Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.1 Latar Belakang


Kelompok anak usia sekolah baik tingkat sekolah dasar, sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah atas merupakan kelompok yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial yang sangat pesat, sehingga
perlu mendapat perhatian seriuskarena akan menentukan kualitas hidupnya
dikemudian hari. anak usia sekolah dihadapkan dengan berbagai masalah kesehatan.
Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan,
gangguan perilaku dan gangguan belajar.
Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah pada dasarnya cukup
kompleks dan bervariasi. Anak usia Sekolah Dasar (SD) misalnya, masalah kesehatan
yang muncul biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan,
sehingga isu yang lebih menonjol adalah perilaku hidup sehat dan bersih, seperti cara
menggosok gigi yang benar, mencuci tangan pakai sabun, dan kebersihan diri lainnya
(Mikail, 2011). Masalah kesehatan pada peserta didik SMP dan SMA biasanya terkait
perilaku berisiko seperti perilaku merokok, penggunaan NAPZA, perilaku seksual
berisiko, kecelakaan saat berkendara serta stress.
Saat ini, masalah kesehatan anak usia sekolah dan remaja semakin kompleks.
Banyak faktor yang mempengaruhinya yakni perilaku dan faktor risiko terkait dengan
penyebab utama kematian, seperti penyakit jantung, injuri, dan kanker.
Kelompok anak usia sekolah juga berada pada kondisi yang sangat peka
terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik. Keberhasilan akademik dan kesehatan anak sekolah sangat erat
hubungannya, dimana kesehatan siswa tidak mungkin mencapai sukses disekolah
tanpa memaksimalkan upaya kesehatan sekolah. Oleh sebab itu diperlukan peran
perawat kesehatan komunitas guna mengembangkan dan melaksanakan program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang dalam pelaksanaannya menitikberatkan pada
upaya promotif dan preventif disamping juga upaya kuratif dan rehabilitatif yang
berkualitas. Melalui pendidikan kesehatan, konseling, advokasi, dan melakukan
tindakan keperawatan secara langsung di semua tingkatan pencegahan diharapkan
kesehatan yang diberikan pada anak usia sekolah berupa pelayanan kesehatan fisik
dan mental untuk meningkatkan kemampuan akademis dan kesejahteraan mereka.

1
I.1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusah masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian usaha kesehatan sekolah (UKS)?
2. Apa saja tujuan usaha kesehatan sekolah (UKS)?
3. Apa saja fungsi perawat sekolah?
4. Bagaimana teori model keperawatan sekolah?
5. Apa saja masalah kesehatan anak sekolah?
6. Apa saja tiga tingkat pencegahan dalam pelaksanaan program UKS?
7. Apa saja 6 ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau meningkatkan
kesehatan?
8. Bagaimana peran perawat komunitas dalam pelaksanaan program UKS?
9. Apa yang dimaksud dengan praktik perawat sekolah?
10. Apa saja program yang terdapat pada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada komunitas?
12. Bagaimana pengkajian komunitas pada anak sekolah?
13. Bagimana cara membuat dan menanganai kasus pada makalah ini?
14. Apa saja yang terdapat pada pembahasan di bab 3?
I.1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian usaha kesehatan sekolah (UKS).
2. Untuk mengetahui tujuan usaha kesehatan sekolah (UKS).
3. Untuk mengetahui fungsi perawat sekolah.
4. Untuk mengetahui teori model keperawatan sekolah.
5. Untuk mengetahui masalah kesehatan anak sekolah.
6. Untuk mengetahui tiga tingkat pencegahan dalam pelaksanaan program UKS.
7. Untuk mengetahui 6 ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan.
8. Untuk mengetahui peran perawat komunitas dalam pelaksanaan program UKS.
9. Untuk mengetahui praktik perawat sekolah.
10. Untuk mengetahui program yang ada di Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada komunitas.
12. Untuk mengetahui pengkajian komunitas pada anak sekolah.
13. Untuk mengetahui membuat dan memahami kasus yang ada.
14. Untuk mengetahui pembahasan yang dijelaskan d

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

II.2.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakuan untuk
meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang Pendidikan
mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA (Kemendikbud, 2012). Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak
usia adalah anak berusia 6-21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya
dibagi menjadi 2 sub kelompok yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-21
tahun). Program UKS ini peserta didik tidak hanya berperan sebagai obyek penerima
layanan kesehatan tetapi juga sebagai subjek. Anak usia sekolah Bersama dengan
masyarakat sekolah lainnya yaitu para guru, pegawai lainnya di sekolah komite
sekolah dan orang tua siswa berperan dalam meningkatkan kesehatannya dan
mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat (Kemenkes, 2011). Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) merupakan wadah untuk berbagai program seperti Kesehatan
Reproduksi, Gizi, Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA, Pengendalian Penyakit,
Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, Pengobatan sederhana dan lain-lain
(Kemenkes, 2019)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak
sekolah dengan melibatkan masyarakat sekolah dalam berbagai program kesehatan
bagi anak sekolah.

II.2.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu
Pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan
yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis
serta optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan
secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup
sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah
dan perguruan agama, rumah tangga, maupun lingkungan masyarakat;

3
b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, social maupun lingkungan, dan
c. Memiliki pengetahuan dan kemampuan menolak terhadap pengaruh buruk dari
penyalahgunaan narkoba, alcohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang
berkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya.

Praktik keperawatan kesehatan sekolah menggunakan berbagai teori dan


model sebagai kerangka kerja.
II.2.3 Fungsi Perawat Sekolah
a. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah.
b. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik
sekolah.
c. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat yang lain.
II.2.4 Teori Model Keperawatan Sekolah
A. Comprehensive School Health Model
Comprehensive School Health Model adalah kerangka kerja yang diakui
secara internasional dalam upaya kesehatan sekolah untuk mendukung perbaikan
hasil Pendidikan siswa yang dilakukan dengan cara yang terencana, terpadu dan
holistik.
Comprehensive School Health Model merupakan model kesehatan sekolah
yang tidak hanya membahas tentang kondisi kelas tetapi mencakup keseluruhan
lingkungan sekolah yang mencakup empat pilar yang berbeda namun saling
terkait yang memberikan fondasi yang kuat untuk kesehatan sekolah yang
komperehensif. Empat pilar tersebut yaitu 1) lingkungan social dan fisik; 2) proses
mengajar dan belajar; 3) kebijakan sekolah yang sehat; dan 4) kemitraan dan
layanan. Pelaksanaan keempat pilar tersebut diselaraskan agar dapat mendukung
siswa dalam mewujudkan potensi penuh mereka sebagai peserta didik dan sebagai
anggota masyarakat yang sehat dan produktif.
Prinsip Comprehensive School Health Model
1) Mengakui bahwa siswa yang sehat akan belajar lebih baik dan berprestasi
lebih tinggi
2) Mengerti bahwa sekolah dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan dan
perilaku siswa

4
3) Mendorong pilihan gaya hidup sehat, dan mendorong kesehatan dan
kesejahteraan siswa
4) Menggabungkan kesehatan ke dalam semua aspek sekolah dan pembelajaran
5) Menghubungkan masalah dan sistem kesehatan dan Pendidikan
6) Membutuhkan partisipasi dan dukungan keluarga dan masyarakat luas.

Pilar Comprehensive School Health Model

1. Lingkungan Sosial dan Fisik


a. Lingkungan sosialnya adalah :
1) Kualitas hubungan antara dan antar staf dan siswa sekolah
2) Kesejahteraan emosional siswa
3) Dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga dan masyarakat luas
b. Lingkungan fisik meliputi :
1) Bangunan, lapangan, tempat bermain, dan peralatan di dalam dan
sekitar sekolah
2) Fasilitas dasar seperti sanitasi dan kebersihan udara
2. Mengajar dan Belajar
Sumber daya, kegiatan dan kurikulum provinsi/wilayah di mana siswa
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sesuai usia, membantu
membangun keterampilan untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan
mereka.
3. Kebijakan Sekolah Sehat
Praktik manajemen, proses pengambilan keputusan, peraturan, prosedur dan
kebijakan di semua tingkat yang mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan, dan membentuk lingkungan sekolah yang hormat, ramah dan
peduli
4. Kemitraan dan Layanan
a. Kemitraan adalah:
1) Hubungan antara keluarga, sekolah, dan siswa
2) Hubungan kerja yang mendukung di sekolah (staf dan siswa), antara
sekolah, dan antara sekolah dna organisasi masyarakat lainnya dan
kelompok perwakilan
3) Kesehatan, Pendidikan dan sector lain yang bekerja sama untuk
memajukan kesehatan sekolah

5
b. Layanan adalah:
Layanan berbasis masyarakat dan sekolah yang mendukung dan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan siswa dan staf.
B. Pelaksanaan Trias Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik
dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah/madrasah sehat yang dikenal dengan nama tiga program pokok UKS
(TRIAS UKS).
A. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau
tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik melalui kegiatan intrakulikuler dan
ekstrakulikuler.
1. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan Pendidikan Kesehatan yaitu agar peserta didik:
a. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan, termasuk cara hidup sehat
dan teratur;
b. Memliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat;
c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan;
d. Memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);
e. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit;
f. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk di luar (narkoba, arus
informasi, dan gaya hidup yang tidak sehat)
2. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui :
a. Kegiatan Kurikuler
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler adalah
pelaksanaan Pendidikan pada jam pelajaran. Pelaksanaan pendidikan
kesehatan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) khususnya pada standard isi yang telah diatur dalam Peraturan

6
Mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
1) Taman Kanak-Kanak/Raudhatuh Athfal
Pelaksanaan Pendidikan kesehatan sesuai dengan Garis-garis Besar
Program Pengajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan,
yang diberikan pengenalan, pembangkit minat dan penanaman
kebiasaan hidup sehat.
Materi Pendidikan kesehatan mencakup :
a) Kebersihan dan kesehatan pribadi;
b) Kebersihan dan kerapihan lingkungan;
c) Makanan dan minuman sehat
2) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler
adalah pelaksanaan Pendidikan pada jam pelajaran. Pelaksanaan
pendidikan kesehatan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) khususnya pada standard isi yang telah diatur
dalam peraturan Mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
Pelaksanaannya diberikan melalui peningkatan pengetahuan
penanam nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan
peningkatan keterampilan dalam melaksankan hal yang berkaitan
dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.
Materi pendidikan kesehatan mencakup:
a) Menjaga kebersihan diri;
b) Mengenal pentingnya imunisasi;
c) Mengenal makanan sehat;
d) Mengenal bahaya penyakit diare, demam berdarah dan
infulenza;
e) Menjaga kebersihan lingkungan (sekolah, madrasah atau
rumah);
f) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya;
g) Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi;
h) Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan;
i) Mengenal bahaya minuman keras;

7
j) Mengenal bahaya narkoba;
k) Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba;
l) Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual.
3) Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) khususnya pada standard isi yang telah
diatur dalam peraturan Mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, dimana
untuk pendidikan kesehatan pelaksanaannya dilakukan melalui
peningkatan pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan
hidup sehat, terutama melalui pemahaman penafsiran konsep-
konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat.
Materi pendidikan kesehatan mencakup:
a) memahami pola makanan sehat;
b) Memahami perlunya keseimbangan gizi;
c) Memahami berbagai penyakit menular seksual;
d) Memahami bahaya seks bebas;
e) Memahami berbagai penyakit menular yang bersumber dari
lingkungan yang tidak sehat;
f) Memahami cara menghindari bahaya kebakaran;
g) Memahami cara menghadapi berbagai bencana alam.
4) Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) khususnya pada standard isi yang telah
diatur dalam peraturan Mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, terutama peningkatan pengetahuan pemahaman dan
penafsiran konsep-konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup
sehat sehingga mempunyai kemampuan untuk menularkan perilaku
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pendidikan kesehatan mencakup:
a) Menganalisis bahaya penggunaan narkoba;

8
b) Memahami berbagai peraturan perundangan tentang narkoba;
c) Menganalisis dampak seks bebas;
d) Memahami cara menghindari seks bebas;
e) Memahami bahaya HIV/AIDS;
f) Memahami cara menghindari penularan seks bebas
5) Sekolah Luar Biasa Pendidikan Kesehatan Pada SDLB,
SMPLB, dan SMALB
Dilaksankan sesuai kurikulum, materi, maupun metode
pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat
kemampuan peserta didik, tingkat kemampuan guru serta situasi
dan kondisi sekolah, peserta didik, sarana dan fasilitan pendidikan
yang tersedia.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa
(termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan disekolah
atau madrasah ataupun diluar sekolah atau madrasah dengan tujuan
anatara laian untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan
siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia
seutuhnya.
Kegiatan estrakulikuler mencakup kegiatan yang berkaitan dengan
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sekolah atau madrasah sehat: kegiatan esktrakulikuler
yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan antara lain:
a) Wisata siswa;
b) Kemah (persami);
c) Ceramaha, diskusi;
d) Lomba-lomba;
e) Bimbingan hidup sehat;
f) Apotik hidup;
g) Kebun sekolah;
h) Kerja bakti;
i) Majalah dinding;
j) Pramuka;
k) Piket sekolah.

9
Catatan OSIS mempunyai peranan yang besar dalam pelaksanaan
program UKS yang dilakukan secara ekstrakulikuler di SMP dan
SMA. Dalam pelaksanaan program UKS, OSIS dapat mengamati
adanya masalah yang berkaitan dengan kesehatan, melaporkannya
kepada guru pembina OSIS, agar bersama-sama mencari cara
penanggulangannya antara lain berupa kegiatan berdasarkan
konsep.
Pendekatan dan metode:
a) Pendekatan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam
rangka melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain ialah:
1. Pendekatan individual
2. Pendekatan kelompok (kelompok kelas, kelompok bebas,
lingkungan keluarga) agar tujuan pendidikan kesehatan bagi
para peserta didik dapat tercapai secara optimal, dalam
pelaksanaannya hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: sesuai dengan tingkatan kemampuan dan perbedaan
individual peserta didik, melibatkan peran aktif peserta
didik sebanyak-banyaknya.
3. Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
4. Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk
upaya alih teknologi.
5. Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional.
6. Mengikuti atau memperhatikan perkembangan pengetahuan
dan teknologi.
b) Metode dalam proses belajar-mengajar guru dan pembina dapat
menggunakan metode: belajar kelompok, kerja kelompok atau
penugasan, diskusi atau ceramah, belajar perorangan,
pemberian tugas, karya wisata, bermain peran, tanya jawab, dan
simulasi.
B. Pelayanan Kesehatan
1. Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah untuk:
a. Meningkatan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup
sehat dalm rangka membentuk perilaku hidup sehat.

10
b. Meningkatakan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan
mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.
c. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komolikasi akibat
penyakit, kelainan pengambilan fungsi dan peningkatan kemampuan
peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal.
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh tim
kesehatan dari puskesmas berkerjasama dengan guru dan kader kesehatan
sekolah. Pelayanan kesehatan sekolah dilaksanakan secara menyeluruh
(komprehensif), dengan mengutamakan kegiatan promotif dan preventif
serta di dukung kegiatan kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal meliputi:
a. Kegiatan peningkatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksnakan
secara estrakurikuler yaitu:
1) Latihan keterampilan teknis dalam rangka pemeliharaan kesehatan,
dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan
kesehatan, antara lain dokter kecil, kader ksehatan remaja, palang
merah remaja, saka bhakti husada.
2) Pembinaan sarana keteladanan yang ada dilingkungan sekolah
antara lain: pembinaan kantin sekolah sehat, pembinaan lingkungan
sekolah yang terpelihara dan bebas dari faktor pembawa penyakit.
3) Pembinaan keteladaan berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
b. Kegiatan pencegahan (preventif). Kegiatan pencegahan dilaksanakan
melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan
mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit, yaitu:
1. Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus untuk penyakit-penyakit tertentu, antara lain demam
berdarah, kecacingan, muntaber.
2. Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk
sekolah.
3. Pemeriksaan berkala kesehatan tiap 6 bulan.
4. Mengikuti (memonitoring atau memantau pertumbuhan peserta
didik).

11
5. Imunisasi pserta didik kelas I dan kelas VI di sekolah dasar
madrasah ibtidiyah.
6. Usaha pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberatas
sumber infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah dan
perguruan agama.
7. Konseling kesehatan remaja disekolah dan perguruan agama oleh
kader kesehatan sekolah, guru BP, guru agama dan puskesmas oleh
dokter puskesmas atau tenaga kesehatan lainnya.
c. Kegiatan penyuluhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)
dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat
proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
yang cedera atau cacat agar dapat berrfungsi optimal, yaitu:
1. Diagnosa dini.
2. Pengobatan ringan.
3. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama
pada penyakit.
4. Rujukan medik.
3. Tempat pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan terhadap peserta didik
dilakukan didisekolah atau madrasah dilakukan melalui kegiatan
estrakurikuler dan di puskesmas atau instansi kesehatan jenjang berikutnya
sesuai kebutuham.
4. Metode pelayanan kesehatan
a. Pelayanan kesehatan disekolah atau madrasah dilakukan sebagai
berikut:
1) Sebagaian kegiatan pelayanan kesehatan disekolah atau madrasah
perlu di delegasikan kepada guru, setelah guru ditatar atau
dibimbing oleh petugas puskesmas, kegiatan tersebut adalah
kegiatan peningkatan (promotif), pencegahan (preventif) dan
dilakukan pengobatan sederhana pada waktu terjadi kecelakaan
atau penyakit sehingga selain menjadi kegiatan pelayanan, juga
menjadi kegiatan pendidikan.
2) Sebagian lagi pelayanan kesehatan hanya bleh dilakakukan oleh
petugas puskesmas dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang

12
tidak direncanakan secara terpadu (antara kepala sekolah/madrasah
dan petugas kesehatan).
b. Pelayanan kesehatan dipuskesmas bagi peserta didik yang dirujuk dari
sekolah atau madrasah (khusus untuk kasus yang tidak dapat diatasi)
untuk itu perlu diadakan kesepatan dalam rapat perencanaan tentang
pembiayaan peserta didik yang dirujuk ke puskesmas. Sekolah atau
madrasah sebaiknya mengupayakan dana UKS untuk pembiayaan yang
diperlukan agar masalah pembiayaan tidak menghambat pelayanan
pengobatan yang diberikan. Untuk itu setiap peserta didik harus
memiliki buku atau kartu rujukan sesuai tingkat pelayanan kesehatan.
Tugas dan fungsi puskesmas adalah melakukan kegiatan pembinaan
kesehatan dalam rangka usaha kegiatan disekolah dan perguruan
agama yang mencakup:
1. Memberikan pencegahan terhadap suatu penyakit dengan
immunisasi dan lainnya yang dianggap perlu.
2. Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang
berhubungan dengan peserta didik (kepala sekolah, gutu, orangtua
peserta didik dan lain-lain).
3. Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah dan
guru dalam melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS).
4. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan
UKS pada khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain
dalam rangka meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan UKS.
5. Memberikan pelatihan atau penataran kepada guru UKS dan kader
UKS (Dokter kecil dan kader kesehatan remaja).
6. Melakukan pemeriksaan berkala serta sistem rujukan terhadap
kasus-kasus tertentu yang memerlukannya.
7. Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling.
8. Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat
kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani peserta didik dan cara
peningkatannya.
9. Menginformasikan secara terartur kepada tim pembina UKS
setempat meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan
permasalahan yang dialami.

13
c. Peserta didik yang perlu dirujuk adalah:
1. Peserta didik yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran,
dan bila masih memungkinkan segera disuruh pulang dengan
membawa surat pengantar dan buku/kartu rujukan agar dibawa
orangtuanya ke sarana pelayanan kesehatan yang terdejat.
2. Bila peserta didik cedera atau sakit yang tiak memungkinkan
disuruh pulang dan segera membutuhkan pertolongan secepatnya
agar dibawa ke sarana pelayanan kesehatan yang terdekat untuk
mendapatkan pengobatan. Setelah itu agar segera diberitahukan
kepada orangtuanya untuk datang ke sarana pelayanan kesehatan
tersebut.
d. Pendekatan. Pendekatan pelayanan kesehatan dikelompokan sebagai
berikut:
1. Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi
masalah perorangan antara lain: pencarian, pemeriksaan, dan
pengobatan penderita.
2. Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi
masalah lingkungan di sekolah, khususnya masalah lingkungan
yang tidak mendukung tercapainya derajat kesehatan optimal.
3. Intervensi yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat
masyarakat sekolah.
e. Metode yang diperlukan ialah:
1. Pelatihan.
2. Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling).
3. Penyuluhan kesehatan.
4. Pemeriksaan langsung.
5. Pengamatan (observasi).
C. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah bertujuan untuk mewujudkan lingkuan sehat
disekolah atau madrasah yang memungkinkan setiap warga sekolah atau
madrasah mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam rangka
mendukung tercapainya proses belajar yang maksimal bagi setiap peserta
didik. Lingkungan sekolah atau madrasah dibedakan menjadi dua yaitu:
lingkungan fisik meliputi kontruksi ruang dan bangunan, saran air bersih dan

14
sanitasi, halaman, pencahayaan, ventilasi, kebisingan, kepadatan kelas, jarak
papan tulis, meja/kursi, vektor penyakit, kantin/warung sekolah sedangkan
lingkungan non-fisik meliputi perilaku masyarakat sekolah atau madrasah
antara lain, perilaku tidak merokok, perilaku membuang sampah pada
temapatnya, perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir, perilaku memilih makanan jajajanan yang sehat. Pelaksanaan
pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi kegiatan identifikasi masalah,
perencanaan (intervensi), pemantauan dan evaluasi serta pelaporan.
1. Identifikasi faktor risiko lingkungan sekolah atau madrasah, identifikasi
faktor risiko dilakukan dengan cara pengamatan visual dengan
menggunakan instrument pengamatan dan bila perlu dilakukan
pengukuran lapangan dan laboratorium. Analisa faktor risiko dilakukan
dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan standard yang telah
ditentukan. Penentuan prioritas masalah berdasarkan perkiraan potensi
besarnya bahaya atau gangguan yang ditimbulkan, tingkat keparahan dan
pertimbangan lain yang diperlukan sebagai dasar melakukan intervensi.
2. Perencanaan yang dimaksud perencanaan adalah kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam upaya mengatasi masalah atau
menurunkan/menghilangkan risiko kesehatan lingkungan yang disusun
secara sistematis dan terukur. Dalam perencanaan sudah dimasukan
rencana pemantauan dan evaluasi serta indikator keberhasilan.
Perencanaan masing-masing kegiatan atau upaya harus sudah terinci
volume kegiatan, besarnya biaya, sumber biaya, waktu pelaksanaan,
pelaksanaan dan penanggung jawab agar rencana kegiatan atau upaya
mengatasi masalah atau menurunkan risiko menjadi tanggungjwab
bersama maka dalam menyusun perencanaan hendaknya melibatkan
masyarakat sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah/madrasah,
orangtua perserta didik/ komite sekolah, penjajan makanan di kantin
sekolah, instansi terkait, tim pembina UKS).
3. Intervensi terhadap faktor risiko lingkungan dan perilaku pada prinsipnya
meliputi tiga kegiatan yaitu penyuluhan, perbaikan sarana dan
pengendalian:
a. Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri atau
dari pihak luar yang diperlukan

15
b. Perbaikan sarana bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko
lingkungan ditemukan kondisi yang tidak sesuai dengan standard
teknis maka segera dilakukan perbaikan.
c. Pengendalian untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan
lingkungan di sekolah atau madrasah, upaya pengendalian faktor risiko
disesuaikan dengan kondisi yang ada antara lain sebagai berikut:
1) Pemeliharaan ruang dan bangunan
a) Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam
sebulun dan kotoran/sampah yang dapat menimbulkan
genangan air.
b) Pembersihan ruang sekolah dan halaman mininal sekali dalam
sehari.
c) Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah
untuk menghilangkan debu atau menggunakan alat penghisap
debu.
d) Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan.
e) Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum dipel.
f) Dinding yang kotor atau yang catnya sudah pudar harus dicat
ulang.
g) Bila ditemukan kerusakan pada tangga segera diperbaiki.
2) Pencahayaan dan kesilauan
a) Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai intensitas yang
cukup sesuai dengan fungsi ruang.
b) Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan
penerangan buatan.
c) Untuk menghindari kesilauan maka harus disesuaikan tata letak
papan tulis dan posisi bangku peserta didik.
d) Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya.
3) Ventilasi
a) Ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistem silang agar
udara segar dapat menjangkau setiap sudut ruangang.
b) Pada ruang yang menggunakan AC (Air Conditioner) harus
disediakan jendela yang bisa dibuka dan ditutup

16
c) Agar terjadi penyegaran pada ruang ber-AC jemdela harus
dibuka terlebih dahulu minimal satu jam sebelum ruangan
tersebut dimanfaatkan.
d) Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali.
4) Kepadatan ruang kelas. Kepadata ruang kelas dengan perbandingan
minimal setiap peserta didik mendapatkan tempat seluas 1,75 m2 .
Rotasi tempat duduk perlu dilakukan secara berkala untuk menjaga
keseimbangan otot mata.
5) Jarak papan tulis
a) Jarak papan tulis dengan peserta didik paling depan minimal
2.5m
b) Jarak papan tulis dengan peserta paling belakang maksimal 9 m
c) Petugas menghapus papan tulis sebaiknya menggunakan
masker
6) Sarana cuci tangan
a) Tersedia air bersih yang mengalir dan dengan sabun
b) Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan
c) Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus
dibersihkan minimal seminggu sekali
7) Kebisingan Untuk menghindari kebisingan agar tercipta
ketenangan dalam proses belajar maka dapat dilakukan:
a) Lokasi jauh dari keramian, misalnya pasar,terminal,pusat
hiburan,jalan protokal dan rel kereta api
b) Penghijauan dengan pohon berdau lebat dan lebar
c) Pembuatan pagar tembok yang tinggi
8) Air bersih
a) Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (\tangki
septic, tempat pembuangan sampah sarana pembuangan air
limbah dll)
b) Bila terjadi keretakan pada dinding sumur atau lantai sumur
agar segera diperbaiki
c) Tempat penampungan harus di kuras secra berkala
9) Toilet
a) Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau

17
b) Bak air harus dibersihkan minimal sekali dalam seminggu dan
bila tidak digunakan dalam waktu yang lama (libur panjang)
maka bak air harus di kosongkan agar tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk
c) Menggunkanan desinfektan untuk membersihkan lantai,closet
serta urinioar
d) Tersedia sarana cuci tangan dan sabun untuk cuci tangan
10) Sampah
1) Tersedi sampah di setiap ruangan
2) Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap hari
da dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara
3) Pembuangan sampah dari tempat pembuangan sampah
sementara ke tempat sampah pembuangan akhir dilakukan
maksimal 3 hari sekali
11) Sarana pembuangan air limbah. Membersihkan saluran
pembuangan limbah terbuka minimal seminggu sekali agar tidak
terjadi perindukan nyamuk dan tidak terjadi perindukan nyamuk
dan menimbulkan bau.
12) Vector (pembawa penyakit) agar lingkungan sekolah bebas dari
nyamuk deman berdarah maka harus dilakukan kegiatan
a) Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka
pemberantasan sarang nyamuk
b) Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu
sekali dan bila libur panjang di kosongkan
c) Bila ada kolam ikan dirawat biar tidak ada jentik nyamuk
d) Pengmatan terhadap jentik nyamuk di setiap penampungan air
atau wadah yang berpotensi adanya jentik nyamuk. Hasil
pengamatan dicatat untuk menghitung container indeks
13) Kantin/warung sekolah
a) Makanan jajanan harus dibungkus dan atau tertutup sehingga
terlindungi dari lalat,bintang lain dan debu
b) Makanan tidak kadaluarsa

18
c) Tempat penyimpanan makanan dalam keadaan bersih,
terlindungi dari debu terhindar dari bahan berbahaya serangga
dan hewan lainnya
d) Tempat pengelolaan atau penyiapan makan harus bersih dan
memenuhi syarat kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku
e) Perlatan yang digunakan untuk mengolah,menyajikan dan
peralatan makan harus bersih dan disimpan pada tempat yang
bebas dari pencemaran
f) Peralatan digunakan sesuai dengan peruntukannya
g) Dilarang mengunakan kembali peralatan yang dirancang untuk
sekali pakai
h) Penyaji makanan harus selalu menjaga kebersihan,mencuci
tangan sebelum memasak dan setelah pergi ke toilet
i) Bila tidak tersedia kantin di sekolah maka harus dilakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap makanan di sekitar
sekolah
14) Halaman
a) Melakukan penghijauan
b) Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala
seminggu sekali
c) Menghilangkan genangan air di halaman dengan
menutup/mengurung atau mengalirkan ke saluran umum
15) Desain meja dan kursi harus memperhatikan aspek ergonomis.
Permukaan meja dan/bangku memiliki kemiringan kea rah
pengguna sebesar 15% atau sudut 10 derajat.
16) Perilaku
a) Mendorong peserta didik untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat dengan memberikan keteladanan misalnya tidak merokok
di sekolah
b) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
c) Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
setelah bermain atau setelah beraktivitas
d) Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat

19
II.2.5 Masalah Kesehatan Anak Sekolah
1. Cedera
Cedera sering terjadi di taman bermain di lapangan. Cedera tulang (seperti
kram,keseleo,patah tulang dan dislokasi) ,cedera gigi,masalah neorologis(misal
cedera kepala),cedera mata, luka, lecet.
2. Perilaku merokok
Salah satu focus utama yang harus diperhatikan terkait masalah kesehatan pada
remaja adalah perilaku merokok,minum-minuman beralkohol dan pnggunaan zat
terlarang. Ada kemungkinan remaja yang memiliki perilaku merokok akan
melakukan perilaku beresiko tinggi lainnya. Remaja yang merokok akan berkaitan
dengan perilaku minum-minuman dan obat-obatan lainnya. Merokok dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung,paru-paru
kronis, kanker paru,laring,kerongkongan dan kandung kemih. Faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja adalah status ekonimi
rendah,tekanan teman sebaya ,perilaku orang tua juga perokok. Persepsi merokok
adalah perilaku yang wajar rendahnya tingkat prestasi akademik dan keterlibatan
dalam geng dengan perilaku kekerasan (cdc,2012).
3. Penyalahgunaan zat
Penggunaan alcohol dan obat-obatan lainnya memiliki hubungan dengan masalah
kesehatan di sekolah seperti cedera,kekerasan dan kendaraan beromotor. Hasil
penelititian menunjukan adanya hubungan antara penggunaan alkoholm dengan
penyakit hati,kanker, penyakit saraf dan kejiwaan terhadap kematian.
4. Tato dan tindik
Tato dan tindik adalahbentuk ekspresi diri dan perilaku mencari perhatian.
Popularitas mereka tidak meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun
terakhir. Prosedur sering dilakukan di rumah, dijalan-jalan atau di salon mana
teknik dan keselamatan tindakan pencegahan tidak dilakukan hepatitis c dan
resisten merchillin telah dikaitkan dengan tato dan tindak tubuh. Fakta ini
memberikan kesempatan bagi perawat sekolah untuk mengajar siswa pentingnya
membuat keputusan yang sehat dan prosedur apa yang akan dilakukan
5. Kerusakan gigi.
Salah satu keluhan yang paling umum dari anak sekolah adalah karies gigi . Ada
banyak faktor yang berkontribusi termasuk kebersihan mulut yang buruk dan
ketidakteratuta menggosok gigi. Sikat gigi yang tepat harus diajarkan bersama

20
dengan kebiasaan gigi yang baik dan pentingnya pemeriksaan gigi secara teratur.
Anak-anak juga harus diajarkan hubungan anatara makanan tinggi gula dan karies
gigi.
6. Gangguan makan
Sangat penting bagi perawat mengenali hubungan antara perasaa tidak mampu
secara financial dan praktik makan yang tidak sehat pada remaja. Persepsi ini
dimulai pada awal kehidupan. Oleh karena itu pendidikan dan konseling harus
dimulai pada sekolah dasar. Perawat harus memperhatikan masalah gangguan
makan seperti anoreksia,makan terlalu banyak. Masalah seperti itu harus di
berikan edukasi mengenai pola makan yang baik sehingga anak mengetahuinya.
II.2.6 Tiga Tingkat Pencegahan Dalam Pelaksanaan Program UKS
A. Pencegahan Primer
1. Pendidikan seks
Pendidikan seks di lingkungan sekolah adalah topic yang controversial.
Para penentang seks percaya bahwa orang tua memiliki tanggungn jawab
penting untuk mengajar konten ini berdasarkan future of sex education (2012)
ada tujuh topic yang dianggap penting untuk kurikulum pendidikan seks yang
komperensif anatomi dan fisiologi,pubertas dan perkembangan
remaja,identitas(orientasi seksual kehamilan dan reproduksi, penyakit menular
dan hiv hubungan yang sehat dan keamanan pribadi.
2. Pendidikan jasmani
Anak-anak saat ini kurang aktivitas dibandingkan anak-anak masa lalu
Anak kurang beraktivitas sebagai akibat dari peningktan penggunaan
computer, televisi dan mengurangi kebutuhan untuk pendidikan jasmani.
Kebiasaan kurang aktifitas berhubungan dengan obesitas,hipertensi
dan penyakit diabetes. Studi menunjukan bahwa orang aktif memiliki kualitas
hidup yang lebih baik dan hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak
aktif. Kebiasaan Dimasa Kecil Kemungkinan Ajan Terus Dibawa Hingga
Menjadi Dewasa Sehingga penting bahwa anak-anak diajakrkan pentingnya
beraktivitas secara fisik pada usia muda. Studi juga menunjukan bahwa anak-
anak dan remaja yang aktif secara fisik mengalami peningkatan rasa percaya
diri, harga diri dan penurunan kecemasan, stress, dan depresi. Aktivitas fisik
secara teratur membantu membangun dan mempertahankan tulang dan otot
sehat.

21
Pendidikan jasmani harus fokus pada kegiatan yang anak-anak dapat
melanjutkan ke masa dewasa mereka. Seperti jalan kaki, berenang, bersepada,
dan joging. Isi dari pendidikan harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya,
apa yang mungkin menarik bagi anak muda, seperti bermain di taman bermain
dengan teman-teman, berbeda dari apa yang memotivasi remaja, seperti
olahraga kompetitif dan latihan aerobik CDC telah membuat sepuluh
rekomendasi untuk promosi aktivitas fisik abadi.
Pedoman program sekolah (mempromosikan makan sehat dan aktivitas fisik):
a. Gunakan pendekatan yang terkoordinasi untuk mengembangkan,
melaksankan, dan mengevaluasi makan sehat dan kebijakan praktik
aktivitas fisik.
b. Menetapkan lingkungan sekolah yang mendukung makan sehat dan
aktivitas fisik.
c. Menyediakan sebuah program makanan sekolah berkualitas dan
memastikan bahwa siswa yang ditawarkan adalah yang emnarik, pilihan
makanan dan minuman sehat di luar program makan sekolah.
d. Melaksanakan program aktivitas fisik yang komprehensif dengan
pendidikan jasmani yang berkualitas sebagai landasan.
e. Melaksanakan pendidikan kesehatan yang menyediakan pengetahuan,
sikap keterampilan dan pengalaman untuk siswa yang dibutuhkan untuk
makan sehat dan dan beraktivitas fisik.
f. Memberikan siswa kesehatan, kesehatan mental, dan layanan sosial untuk
menangani makan sehat, aktivitas fisik, dan terkait pencegahan penyakit
koma.
g. Bekerjasama dengan keluarga dan anggota masyarakat dalam
pembanguanan dab pelaksanaan makan sehat dan kebijakan aktivitas fisik,
praktik, dan program.
h. Memberikan program kesehatan karyawan sekolah yang meliputi makan
sehat dan layanan aktivitas fisik untuk semua anggota staf sekolah.
i. Memperkejakan orang yang berkualitas dan memberikan kesempatan
pengembangan profesional bagi pendidikan jasmani, pendidikan
kesehatan, pelayanan gizi, dan kesehatan, kesehatan mental dan layanan
sosial anggota staf sebagai anggota staf yang mengawasi tempat
bersembunyi, dan waktu program diluar sekolah.

22
3. Imunisasi
Imunisasi merupakan komponen vital dari pearwatan kesehatan rutin,
memberikan perlindungan jangka panjang terhadap banyak penyakit.
Kematian dapat dicegah dengan dengan vaksin (Vaccine-preventable deaths /
VPDs) berada pada tingkat rekor terendah. Banyak penyakit menular telah
berkurang lebih dari 99% sebagai hasil dan imunisasi. Dibawah vaksinasi
anak-anak, terutama di daerah perkotaan besar adalah kekhawatiran karena
potensi wabah penyakit.
4. Pencegahan kecelakaan
Pencegahan cedera harus diajarkan sejak dini di sekolah-sekolah, dan
informasi yang diberikan disesuaikan dengan usia. Misalnya, keamanan
bersepeda, termasuk pentingnya memakai helm dan penggunaan ransel yang
tepat menjadi fokus pada awal sekolah dasar. Keamanan di sekolah dan taman
bermain penting bagi kelompok usis ini.
Keselamatan saat berolahraga sangat penting bagi remaja, terutama
dikalangan anak perempuan. Penggunaan peralatan yang tepat wajib bagi
anak-anak dan remaja. Penggunaan pelindung mulut, pelindung tulang kering,
bantalan, helm, dan pelindung lainnya diperlukan untuk mencegah cedera.
Hidrasi yang teratur dan waktu istirahat sering diperlukan untuk mencegah
penyakit yang berhubungan dengan panas, terutama saat cuaca panas.
Kegiatan olahraga merupakan waktu yang tepat bagi perawat kesehatan
sekolah untuk menyampaikan informasi dan memberikan nasihat kepada siswa
tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat aktivitas fisik. Waktu
tersebut dapat digunakan perawat untuk menanyakan tentang masalah yang
terkait dengan menstruasi, perilaku makan siswa, berat badan siswa, dan
riwayat cedera otot dan tulang. Perawat juga dapat menggunakan waktu
olahraga tersebut untuk mengajarkan pentingnya latihan peregangan dan
membantu mencegah cedera.
5. Pemenuhan nutrisi
Anak usia sekolah yang mengalami periode pertumbahan dan
perkembangan yang cepat dan memiliki kebutuhan gizi yang tinggi. Mereka
harus makan berbagai makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
mereka. Diet harus mencakup keseimbangan yang tepat dari karbohidrat,
protein dan lemak, dengan asupan cukup vitamin, dan mineral. Anak-anka dan

23
remaja berbagai pilihan menu terkenal untuk makanan cepat saji seperti
hamburger dan kentang goreng, bukannya buah-buahan dan sayuran.
Melewatkan makan, terutama sarapan, dan makan makanan ringan yang tidak
sehat menyebabkan nutrisi anak menjadi buruk. Mengidentifikasi masalah
gizi, konseling, dan membuat rujukan yang tepat penting dalam pengaturan
sekolah. Perawat harus mempertimbangkan pengaruh budaya diet ketika
mengajar siswa dan menilai status gizi mereka.
Status gizi buruk terkait erat dengan kemiskinan. Pemerintah lewat
Permendagri No. 18 tahun 2011 membuat kebijakan adanya pemberian
makanan-makanan tambahan bagi anak sekolah. Makanan tambahan tersebut
berupa jajanan/kudapan yang berbahan pangan lokal/hasil pertanian setempat
serta penyediaan air minum yang diberikan 3 kali seminggu selama 1 tahun
dalam waktu belajar-mengajar dan diberikan pada waktu istirahat pertama.
6. Program perbaikan gizi
Anak-anak perlu mengetahui dan memahami piramida makanan,
bagaimana membuat pilihan makanan ringan yang sehat, dan pentingnya
menyeimbangkan aktivitas fisik dengan asupan makanan. Obesitas, karies
gigi, anemia, dan penyakit jantung dapat dikurangi atau dicegah dengan
perubahan pendidikan dan gaya hidup yang tepat. Selain itu, semua remaja
dan anak-anak usia sekolah harus menerima konseling tentang asupan lemak
jenuh.
B. Pencegahan Sekunder
1. Pemeriksaan kesehatan
Banyak anak-anak Indonesia yang tidak dilakukan pemeriksaan dengan
baik untuk masalah kesehatan tertentu. Gangguan penglihatan dan
pendengaran dapat mengakibatkan kinerja akademis yang buruk, melambat
perkembangan emosional, dan gangguan yang berhubungan dengan stres.
Pemeriksaan penglihatan dan pendengaran disediakan di sebagaian besar
disekolah seduai dengan jadwal yang ditetapkan oleh negara atau sekolah
kabupaten. Pemeriksaan ini biasanya terjadi pada anak awal masuk ke sekolah
dan setidaknya sekali selama SD, SMP, SMA. Anak-anak dan remaja
mungkin perlu diperiksa lebih sering atas dasar riwayat keluarga,
keterlambatan perkembangan, infeksi telinga berulang atau paparan suara
keras.

24
Grafik penglihatan snellen standart adalah alat srining biasa. Jika tidak
diobati, amblyopia dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan. Rujukan ke
spesialis mata adalah komponen penting dari semua hasil pemeriksaan mata
yang abnormal.
Skrining posisi tubuh diadakan untuk mengidentifikasi penyimpangan
tulang belakang dalm upaya untuk mencegah masalah sekunder. Masalah
tulang belakang dapat menyebabkan masalah kosmetik, fungsional, atau
emosional. Skring skoliosis di sekolah terutama terdiri dari inspeksi visual dari
belakang.
Pemeriksaan darah tinggi pada masa kanak-kanak penting untuk
mengidentifikasi anak-anak yang memiliki hipertensi agar dapat menentukan
penanganan awal dan tindak lanjut. Pembuluh darah dan kerusakan organ
akibat hipertensi dapat dimulai pada anak usia dini. Pengukuran tekanan darah
periodik tidak mahal dan harus dilakukan secra rutin untuk semua anak.
C. Pencegahan Tersier
1. Perawatan darurat
Sekolah adalah tempat umum dan cedera mulai dari goresan ringan,
dan memar, patah tulang, kejang ,cedera kepala dan serangan asma berat.
Cedera dapat terjadi di gedung-gedung sekolah atau latiahan atletik . keadaan
darurat dapat meliputi kegiatan alam seperti angina topan, tornado dan gempa
bumi atau bencana buatan manusia,seperti tumpahan material berbahaya
,kebakaran, dan pengangguran . peralatan pertolongan pertama harus tersedia
disemua sekolah. Perawat sekolah harus memiliki pengetahuan tentang standar
pertolongan pertama dan memiliki sertifikat kemampuan resisutasi jantung.
Perawat sekolahjuga harus bertanggung jawab untuk pengembangan rencana
perawatan darurat yang menyediakan staf sekolah dengan panduan untuk
memfasilitasi respons yang cepat dalam kasus darurat siswa.
2. Pemberian obat
Penggunaan obat oleh anak-anak usia sekolah telah meningkat selama
bebrapa tahun terakhir, sehingga banyak anak-anak tetap bersekolah meskipun
memiliki masalah kesehatan yang serius. Administarasi pengobatan disekolah
adalah suatu usaha yang serius. Masalah yang dihadapi perawat sekolah
termasuk keamanan. Pemantauan baik efek terapi dan samping dokumentasi

25
yang tepat , kerahasiaan , dan komunikasi terus menerus dengan siswa dan
keluarga. Perawat hanya memberikan obat yang dianggap perlu disekolah
Pedoman berikut dari NASN(2013a) yang harus dipatuhi oleh perawat
sekolah:
a. Benar diterima,disimpan, dan diberi lebel perhitungan lebih dan resep obat
b. Persetujuan orang tua untuk perawat untuk berkomunikasi dengan
penyedia perawatan primer
c. Pemberian obat tanpa melanggar ketetapan perintah , kebijakan sekolah ,
standar praktik keperawatan atau tindakan keperawatan negara
d. Pemeliharaan kerahasiaan siswa
e. Pengawasan personil tanpa izin
Perawat kesehatan sekolah harus menyadari obat yang diberi seniri di
halaman sekolah dan harus memberikan pendidikan yang perlukan oleh anak-
anak dan orang tua . obat yang biasa diberikan di sekolah-sekolah termasuk
analgesic dan antipyretic (misalnya paracetamol atau ibuprofen, antasida,
antilusif, anti konfulsan , antiemetic dan anti diare, anti jamur , anti histamine
dan antibiotic) obat yang digunakan untuk mengobati attention deficit
hyperctivty disorder (ADHD) atau gangguan perkembangan adalah salah satu
yang paling umum diberikan.
Pengobatan alternative dan komplementer termasuk praktik dan
produk diluar bidang kedokteran konfensional. Kebijakan pemberian obat
harus ada yang mencerminkan hokum local dan negara yang membahas
produk ini.permintaan untuk pemberian obat ini memberikan perawat
kesempatan mengajar kesehatan yang sangat baik.
II.2.7 6 Ciri Utama Sekolah Yang Dapat Mempromosikan atau Meningkatkan
KesehatanMenurut WHO (DEPKES 2008)
a. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah 
yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-
organisasi di masyarakat.
b. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman, meliputi:
1) Sanitasi dan air yang cukup
2) Bebas dari pengaruh negatif
3) Pekarangan sekolah yang aman
4) Dukungan masyarakat yang sepenuhnya

26
5) Bebas dari segala macam bentuk kekerasan
6) Suasana yang memperdulikan pola asuh, rasa hormat dan saling percaya
c. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah, dengan:
1) Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang
positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai keterampilan
hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial.
2) Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orangtua
d. Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu:
1) Kerjasama dengan Puskesmas setempat
2) Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
3) Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan keamanan
makanan
e. Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan dan
meningkatkan kesehatan, yaitu:
1) Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan proses
belajar mengajar yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat
bagi seluruh masyarakat sekolah
2) Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk seluruh
siswa
3) Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkoba
termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan
f. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat,
dengan:
1) Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
2) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat
II.2.8 Peran Perawat Komunitas Dalam Pelaksanaan Program UKS
1. Pendidikan kesehatan
Berdasarkan SDKI(2012) dalam BKKN (2013) kesehtan remaja , perilaku
beresiko remaja seperti menghisap tembakau mengkonsumsi minuman keras
menggunakan obat terlarang dan keterkaitan dalam hubungan seksual. Sedangkan
berdsarkan peraturan bersama antara mentri pendidikan dan kebudayaan RI ,
mentri kesehatan RI, mentri agama RI dan mentri dalam negri RI (2014) tentang

27
pembinaan dan pengembangan Uks atau madrasah bahwa focus pendidikan
kesehatan sekolah atau madrasah yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.
Masalah dan perilaku ini dapat dicegah dan perilaku beresiko yang satu dapat
mendukung timbulnya perilaku beresiko lainnya, perilaku tersebut juga
mengakibatkan timbulnya masalah social dan pendidikan di suatu negara antara
lain putus sekolah, tingkat pengguran dan angka kriminalitas yang tinggi.
2. Pelayanan kesehatan
Kesehatan yang diberikan di sekolah-sekolah termausk pelayanan pencegahan
seperti imunisasi dan pemerikasaan kesehatan. Komponen program kesehatn
sekolah yang komperhensif juga dpat melibatkan perawatan gawat darurat,
menejemen kondisi kesehatan akut dan kronis, arahan-arahan yang tepat ,
penyuluhan kesehatan , pendidikan tentang gaya hidup sehat , dan pemberian obat.
3. Perawatan anak sakit
Perawat sekolah bertanggung jawab memantau semua kesehatan siswa untuk
siswa dengan penyakit akut dan kronis , pemberian obat atau perawatan mungkin
diperlukan . perawat sering diperlukan untuk menilai anak yang sakit untuk
menentukan jenis penyakit atau masalah kesehatan dan mengembangkan rencana
menajemen.
Asma adalah salah satu kondidi yang paling umu dan kronis pada masa kanak-
kanak (CDC 2011d) karena asma sering terjadi di sekolah, maka sekolah perlu
menyediakan alat dan obat-obatan untuk penanganan asma disekolah. Tindakan
yang dilakukan oleh beberapa sekolah teramasuk pemberian obat asma,
pengembangan dan pelaksanaan dan rencana tindakan asma , bagi siswa dan
pelatihan bagi guru tentang penangan asma bagi siswa disekolah. Alat
pemeriksaan juga dikembangkan untuk menentukan seberapa baik sekolah
membantu anak-anak
4. Anak-anak dengam kebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus termasuk mereka yang yang tuna rungu, gangguan
mental, lumpuh, kesehatan tulang terganggu, atau pun gangguan kesehatan
lainnya. Pesatnya perkembangan teknologi medis telah memungkinkan siswa
untuk bersekolah lagi di sekolah umum yang dulu mungkin membuat mereka
meninggalkan institusi atau lingkungannya. Anak-anak ini membutuhkan
pelayanan keperawatan dari berbagai jenis untuk meningkatkan kemampuan
mereka

28
5. Catatan Siswa
Catatan kesehatan di selenggarakan untuk semua siswa sesuai dengan
kebijakkan wilayah sekolah masing-masing. Minimal, catatan kesehatan siswa
harus mencakup status imunisasi, riwayat yang bersangkutan, hasil pemeriksaan,
dan rencana kesehatan terintegritasi. Catatan kesehatan siswa harus diberikan
dengan tingkat kerahasiaan yang sama seperti yang diberikan kepada klien dan
pasien dalam pengaturan lainnya.
6. Delegasi tugas
Tidak setiap sekolah memiliki perawat yang selalu ada tersedia di tempat,
seorang perawat dapat ditugaskan untuk tiga atau empat sekolah, sehingga di
perlukan pendelegasian tugas tertentu kepada petugas selain perawat. Setiap
negara, tindakan praktik perawat menteapkan prosedur yang dapat didelegasikan,
tanggung jawab untuk penilaian, diagnosis, dan pencapaian tujuan dan evaluasi
mungkin tidak pernah didelegasikan. Ketika tugas yang didelegasikan, perawat
harus memberikan memberikan pendidikan yang tepat, prosedur tertulis dan
pengawasan berkelanjutan dan evaluasi dari pelaksana.
7. Konseling, psikologis dan pelayanan sosial
Kesehatan mental seorang anak atau remaja di pengaruhi oleh factor fisik,
ekonomi, social, psikologis dan lingkungan. Anak-anak seperti orang dewasa,
sering menyembunyikan masalah dari diri mereka sendiri dan dari orang lain.
Mereka mungkin melihat masalah sebagai tanda kelemahan atau sebagi kurangnya
control. Anak-anak juga dapat mencoba untuk melindungi diri sendiri atau
seseorang yang mereka cintai dn tidak mencari bantuan, dengan hasil yang tragis.
Promosi kesehatan mental dan pengurangan atau penghapusan ancama terhadap
kesehatan mental adalah penting untuk anak-anak dan remaja. Kesehatan mental
seringkali sulit namun penting untuk menilai
Anak- anak dan remaja sering berjuang dengan depresi, penyalahgunaan zat,
gangguan perilaku, masalah harga diri, keinginan bunuh diri, gangguan makan,
dan prestasi yang kurang atau lebih. Mereka juga mungkin harus menghadapi
kekerasan fisik atau mental dll. Obat-obatan dapat memasuki kehidupan anak
sekolah dasar.
Perawat atau guru mungkin satu-satunya orang dewasa yang stabil dalam
kehidupan seorang anak yang akan mendengarkan tanpa menghakimi. Oleh
karena itu, salah satu peran yang paling penting dari perawat adalah konselor dan

29
menjadi kepercayaan. Anak-anak mungkin datang keperawat dengan berbagai
keluhan yang beragam. Perawat dapat membantu anak belajar memecahkan
masalah, mekanisme koping dan langkah-langkah untuk mebangun harga diri.
Peran perawat dapat memperpanjang luar kampus sekolah. Perawat mungkin
perlu bekerja sama dengan keluarga untuk mengembangkan rencana kesehatan
yang tepat untuk anak-anak tertentu.
8. Lingkungan sekolah yang sehat
Lingkungan sekolah yang sehat yaitu salah satu dimana minimalnya gangguan
dan yang bebas dari bahaya fisik, serta resiko kesehatan psikologis. Perawat dapat
menilai lingkungan sekolah untuk factor resiko, mengadvokasi komunitas sekolah
untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan mendidik masyarakat
terhadap dampak isu lingkungan dan pencahayaan (NASN, 2012)
9. Kekerasan
Perawat dan anggota sekolah lainnya harus menyadari factor resiko dan tanda-
tanda yang bisa menunjukkan kecenderungan kekerasan. Factor-faktor umum
pada mereka yang melakukan tindak kekerasan di sekolah termasuk menjadi laki-
laki dan memiliki riwayat dikucilkan atau diganggu di sekolah. Pengaruh media
yang dianggap mudah mempengaruhi dampak kekerasan sedang diteliti lebih
dekat sebagai kemungkinan penyebab meningkatnya kekerasan dikalangan anak-
anak dan remaja.
Program pencegahan kekerasan harus dimulai dari sekolah dasar. Anak-anak
yang menunnjukkan perilaku agresif di sekolah dasar lebih cendrung
menunjukkan perilaku antisosial dan kekerasan sebagai remaja dan orang dewasa.
Program tersebut meliputi manajemen stress, konflik, resolusi kemarahan serta
pengembangan pribadi dan harga diri. Perawat harus menggunakan data yang
dikumpulkan melalui pihak sekolah dan data local lainnya sebagai sarana
penilaian ketika mengembangkan kebijakkan kekerasan dan program pencegahan
di sekolah dan masyarakat. Selain itu, perawat harus memulai dan berpartisipasi
dalam penelitian yang meneliti factor-faktor perkembangan, social, dan psikologis
yang kompleks seputar kekerasan.
10. Promosi kesehatan untuk staf sekolah
Meskipun angka spesifik bervariasi diperkirakan bahwa sekolah di amerika
serikat mempekerjakan lebih dari 5,5 juta guru dan karyawan lainnya. Program
promosi kesehatan ditempat kerja memiliki hasil yang bermanfaat, termasuk efek

30
positif pada control tekanan darah, aktivitas fisik sehari, berhenti merokok, dan
pengendalian berat badan. Staf yang berpartisipasi dalam program promosi
kesehatan meninngkatkan pengetahuan dan positif mengubah sikap dan perilaku
relative mereka terhadap praktik merokok, gizi, aktivitas fisik, stress dan
kesehatan emosional. Program promosi kesehatan meningkatkan semangat,
mengurangi sress kerja dan ketidakhadiran, serta meningkatkan minat dalam
mengajar topik yang berhubungan dengan kesehatan kepada siswa. Perawat
memainkan peran penting dalam semua tingkat pencegahan, melalui penilaian,
perencanaan, intervensi dan evaluasi. Perawat dapat membantu dosen dan staf
dengan memberikan workshop pada latihan dan nutrisi, skrinning untuk tekanan
darah meningkat dan membangun program manajemen berat badan.
Serta meningkatkan minat dalam mengajar topik yang berhubungan dengan
kesehatan kepada siswa. Perawat memainkan peran penting dalam semua tingkat
pencegahan melalui penilaian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Perawat
dapat membantu dosen dan staf dengan memberikan workshop pada latihan dan
nutrisi, skrining untuk tekanan darah meningkat, dan membangun program
manajemen berat badan.
11. Keluarga dan keterlibatan masyarakat
Perawat kesehatan sekolah diminta untuk menyediakan materi tentang
kesehatan untuk keluarga, orangtua, dan masyarakat dengan berbagai topik,
seperti seksualitas, PMS, HIV, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat.
Pendidikan kesehatan di masyarakat terdiri dari program-program yang dirancang
secara positif untuk mempengaruhi orangtua, staf, dan lain-lain dalam hal yang
berkaitan dengan kesehatan. Perawat sekolah adalah sumber daya di masyarakat
dan dapat mengambil peran kepemimpinan dalam mengembangkan program-
program yang positif dalam mempengaruhi masyarakat, seperti program untuk
berhenti merokok. Perawat juga dapat berfungsi sebagai konsultan dan pendukung
untuk program kesehatan masyarakat lainnya.
Program yang melibatkan orangtua dalam kegiatan sekolah harus didasarkan
pada kebutuhan dan sumber daya masyarakat. Studi menunjukan bahwa siswa
yang memiliki dukungan orangtua lebih sukses, makan makanan sehat, dan lebih
aktif terlibat dalam pembelajaran. Perawat dapat meningkatkan keterlibatan
orangtua melalui pembentukan komunikasi yang jelas, melibatkan orangtua
sebagai relawan dan termasuk dalam perencanaan acara yang berhubungan

31
dengan kesehatan di sekolah. Perawat juga harus mengakui bahwa peningkatan
jumlah anak-anak adalah mereka yang dibesarkan dalam keluarga non-tradisional.
Orangtua tunggal, kakek-nenek, gay atau pasangan lesbian, dan pasangan antar
ras. Ketika menangani masalah dengan keluarga, perawat tidak bisa membiarkan
pribadi atau agama mengubah rencana perawatan dan harus sadar bahwa apa yang
bekerja dengan satu situasi keluarga tidak akan selalu bekerja untuk yang lain.
Perawat harus menjadi mahir bekerja di ranah publik dengan meningkatkan
visibilitas mereka dan menjadi terampil dalam bekerja dengan media dan anggota
legislatif. Media bisa menjadi alat yang berguna dalam membantu perawat
sekolah dengan advokasi pendidikan kesehatan.
II.2.9 Praktik Perawat Sekolah
Perawat sekolah adalah praktik khusus keperawatan profesional yang
memajukan kesejahteraan, keberhasilan akademik, dan prestasi seumur hidup serta
kesehatan siswa. Untuk itu, perawat sekolah memfasilitasi tanggapan siswa untuk
perkembangan normal, meningkatkan kesehatan dan keselamatan, termasuk
lingkungan yang sehat: campur tangan dengan masalah kesehatan aktual dan
potensial; menyediakan layanan manajemen kasus; dan secara aktif berkolaborasi
dengan orang lain untuk membangun siswa dan kapasitas keluarga untuk adaptasi,
manajemen diri, advokasi diri dan belajar (NASN. 2011).
Perawat kesehatan sekolah mengikuti pendidikan khusus perawat kesehatan
sekolah. Perawat kesehatan sekolah membutuhkan pendidikan didaerah-daerah
tertentu seprti pertumbuhan dan perkembangan, kesehatan masyarakat, keperawatan
jiwa, manajemen kasus, manajemen program, teori keluarga, kepemimpinan dan
kepekaan budaya, untuk secara efektif melakukan peran mereka. Mereka harus siap
untuk bekerja dengan anak-anak dari segala usia dan budaya serta dalam keadaan
yang beragam. Perawat juga harus mengikuti perkembangan isu-isu yang
mempengaruhi anak-anak dan harus berpartisipasi dalam penelitian yang
mengeksplorasi dan memperluas peran. Praktik perawat sekolah relatif independen
dan otonomi meskipun fungsi perawat sekolah sebagai anggota tim interdispliner.
Lingkungan sekolah adalah tempat yang tepat untuk melakukan penelitian
tentang bagaimana anak beradaptasi dengan transisi kehidupan seperti perceraian;
penyakit atau kematian orang yang dicintai; penyakit baik sendiri maupun temennya;
dan kekerasan dalam rumah tangga. Perilaku kesehatan yang berhubungan dengan
kaum muda merupakan sumber yang banyak peluang penelitian. Perawat kesehatan

32
sekolah harus menyadari dan tertarik untuk berpartisipasi dalam studi penelitian yang
berbeda.
II.2.10 Program Usaha Kesehatan Sekolah
Di bawah ini beberapa contoh program usaha kesehatan yang bisa dilakukan di
sekolah-sekolah:
A. Bidang pendidikan kesehatan
1. Pantauan PHBSIM
Tujuan: memberikan perilaku hidup bersih, sehat, islami, dan mandiri.
2. Pelatihan Pertolongan Pertama 
Tujuan: Memberikan pengetahuan tentang cara penanganan pertolongan
pertma.
3. Pelatihan Perilaku Budaya Hidup Sehat
Tujuan: Memberikan pengetahuan tentang perilaku budaya hidup sehat.
4. Sabtu Bersih dan Sehat
Tujuan: Menciptakan warga sekolah yang sehat jasmani dan rohani.
5.  Toilet Training
Tujuan: Membekali keterampilan hidup bersih dan sehat.
6. Gosok Gigi dan Cuci Tangan Massal
Tujuan: Membekali keterampilan hidup bersih dan sehat setelah beraktivitas.
7. Pantauan Kebersihan Kuku
Tujuan: Membiasakan siswa untuk menjaga kebersihan anggota tubuh
8. Aktivitas Kader Kesehatan
a. PMR dan Dokter Kecil
Tujuan: Membentuk kader kesehatan dan menumbuhkan jiwa sosial
b. Piket Usaha Kegiatan Sekolah  
Tujuan: Menumbuhkan rasa tanggungjawab  
c. Penggalangan Bulan Dana PMI
Tujuan: Menciptakan rasa so;idaritas dan kemanusiaan
d. Pemeriksaan Kebutuhan Obat tiap Kelas
Tujuan: Menumbuhkan rasa tanggungjawab
e. Pemeriksaan Kebersihan Kelas
Tujuan: Menumbuhkan rasa tanggungjawab
B. Bidang Pelayanan Kesehatan
1. Pemeriksaan Umum/ Screening\

33
Tujuan: Mengetahui kesehatan siswa secara umum
2. Pemeriksaan Gigi            
Tujuan: Mengetahui kesehatan gigi siswa 
3. Pemeriksaan Mata
Tujuan: Mengetahui kesehatan mata siswa
4. Pemeriksaan Rujukan
Tujuan: Memberikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada siswa
5. Pelayanan Asuransi Kesehatan Siswa
Tujuan: Memberikan asuransi pada warga
6. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Tujuan: pendataan tinggi dan berat badan siswa
7. Penghitungan Status Gizi
Tujuan: Mengetahui status gizi siswa
8. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Tujuan: Memberikan kekebalan penyakit pada siwa
9. Tindakan Pertolongan Pertama
Tujuan: Memberikan pertolongan pertama
10. Penyuluhan Kesehatan
Tujuan: Memberikan penyuluhan tentang cara menjaga kesehatan diri
C. Bidang Lingkungan Sehat
1. Pelaksanaan 5K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan)
Tujuan: Menciptakan dan menanamkan budaya 5K
2. Kegiatan Bina Lingkungan Fisik
Tujuan: Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, sehat dannyaman.
3. Kegiatan Bina Lingkungan Mental Sosial
Tujuan: Memberikan dorongan mental kepada semua warga sekolah yang
sedang sakit
4. Pemberantasan Sarang Nyamuk
Tujuan: Menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang bersih dan sehat
5. Lomba Kebersihan Kelas
6. Tujuan: Menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang bersih dan Sehat
D. Analisis Jurnal

34
Jurnal 1: Evaluasi Program Gerakan 21 Hari (G21h) Cuci Tangan Pakai
Sabun Terhadap Perilaku Cuci Tangan Siswa Di Sd Islam Al-Azhar 14
Semarang
Sebagian besar responden berumur 7 tahun sebanyak 71 orang (88,8%),
sedangkan yang berumur 8 tahun sebanyak 9 orang (11,3%). Hal ini
menunjukkan jumlah umur responden hasilnya lebih banyak umur 7 tahun.
Sementara, responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-
laki. Responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 43 orang (53,8%),
sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sejumlah 37 orang (46,3%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,2% siswa sudah berperilaku cuci
tangan pakai sabun dengan baik, dimana lebih dari 90% siswa selalu melakukan
cuci tangan sebelum makan pagi (96,2%), sebelum makan siang (93,8%),
mencuci tangan menggunakanair mengalir (92,5%) dan sabun (92,5%).
II.2.11 Asuhan Keperawatan Komunitas
A. Pengkajian Keperawatan Kesehatan komunitas
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan
untuk mengenal komunitas. Orang-orng yang berada dikomunitas
merupakan mitra dan berperan didalam proses keperawatan kesehatan
komunitas.
Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi
factor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari
masyarakat hi ngga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan
merancang strategi untuk promosi kesehatan. Pengkajian suatu komunitas
dimulai dengan mengidentifikasi system yang ada di da lamnya.
Perludiingat, bahwa system adalah kesel uruhan unit yang berfungsi karena
saling tergantungnya bagian tersebut. Komunitas juga merupakan
keseluruhan kesatuan fungsi karena sali ng ketergantungan antar bagian atau
subsistem.
Pada tahap pengkajian ini perlu di dahului dengan sosia lisasi program perawatan
kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama
dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini meliputi tokoh
masyarakat baik formal maupun non-formal. Kader masyarakat, serta
perwakilan dari tiap elemen di masyarakat (PKK, karang taruna, dll). Setelah
itu, kegiatan dilanjutkan dengan dila kukannya Survei Mawas Diri (SMD) yang

35
diikuti dengan kegiatan M usyawarah Masyarakat Desa(MMD).
a. Survei Mawas Diri (SMD)
Survei Mawas Diri (SMD) adalah kegiatan pengenalan,
pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat
dan kader setempat dibawah bi mbingan petugas kesehalan atau perawat
didesa (Dcpkcs Rl,2007) . Tujuan Survei Mawas Diri adalah sebagai:
1. Masyarakayat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah
kesehatan yang ada di desa.
2. Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah
kesehatan dan pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi.
Survei Mawas Diri dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih lokasi
tertentu yang dapat menggambarkan keadaan desa pada umumnya. Survei
Mawas Diri (SDM) dilaksanakan oleh kader masyarakat yang telah ditunjuk
dalam pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah-masalah kesehatan
di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari kepala keluarga (KK) yang
bermukim di lokasi terpilih tersebut. Waktu pelaksanaan SMD dilaksanakan
sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan desa. Cara pelaksanaan Survei
Mawas Diri adalah scbagai bcrikut:
1. Perawat komunitas dan kader yang ditugaskan untuk melakukan Survei
Mawas Diri meliputi:
a) Penentuan sasaran, baik jumlah KK muupun lokasinya
b) Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan
dalam mengenal masalah kesehatan
c) Penentuan cara memperolch informasi kesehatan, misalnya apakah
akan mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara
memperoleh informasi dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah
ke rumah atau melalui pertemuan kelompoksasaran;
d) Pembuatan instrumen atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
Misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan
dipergunakan dalam wawancaraatau membuat daftar hal-hal yang akan
dipergunakan dalam pengamatan
2. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang
direncanakan.

36
3. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengolah informasi masalah kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga
dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah
kesehatan di wilayah nya.
b. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan seluruh
warga dcsa untuk membahas hasil Survei Mawas Diri dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoJeh dari Survei Mawas Diri
(Dcpkcs RI , 2007). Tujuan dari MMD ini adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
2. Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan.

3. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah


kesehatan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMD adalah
sebagai berikut:
1. Musyawarah Masyarakat Desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat
desa, petugas puskesmas, dan ias r terkait di kecamatan (seksi
pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, pertanian, agama, dan lain-
lain).
2. Musyawarah Masyarakat Desa dilaksanakan ias r a desa atau tempat
pertemuan lain yang ada di desa.
3. Musyawarah Masyarakat Desa di laksanakan segera setelah SMD
dilaksanakan.
Cara pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan dengan menguraikan maksud dantujuan MMD dipimpin oleh
kepala desa.
2. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui
curah pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain
dengan dipimpin oleh ibu desa.
3. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD.
4. Perum usan dan penentuan priori tas masa lah kesehatan atas dasar
pengenalan masala h cla n hasil SMD, dilanjutka n dengan rekomendasi
teknis dari petugas kesehatan di desa atau perawat komunitas.

37
5. Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan
dipimpin oleh kepala desa.
6. Penutup.
B. Metode Pendekatan Pengkajian Komunitas
Beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di
komunitas adalah sebagai berikut:
1. Windshield survey
Digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi berbagai dimensi dari
komunitas, lingkungan, serta gaya hidup masyarakat. Beberapa aspek yang di
kaji dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

I. Inti Komunitas Observasi Data

1. Sejarah-Apa yang Anda dapat dari


pengamatan sementara di wilayah
tersebut? Tanyakan mengenai sejarah
wilayah tersebut kepada tetua atau
tokoh masyarakat.
2. Demografi-Tipe orang apa yang
Anda jumpai? Termasuk data
mengenai usia, jenis kelamin, dan
piramida penduduk.

3. Kelompok etnis-identifikasi
berbagai suku atau etnis yang
Anda jumpai .

4. Nilai dan keyakinan-Apakah di


sana terdapat rumah lbadah?
Apakah tempat tersebut terlihat
ias r a? Dentifikasinilai dan
keyakinan dalam masyarakat.
II. Subsistem
1. Lingkungan fisik-Keadaan
lingkungan atau geografis, batas
wilayah, peta wilayah, iklim, dan
kondisi perumahan.
2. Pelayanan kesehatan dan ias r-
Unitpelayanan kesehatan yang
tersedia baik modern maupun

38
tradisional, tenaga kesehatan, home
care, tempat pelayanan ias r, serta
kesehatan jiwa komunitas
3. Ekonomi-Status
ekonomi masyarakat, industri
yang ada, kegiatan yang
menunjang roda perekonomian,
serta jumlah pengangguran.

4. Keamanan dan transportasi-


Bagaimana masyarakat
bepergian? Apa jenis transportasi
umum dan pribadi yang
digunakan ? Apa jenis pelayanan
perlindungan yang tersedia
(contoh: pemadam
kebakaran,polisi,sanitasi)?
Apakah kualitas udara
termonitor? Apa jenis kejahatan
pada umumnya? Apakah
masyarakat merasa aman?

5. Pemerintahan dan politik-Apakah


ada tanda dariaktivitas poltik
(contoh: poster, pertemuan)?
Apa partai yang mendominasi?
Apa hak komunitas dalam
pemerintahan (contoh: pemilihan
bupati, anggota DPRD)? Apakah
masyarakat terlibat dalam
membuat keputusan
dipemerintahan setempat?
6. Komunikasi-identifikasi
berbagai jenis komunikasi
yang digunakan oleh masyarakat
termasuk komunikasi melalui
media cetak dan elektronik.
7. Pendidikan-identifikasi berbagai
jenis institusi pendidikan yang
ada serta ketersediaan program
UKS.

39
8. Rekreasi-Di mana anak-anak
bermain? Apa bentuk umum dari
rekreasi? Siapa yang berperan
serta? Apa fasilitas dari rekreasi
yang Anda temukan?
III. Persepsi

1. Penduduk
Bagaimana pendapat masyarakat
tentang komunitasnya? Apa yang
mereka identifikasi sebagai
kekuatan? Masalah? Mintalah
beberapa orang dari kelompok
berbeda (tua, muda, petani,
pekerja pabrik, profesional, tokoh
agama, ibu rumah tangga) dan
analisis jawaban dari masing-
masing pemberi jawaban.
2. Persepsi Anda-Pernyataan umum
mengenai kesehatan komunitas Apa
kekuatannya? Apa masalah aktual
atau potensial yang bisa Anda
identifikasi?

(Sumber: E.T. Anderson dan J. Mcfarlane, 2008)

2. Data sekunder
Pada metode ini perawat menggunakan data yang telah tercatat
sebelumnya , yang termasuk dalam data sekunder meliputi data-data seperti
data ias r a , dokumen yang telah diterbitkan, catatan dalam pertemuan,
hasil ias r kesehatan, dan catatan kesehatan (C.O. Helvie, 1998).
Selain data sekunder di atas, metode pengkajian komunitas ias
didapatkan dari data ias r, wawancara dengan informan, observasi
komunitas, serta forum komunikasi.
II.2.12 Pengkajian Komunitas Pada Anak Sekolah
A. Data inti
1. Demografi
Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah menurut
jenis kelamin, golongan umur.

40
2. Etnis
Suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3. Nilai, kepercayaan dan agama
Nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia sekolah berkaitan dengan
pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada, adanya organisasi
keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak usia
sekolah.
B. Data sub-sistem
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi: Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan,
aktifitas anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan
dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi: Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari
guru kelas, kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
Angket: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang
kurang baik bagi perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk
pelayanan kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi
anak usia sekolah melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah
uang jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha
sekolah.
4. Keamanan dan transportasi
Keamanan: Adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.
Transportasi: Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah,
adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang
harus dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
Komunikasi formal: Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia
sekolah untuk memperoleh informasi pengetahuan

41
tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari
pendidik.
Komunikasi informal: Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah
dengan guru dan orang tua, peran guru dan orang tua
dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak
sekolah, keterlibatan guru dan orang tua dan
lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia
sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan
sekolah, dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana
penyaluran bakat anak usia sekolah seperti olahraga dan seni,
pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada
lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik.
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d
kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar
75%, mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50
anak (40,6 %), 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5
% dan sebesar 48.7% anak usia sekolah beralasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang tuanya.
3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk
memperoleh informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d
sumber informasi yang digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang
gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang
iklan pasta gigi sebesar 45.
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi
dengan orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya
peran ortu untuk mengatasi masalah anak sebesar 99%.
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Langkah- langkah dalam perencanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai

42
berikut:
1. Menentukan Prioritas
Melalui pcngkajian , perawat akan mampu mengidentifikasi respons
komunitas yang ias r atau potensial yang memerlukan suatu tindakan.
Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu ias r untuk
menentukan diagnosis yang akan diambil tindakan pertama kali.Salah satu
ias r yang ias digunakan adalah hierarki Kebutuhan Komunitas.
2. Menentukan Kriteria Hasil
Penentuan ias r a hasil (outcomes) harus ditujukan untuk komunitas.
Kriteria hasil harus menunjukkan “apa yang akan dilakukan komuni tas
serla kapan clan sejauh mana lindakan akan ias dilaksanakan”. Kriteria
hasil harus spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, rasional, dan ada batas
waktu .
3. Kebutuhan Maslow

d isrian
g
nyam
idan
m dimi likri i
e
ra as
Akt C u
isAm
FHa in ta al
io a i
d
rg
an ln so sa
a

4. Menentukan Rencana Tindakan


Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untu k membantu
komunitas dalam mencapai ias r a hasil. Rencana tindakan dilaksanakan
berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis keperawatan. Oleh sebab itu,
rencana mendefinisikan suatu aktivitas yang diperlukan untuk membatasi
ias r-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
5. Dokumentasi
Rencana tindakan keperawatan ditulis dalam suatu bentuk yang bervariasi
guna mempromosikan perawatan yang meliputi perawatan individu,
keluarga, dan komunitas; perawatan yang kontinu (berkesinambungan);
komunikasi; dan evaluasi.

43
6. Perencanaan asuhan keperawatan pada klien (komunitas) seyogyanya
menyertakan tiga prinsip, yaitu pemberdayaan (empowerment),
negosiasi (negotiation), dan kcrja sama lintas ias r (networking).
E. Implementasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Iyer dkk, 1996). Tahap implementasi dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk mem
bantu komunitas mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi ias r-faktor yang
memengaruhi masalah kesehatan komunitas.
Tujuan dari implemenlasi adalah membanlru komunitas dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika
komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi
tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan komunitas.
F. Evaluasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan
implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pcngkajian, analisis, perencanaan,
dan implementasi tindakan (Ignatavicius dan Bayne, 1994).
Tujuan evaluasi adalah melihatkemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini ias dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawatdapat mengambil keputusan. Proses evaluasi terdiri atas dua
tahap y itu mengukur pencapaian tujuan klien baik kognitif, afektif, psikomotor,
dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya; dan membandingkan data yang
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.

44
BAB III

45
TINJAUAN KASUS

III.3.1 Kasus

Kasus anak sekolah


Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan
puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, dipinggir jalan banyak
pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan
siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum
makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang
sehat serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa
menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III, dan juga terdapat beberapa
siswa-siswi SD X yang sudah terkena ISPA dan Asma. Pada saat istirahat, siswa
lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin. Siswa juga
mengeluh sulit menyebrang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada
petugas yang menyeberangkan siswa.

III.3.2 Pengkajian
A. Data inti (core)
1. Demografi
Jumlah anak sekolah keseleruhan menurut data yang dilakukan oleh
penanggungjawab UKS dan Puskesmas di SD X berjumlah 123 orang.
Selain itu terdapat 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa
kelas II dan III.
2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama
Disekolah tersebut terdapat musola untuk tempat beribadah karena letak SD
X bersebelahan dengan musola tersebut dan di sekolah terdapat mata
pelajaran Agama.
B. Data Sub-sistem
1. Lingkungan fisik
Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di dpinggir jalan sekolah.

46
Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya dan siswa jarang
sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan.
Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki
dan perempuan, kondisi terawat dengan baik.
Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut
kurang serta kuku jari tangan kotor dan panjang-panjang. Pada saat istirahat,
siswa lebih banyak memebeli jajanan ke pegadang kaki lima daripada di
kantin. Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang
lebih banyak dan tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa tersebut.
Kualitas udara di SD X buruk, dikarenakan dekat tempat pembuangan
sampah dan terletak di kawasan padat penduduk. Udara terasa pengap dan
bau sampah yang menyengat. Begitu juga dengan kualitas air tanahnya,
sudah tercemar limbah dari tempat pembuangan sampah, ditandai dengan air
yang keruh dan berbau.
Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Tenaga kesehatan setempat rutin datang ke sekolah untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada siswa sekali dalam setahun. Jenis pelayanan
kesehatan yang diberikan seperti imunisasi, pemberian makanan tambahan,
dan pemeriksaan gigi. Pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap siswa
kurang begitu banyak berdampak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
karena kegiatan tersebut hanya dilakukan sekali dalam setiap tahunnya dan
tidak berkelanjutan.
2. Ekonomi
Rata-rata penghasilan dari orang tua siswa itu cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari misalnya kebutuhan rumah tangga. Selain itu juga ada
beberapa siswa yang bekerja sambilan setelah pulang sekolah untuk
membantu kebutuhan keluarganya,ada yang menjual Koran, membantu
ayahnya di bengkel kecil dan membantu ibunya menjual makanan. Dengan
penghasilan yang cukup,maka siswa-siswi SD Sumberejo 3 jarang sekali
memeriksakan kesehatannya apabila mereka sakit,mereka hanya membeli
obat diwarung-warung.
3. Keamanan dan transportasi
SD X tidak memiliki petugas keamanan, sehingga tidak ada yang
membantu siswa menyebrang jalan ketika akan membeli jajanan. Siswa pun

47
merasa kesulitan ketika akan pulang dari sekolah karena tidak ada petugas
keamanan yang membantu menertibkan siswa ketika keluar dari area
sekolah tersebut . Di SD X pun tidak disediakan sarana transportasi seperti
bis sekolah untuk mengantar jemput siswa sehingga dapat menyebabkan
banyak siswa yang tidak langsung pulang ke rumah sepulang dari sekolah,
dan sebagian siswa ada yang berangkat dari rumah namun tidak sampai ke
sekolah. kebanyakan siswa menggunakan sepeda sebagai trasportasinya,
selain itu juga banyak siswa yang jalan kaki ketika berangkat dan pulang
dari sekolah. Keamanan fasilitas sekolahnya kurang terjaga dengan baik
seperti seperti ruang UKS yang tidak terawat, kantin yang kurang terjaga
kebersihannya dan banyak pedagang kaki lima yang menjul jajanan yang
kurang sehat.
4. Politik dan pemerintahan
Pemerintah daerah mempunyai kebijakan tentang pemakaian seragam
batik pada hari kamis. Selain itu juga sekolah memiliki tata tertib yang harus
dipatuhi oleh siswa-siswi dan memiliki guru BK untuk menangani siswa-
siswi yang bermasalah.
5. Komunikasi
Hanya ada beberapa siswa yang membawa alat komunikasi berupa
handphone ke sekolah, karena kebanyakan siswa yang lain berasal dari
keluarga yang kurang mampu.Dampak adanya siswa yang membawa alat
komunikasi ke sekolah adalah timbulnya kecemburuan sosial. Alat
komunikasi tersebut (handphone) dapat mengganggu konsentrasi belajar
siswa, karena siswa terlalu asik bermain dan mengesampingkan belajar.
6. Pendidikan
Di SD X terdapat kurikulum tentang promosi kesehatan, tetapi
kurikulum ini tidak berjalan dengan baik, dikarenakan kekurangan tenaga
kerja. Di SD Xjuga terdapat ekstrakurikuler yang terdiri dari pramuka,
dokcil (dokter kecil). Di SD X juga terdapat pembelajaran tentang
kesehatan, namun pembelajaran ini belum terstruktur dengan baik dan belum
dilaksanakan secara rutin.
7. Relaksasi
Di daerah tersebut terdapat lapangan sepak bola yang biasa digunakan
oleh anak-anak SD X untuk main bola, layang-layangan dan banyak lagi

48
permainan untuk mengisi waktu kosong saat hari libur. Selain itu juga
mereka mempunyai TV dirumah masing-masing sebagai sarana rekreasi.
Mereka selalu menggunakan hari liburnya untuk bermain bersama teman-
temannya.

II.2.3 Analisa Masalah


NO Analisa Data Masalah Etiologi
1. DS: Gangguan saluran Lingkungan yang tidak
- pernafasan: gangguan sehat
DO: pertukaran gas
a. Kualitas udara di SD X buruk,
dikarenakan dekat tempat
pembuangan sampah dan terletak di
kawasan padat penduduk. Udara
terasa pengap dan bau sampah yang
menyengat.
b. Kualitas air tanahnya, sudah
tercemar limbah dari tempat
pembuangan sampah, ditandai
dengan air yang keruh dan berbau.
2. DS: Resiko gangguan Perilaku siswa yang
- pencernaan: diare tidak sehat
DO:
a. Pada saat istirahat, siswa lebih
banyak membeli jajanan ke
pedagang kaki lima daripada di
kantin.
b. Perilaku siswa terlihat tidak
mencuci tangan sebelum makan.
c. Didapatkan kebersihan gigi dan
mulut kurang bersih serta kuku-
kuku kotor dan panjang.
d. Dipinggir jalan banyak pedagang
yang berjualan, makanan yang
dijual kebersihannya tidak terjamin,
3. DS: Resiko cedera Lingkungan yang tidak
a. Siswa juga mengeluh sulit aman
menyebrang jalan karena kendaraan
yang lewat banyak.
DO:
a. Tidak ada petugas yang
menyeberangkan siswa SD X.

49
III.2.4 Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan saluran pernafasan: gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan lingkungan yang tidak sehat
2. Resiko gangguan pencernaan: diare berhubungan dengan
perilaku siswa yang tidak sehat
3. resiko cedera berhubungan dengan lingkungan yang tidak aman

III.2.5 Prioritas Masalah


A. Resiko gangguan saluran pernafasan pada siswa-siswi SD X berhubungan
dengan lingkungan yang tidak sehat.
PenapisanMasalah
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 3
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 4
4 Minat siswa 3
5 Kemungkinan Diatasi 3
6 Sesuai program 3
7 Tempat 4
8 Waktu 4
9 Dana 2
10 Fasilitas kesehatan 2
11 Sumber dana 2
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 2
Jumlah 37

B. Resiko gangguan pencernaan pada siswa-siswi SD X berhubungan


dengan perilaku siswa yang tidak sehat.
Penapisan masalah
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 4
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 4
4 Minat siswa 4
5 Kemungkinan Diatasi 2
6 Sesuai program 4
7 Tempat 5
8 Waktu 5
9 Dana 2
10 Fasilitas kesehatan 3
11 Sumber dana 2
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

50
Jumlah 45

C. Resiko kecelakaan pada siswa-siswi SD X berhubungan dengan lingkungan


yang tidak aman.
PenapisanMasalah
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 5
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 4
4 Minat siswa 5
5 Kemungkinan Diatasi 4
6 Sesuai program 4
7 Tempat 5
8 Waktu 5
9 Dana 3
10 Fasilitas kesehatan 3
11 Sumber dana 2
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 2
Jumlah 47

III.3.6 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan Rencana Sasaran Metode Waktu Tempat
keperawatan Tindakan
Gangguan Setelah dilakukan a. Gunakan komunikasi yang Siswa- a. Komunika 21 SD X
saluran tindakan sesuai dan jelas. siswi SD si dan Februari
pernafasan: keperawatan b. Gunakan bahasa sederhana
X informasi 2019
gangguan selama 3x24 jam c. Gunakan strategi untuk
pertukaran diharapkan meningkatkan pemahaman b. Ceramah
gas gangguan saluran ( yaitu mulai dengn informasi dan
pernapasan b/d gg yang paling penting dahulu,
diskusi
pertukaran gas fokus pada pesan-pesan inti
dapat teratasi dan ulangi, batasi jumlah c. Edukasi
dengan kriteria informasi yang disajikan Tanya
hasil: pada satu waktu, gunakan
jawab
1. siswa dapat contoh untuk
mengihirup udara mengilustrasikan poin
dengan bersih penting, hubungkan dengan
2. siswa dapat pengalaman individu,
merasakan gunakan gaya bercerita.
lingkungan yang d. Evaluasi pemahaman
bersih klien dengan meminta klien
1. mengulangi kembali
A menggunakan kata-kata

51
sendiri atau memperagakan
2. keterampilan.
e. Dorong penggunaan
langkah-langkah efektif
untuk miliki koping terhadap
gangguan kesadaran
kesehatan ( misalnya
pentingnya membuang
sampah pada tempatnya,
pentingnya jajan di kantin
dari pada di luar sekolah )
Resiko Setelah dilakukan a. Targetkan sasaran pada Siswa- a. Komunika
gangguan tindakan kelompok beresiko tinggi siswi SD si dan
pencernaan: keperawatan dan rentang usia yang
X informas
diare selama 3x24 jam akan mendapat manfaat
dengan masalah besar dari pendidikan b. Ceramah
resiko gangguan kesehatan dan
pencernaan b/d b. Tentukan pengetahuan dan
diskusi
diare dapat teratasi gaya hidup perilaku sehat
dengan kriteria saat ini pada individu, c. Edukasi
hasil: keluarga dan kelompok d. Demosntra
1. Siswa dapat sasaran
si
memakan c. Bantu individu, keluarga,
makan yang dan masyarakat untuk e. Tanya
bersih memperjelas keyakinan jawab
2. Siswa dapat dan nilai-nilai kesehatan
menjaga d. Hindari penggunaan
kebersihan teknilk dengan menaku-
tubuhnya nakuti sebagai strategi
seperti untuk memotivasi orang
tangan,gigi agar mengubah perilaku
,dan kuku kesehatan atau gaya hidup
e. Tekankan pentingnya pola
makan yang sehat, tidur,
berolahraga, dan nilai-
nilai bagi individu,
keluarga, dan kelompok
yang meneladani nilai dan
perilaku ini dari orang
lain, terutama pada anak-
anak
f. Demostrasi cara cuci
tangan yang baik dan
benar

52
g. Demonstrasi cara
menyikat gigi yang baik
dan benar
Resiko Setelah dilakukan a. Identifikasi kebutuhan- Siswa- d. Komunika 21 SD X
cedera tindakan kebutuhan keamanan siswi SD si dan Februari
keperawatan audiens yang menjadi
X informasi 2019
selama 3x24 jam sasaran
dengan masalah b. Identifikasi individu dan e. Ceramah
resiko cedera dapat kelompok yang beresiko dan
teratasi dengan tinggi mengalami cedera
diskusi
kriteria hasil: berkendaraan
1. Tersedianya c. Identifikasi bahaya f. Edukasi
rambu- keamanan di lingkungan g. Tanya
rambu lalu d. Berikan informasi tentang
jawab
intas resiko yang terkait dengan
sebagai penggunaan kendaraan
upaya bermotor atau tak
preventif bermotor
mencegah e. Kolaborasi dengan
kecelakan lembaga-lembaga
masyarakat dalam upaya
2. adanya pendidikan untuk
tenaga mempromosikan
keamanan keamanan berkendaran
yang
membantu
siswa saat
menyebran
g jalan.

III.3.7 Implementasi
Diagnose Hari / Tanggal Implemntasi
Keperawatan
Gangguan saluran Kamis / 21 Februari a. Menggunakan komunikasi yang sesuai dan jelas.
pernafasan: gangguan 2019 b. Menggunakan bahasa sederhana
pertukaran gas c. Gunakan strategi untuk meningkatkan pemahaman (
yaitu mulai dengn informasi yang paling penting
dahulu, fokus pada pesan-pesan inti dan ulangi,
batasi jumlah informasi yang disajikan pada satu
waktu, gunakan contoh untuk mengilustrasikan poin
penting, hubungkan dengan pengalaman individu,
gunakan gaya bercerita.

53
d. Evaluasi pemahaman klien dengan meminta klien
mengulangi kembali menggunakan kata-kata sendiri
atau memperagakan keterampilan.
e. Dorong penggunaan langkah-langkah efektif untuk
miliki koping terhadap gangguan kesadaran
kesehatan ( misalnya pentingnya membuang sampah
pada tempatnya, pentingnya jajan di kantin dari
pada di luar sekolah )
Resiko gangguan Kamis / 21 Februari a. Menargetkan sasaran pada kelompok beresiko tinggi
pencernaan: diare 2019 dan rentang usia yang akan mendapat manfaat besar
dari pendidikan kesehatan
b. Menentukan pengetahuan dan gaya hidup perilaku
sehat saat ini pada individu, keluarga dan kelompok
sasaran
c. Membantu individu, keluarga, dan masyarakat
untuk memperjelas keyakinan dan nilai-nilai
kesehatan
d. Menghindari penggunaan teknilk dengan menaku-
nakuti sebagai strategi untuk memotivasi orang agar
mengubah perilaku kesehatan atau gaya hidup
e. Menekankan pentingnya pola makan yang sehat,
tidur, berolahraga, dan nilai-nilai bagi individu,
keluarga, dan kelompok yang meneladani nilai dan
perilaku ini dari orang lain, terutama pada anak-
anak
f. Mendemostrasikan cara cuci tangan yang baik dan
benar
g. Mendemostrasikan cara menyikat gigi yang baik
dan benar
Resiko cedera Kamis / 21 Februari a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan keamanan
2019 audiens yang menjadi sasaran
b. Mengidentifikasi individu dan kelompok yang
beresiko tinggi mengalami cedera berkendaraan
c. Mengidentifikasi bahaya keamanan di lingkungan
d. Memberikan informasi tentang resiko yang terkait
dengan penggunaan kendaraan bermotor atau tak
bermotor
e. Berkolaborasi dengan lembaga-lembaga masyarakat
dalam upaya pendidikan untuk mempromosikan
keamanan berkendaran

III.3.8 Evaluasi

54
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses
dari pelaksanaan diagnose keperawatan pertama di SDN X adalah 100% peserta
hadir , 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjlan
sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui
peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara membersihan
gigi, menjaga pola hidup sehat yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah
dalam mempraktikkannya.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori dan
kasus yang ada pada asuhan keperawatan pada anak sekolah meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, peaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
IV.4.1 Pengkajian Keperawatan
A. Metode dan Pendekatan Pengkajian Komunitas

55
Beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di
komunitas adalah sebagai berikut:
1. Windshield survey
Digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi berbagai dimensi dari
komunitas, lingkungan, serta gaya hidup masyarakat. Beberapa aspek yang di
kaji dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

I.Inti Komunitas Observasi Data


1. Sejarah-Apa yang Anda dapat dari
pengamatan sementara di wilayah
tersebut? Tanyakan mengenai sejarah
wilayah tersebut kepada tetua atau
tokoh masyarakat.
2. Demografi-Tipe orang apa yang Anda
jumpai? Termasuk data mengenai
usia, jenis kelamin, dan piramida
penduduk.

3. Kelompok etnis-identifikasi
berbagai suku atau etnis yang Anda
jumpai .

4. Nilai dan keyakinan-Apakah di sana


terdapat rumah lbadah? Apakah
tempat tersebut terlihat homogen?
dentifikasinilai dan keyakinan dalam
masyarakat.
II. Subsistem
1. Lingkungan fisik-Keadaan
lingkungan atau geografis, batas
wilayah, peta wilayah, iklim, dan
kondisi perumahan .
2. Pelayanan kesehatan dan sosial-
Unitpelayanan kesehatan yang
tersedia baik modern maupun
tradisional, tenaga kesehatan, home
care, tempat pelayanan sosial, serta
kesehatan jiwa komunitas
3. Ekonomi-Status ekonomi
masyarakat, industri yang ada,

56
kegiatan yang menunjang roda
perekonomian, serta jumlah
pengangguran.

4. Keamanan dan transportasi-


Bagaimana masyarakat bepergian?
Apa jenis transportasi umum dan
pribadi yang digunakan ? Apa
jenis pelayanan perlindungan yang
tersedia (contoh: pemadam
kebakaran,polisi,sanitasi)? Apakah
kualitas udara termonitor? Apa
jenis kejahatan pada umumnya?
Apakah masyarakat merasa aman?

5. Pemerintahan dan politik-Apakah


ada tanda dariaktivitas poltik
(contoh: poster, pertemuan)? Apa
partai yang mendominasi? Apa
hak komunitas dalam
pemerintahan (contoh: pemilihan
bupati, anggota DPRD)? Apakah
masyarakat terlibat dalam
membuat keputusan
dipemerintahan setempat?
6. Komunikasi-identifikasi
berbagai jenis komunikasi yang
digunakan oleh masyarakat
termasuk komunikasi melalui
media cetak dan elektronik.
7. Pendidikan-identifikasi berbagai
jenis institusi pendidikan yang
ada serta ketersediaan program
UKS.
8. Rekreasi-Di mana anak-anak
bermain? Apa bentuk umum dari
rekreasi? Siapa yang berperan
serta? Apa fasilitas dari rekreasi
yang Anda temukan?
III. Persepsi

57
1. Penduduk-Bagaimana pendapat
masyarakat tentang komunitasnya?
Apa yang mereka identifikasi sebagai
kekuatan? Masalah? Mintalah
beberapa orang dari kelompok
berbeda (tua, muda, petani, pekerja
pabrik, profesional, tokoh agama,
ibu rumah tangga) dan analisis
jawaban dari masing-masing
pemberi jawaban.
2. Persepsi Anda-Pernyataan umum
mengenai kesehatan komunitas Apa
kekuatannya? Apa masalah aktual
atau potensial yang bisa Anda
identifikasi?
(Sumber: E.T. Anderson dan J. Mcfarlane, 2008)

IV.4.3 Pengkajian Pada Anak Sekolah


a. Data inti
1. Demografi
Pada kasus data inti demografi terdapat golongan dan Jumlah anak usia
sekolah keseluruhan yaitu berjumlah 123 orang. Selain itu terdapat 33 orang
siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. dalam kasus
disini tidak menyebutkan jenis kelaminnya. Sehingga data yang ditunjukan
kurang. Kenapa jenis kelamin harus diikutseratakan karena harus ada
kejelasan data berapa jumlah perempuan dan laki-laki.
2. Kepercayaan, agama
Dalam nilai kepercayaan pada teori dengan kasus sudah mencakup apa yang
seharusnya ada dalam sebuah pegkajian. Di dalam kasus sudah terdapat
kepercayaan yang dianut pada anak sekolah serta fasilitas apa yang di miliki
pada sekolah tersebut.
3. Etnis
Dalam etnis kebudayaannya belum menunjukan suku yang lebih spesifik
mengenai budaya yang melatarbelakngi dalam pengkajian sebagai perawat
komunitas kita tentunya harus mengetahui latang belakang budaya pada anak
sekolah supaya kita bisa menghargai kebudayaan mereka. sekolah seperti
olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

58
b. Data sub-sistem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut:
1. Lingkungan fisik
Pada pengkajian kasus dalam lingkungan fisik belum terdapat terdapat
pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara. Hal in bisa
dilakukan karena dalam kasus disebutkan bahwa Pelayanan kesehatan yang
dilakukan terhadap siswa kurang begitu banyak berdampak terhadap perilaku
hidup bersih dan sehat karena kegiatan tersebut hanya dilakukan sekali dalam
setiap tahunnya dan tidak berkelanjutan. Dalam teori menunjukan adanya
konseling atau wawancara yang dilakukan secara berkala juika di dalam kasus
ini masih belum dilakukan
2. Ekonomi
Di dalam teori disebutkan hal apa saja yang harus ada dalam pengkajian
(Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah
uang jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha
sekolah) dan dikasus sudah dijelaskan seperti halnya pernyataan kasus ini
Rata-rata penghasilan dari orang tua siswa itu cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari misalnya kebutuhan rumah tangga. Selain itu juga ada
beberapa siswa yang bekerja sambilan setelah pulang sekolah untuk
membantu kebutuhan keluarganya,ada yang menjual Koran, membantu
ayahnya di bengkel kecil dan membantu ibunya menjual makanan ”. Hanya
saja untuk memastikan bisa dilihat di tata usaha staff sekolah untuk
penjelasann lebih lanjut jika wawancara yang dilakukan dirasa kurang,
3. Keamanan
Dalam pengkajian teori dan kasus sudah sesuai dengan data yang diminta dan
sudah jelas yaitu mengenai adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan
4. Transportasi
Sudah ada Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya
bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa . Sudah sesuai dengan apa yang
ada teori
5. Politik dan pemerintahan
Tidak adanya kesenjangan dalam politik dan pmerintahan
6. Komunikasi
Dalam kasus belum terbagi menjadi dua dan belum disebutkan secara jelas

59
tentang komunikasi formal dan informal hanya dijekaskan ada beberapa siswa
yang membawa alat komunikasi berupa handphone ke sekolah. Jika dalam
teori seharusnya di jelaskan dan terbagi menjadi komunikasi formal dan
informal
7. Pendidikan
Secara kasus dalam asuhan keperawatan anak sekolah ini sudah terdapat data
yang sesuuai dengan teori bahwasanya Terdapat pembelajaran tentang
kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan tingkat pendidikan
tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Dalam kasus juga sudah terdapat lapangan sepak bola yang biasa digunakan
oleh anak-anak SD X untuk main bola, layang-layangan dan banyak lagi
permainan untuk mengisi waktu kosong saat hari libur. Selain itu juga mereka
mempunyai TV dirumah masing-masing sebagai sarana rekreasi. Mereka
selalu menggunakan hari liburnya untuk bermain bersama teman-temannya
hal ini sesuai dengan teori pada pengkajian

Dalam kasus belum terdapat persepesi seperti hal dibawah ini

III. Persepsi
1. Penduduk-Bagaimana pendapat masyarakat tentang komunitasnya?
Apa yang mereka identifikasi sebagai kekuatan? Masalah? Mintalah
beberapa orang dari kelompok berbeda (tua, muda, petani, pekerja
pabrik, profesional, tokoh agama, ibu rumah tangga) dan analisis
jawaban dari masing-masing pemberi jawaban.
2. Persepsi Anda-Pernyataan umum mengenai kesehatan komunitas Apa
kekuatannya? Apa masalah aktual atau potensial yang bisa Anda
identifikasi?

Meskipun data subsistem yang lebih mendasari pengkajian data asuhan komunitas
tetapi persepsi yang masih termasuk dalam pengkajian harus ada dikarenakan data itu
sebagai data pendukung untuk menentukan asuhan keperawatan komunitas pada anak
sekolah yang akan dilakukan.
IV.4.4 Diagnosa Keperawatan
Dalam kasus terdapat 2 diagnosa yang sama dengan teori yaitu Resiko
gangguan pencernaan: diare berhubungan dengan perilaku siswa yang tidak sehat dan
resiko cedera berhubungan dengan lingkungan yang tidak aman.

60
Dignosa yang pertama dengan Resiko gangguan pencernaan: diare
berhubungan dengan perilaku siswa yang tidak sehat diangkat karena dalam di
sekolah ini menyatakan bahwa:
a. siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.
b. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan.
c. Didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang bersih serta kuku-kuku kotor dan
panjang.
d. Dipinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual
kebersihannya tidak terjamin
Dari beberapa kasus ini bisa mengakibatkan kemungkinan anak-anak sekolah
terserang penyakit gangguan pencernaan karena pola hidup di lingkungan sekolah
yang kurang aman dan bersih serta kurang sehat bagi mereka.
Diagnosa kedua yang sama dengan teori adalah resiko cedera berhubungan
dengan lingkungan yang tidak aman karena SD X tidak memiliki petugas keamanan,
sehingga tidak ada yang membantu siswa menyebrang jalan ketika akan membeli
jajanan. Siswa pun merasa kesulitan ketika akan pulang dari sekolah karena tidak ada
petugas keamanan yang membantu menertibkan siswa ketika keluar dari area sekolah
tersebut . Di SD X pun tidak disediakan sarana transportasi seperti bis sekolah untuk
mengantar jemput siswa sehingga dapat menyebabkan banyak siswa yang tidak
langsung pulang ke rumah sepulang dari sekolah, dan sebagian siswa ada yang
berangkat dari rumah namun tidak sampai ke sekolah. kebanyakan siswa
menggunakan sepeda sebagai trasportasinya, selain itu juga banyak siswa yang jalan
kaki ketika berangkat dan pulang dari sekolah. Keamanan fasilitas sekolahnya kurang
terjaga dengan baik seperti seperti ruang UKS yang tidak terawat, kantin yang kurang
terjaga kebersihannya dan banyak pedagang kaki lima yang menjul jajanan yang
kurang sehat.
Dari berbagai kasus ini menimbulkan adanya resiko cedera pada anak sekolah
seperti terjatuh,kecelakaan karena kurangnya pengawasan dan kehati-hatian serta
keamanan yang kurang terjaga.
Dalam kasus ada satu diagnosa yang tidak sesuai dengan kasus yaitu Gangguan
saluran pernafasan: gangguan pertukaran gas berhubungan dengan lingkungan yang
tidak sehat. Alasan yang mendasari diambilnya diagnose ini adalah karena dalam
pelaksanaan pengkajian pada asuhan keperawatan ditemukannya lingkungan yang
kurang sehat didapat bahwasanya lingkungan di sekolah mereka kurang sehat karena

61
Kualitas udara di SD X buruk, dikarenakan dekat tempat pembuangan sampah dan
terletak di kawasan padat penduduk. Udara terasa pengap dan bau sampah yang
menyengat. Begitu juga dengan kualitas air tanahnya, sudah tercemar limbah dari
tempat pembuangan sampah, ditandai dengan air yang keruh dan berbau dan terdapat
beberapa siswa yang terkena penyakit asma dan ispa. Jika hal ini dibiarkan terjadi,
lingkungannya tidak dijaga dan diperbaiki maka akan menambah parah atau
memperburuk kesehatan siswa-siswa din SD X ditambah sudah ada beberapa yang
terkena penyakit asma dan ispa maka dari itu haru segera dilakukan tindakan untuk
menangani masalah tersebut.
Dalam teori terdapat diagnosa Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada
agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi. Di
dalam kasus pada SD X ini siswa-siswanya juga kurang menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Hal ini bisa dijadikan diagnose kasus hanya saja data yang diambil masih
kurang dan belum ada penjelasan yang lebih spesifik sehingga dirasa kurang kuat.
IV.4.5 Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan ini, penulis membuat perencanaan sesuai dengan teori
dan telah dimodifikasi sesuai kebutuhan klien. Dalam secara Teori Perencanaan
tersebut harus memperhatikan prioritas suatu masalah, menentukan suatu kriteria
hasil dan menentukan suatu rencana keperawatan sesuai dengan kebutuhan dasar
manusia menurut Abraham Maslaw. Sedangkan dalam Kasus pada diagnosa
Keperawatan pertama yaitu: Gangguan saluran pernafasan: gangguan pertukaran gas,
Dengan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan gangguan saluran pernapasan b/d gg pertukaran gas dapat teratasi dengan
kriteria hasil: siswa dapat mengihirup udara dengan bersih, siswa dapat merasakan
lingkungan yang bersih. Perencanaan Keperawatan: Gunakan komunikasi yang sesuai
dan jelas., Gunakan bahasa sederhana, Gunakan strategi untuk meningkatkan
pemahaman Dorong penggunaan langkah-langkah efektif untuk miliki koping
terhadap gangguan kesadaran kesehatan).
Pada Diagnosa Keperawatan Kedua: Resiko Gangguan Pencernaan: Diare.
Dengan Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
masalah keperawatan resiko gangguan pencernaan dapat teratasi, dengan kriteria
hasil: Siswa dapat memakan makan yang bersih, Siswa dapat menjaga kebersihan
tubuhnya seperti tangan,gigi ,dan kuku. Dengan Pencernaan Keperawatan: Tekankan
pentingnya pola makan yang sehat, tidur, berolahraga, dan nilai-nilai bagi individu,

62
keluarga, dan kelompok yang meneladani nilai dan perilaku ini dari orang lain,
terutama pada anak-anak, Demostrasi cara cuci tangan yang baik dan benar,
Demonstrasi cara menyikat gigi yang baik dan benar.
Pada Diagnosa Keperawatan Ketiga: Resiko Cedera. Dengan tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah keperawatan
Resiko Cedera dapat teratasi, dengan kriteria hasil: Tersedianya rambu-rambu lalu
intas sebagai upaya preventif mencegah kecelakan, adanya tenaga keamanan yang
membantu siswa saat menyebrang jalan. Dengan Perencanaan Keperawatan yaitu
Identifikasi individu dan kelompok yang beresiko tinggi mengalami cedera
berkendaraan, Identifikasi bahaya keamanan di lingkungan, Berikan informasi
tentang resiko yang terkait dengan penggunaan kendaraan bermotor atau tak
bermotor, Kolaborasi dengan lembaga-lembaga masyarakat dalam upaya pendidikan
untuk mempromosikan keamanan berkendaran.
IV.4.6 Implementasi Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan keperawatan diagnosa Gangguan saluran pernafasan:
gangguan pertukaran gas tindakan sudah terlaksana semua. Pada diagnosa
keperawatan gangguan pencernaan berhubungan dengan diare tindakan keperawatan
sudah terlaksana semua. Pada diagnosa keperawatan resiko cedera tindakan sudah
terlaksana semua. Jadi semua rencana keperawatan dari ketiga diagnosa keperawatan
sudah terlaksana semua. Faktor pendukung dalam pelaksanaan yaitu pasien kooperatif
saat penulis melakukan implementasi dan pasien mau mengikuti instruksi yang
diberikan. Faktor penghambat yaitu penulis tidak bisa melakukan implementasi
selama 24 jam.

IV.4.7 Evaluasi Keperawatan


Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien antara teori dan
kasus, penulis menggunakan metode SOAP dalam mengevaluasi dari proses
keperawatan dan hasil respon pasien terhadap tindakan pelakanaan keperawatan
selama 3x24 jam.
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnose keperawatan pertama di SDN X adalah 100% peserta hadir ,
90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjlan sesuai
alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui peningkatan
pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara membersihan gigi, menjaga

63
pola hidup sehat yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam
mempraktikkannya.

BAB V
PENUTUP

V.5.1 Kesimpulan
Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakuan untuk
meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan jenjang Pendidikan
mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA (Kemendikbud, 2012). Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak
usia adalah anak berusia 6-21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya

64
dibagi menjadi 2 sub kelompok yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-21
tahun). Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu
Pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan
yang sehat.
Comprehensive School Health Model merupakan model kesehatan sekolah yang
tidak hanya membahas tentang kondisi kelas tetapi mencakup keseluruhan lingkungan
sekolah yang mencakup empat pilar yang berbeda namun saling terkait yang
memberikan fondasi yang kuat untuk kesehatan sekolah yang komperehensif. Empat
pilar tersebut yaitu 1) lingkungan social dan fisik; 2) proses mengajar dan belajar; 3)
kebijakan sekolah yang sehat; dan 4) kemitraan dan layanan. Pelaksanaan keempat
pilar tersebut diselaraskan agar dapat mendukung siswa dalam mewujudkan potensi
penuh mereka sebagai peserta didik dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan
produktif.
Metode dan pendekatan pengkajian komunitas terdiri dari dua yaitu: windshield
suevey dan data sekunder. Pada pengkajian untuk asuhan keperawatan pada anak
sekolah terdiri dari data inti (demografi, etnis, dan nilai, kepercayaan dan agama),
data sub-sistem (lingkungan fisik, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi), dilanjutkan dengan diagnosa,
intervensi, implementasi serta evaluasi.
Pada kasus yang terdapat di makalah ini mengangkat 3 diagnosa yaitu gangguan
saluran pernafasan, resiko gangguan pencernaan dan resiko cedera, yang dilanjutkan
dengan analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas masalah, intervensi,
implementasi serta evaluasi.

V.5.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentangkonsep keperawatan
kesehatan sekolah. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawatkomunitas
di pelayanan sekolah.

65

Anda mungkin juga menyukai