Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

HERNIATED NUCLEUS PULPOSUS (HNP)

Pembimbing:
Dr. Bardan, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD KABUPATEN BEKASI
PERIODE 30 JULI – 31 AGUSTUS 2019
DEFINISI Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus
pulposus dari diskus melalui robekan annulus
fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan radix spinalis sehingga
menimbulkan gangguan (Munir, 2015).

Nama lain : Hernia Diskus Intervertebralis, Ruptur


Disc, Slipped Disc, Prolapsed Disc dan sebagainya

2
EPIDEMIO Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi.
LOGI Usia yang paling sering adalah usia 30 – 50 tahun.
Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada
tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1.
Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit
terbanyak di Amerika Serikat dengan angka
prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi
dijumpai pada usia 45-60 tahun.

3
ETIOLOGI
▹ Meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang
mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus
pulposus.
▹ Trauma derajat sedang yang berulang

4
FAKTOR RISIKO 1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.
b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.
c. Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.
2. Faktor risiko yang dapat dirubah
▹ Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat
atau menarik barang-barang serta, sering membungkuk atau
gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat,
paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
▹ Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak
berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.

5
 Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
Riwayat diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
 Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
Penyakit menyebabkan strain pada punggung bawah.
Dahulu  Batuk lama dan berulang.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi:
 Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas
pembebanan.
 Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar, naik atau turun.
 Keterampilan pekerja.

6
PATOMEKA 1. Proses Degenaratif
NISME Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan
fibrokartilago yang berfungsi sebagai shock absorber,
menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis dan juga
memungkinkan gerakan antar vertebra. Pada umumnya
hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang
lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan
lumbosakral dan servikotolarak)

7
PATOMEKA 2. Proses Traumatik
NISME Jika tekanan cukup besar sampai bisa melukai annulus,
nucleus pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut
dapat pula menyebabkan herniasi, seperti mengangkat
benda dengan cara yang salah dan jatuh.

8
KLASIFIKAS Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade
I berdasarkan keadaan herniasinya:
1. Protrusi diskus intervertebralis
2. Prolaps diskus intervertebral
3. Extrusi diskus intervertebral
4. Sequestrasi diskus intervertebral

9
KLASIFIKAS Berdasarkan MRI, klasifikasi HNP dibedakan
I berdasarkan 5 stadium :

10
MANIFESTASI 1. Rasa Nyeri
KLINIS 2. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid,
parestesia dan retensi urine
3. HNP lateral akan menimbulkan rasa nyeri dan nyeri
tekan
4. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex
achiller negative
5. Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada
malleolus lateralis dan bagian lateral pedis

11
DIAGNOSIS 1. Anamnesis
Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? apa
pekerjaan sehari-hari? adakah suatu trauma?
Dimana letak nyeri? sebaiknya penderita sendiri yang disuruh
menunjukkan dimana letak nyerinya. Ada tidak penjalaran?
Bagaimana sifat nyeri? apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh
tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu?
Apakah nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk,
mengangkat barang berat?
Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa?
Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam. Ada
tidak gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido?

12
DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk
Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya,
lordosis, ada tidak jalur spasme otot para vertebral? deformitas?
kiphosis? gibus?
2. Palpasi
Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan
pada salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil
dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebral)

13
DIAGNOSIS Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus
nyeri pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf
atau karena sebab yang lain.
Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah
satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya
gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan
demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.
Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen
mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun
kekuatannya.

14
DIAGNOSIS Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor
neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri
punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari
segmen yang terkena akan menurun atau menghilang.

15
DIAGNOSIS Pemeriksaan Lainnya, berupa:
1. Pemeriksaan range of movement (ROM)
memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa
ada atau tidaknya penyebaran rasa nyeri.

2. Tes laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)


Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki
dengan lurus pada sudut 30-70o, menandakan ada kompresi dari
akar saraf lumbal.

16
DIAGNOSIS 3. Test kontralateral laseque
Hal ini menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut
terkena.

17
DIAGNOSIS 3. Test kontralateral laseque
Hal ini menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut
terkena.

4. Tes kernig
Kernig positif bila ada tahanan atau nyeri dan sudut tidak mencapai
135°.

18
DIAGNOSIS 5. Tes patrick
Interpretasi: Akan timbul nyeri pada sendi panggul ipsilateral pada
saat dilakukan penekanan pada lutut yang difleksikan tersebut.

6. Tes kontra patrick


Lipat tungkai pasien yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan.
Lakukan penekanan sejenak pada lutut tungkai tersebut. Interpretasi:
akan timbul rasa nyeri pada garis sendi sakroiliaka bila di situ
terdapat suatu keadaan patologis (arthritis)

19
DIAGNOSIS Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
meliputi pemeriksaan darah dan juga pemeriksaan cairan otak.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa
sekaligus menyingkirkan diagnosa banding. Liquor cerebrospinalis
(LCS) biasanya normal.

Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Lumbosacral. Foto ini dapat digunakan untuk menemukan
kelainan pada daerah lumbal, antara lain hilangnya dics space.
2. Spine MRI maupun spine CT dapat memperlihatkan adanya
kompresi pada spinal canal oleh herniasi dari diskus.
3. Myelogram digunakan untuk mengetahui ukuran maupun lokasi
dari herniasi diskus.
Pemeriksaan Elektromyografi untuk mengetahui adanya iritasi
radikulopati.

20
DIAGNOSIS 1. Spondylolisthesis
BANDING 2. Spondylosis

3. Neoplasma

21
TATALAKSANA Penatalaksanaan secara konservatif antara lain:
1. Analgesik golongan OAINS: ibuprofen, asetaminofen OAINS
merupakan obat lini pertama untuk terapi low back pain
2. Tidak perlu imobilisasi kecuali terdapat gejala radikuler berat
3. Modifikasi aktivifas, edukasi pasien (kurangi duduk lama terus
menerus, membungkuk, dan mengangkat barang)
4. Fisioterapi, program olahraga

22
TATALAKSANA Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
1. Kompres hangat/dingin
2. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
3. Ultrasound
4. High frequency current (HFC CFM)
5. Bugnet Exercises

23
TATALAKSANA Indikasi bedah pada kasus HNP adalah (Deyo et al, 2014):
1. Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi
konservatif yang adekuat selama > 3bulan
2. Hasil EMG didapatkan kompresi radiks
3. Defisit neuorologis progresif
4. Pembedahan yang biasa dilakukan adalah disektomi anterior
servikal atau laminektomi

24
KOMPLIKASI 1. Atrofi otot-otot ekstremitas inferior
• L4 menyebabkan atrofi pada m.quadriceps femoris
• S1 menyebabkan atrofi pada m.gastroknemius dan m.soleus
2. Sindroma Cauda equina
hernia cakram yang menekan ekor sumsum tulang belakang (cauda
equina dan ditandai rasa baal di dubur dan sekitarnya, gangguan
buang air besar dan berkemih).

25
PROGNOSIS • Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan
terapi konservatif.
• Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun
sudah diterapi.
• Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri
tungkai,kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

26

Anda mungkin juga menyukai