Diskus intervertebralis terdiri dari nukleus Manusia akan mencapai puncak pertumbuhan
pulposus di dalam dan anulus fibrosus di tulang belakang pada usia 30 tahun. Setelah
luar. Nukleus pulposus adalah tempat usia 30 tahun, jaringan, sendi, dan diskus kita
sekresi kolagen dan mengandung banyak secara bertahap akan mulai mengalami
proteoglikan (PG), yang memfasilitasi degenerasi. Adanya gaya geser dan putar
retensi air, menciptakan tekanan kronis yang berulang dapat mempercepat
hidrostatik untuk menahan kompresi aksial proses degenerasi diskus, yang
tulang belakang. Nukleus pulposus mengakibatkan peningkatan kelonggaran,
terutama terdiri dari kolagen tipe II. pergeseran, dan robeknya anulus fibrosus.
Patofisiologi
Namun, hasil dari hipertrofi ini dapat menekan akar saraf yang keluar dan
berkontribusi pada perburukan stenosis foraminal. Stenosis foraminal adalah salah
satu penyebab utama radikulopati lumbal dan nyeri punggung bawah kronis.
Perubahan patofisiologi ini progresif dengan usia atau penyakit itu sendiri. Nyeri
yang disebabkan oleh proses degeneratif ini dapat membatasi aktivitas pasien atau
toleransi latihan, yang dapat mengakibatkan penambahan berat badan dan berujung
pada ketegangan tambahan pada tulang belakang.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama meliputi :
- Nyeri radikuler
- Nyeri punggung bawah
- Kelainan sensorik pada distribusi akar saraf lumbosacral
- Kelemahan pada distribusi akar saraf lumbosacral
- Fleksi tubuh terbatas
- Eksaserbasi nyeri dengan mengejan, batuk, dan bersin
- Nyeri meningkat dalam posisi duduk
Diagnosis
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
Pertanyaan itu berupa :
- kapan nyeri terjadi - Inspeksi
- lokasi nyeri
Perhatikan cara berjalan, berdiri,
- kualitas dan sifat nyeri
duduk, inspeksi daerah punggung.
- penjalaran nyeri
- aktivitas yang memprovokasi nyeri; - Palpasi
memperberat nyeri; dan meringankan Palpasi sepanjang kolumna
nyeri. vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan)
Selain nyari, perlu ditanyakan apa
pekerjaan, hobi, keseharian dan riwayat
trauma.
Diagnosis
3. Pemeriksaan Neurologis
Tes yang dapat dilakukan untuk
- Pemeriksaan sensoris diagnosis HNP :
- Pemeriksaan saraf kranial (saraf 1-
12) - Pemeriksaan ROM (range of
- Pemeriksaan motorik movement)
- Pemeriksaan refleks - Straight leg raise (lasegue) test
- Tes untuk menaikkan tekanan - Lasegue menyilang
intrakranial - Kernig sign
- Tes Naffziger - Angkle jerk reflex
- Tes valsava - Knee jerk reflexd
- Contra Patrick sign
- Patrick sign
Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Polos
b. Kaudiografi, mieolografi, CT Scan
c. MRI
Tatalaksana
Perawatan utama untuk HNP adalah diawali dengan
istirahat, dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi,
diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95%
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas
normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk
terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi
steroid atau pembedahan.
Tatalaksana
a. Medikamentosa
- NSAID (ibuprofen, naproxen)
- Muscle relaxant
b. Non Medikamentosa (Rehabilitasi Medik)
- Traksi Pelvis
- Diatermi
- Korset lumbal
- Excercise theraphy (Proper body mechanics)
Tatalaksana
c. Operasi
- Laminotomi (pemotongan sebagian lamina di atas/bawah saraf yang
tertekan
- Laminektomi (pemotongan sebagian besar lamina atau vertebra)
- Disektomi (pemotongan sebagian atau keseluruhan diskus
intervertebralis)
Komplikasi Prognosis
- Deficit Motorik
- Sebagian besar pasien HNP, gejalanya akan
- Kompresi sumsum tulang
resolusi tanpa operasi. Perawatan
belakang
konservatif efektif dan pasien biasanya
- Sindrom cauda equina
mengalami pengurangan gejala setelah
beberapa minggu.
- Namun beberapa kasus tidak membaik
dengan pengobatan konservatif dan mungkin
memerlukan terapi invasive seperti injeksi
steroid pada akar saraf atau pembedahan.
Pencegahan