R: kedua femur sinistra dan dextra; daerah pubis sampai anal; kedua
lengan bagian bisep; serta bagian frontalis
• S: skala nyeri 9-10
• T: keluhan mendadak
No Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi

1. Ds: Gangguan Pertukaran Gas Ketidakseimbangan


• Pasien mengatakan luka bakarnya karena (NANDA, 00030) Ventilasi-Perfusi
kompor gas yang meledak saat ia memasak di
dapur
• Pasien mengatakan lemas serta agak sesak

Do:
• Tingkat kesadaran pasien composmentis
• TD: 90/50 mmHg
• HR: 110 x/menit
• RR: 28 x/menit
• S: 38,3 oC
• AGD: pH 7,35
• PaO2 75mmHg
• PCO2 40 mmHg
• HCO3 25 mEq/L.
• Diagnosa medis klien Luka Bakar grade III
• Pasien telah mendapatkan penaganan pertama
resusitasi cairan dengan menggunakan rumus
Baxter
No Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi

2. Ds: Ketidakefektifan Perfusi Penurunan Suplai O2 ke


• Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan Jaringan Jaringan
bagian daerah yang terkena luka bakar (NANDA, 00031)
• Pasien mengatakan jari tangan dan kaki terasa
kesemutan

Do:
• Luka tampak merah buah ceri
• TD: 90/50 mmHg
• HR: 110 x/menit
• RR: 28 x/menit
• S: 38,3 oC
• Lokasi combustio meliputi: kedua femur
sinistra dan dextra; daerah pubis sampai anal;
kedua lengan bagian bisep; serta bagian frontalis
• Hb 11 gr/dl
• Ht 40 %
• Lekosit 13.000
• K 3,4 mEq/L
• Na: 120 mEq/L
No Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi

3. Ds: Nyeri Akut Agen Cedera Fisik (Luka


• Pasien mengatakan luka bakarnya karena (NANDA, 00132) Bakar)
kompor gas yang meledak saat ia memasak di
dapur
• Pasien mengatakan nyeri sekali
• Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan
bagian daerah yang terkena luka bakar

Do:
• Tingkat kesadaran pasien composmentis
• Luka tampak merah buah ceri
• TD: 90/50 mmHg
• HR: 110 x/menit
• RR: 28 x/menit
• S: 38,3 oC
• P : nyeri akibat trauma luka bakar
• Q: seperti di tusuk-tusuk
No Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi

3. Do: Nyeri Akut Agen Cedera Fisik (Luka


• R: kedua femur sinistra dan dextra; daerah (NANDA, 00132) Bakar)
pubis sampai anal; kedua lengan bagian bisep;
serta bagian frontalis
• S: skala nyeri 9-10
• T: keluhan mendadak
• Pasien tampak susah menggerakkan bagian
daerah yang terkena luka bakar
• Ketebalan combustio sebagian lapisan
epidermal dan dermal melepuh serta edema
subkutan
• Lokasi combustio meliputi: kedua femur
sinistra dan dextra; daerah pubis sampai anal;
kedua lengan bagian bisep; serta bagian
frontalis
• Diagnosa medis klien Luka Bakar grade III
• Pasien mendapatkan analgetik: Tramadol 10
mg/iv
• Pasien mendapatkan Perawatan luka bakar
2x/hari dengan Nacl + Burnazin Zalf.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Pernafasan


Pertukaran Gas keperawatan masalah • Monitor kecepatan irama, kedalaman dan
(NANDA, 00030) Gangguan Pertukaran Gas kesulitan bernafas
dapat teratasi dengan pasien • Monitor pola nafas (mis, bradipnes,
menunjukkan: takipnea, hiperventilasi, dll)
• Suara napas bersih • Monitor keluhan sesak nafas pasien,
• Kedalaman nafas normal termasuk kegiatan yang meningkatkan
• RR normal (16-24x/mnt) atau memperburuk sesak nafas tersebut
• PaO2 ≥ 90 mmHg • Posisikan pasien dengan meninggikan
• PaCO2 35-45 mmHg kepala/tempat tidur sesuai dengan
kebutuhan.

Terapi Oksigen
• Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
• Kolaborasi dengan dokter pemberian
resusitasi cairan menggunakan rumus
Baxter
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Sensasi Perifer (2660)


Perfusi Jaringan keperawatan masalah • Monitor adanya Parasthesia dengan tepat
(NANDA, Ketidakefektifan Perfusi (misalnya, mati rasa)
00031) Jaringan dapat teratasi dengan • Monitor adanya penekanan dari gelang,
pasien menunjukkan: alat-alat medis, dll
• Denyut palpasi atau • Dorong pasien untuk menggunakan
penilaian aliran bagian tubuh yang tidak terganggu
(flowmeter) normal • Hindari dan selalu monitor penggunaan
• Waktu pengisian kapiler kompres panas atau dingin seperti
normal (<2 detik) penggunaan bantalan panas
• Tidak ada mati rasa atau • Lindungi tubuh dari permukaan suhu yang
kesemutan ekstrim
• Tidak ada nyeri yang
meningkat
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)


(NANDA, 00132) keperawatan masalah Nyeri • Lakukan pengkajian komprehensif yang
Akut dapat teratasi dengan meliuti lokasi, durasi, frekuensi, intensitas
pasien menunjukkan: nyeri dan factor pencetus.
- Klien menyatakan secara • Pastikan perawatan analgestik bagi pasien
verbal tingkat kendali nyeri dengan pengawasan yang ketat.
masih dapat diterima • Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Ekspresi wajah baik • Dukung istirahat/tidur untuk membantu
- Frekuensi nafas normal penurunan nyeri.
- Frekuensi nadi radial • berikan dukungan emosional
normal • Monitor tanda-tanda vital.
- Tekanan darah normal

Anda mungkin juga menyukai