Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN

AGREGAT KOMUNITAS
KESEHATAN SEKOLAH Gasal
Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep., M.Kep. 2022
TUJUAN PEMBELAJARAN & KISI2 MATERI

• Tujuan Pembelajaran :
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada agregat dalam
Komunitas: kesehatan sekolah

• Kisi-Kisi Materi :
1. Konsep keperawatan kesehatan sekolah
2. Program Usaha Kesehatan Sekolah
3. Asuhan keperawatan kesehatan sekolah
DEFINISI KEPERAWATAN KESH.SEKOLAH

• “Keperawatan sekolah adalah praktik khusus keperawatan


profesional yang memajukan kesejahteraan, keberhasilan
akademik, dan pencapaian seumur hidup siswa. Untuk itu, perawat
sekolah memfasilitasi tanggapan siswa yang positif terhadap
perkembangan normal; mempromosikan kesehatan dan
keselamatan; campur tangan dengan masalah kesehatan aktual
dan potensial; menyediakan layanan manajemen kasus; dan secara
aktif berkolaborasi dengan orang lain untuk membangun kapasitas
siswa dan keluarga untuk adaptasi, manajemen diri, advokasi diri,
dan pembelajaran.”(National Association of School Nurses/NASN,
1999)
LATAR BELAKANG
Pentingnya Askep Kesehatan Sekolah

• Usia sekolah berjumlah 1/3 total penduduk Indonesia (55 juta) di SD


sampai sekolah lanjutan dan perguruan agama (Depkes, 2001).
• Tercatat, jumlah siswa SD di sekolah negeri sebanyak 21,21 juta
siswa dan sekolah swasta sebanyak 3,63 juta siswa. Siswa laki-laki
mendominasi sebanyak 52,17% dari total siswa SD pada ajaran
2020/2021
• UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 45. dikeluarkan UU
no.36 tahun 2009.
• Anak sekolah termasuk kelompok rawan karena berada dlm periode
tumbang (Pembina UKS, 1996).
LATAR BELAKANG
Pentingnya Askep Kesehatan Sekolah
• Masalah kesehatan anak usia sekolah di Indonesia masih sangat
memprihatinkan. Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas 2018) terjadi
peningkatan perilaku tidak sehat yang terjadi pada anak-anak tersebut.
• Contohnya saja anak usia sekolah yang mulai merokok untuk pertama kali.
Pada tahun 2007, prevalensi yang ada sebesar 10,3 persen. Di tahun 2010,
terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu 17,5 persen, bagaimana
2022 ??
• Masalah kesehatan anak usia sekolah juga terjadi disebabkan kurangnya
makan buah dan sayur, dan juga perilaku benar dalam cuci tangan
• Jajanan yang biasa mereka beli di sekolah banyak macamnya,  membuat
anak-anak itu lebih senang jajan ketimbang mengonsumsi buah dan sayur
LATAR BELAKANG
Pentingnya Askep Kesehatan Sekolah

• Masalah kesehatan umum pada anak usia sekolah adalah


anemia pada sebagian anak (Depkes, 1995).
• Penyakit cacingan 81,4% disalah satu wilayah di Indonesia
(Hidayat, 1998).
• Hasil studi di Cibentang dan Kuripan ditemukan 34% anak
malnutrisi, angka prevalensi kesakitan 98% (dlm 6 bulan ada
keluhan sakit), kehilangan BB lebih dari 10%, rendahnya
aktivitas fisik 67,8% dan mengalami injuri setidaknya 1 kali
dlm 6 bulan.
LATAR BELAKANG
Pentingnya Askep Kesehatan Sekolah

• Studi di kabupaten Bogor, pada 350 anak di 7 sekolah


ditemukan anemia (Hb kurang dari 12 gr%) sebesar 21,14%.
• Upaya mengatasi belum optimal, bahkan program pemberian
makanan tambahan dihentikan karena tdk menunjukkan
perubahan status gizi anak.
• Intervensi menjadi tanggung jawab petugas kesehatan, ortu,
guru dan masyarakat luas serta anak sekolah (Wong dkk,
1999).
• Perawat komunitas berperan sebagai pengelola, pendidik,
pemberi asuhan dan kolaborator.
PERAN PERAWAT PELAKSANA ASKEP

 Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan


melakukan pengumpulan data,analisa data,serta perumusan dan prioritas
masalah
 Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina usaha
kesehatan di sekolah (TPUKS)
 Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kesehatan yang di susun
 Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS
 Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan
PERAN PERAWAT PENGELOLA KEGIATAN

• Menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga di


tunjuk sebagai seorang koordinator UKS di tingkat
puskesmas.bila perawat kesehatan di tunjuk sebagai koordinator
maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung
jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola
UKS.
PERAN PERAWAT SEBAGAI PENYULUH

• Memberikan penyuluhan kesehatan yang di lakukan secara


langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum
dan klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan
pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perseorangan
FUNGSI PERAWAT DALAM UKS

1. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan


individu dan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua
populasi yang ada di sekolah.
2. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan
memperbaiki lingkungan fisik dan sosial sekolah.
3. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.
Program Usaha Kesehatan
12
Sekolah/UKS
Pengertian 13

• Upaya terpadu lintas sektor dalam rangka meningkatkan


derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat
anak usia sekolah yang berada di sekolah dan perguruan
agama (Direktorat Kesehatan Keluarga Depkes RI)
Pengertian 14

• Usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada


masyarakat sekolah yaitu anak didik, guru dan karyawan
sekolah lainnya. Yang dimaksud dengan sekolah adalah
mulai sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah lanjutan
atas (SLTA). Prioritas pelaksanaan UKS diberikan kepada
SD mengingat SD merupakan dasar dari sekolah-sekolah
lanjutannya. (Entjang Indan, 1997).
Tujuan 15

• Umum :
Meningkat kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan
yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan 16
• Khusus :
Memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat
kesehatan peserta didik yang mencakup ;
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan utk
melaksanakan prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif
didalam usaha peningkatan kesehatan disekolah dan
diperguruan agama, dirumah tangga maupun dilingkungan
masyarakat.
2. Sehat, baik dalam arti fisik mental maupun sosial.
3. Memiliki daya hayat daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkotik, obat-obatan dan bahan
berbahaya, alkohol, rokok, dan sebagainya.
Tujuan pembinaan dan pengembangan 17

• Tercapainya pembinaan yang terpadu dan intensif agar


penyelenggaraan dan pembinaan UKS dapat berhasil guna
dan berdaya guna secara optimal.
Sasaran UKS 18

• Masyarakat sekolah dari pendidikan dasar sampai dengan


tingkat pendidikan menengah termasuk perguruan agama
serta lingkungannya.
Sasaran pembinaan 19

1. Peserta didik
2. Pembina UKS
a. Pembina teknis (guru dan petugas kesehatan)
b. Pembina non teknis (pengelola pendidikan dan karyawan sekolah)
3. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
4. Lingkungan
a. Ling. Sekolah
b. Ling. Keluarga
c. Ling. Masyarakat
Ruang Lingkup UKS 20

Tercermin dalam tri program UKS dikenal dengan “TRIAS UKS”


yaitu :
1. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan
Kegiatan penyuluhan meliputi;
a. Pengetahuan tentang dasar-dasar hidup sehat
b. Sikap tanggap terhadap persoalan kesehatan
c. Latihan atau demonstrasi kebiasaan hidup sehat
d. Penanaman kebiasaan hidup sehat dan upaya peningkatan
daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar
Ruang Lingkup UKS 21
2. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Dilaksanakan dengan kegiatan yang komprehensif yaitu;
a. Peningkatan kesehatan (promotif)
b. Pencegahan (preventif)
c. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)
Kegiatan meliputi;
1). Pelayanan kesehatan
2). Pemeriksaan siswa
3). Pengobatan ringan dan P3K
4). Pengawasan warung sekolah
5). Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit
6). Tindak lanjut rujukan ke Puskesmas
Ruang Lingkup UKS 22

3. Pembinaan lingkungan sekolah sehat


a. Pelaksanaan 5K (keamanan, ketertiban, kebersihan,
keindahan dan kekeluargaan)
b. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan
c. Pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru,
siswa, pegawai sekolah, orangtua siswa dan
masyarakat sekitar)
Ruang Lingkup Pembinaan 23

1. Penyusunan rencana
2. Penyusunan program
3. Pelaksanaan program
4. Pengendalian program
5. Penilaian dan penelitian
6. Teknologi termasuk organisasi, ketenagaan, sarana dan
prasarana serta pembiayaan
Kebijaksanaan dan Langkah2 24

• Kebijaksanaan
a. Diselenggarakan dalam kerjasama lintas sektoral
b. Kegiatan kurikuler dan ektra kurikuler
c. Promotif dan preventif secara serasi dan terpadu dibawah
koordinasi puskesmas
d. Peningkatan lingkungan utk mendukung tujuan pendidikan dan
pelayanan kesehatan
e. Penelitian sebagai landasan peningkatan pembinaan UKS
f. Peran serta aktif orangtua dan masyarakat
Kebijaksanaan dan Langkah2 25

• Langkah-langkah
1. Pencapaian cakupan semua jenjang dan jenis pendidikan
2. Menetapkan pola dasar maupun pengembangannya
3. Promotif dan preventif untuk mencegah masalah kesehatan jiwa
4. Terjalin dalam pelayanan paripurna
5. Menyiapkan pengadaan tenaga pembina UKS dipusat maupun didaerah
6. Penelitian dan pengembangan UKS secara terpadu, teratur dan
terencana
7. Mengembangkan minat masyarakat dalam penyelenggaraan UKS
Organisasi Pembinaan 26

1. Tim Pembina UKS (TP-UKS)


SK bersama 4 menteri no.0408a/U/1984,
no.319/Menkes/SKB/VI/1984, no.4 tahun 1984,
no.60/1984 tentang Pokok Kebijaksanaan Pembinaan
dan Pengembangan UKS” dan SK bersama 4 menteri
no.0372a/P/1989, no.390a/Menkes/SKB/VIK/1989,
no.140A/tahun 1989, no.30A/1989 tentang “Tim
Pembina UKS”.
Organisasi Pembinaan 27

2. Kedudukan Tim Pembina UKS


 TP-UKS pusat, sebagai pembantu menteri dalam :
a. Merumuskan
b. Mengkoordinasikan
c. Mengadakan penilaian
d. Membina dan mengembangkan
 TP-UKS daerah/wilayah pembantu TP-UKS pusat dalam
mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan
Untuk membantu TP-UKS dibentuk sekretariat disetiap
Jenjang administrasi.
Hubungan Kerja 28

• Vertikal
a. Pembantu pelaksana serta tugas fungsional
b. Penerapan kebijaksanaan
c. Bimbingan pengarahan dan petunjuk
d. Laporan kegiatan
• Horizontal
Hubungan koordinasi dan konsultatif
Upaya Kesehatan 29
1. Pelayanan kesehatan
 Perbaikan gizi
 Kesehatan lingkungan
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit
 Penyuluhan kesehatan
 Pengobatan
 Kesehatan gigi dan mulut
 Kesehatan jiwa
 Laboratorium sederhana
 Pencatatan dan pelaporan
Kegiatan pokok :
 Intervensi perorangan
 Intervensi lingkungan
 Intervensi perilaku
Upaya Kesehatan 30

2. Koordinasi
Melalui pertemuan lokakarya mini Puskesmas
3. Pengembangan
Pengembangan pelayanan kesehatan yang mengaitkan
pelayanan disekolah dengan daerah tangkapan diluar
sekolah yang strategis.
Upaya Kesehatan 31

4. Pelaksana pelayanan kesehatan


 Guru yang ditunjuk dan diserahi wewenang
 Tenaga teknis Puskesmas
 Orangtua siswa terutama Ibu
Upaya Kesehatan 32

5. Kebijakan Operasional
Sebagai pedoman dan landasan pelayanan kesehatan secara
terpadu, merata, menyeluruh :
a. Fungsi Puskesmas
b. Promotif dan preventif terpadu dg kuratif dan rehabilitatif
c. Jangkauan pelayanan kesehatan
d. Penganeka ragaman paket pelayanan
e. Mutu pelayanan secara bertahap
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN
SEKOLAH DENGAN PENDEKATAN MODEL

Community As Partner
CONTOH KASUS
ANAK USIA SEKOLAH DI KOMUNITAS
Pengkajian

• Pendataan yang dilakukan sejak Desember 2002 s/d Januari


2003 dari jumlah sampel siswa SD/MI dari 7 sekolah (168
anak) didapatkan :siswa laki2 88 anak (52,4%), siswa
perempuan 80 anak (47,6%) usia 5-14 tahun.
• Keluhan dlm 6 bulan terakhir : ISPA 95,8%, demam 60,1%,
diare 55,4%, sakit gigi 61,9%, sakit kulit 62,5%, sakit telinga
23,2%, cacingan 35,7%.
• Hasil pemeriksaan kebersihan diri yg tidakbersih pada:
rambut 52,4%, kulit 37,5%, kuku 61,3%, telinga 46,4%, gigi
78%, mata 3,6%, pakaian 14,3%.
Pengkajian

• Pengetahuan tentang kebersihan diri (mandi, sikat gigi,


cuci rambut, potong kuku) yang kurang: 60,7%.
• Perilaku kebersihan diri (mandi, sikat gigi, cuci rambut,
potong kuku) yang kurang: 48,2%.
• Pendidikan kesehatan yang didapat (mandi, kesehatan
gigi, cuci rambut, ISPA, diare, cacingan, kebersihan diri)
yang baik : 4,8%.
Pengkajian
• Kebiasaan anak membuang sampah selalu di tempatsampah :
33,9%. Observasi tidak semuasekolah ada tempat sampah yang
tersusun dikelas maupun ruang depan sekolah.
• Diskusi kelompok terfokus dari 9 orangtua yang hadir, tidak ada
yang menegur anak yang membuang ludah sembarangan.
Umumnya dari 29 ortu menyatakan anaknya sering batuk pilek,
panas, sakit gigi sehingga tidak masuk sekolah.
• Keluhan dalam 6 bulan terakhir: pernah cidera sampai luka :
80,4%, cidera tidak pernah/jarang: 57,1%.
• Penggunaan alas kaki selalu: 46,4%, cidera karena lari: 63,7%,
jatuh dari sepeda: 61,9%, silet/pisau: 60,1%, jatuh dari pohon:
26,2%, terbakar: 22%, kesetrum: 25,6%, tertabrak: 19%. Tertusuk
duri/beling/paku: 51,2%.
Pengkajian

• Kebiasaan yang dilakukan jika ada luka cidera: diberi ludah: 7,7%,
didiamkan: 6%, diberi daun jambu batu: 6,5%, diberi obat luka: 79,8%.
• Wawancara dari 9 ortu menyatakan tidak terfikir adanya masalah
seperti luka karena bermain pada anak usia sekolah.20 ortu lainnya
memang mengeluhkan anaknya sering luka dan lecet karena terjatuh
dari sepeda dan berlari, untuk luka karena lainnya kurang dirasakan
selama ini.
• Status gizi berdasarkan KMS SD/MI: kurang: 7,7%, baik:88,7%,
lebih:3,6%. Kebiasaan jajan 83,9%.Jumlah makan dalam sehari: 1 kali:
4,8%, 2 kali:32,1%, 3 atau lebih: 63,1%.
Pengkajian

• Lapar dan tidak ada makanan dirumah dalam sehari: 1 kali 22%, 2
kali 16,7%, 3 kali 19%.
• Nafsu makan: kurang 16,7%. Sarapan: selalu 47,6%, sering 26,2%.
• Pengetahuan tentang komposisi makanan yang sehat: baik 45,2%.
Komposisi makanan yang dimakan dalam 1 hari: lengkap
(nasi+lauk+sayur+buah+susu): 3%, cukup (nasi+lauk+sayur): 66,7%,
kurang (nasi saja /nasi+sayur/nasi+lauk): 22,6%.
• Pendidikan kesehatan tentang gizi yang belum pernah: 23,8%.
• Wawancara Puskesmas: belum semua kegiatan UKS dapat
dilaksanakan karena terbatas dana dan tenaga.
Pengkajian
• Kepala sekolah/guru: belum semua terlaksana program UKS, sebagian yg
berhubungan dengan pendkes sudah dilaksanakan dalam pelajaran
penjaskes. Dari 29 ortu: umumnya anak susah makan, senang jajan, kalau
sarapan lebih mudah dengan memberi nasi uduk, ada juga nasi atau
makanan seperti roti, lontong ada juga yang tidak sarapan sama sekali
karena anaknya tidak mau.
• Data olahraga teratur dengan baik: 50%, rata2 lama olahraga: 2 jam
perminggu, memiliki kelompok olahraga: 37,5%, pendapat dari 29 ortu
siswa kegiatan olah raga anaknya belum cukup, hanya ada kelompok bola
kaki yang diselenggarakan 1 kali dalam seminggu untuk anak laki2 didusun
3, didusun 2 hanya tidak ada kelompok khusus yang diikuti anaknya,
didusun 1 anak main bola sering tapi belum mengikuti kelompok khusus.
• Untuk anak perempuan belum ada kelompok khusus. Disekolah dilakukan
kegaiatan olah raga dalam mata ajar penjakes, dilaksanakan pada hari
sabtu.
Masalah Keperawatan (Sesuaikan SDKI)

1. Gangguan kesehatan (diare, ISPA, kulit, cacingan) karena


lingkungan yang kurang sehat pada siswa sekolah (SD/MI) didesa
X
2. Kebersihan diri yang kurang (rambut, gigi, telinga, kuku, mata,
kulit dan pakaian) pada siswa sekolah (SD/MI) didesa X.
3. Cidera (jatuh, luka) pada anak sekolah (SD/MI) didesa X.
4. Resiko peningkatan status gizi kurang pada anak sekolah (SD/MI)
di desaX
5. Resiko gangguan perkembangan pada siswa sekolah SD/MI
didesa X.
Tujuan (Sesuaikan SLKI & SIKI)
• Tujuan Umum : setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas
selama 1 tahun, diharapkan terjadi peningkatan status kesehatan
anak usia sekolah.
• Tujuan Khusus : setelah asuhan keperawatan komunitas selama 1
tahun diharapkan :
1. Penurunan kasus cidera pada anak sekolah dari 80,4% minimal
menjadi 75,4%
2. Penurunan kasus ISPA pada anak sekolah dari 95,8% minimal
menjadi 95,4%
3. Penurunan kasus diare pada anak sekolah dari 55,4% minimal
menjadi 54,4%
4. Penurunan kasus penyakit kulit pada anak sekolah dari 62,5%
minimal menjadi 61,5%.
Hasil yang diharapkan (output, strategi dan
kegiatan serta rencana evaluasi).
• Output :
1. Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan anak usia sekolah
(SD/MI) seperti: personal hygiene, keamanan, nutrisi, aktivitas fisik
dan masalah kesehatan lingkungan.
2. Peningkatan sikap, perilaku sehat anak usia sekolah (SD/MI)
seperti :personal hygiene, keamanan, nutrisi, aktivitas fisik dan
masalah kesehatan lingkungan.
3. Peningkatan pengetahuan keluarga terhadap perawatan kesehatan
anak usia sekolah (SD/MI) seperti: personal hygiene, keamanan,
nutrisi, aktivitas fisik dan masalah kesehatan lingkungan.
4. Model sekolah sehat
5. Peningkatan dukungan keluarga dan komunitas terhadap kesehatan
anak usia sekolah.
Evaluasi Yg Diharapkan

Output Strategi dan Kegiatan Rencana Evaluasi


Sumber / Bahan
1. Dana (terlampir)
2. Nara sumber (pelatih olahraga, pembuatan kebun sekolah, pemberi materi pelatihan kader
kesehatan dimasyarakat dan sekolah).
3. Buku screening/pemantauan anak sekolah, KMS dan alat pemantauan kesehatan anak sekolah.
4. Tempat /gedung untuk kegiatan:
~ pelatihan kader anak sekolah dan kaderkesehatan lingkungan
~ lapangan olahraga
~ kebun sekolah
5. Media: leaflet, poster, modul, lembar balik, model asli maupun tiruan seperti bentuk makanan,
boneka, mainan untuk alat penyuluhan, gigi, alat demonstrasi kebersihan diri.
6. ATK (untuk penggandaan format2 asuhan dan pelayanan keluarga dan masyarakat, supervisi dan
evaluasi, kegaiatan pelatihan).
7. CHN kit untuk anak sekolah (timbangan, meteran, termometer, senter, set perawatan luka,
seanmed/untuk periksa HB)
8. Obat-obatan P3K untuk UKS di sekolah.
POA Rencana Askep Komunitas anak usia
sekolah

Masalah Tujuan Kegiatan Waktu PJ Dana Tempat


Rincian Kebutuhan Dana

No Uraian Kegiatan Perhitungan Jumlah


CONTOH KASUS
ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH
Pengkajian Data Inti Komunitas
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN X untuk usia 6 – 12
tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar
pada grafik

2. Status perkawinan 100% dari anak usia sekolah belum kawin.

3. Nilai, kepercayaan dan agama : Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram

30 Kristen

25 3.1 %

20
15 Perempuan
10 Laki-laki
5
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun Islam
tahun 96.9%
Pengkajian Data Inti Komunitas

• Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi


didapatkan tidak tersedia musala untuk tempat beribadah karena
letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan
dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekoLah terdapat mata
pelajaran Agama. Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru
agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya yang dianut
anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan
harmonis, dan anak-anak rajin dan antusias dalam mengikuti
kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
Pengkajian 8 Sub Sistem Komunitas
1. Lingkungan Fisik
• INSPEKSI : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya. Kebersihan
lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1 kantin di dalam sekolah yang
menjual makanan yang kurang terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di
depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya. Terdapat 2
kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan perempuan. Kondisi
terawat dengan baik.
• AUSKULTASI : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN X terdapat kegiatan
ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian
• ANGKET : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi perkembangan
anak yaitu kebiasaan jajan, orang tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah
2. Pelayanan Kesehatan & Sosial

• Pelayanan kesehatan di sekolah SDN X terdapat UKS untuk


tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain
itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk
konsultasi siswa.
3. Ekonomi

• Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan


orang tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta
dan berdagang untuk mencari nafkah.
4. Keamanan & Transportasi

1) KEAMANAN : Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya,
akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah : Kebiasaan jajan
sembarangan, dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah. Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah, dari 123
angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia
sekolah . Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

Kebiasaan Jajan Sembarangan K eb iasaa n M en g g o so k G ig i

80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
Ya Tidak Ya Tidak
4. Keamanan & Transportasi (lanjutan)

• Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak SDN X sudah
mendapat pengetahuan tentang cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak
menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada tabel
Alasan tidak menggosok gigi jumlah Presentase
Malas 50 40.6%

Tidak di suruh ortu 30 49.7%

Lupa 13 10.5%

Total 127 100%

• TRANSPORTASI : Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN X adalah sepeda,


jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
5. Politik & Pemerintahan

• Pada subsistem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah


adalah keikutsertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah
serta kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait
dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di
sekolah yaitu mengikuti kegiatan kepramukaan
6. Komunikasi

• KOMUNIKASI FORMAL : Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua
• KOMUNIKASI INFORMAL : Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN X meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua, peran orang
tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua dan lingkungan
dalam menyelesaikan masalah anak

45
60 Tidak perlu
40 1.0 %

35 50
30
40
25
20
30

15 20
10
10 Perlu
5 99.0 %

0 0
Media Ortu Guru Sering Jarang Tidak Pernah
7. Pendidikan

• Semua anak bersekolah di sekolah SDN X


8. Rekreasi

• Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang


tuanya biasanya ke Kebun Binatang Y, taman-taman kota, Pantai
S, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan
bakat anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN X
terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.
Analisa Data

DATA MASALAH
Lingkungan fisik : 1. Defisit kebersihan diri dengan agregat anak usia sekolah
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi 2. Resiko terjadinya kejadian karies gigi agregat anak usia sekolah
perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak 3. Resiko penyalahgunaan media cetak elektronik pada anak untuk memperoleh
menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini diikutioleh anak usia sekolah informasi yang tidak sesuai dengan perkembanganya
Keamanan dan transportasi : 4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orangtua
Kebiasaan jajan sembarangan
80% anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan sembarangan
Mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6%)
45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5%
Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur
75% anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur
Alasan tidak menggosok gigi karna tidak disuruh oleh
orang tuanya (48.7%)
Komunikasi
Kebiasaan formal
Anak mengetahui mengenai informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari
media khususnya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
Komunikasi informal
Sebesar 60% anak sekolah jarang diskusi dengan orang tuanya untuk menyelesaikan
masalah
Sebesar 99% anak usia sekolah menganggap perlu peran ortu untuk mengatasi masalah
anak
Diagnosa Keperawatan (Sesuaikan SDKI)

1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang
kurang baik

2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen
sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar
48.7% anak usia sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh informasi yang tidak sesuai
dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang
gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%

4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan orang tua untuk
menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk mengatasi masalah anak sebesar 99%.
Perencanaan (Sesuaikan SLKI)

• PRIORITAS MASALAH : Langkah awal dalam melakukan perencanaan


adalah memprioritaskan diagnosa keperawatan dengan menggunakan
ranking dari semua diagnosa yang telah ditemukan. Tujuan dari prioritas
masalah adalah untuk mengetahui diagnosa keperawatan komunitas yang
mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan masyarakat.
• PRIORITAS MASALAH : dapat menggunakan 12 kriteria skoring atau
menggunakan analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth)
• Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di
SDN X adalah sebagai berikut
Diagnosa Pentingnya Perubahan positif Penyelesaian untuk Total score
keperawatan pada penyelesaian untuk penyelesaiandi Peningkatan kualitas
agregat anak usia masalah komunitas hidup
sekolah 1 : rendah 0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi

Defisit kebersihan diri 3 2 3 8


pada agregat anak usia
sekolah
Risiko terjadinya 3 3 3 9
kejadian karies gigi  
pada agregat anak usia
sekolah
Risiko 2 1 1 4
penyalahgunaan media
cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi
yang tidak sesuai
dengan
perkembangannya
Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak
dengan orang tua
• Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah
risiko kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah dan
yang akan dijadikan implementasi adalah upaya  preventif dan
promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada
agregat anak  usia sekolah di SDN X
Intervensi Keperawatan (Sesuaikan SIKI)
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat

1. Risiko terjadinya kejadian 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan secara - Komunikasi dan informasi - Komunikasi dan informasi 3 Agustus 2022 SDN X
karies gigi  pada agregat anak Terbentuknya kelompok anak  formal dengan kepala sekolah, - Ceramah dan diskusi - Ceramah dan diskusi
usia sekolah usia sekolah yang peduli guru, dan petugas UKS - Edukasi dan demonstrasi - Edukasi dan demonstrasi
terhadap kesehatan gigi 2. Berikan penyuluhan
2. Jangka pendek  kesehatan tentang karies gigi
- Agregat anak usia sekolah pada kelompok anak usia
tidak mengalami karies gigi sekolah
- Agregat anak usia 3. Demonstrasikan cara
sekolahmendapatkan menggosok gigi dengan
pengetahuan yang cukup  baik dan benar pada kelompok
tentang pencegahan anak usia sekolah
masalahkaries gigi 4. Beri kesempatan
padakelompok anak
usiasekolah untuk
bersamasama mempraktikan
cara menggosok gigi
dengan baik dan benar 
- Kepala sekolah, guru,
dan petugas UKS SDN X
- Kelompok anak usia sekolah
di SDN X
- Komunikasi dan informasi
- Ceramah dan diskusi
- Edukasi dan demonstrasi 3
Agustus 2022 SDN X
5. Lakukan kerjasama dengan
puskesmas setempat untuk 
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak  usia
sekolah di SDN X
Implementasi
Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan

1. Risiko terjadinya kejadian karies Senin / 3 Agustus 2022 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah,
gigi pada agregat anak usia sekolah guru, dan petugas UKS. Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas
UKS mendukung diadakannya penyuluhan kesehatan tentang karies
gigi di SDN X
2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada
kelompok  anak usia sekolah. Seluruh anak antusias dan semangat
untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan.
3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
pada kelompok anak usia sekolah Seluruh anak antusias dan
semangat untuk cara menggosok gigi dengan baik dan benar 
4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk
bersamasama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan
benar . Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama
mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar 
Evaluasi

 Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses


dari pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN X adalah 100%
peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan
kegiatan berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui
adalah melalui peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah
tentang cara menggosok gigi dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari
antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan cara menggosok gigi
dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai