Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

Hernia Nukleus Pulposus


(HNP)
Pembimbing : dr. Eka Poerwanto, Sp.KFR

Oleh : Putu Pradnya Jiwaiswari


NIM : 20210420139
Anatomi Tulang
Belakang
Tulang belakang adalah suatu struktur lentur yang terbentuk dari
sejumlah tulang yang disebut vertebra. Diantara tiap dua ruas
vertebra terdapat bantalan tulang rawan (intevertebral disc).
Seluruhnya berjumlah 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara
segmental yang terdiri atas :
• 7 ruas tulang servical (vertebra servikalis),
• 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis),
• 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis),
• 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra sakral),
• dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).
Definisi

HNP adalah suatu keadaan dimana nukleus


pulposus meluruh sehingga menonjol melalui
anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan penekanan radiks saraf.
Etiologi
hal-hal yang menyebabkan penyakit
HNP antara lain :
Penyebab Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
terjadi karena perubahan degeneratif yang - Aktivitas mengangkat benda berat
dengan posisi awalan yang salah
mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya (membungkuk)
nucleus pulposus yang ditandai dengan adanya
- Kebiasaan sikap duduk yang salah dalam
peningkatan usia. rentang waktu yang sangat lama (duduk
membungkuk)

- Melakukan gerakan yang salah baik


disengaja maupun tidak

- Kelebihan berat badan (obesitas)


Epidemiologi
HNP merupakan salah satu penyebab
paling umum dimana pasien mengeluhkan
adanya nyeri punggung bawah. Prevalensi
HNP adalah sekitar 1-2% di Amerika Serikat, Rasio HNP antara laki-laki dan
dan sekitar 1-3% di Finlandia dan Italia. wanita adalah 2:1. Wanita cenderung
mengeluh adanya nyeri punggung
Kejadian HNP di beberapa negara bawah, sedangkan rasa nyeri dari
berkembang sekitar 15-20% dari total pinggul yang menjalar ke kaki
populasi. Dimana penyakit ini terutama dilaporkan lebih sering pada laki-laki.
menyerang orang dewasa pada usia 30-50
tahun dan mencapai puncaknya pada usia 40-
45 tahun
Faktor Resiko
a. Tidak dapat diubah
- Usia
- Jenis kelamin (Laki-laki > Perempuan)
- Riwayat trauma
b. Dapat diubah
- Aktivitas dan pekerjaan (mengangkat beban berat latihan fisik berlebih, posisi
membungkuk, duduk dalam waktu lama)
- Berat badan berlebih
- Olahraga tidak teratur/sedentary lifestyle
Patofisiologi

Diskus intervertebralis terdiri dari nukleus Manusia akan mencapai puncak pertumbuhan
pulposus di dalam dan anulus fibrosus di tulang belakang pada usia 30 tahun. Setelah
luar. Nukleus pulposus adalah tempat usia 30 tahun, jaringan, sendi, dan diskus kita
sekresi kolagen dan mengandung banyak secara bertahap akan mulai mengalami
proteoglikan (PG), yang memfasilitasi degenerasi. Adanya gaya geser dan putar
retensi air, menciptakan tekanan kronis yang berulang dapat mempercepat
hidrostatik untuk menahan kompresi aksial proses degenerasi diskus, yang
tulang belakang. Nukleus pulposus mengakibatkan peningkatan kelonggaran,
terutama terdiri dari kolagen tipe II. pergeseran, dan robeknya anulus fibrosus.
Patofisiologi

Herniasi nukleus pulposus paling sering


terjadi ke arah ligamentum longitudinal
posterior lateral, biasanya akan
menghasilkan yang dinamakan hernia
diskus parasentral, yang akan
menyebabkan stenosis foraminal dan
kompresi akar saraf. Untuk mencegah
pergerakan diskus yang berlebihan, sendi
facet secara bertahap mengkompensasi
melalui hipertrofi.
Patofisiologi

Namun, hasil dari hipertrofi ini dapat menekan akar saraf yang keluar dan
berkontribusi pada perburukan stenosis foraminal. Stenosis foraminal adalah salah
satu penyebab utama radikulopati lumbal dan nyeri punggung bawah kronis.
Perubahan patofisiologi ini progresif dengan usia atau penyakit itu sendiri. Nyeri
yang disebabkan oleh proses degeneratif ini dapat membatasi aktivitas pasien atau
toleransi latihan, yang dapat mengakibatkan penambahan berat badan dan berujung
pada ketegangan tambahan pada tulang belakang.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama meliputi :
- Nyeri radikuler
- Nyeri punggung bawah
- Kelainan sensorik pada distribusi akar saraf lumbosacral
- Kelemahan pada distribusi akar saraf lumbosacral
- Fleksi tubuh terbatas
- Eksaserbasi nyeri dengan mengejan, batuk, dan bersin
- Nyeri meningkat dalam posisi duduk
Diagnosis
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
Pertanyaan itu berupa :
- kapan nyeri terjadi - Inspeksi
- lokasi nyeri
Perhatikan cara berjalan, berdiri,
- kualitas dan sifat nyeri
duduk, inspeksi daerah punggung.
- penjalaran nyeri
- aktivitas yang memprovokasi nyeri; - Palpasi
memperberat nyeri; dan meringankan Palpasi sepanjang kolumna
nyeri. vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan)
Selain nyari, perlu ditanyakan apa
pekerjaan, hobi, keseharian dan riwayat
trauma.
Diagnosis
3. Pemeriksaan Neurologis
Tes yang dapat dilakukan untuk
- Pemeriksaan sensoris diagnosis HNP :
- Pemeriksaan saraf kranial (saraf 1-
12) - Pemeriksaan ROM (range of
- Pemeriksaan motorik movement)
- Pemeriksaan refleks - Straight leg raise (lasegue) test
- Tes untuk menaikkan tekanan - Lasegue menyilang
intrakranial - Kernig sign
- Tes Naffziger - Angkle jerk reflex
- Tes valsava - Knee jerk reflexd
- Contra Patrick sign
- Patrick sign
Pemeriksaan Penunjang

a. Foto Polos
b. Kaudiografi, mieolografi, CT Scan
c. MRI
Tatalaksana
Perawatan utama untuk HNP adalah diawali dengan
istirahat, dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi,
diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95%
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas
normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk
terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi
steroid atau pembedahan.
Tatalaksana
a. Medikamentosa
- NSAID (ibuprofen, naproxen)
- Muscle relaxant
b. Non Medikamentosa (Rehabilitasi Medik)
- Traksi Pelvis
- Diatermi
- Korset lumbal
- Excercise theraphy (Proper body mechanics)
Tatalaksana

c. Operasi
- Laminotomi (pemotongan sebagian lamina di atas/bawah saraf yang
tertekan
- Laminektomi (pemotongan sebagian besar lamina atau vertebra)
- Disektomi (pemotongan sebagian atau keseluruhan diskus
intervertebralis)
Komplikasi Prognosis
- Deficit Motorik
- Sebagian besar pasien HNP, gejalanya akan
- Kompresi sumsum tulang
resolusi tanpa operasi. Perawatan
belakang
konservatif efektif dan pasien biasanya
- Sindrom cauda equina
mengalami pengurangan gejala setelah
beberapa minggu.
- Namun beberapa kasus tidak membaik
dengan pengobatan konservatif dan mungkin
memerlukan terapi invasive seperti injeksi
steroid pada akar saraf atau pembedahan.
Pencegahan

- Peregangan yang mendadak pada punggung


- Menghindari mengangkat benda/sesuatu dengan tubuh dalam keadaan
fleksi atau membungkuk
- Hidari kerja atau aktivitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya
gejala setelah periode awal
Edukasi
- Analgetika yang non adiktif perlu diberikan
untuk meredakan rasa nyeri
- Istirahat di tempat tidur yang padat dan
kasur jangan sampai melengkung
- Selama nyeri belum hilang, fisioterapi untuk
mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi
- Bantal ditaruh di bawah pinggang agar
sebaiknya jangan dimulai
tidak membuat lordosis lumbal
- Pelvic traction dapat dilakukan dirumah sakit
- Pasien yang mengeluh nyeri di
yang memiliki fasilitas yang sesuai
perbolehkan tidur miring dengan kedua
tungkai sedikit di tekuk pada sendi lutut
- Selalu memakai korset pinggang atau griddle
support selama masa peralihan ke mobilisasi
penuh.
Terima kasih!


Anda mungkin juga menyukai