Anda di halaman 1dari 37

HERNIA NUKLEUS

PULPOSUS
PENDAHULUAN

• DEFINISI :
Hernia Nucleus Pulposus adalah keluarnya
nucleus pulosus (gel-like substance) ke dalam
canalis intervertebralis akibat kerusakan
anulus fibrosus (struktur seperti ban) corpus
intervertebral.
• Berdasarkan letak terjadinya herniasi pada
columna certebrae dapat dibagi sebagai
berikut :
1. Hernia Discus Servikalis
2. Hernia Discus Thoracalis
3. Hernia Discus Lumbalis
ANATOMI
Kolumna vertebralis terdiri dari 33 buah vertebrae, yaitu :
• 7 Vertebrae servical
• 12 Vertebrae torakal
• 5 Vertebrae lumbal
• 5 Vertebrae sakral
• 4 Vertebrae koksigeus

Diantara Kalumna vertebralis terdapat corpus vertebrae yang


dihub satu dengan yang lain oleh Discus Intervertebralis yang
diperkuat oleh lig. Longitudinal post dan lig. Longitudinalis anterior

Fungsi discus invertebralis :


• Keleluasaan pengerasan vertebrae
• Shock absorber  pelindung dari trauma

Disc intervert terdiri dari :


• Anulus fibrosus.
• Nukleus pulposus (gel)
• Lempeng kartilago hialin
PATOFISIOLOGI

• Terjadinya herniasi discus terdiri dari 4 stadium,


yaitu:

1. Degenerasi discus, perubahan kimiawi terkait dengan usia


menyebabkan kelemahan pada discus, tapi tanpa terjadinya
herniasi.
2. Prolaps, merupakan suatu bentuk atau perubahan posisi dari discus
dengan pergeseran ringan ke arah kanalis spinalis. Disebut juga
bulge atau protrusion.
3. Extrusion, nucleus pulposus yang memiliki konsistensi seperti gel
menembus lapisan dindingnya (anulus fibrosus) tapi masih berada
dalam discus.
4. Sequestrasi atau Sequestered Disc, nucleus pulposus menembus annulus
fibrosus dan berada di luar dari discus di dalam kanalis spinalis,
disebut sebagai Hernia Nucleus Pulposus (HNP).
• Robekan atau kerusakan pada lapisan discus
intervertebralis akan menimbulkan nyeri
lokal oleh karena adanya stres mekanik pada
bagian yang peka nyeri tersebut. Isi dari
discus, nucleus pulposus, yang tersekuestrasi
memilki efek toksik langsung dan
menimbulkan respon inflamasi dimana kedua
hal tersebut meningkatkan kepekaan
terhadap nyeri.
• Biasanya protusio atau ekstrusio diskus Posterolateral
akan menekan/menjepit akar saraf ipsilateral pada
tempat keluarnya saraf dr kantong duramater.

Akan menampilkan gejala dan tanda Radikuler sesuai


distribusi persarafannya.
FAKTOR RISIKO

Faktor risiko terjadinya HNP dibagi menjadi 2 (dua)


yaitu:
• Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
• Umur yang makin bertambah maka risiko akan semakin
tinggi.
• Laki-laki lebih banyak daripada wanita.
• Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
• Faktor yang dapat dirubah :
• Pekerjaan dan aktivitas
• Olahraga yang tidak teratur, memulai latihan setelah
lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam waktu
lama.
• Merokok
• Obesitas
MANIFESTASI KLINIS

• Bila herniasi terjadi ke arah :


1. Posterolateral, di samping nyeri
pinggang, juga akan memberikan
gejala dan tanda-tanda sesuai
dengan radiks dan saraf yang
terkena.
2. Posterosentral, mengakibatkan nyeri
pinggang oleh karena menekan
ligamentum lonngitudinale yang
bersifat peka nyeri.
• Hernia Nucleus Pulposus ke arah posterosentral di bawah
vertebrae L2 tidak akan melibatkan medula spinalis.
• Kemungkinan yang terkena adalah cauda equina dengan
gejala dan tanda:
- rasa nyeri mulai dari pinggang, daerah perineum, tungkai
sampai kaki
-refleks lutut dan tumit menghilang yang sifatnya unilateral
atau asimetris.
• rasa nyerinya akan bertambah, bila ada kenaikan tekanan
intratekal maupun intradiskal misalnya pada saat mengejan,
batuk, bersin dan membungkuk.
Hernia Nucleus Pulposus Pada
Daerah Cervical
• lebih jarang dibandingkan herniasi lumbal
• Umumnya melibatkan C5-6, C6-7
• Herniasi ini dapat berakibat gawat karena dapat
menekan medula spinalis
• Herniasi discus C5-C6 menekan radiks saraf C6, dan
herniasi discus C6-C7 akan melibatkan radiks C7
• Manifestasi klinis : kekakuan pada leher, rasa tidak
nyaman pada bagian medial scapula, adanya
radicular paresthesia. Gejala diperburuk dengan
adanya pergerakan dari kepala dan leher
Hernia Nucleus Pulposus Pada
Daerah Thoracal
• Jarang terjadi dikarenakan vertebrae thoracalis lebih rigid
dan discus intervertebralis pada daerah thoracal lebih tipis
(hanya 1/5 dari keseluruhan).
• Manifestasi klinis : Nyeri punggung, yang akan bertambah
bila batuk, bersin
Hernia Nucleus Pulposus Pada
Daerah Lumbal
• Paling sering terjadi
• Herniasi terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobile ke
yang kurang mobile (perbatasan lumbosakral dan
servikotorakal).
• Paling sering L4-L5 atau L5-S1. Arah herniasi yang paling
sering adalah posterolateral.
• Manifestasi klinis :
- iskhialgia yang nyeri, biasanya berpusat pada daerah
gluteus posterior, tibialis posterior/lateral dan kaki
lateral/dorsal.
- parestesia atau tebal (70% kasus) sesuai dengan
dermatom radiks yang terkena
- kelemahan otot (dorsofleksi radiks L5, plantar fleksi
radikal S1) dan bila berlangsung lama terjadi atrofi otot
bawah.
DIAGNOSIS

1. Anamnesis :
• Lokasi dari nyeri.
• Penjalaran rasa nyeri.
• Posisi tubuh yang membuat pasien nyaman jika rasa nyeri
menyerang.
• Apakah ada riwayat trauma.
• Apakah ada proses bertambah beratnya nyeri
• Apakah pasien mengkonsumsi obat antinyeri, berapa banyak yang
diminum untuk menghilangkan nyeri.
• Apakah ada riwayat keganasan
2. PEMERIKSAAN FISIK

• Skoliosis
• Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari
pada sisi yang sehat
• Tes-tes :
1. Tes LASEQUE ( Straight Leg Raising / SLR )
2. Tes laseque menyilang atau tes
O’Connell
3. Tes untuk menaikkan tekanan
intratekal :
a. Tes Naffziger
b. Tes Valsava
Tes sensibilitas
Terdapat gangguan sensibilitas :
- Bag. Lateral jari V (S1)
- Bagian medial ibu jari (L5)
Terdapat gangguan Motoris :
≠ Dorsoflexi ibu jari kaki (L5)
≠ Plantar Flexi (S1)
Pemeriksaan Refleks
- refleks tumit menurun / menghilang (S1)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EMG (elektromiografi)
Dengan pemeriksaan EMG dapat ditemukan radiks mana
yang terkena dan sejauh mana gangguannya, masih dalam
taraf iritasi ataukah sudah ada kompresi.
2. Foto lumbal
Pada pemeriksaan ini kita melihat apakah ada penyempitan
jarak tulang yang satu dengan yang diatas atau dibawahnya,
adakah instabilitas atau spondilolistesis.
3. CT. Myelografi
Pada pemeriksaan ini kita melihat apakah adanya filling
defect.
4. Magnetic Resonance Imaging
Pada pemeriksaan ini kita dapat melihat apakah ada
protusio ataupun squester dari bantalan tulang yang
menekan pada sistem
5. Kadar serum kalsium, alkali dan asam fosfatase,
serta kadar gula
6. Pungsi Lumbal
peningkatan kadar protein ringan dengan adanya
penyakit diskus, pungsi lumbal biasanya hanya kecil
manfaatnya untuk diagnostik
7. Diskografi
Pemeriksaan ini membawa resiko komplikasi yang
besar yaitu kemungkinan timbulnya infeksi pada
ruang diskus intervertebralis, terjadinya herniasi
diskus, dan bahaya radiasi. Biaya pemeriksaan relaif
mahal dan hasilnya tidak lebih unggul dari
pemeriksaan MRI sehingga pemeriksaan ini jarang
dikerjakan.
PENATALAKSANAAN
KONSERVATIF

1. Tirah baring 3-6 minggu


Idealnya tidur terlentang dengan alas datar dan keras.
maksud jika anulus fibrosus masih utuh  gel kembali
2. Simtomatis
- Analgetik
- muscle relaxant
- Kortikosteroid
3. Fisioterapi
Dengan pemanasan daerah nyeri
4. Traksi Pelvis atau Traksi Lumbal
5. Mobilisasi
• Jika pasien sudah mulai berdiri dan berjalan  dianjurkan
untuk memakai korset selama beberapa hari/ minggu.
• Jika nyeri sudah hilang mulai diberikan latihan lumbo sakral
serta perubahan postur tubuh khususnya dalam mengangkat
beban, duduk, berdiri.
6. Hydrotheraphy
• Terapi dengan menggunakan media air seperti kompres air
hangat dapat membantu mengurangi rasa nyeri yang timbul
Askep Kasus
Pembahasan
Analisis Masalah Keperawatan

• Pada Asuhan Keperawatan Ny. L (67 thn)


dengan Diagnosis Medis HNP pada L5 dan S1
serta Fraktur pada L2 didapatkan 3 (tiga)
diagnosis keperawatan utama, yaitu:
• Nyeri Akut bd Agen cedera fisik (riwayat jatuh)
dan agen cedera biologis (degenerasi)
• Konstipasi bd kelemahan otot abdomen
• Gangguan Proses Keluarga bd perubahan status
kesehatan anggota keluarga
• Pada diagnosis keperawatan Nyeri akut
merupakan masalah keperawatan utama pada
klien dengan Diagnosis Medis HNP
• Hal ini dikarenakan kompresi akar saraf tulang
belakang dari herniasi diskuss. Selain itu, nyeri
pada kasus disebabkan karena adanya
patahan\fraktur dari lumbal 2 karena adanya
riwayat jatuh yang pernah dialami oleh klien.
• Manifestasi klinis pada masalah keperawatan
nyeri akut, klien ( Nyeri kepalah, nyeri pada
tulang belakang (nyeri seperti tertusuk) skalah
nyeri 7. P: Nyeri saat beraktivitas, batuk dan
BAB. Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk. R: nyeri
pada daerah pinggang, tulang belakang hingga
ke daerah abdomen ). untuk perubahan pola
tidur ( saat sakit: tidr siang 1-2 jam, saat sakit
malam 4 – 5 jam) aktifitas fisik terganggu,
nutrisi & cairan (kurang ada nafsu makan,
makanana dihabusakan ½ porsi makanan
• Masalah Keperawatan kedua pada klien adalah Konstipasi.
Konstipasi terjadi karena adanya kelemahan pada otot abdomen
yang disebabkan karena adanya fraktur pada Lumbal 2, yang
berfungsi untuk mengatur untuk kerja rektum pada saat defekasi
• konstipasi dihasilkan system sensoris sensoris diskriminatif,
sistem afektif-motivasi, dan sistem kognitif-evaluative
• motalitas (paristlaic kolon) menyebapkan resti cedera usus. dari
motalitas (paristlaic kolon) ditransmisikan menuju penurunan
cairan didalam usus menuju penaikan penyerapan dari air dari
tinja didalam usus lalu tinja kering/keras, tinja tertahan dalam
usus, tinja sulit dikelarkan maka terjadinya konstiparasi
• motalitas (paristlaic kolon) menyebapkan resti
cedera usus. dari motalitas (paristlaic kolon)
ditransmisikan menuju penurunan cairan
didalam usus menuju penaikan penyerapan
dari air dari tinja didalam usus lalu tinja
kering/keras, tinja tertahan dalam usus, tinja
sulit dikelarkan maka terjadinya konstiparasi
• Proses Hospitalisasi pada klien akan
mengakibatkan masalah keperawatan ketiga
yaitu Gangguan Proses Keluarga
• Masalah Keperawatan ketiga pada klien adalah
Gangguan Proses Keluarga.
• Klien mengatakan bahwa selama dirawat anak
pertama klien yang merawat klien. Hal ini
mengakibatkan anak klien tidak bisa bekerja
dan aktifitas rumah tangganya menjadi
terganggu.
• Klien mengatakan kadang anaknya tidak
mempedulikan klien.
• Klien mengatakan sedih dengan kondisinya
sekarang sehingga membuat keluarganya harus
mengurus klien di rumah sakit. Kadang klien
merasa sulit untuk meminta bantuan anaknya
seperti mengantar ke kamar mandi, atau
meminta untuk dibantu untuk mandi.
Analisis Intervensi
Keperawatan

• Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan


Indonesia) dengan kriteria hasil yaitu Tingkat
Nyeri (L.08066) Keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, tegang menurun, sikap
protektif menurun.
• . Rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan untuk memenuhi kriteria hasil
menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) yaitu :
• Manajemen Nyeri (I.08238 )
1.observasi
-Identifiksai lokasi,
1.karakteristik,
2.durasi,
3.frekuensi,
4.kualitas,
5.intensitas nyeri,
6.identifikasi skala nyeri dan identifikasi : faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
2. Terapeutik :
-berikan tehnik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri (kompres hangat kering).
3. Edukasi :
-jelaskan penyebab,
-periode,
-dan pemicu nyeri dan
4. Kolaborasi : kolaborasi pemberian analgesic..
Implementasi Keperawatan

• Saat dilakukan tindakan terapi buli-buli panas,


teknik yang digunakan adalah terapi kompres
buli-buli panas.
• Setelah dilakukan tindakan selama 10-15 menit
respon nyeri yang dirasakan klien berkurang
dan klien dapat sedikit mampu beraktivitas
• Selanjutna Prosedur pemberian kompres buli-
buli panas adalah menempatkan kantong berisi
air hangat pada bagian tubuh luar/Warm
Water Zag (WWZ), disalurkan melalui konduksi
seperti kantong karet yang diisi air hangat atau
buli-buli panas kebagian tubuh yang nyeri
• Tujuan dari kompres hangat ini untuk
menurunkan intensitas nyeri dengan manfaat
pemberian kompres hangat secara biologis
yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah
yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
darah
• Setelah di lakuakn tindakan kompres hangat dapat di
ketahui bahwa, kompres hangat dapat berpengaruh
terhadap nyeri di bagian punggung bawah pada klien
• kompres hangat yang dilakukan selama ±15 menit
perhari mampu menurunkan nyeri karena kompres
angat bekerja dengan membuat pembuluh darah
menjadi vasodilatasi, meningkatkan aliran darah serta
mampu menyebabkan vasodilatasi sehingga suplai
oksigen dan metabolisme kedalam jaringan dapat
meningkat

Anda mungkin juga menyukai