TUMOR PAYUDARA
Disusun oleh:
Winda Afdilla J 110201l4280
Pembimbing:
dr. Aladin Sampara Sp. B
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir
zaman. Karena atas rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi
kasus yang berjudul “Tumor Payudara”. Penulisan laporan kasus ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian
departemen ilmu bedah di RSUD Kabupaten Bekasi.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan laporan kasus ini tidak
terlepas dari bantuan dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu, terutama kepada dr. Aladin, Sp.B yang telah memberikan
arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan
presentasi kasus ini. Akhir kata penulis berharap penulisan presentasi kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Betawi
Alamat : Kp Cimahi, Cikarang pusat Bekasi
Tanggal masuk RS : 6 Februari 2020
Tanggal Pemeriksaan : 6 Februari 2020
II. ANAMNESIS
D. Riwayat Menstruasi
E. Riwayat Melahirkan
F. Riwayat Menyusui
A. Pemeriksaan Umum
B. Pemeriksaan Khusus
Status Generalis:
Kepala Bentuk : Normocephale
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-),
eksoftalmus (-)
Mulut : Sianosis (-)
Leher :: tidak ada pembesaran KGB
Thoraks Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, retraksi (-), tampak
adanya massa di mamae dextra
Jantung
Inspeksi Tidak tampak ictus kordis
Palpasi : Teraba ictus cordis di sekitar papilla mammae sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular, Murmur (-), Gallop (-)
:
Abdomen Inspeksi : Bentuk datar, tidak tampak darm contour atau darm
steifung
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Perkusi : Timpani pada kesembilan regio abdomen,
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), massa (-), hepar dan lien
tidak membesar.
Ekstremitas Superior : deformitas (-), edema (-/-), CRT < 2 detik
Inferior : deformitas (-), edema (-/-), CRT < 2 detik
STATUS LOKALIS :
Regio colli anterior dextra
I : Tampak benjolan sebesar biji salak, warna kulit sama dengan sekitar.
Resume
V. DIAGNOSIS KERJA
Struma nodosa non toxic
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanactionam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.3 Innervasi
Bagian superior payudara mendapat persarafan dari saraf-saraf
suprakavikularis. Saraf-saraf klavikularis mendapat persafaran dari cabang ketiga
dan keempat plekus servikalis. Kulit di bagian medial payudara dipersarafi oleh
bagian kulit anterior saraf antariga kedua sampai ketujuh. Sensasi di payudara
berasal dari cabang kulit lateral saraf antariga keempat.
BRCA-2
BRCA2 terletak di lengan kromosom 13q dan meliputi wilayah sekitar 70
kb DNA genom. Daerah pengkode 11,2-kb mengandung 26 pengkodean
exons. Fungsi biologis BRCA-2 kemungkinan beruhubungan denga
pengerusakan respon jalur DNA.
Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting
dalam tubuh.
3. Pernah menderita kanker payudara.
Harvey dan Brinton mengemukakan wanita dengan riwayat Ca mammae
primer mempunyai resiko 3 sampai 4 kali lebih besar untuk timbulnya Ca
mammae kontralateral. Resiko timbulnya Ca mammae primer kedua pada
mammae kontralateral meninggi pada wanita yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
risiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang
terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
5. Hormonal
WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan
insidens Ca mammae yang berhubungan dengan penggunaan kotrasepsi
injeksi seperti depot-medroxyprogesterone acetate (DMPA). Berdasarkan
beberapa penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan esterogen
sebagai terapi penganti hormon (Hormone Replacement Therapy = HRT)
pada wanita perimenopause dan post menopause sedikit meningkatkan
resiko Ca mammae. Resiko meningkat jika pada wanita yang menerima
Estrogen Hormon Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah
menderita kelainan benigna pada mammae-nya
6. Faktor diet
The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of
Sciences menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan
berlemak dan insiden dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi
dapat meningkatkan resiko Ca mammae dua kali lipat.
7. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
Risiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang
pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan
bertambahnya jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur
jaringan payudara (hiperplasia atipik).
8. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.
Semakin dini menarche, semakin besar risiko menderita kanker payudara.
Risiko menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarche sebelum usia 12 tahun.
9. Menyusui dan Menopause
Dahulu dikatakan bahwa wanita yang menyusui untuk waktu lama (lebih
dari 6 bulan selama hidupnya) mempunyai resiko yang lebih rendah untuk
menderita Ca mammae dibandingkan wanita yang tidak menyusui. Namun
saat ini pendapat itu tidak lagi disetujui. Untuk wanita yang mengalami
menopause pada usia diatas 55 tahun, resiko timbulnya Ca mammae 2 kali
lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mulai menopause sebelum
usia 45 tahun. Induksi menopause buatan dapat menurunkan resiko Ca
mammae, misalnya pada wanita-wanita yang mengalami oophorectomy
(pengangkatan ovarium) pada usia kurang dari 35 tahun.
10. Obesitas
Obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor risiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obesitas. Penelitian membuktikan bahwa resiko Ca mammae mempunyai
hubungan langsung dengan berat badan. Resiko untuk Ca mammae pada
wanita obese 1,5 sampai 2 kali lebih tinggi daripada wanita tidak obese.
11. Radiasi
Wanita yang tetap hidup setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki dan
pernah menjalani pengobatan dengan radiasi dosis tinggi untuk akut
postpartum mastitis, dan yang pernah menjalani pemeriksaan fluoroscopy
thorax untuk pengobatan TBC paru, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
menderita Ca mammae. Exposure multiple dengan dosis yang relative kecil
beresiko sama dengan exposure tunggal dosis besar.
12. Alkohol
Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat
pada wanita yang mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dikenal
meningkatkan kadar serum estradiol yang ikut meningkatkan kadar
estrogen dalam tubuh.
13. Paritas dan Fertilitas
Wanita yang infertil dan nullipara mempunyai kemungkinan 30-70 % lebih
tinggi untuk menderita Ca mammae dibandingkan dengan multipara.
Wanita yang pernah hamil dan melahirkan pada usia 18 tahun mempunyai
resiko Ca mammae sekitar 1/3 kali dibandingkan dengan wanita yang hamil
untuk pertama kalinya pada usia diatas 35 tahun. Hal ini berhubungan
dengan adanya rangsangan secara terus menerus oleh esterogen dan
kurangnya konsentrasi progesterone dalam darah, akan tetapi wanita yang
hamil dan melahirkan untuk pertama kalinya pada usia diatas 30 tahun
mempunyai resiko menderita Ca mammae lebih tinggi dibandingkan
nullipara.
Beberap faktor risiko Tumor payudara
A. Faktor Risiko Tinggi
1. Berusia >40 Tahun
2. Riwayat kanker pada salah satu payudara (terutama sebelum
menopause)
3. Riwayat Kanker Pada Keluarga
4. Hiperplasia dengan atipia
5. Paritas
a. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullparity)
b. Wanita yang hamil pertama pada usia >31 tahun (3-4 kali
berisiko terkena kanker payudara dibandingkan pada usia
<18 tahun)
6. Lobular carcinoma in situ (30% berisiko kanken invasive)
7. Pada laki-laki dengan sindrom klinefelter, gynecomastia, dan
riwayat keluarga laki-laki pernah mengalami kangker payudara
B. Faktor Risiko Sedang
1. Menarche ≤11 tahun
2. Menopause ≥ 55 tahun
3. Riwayat penggunaan terapi hormone pengganti (estrogen oral)
4. Riwayat kanker ovarium, fundus uteri, atu kolon
5. Diabetes
6. Konsumsi alcohol
C. Faktor Yang Diketahui Menurunkan Risiko
1. Keturunan asia
2. Early Menopause
3. Mensterilkan (Vasektome, Tubektomi) sebelum 37 tahun
3.5 Klasifikasi
3.5.1 Carcinoma In Situ
Sel-sel kanker dianggap insitu atau invasif tergantung dari apakah dia
mengenai dasar membran. Pada kanker payudara in situ tidak mengenai stroma
sekitar, sel kanker hanya mengenai ductus dan aleveolar. Karena dapat terjadi
penjalaran, akurasi diagnosis tentang karsinoma in situ perlu dilakukan analisis
mikrosopoik mulitple. Karsinoma in situ dibagi menjadi dua, yaitu lobular
carsinoma in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ, selain itu karsinoma in situ
diketahui dapat berkembang menjadi kanker invasif.
B. Medullary carcinoma 4%
D. Papillary carcinoma 2%
E. Tubular carcinoma (and ICC) 2%
a) Penyakit Paget
Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh
carcinoma ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi
eczematoid, krusta, bersisik, dan hiperemis.Tumor primernya dapat tidak teraba
pada palpasi dan erosi atau krusta sering terkacaukan dengan dermatitis.Angka
kejadiannya adalah sekitar 2 % dari seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul
bersama-sama dengan Ca ductal atau invasive.Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas
dan kadang berdarah.Penting sekali untuk dilakukan biopsi papilla mammae.
Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal invasive, biasanya masih
pada stadium 1.
c) Carcinoma Medullare
Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari
ductus yang besar dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang
lunak. Biasanya mobile dan terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis,
kulit sering tertarik diatas massa sferis besar yang berdiameter lebih dari 3 cm.
Riwayat progresifitas lambat, walaupun tumor dapat membesar dengan cepat,
sekunder terhadap perdarahan atau nekrosis. Hanya kurang dari 20 % kasus Ca
medullare ini yang timbul bilateral dan kurang dari 10 % yang mengandung
esterogen dan progesteron reseptor. Carcinoma ini mempunyai 5 year survival rate
lebih baik dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif.Prognosis terpenting pada
Ca medullare adalah keterlibatan metastase ke KGB axillaris.
d) Comedo carcinoma
Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari
semua Ca mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti
pasta yang dapat dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat,
dapat meluas dalam waktu beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang
pada sepertiga pasien dapat metastase ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival
rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 58 %, setelah mastectomy yang
adekuat. Secara makroskopis, tumor ini berbatas tegas, kenyal, dan berwarna
keabu-abuan.
f) Papillary carcinoma
Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering
ditemukan pada usia 70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi
biasanya kecil, jarang melebihi 2-3 cm dan berbatas tegas. Dapat timbul nekrosis,
perdarahan sentral, dan menghasilkan sekret yang keluar dari papilla.
g) Tubular carcinoma
Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang
digambarkan membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.
Neoplasma jenis ini sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit
fibrokistik mammae dan harus dibedakan dari hyperplasia atipik fokal. Survival
rate-nya mendekati 100 %.
Selain itu ada juga gejala-gejala lain yang dapat menunjang kanker
payudara, yaitu
Nyeri tulang
Tidak nyaman atau nyeri di payudara
Pembengkakan pada daerah ketiak (sebelah payudara yang terkena
kanker)
Penurunan berat badan
B. Palpasi
Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati.
Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli
bedah akan melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa
seluruh kuadran payudara dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi,
dan dari clavicula inferior sampai rectus bagian atas. Secara sistematis mencari
pembesaran KGB.
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil
pemeriksaan laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat
menujukkan adanya metastasis pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat
terjadi hiperkalemia. Pemeriksaan laboratorium lain meliputi:
Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen)
MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen)
CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu
BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King-
didukung ole The Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari
kromosom 13.
Gen AM (ataxia-telangiectasia): ditemukan gen ini pada pasien bias
sebagai predisposisi timbulnya Ca mammae
2. Radiologi
X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan
mendeteksi adanya metastase ke paru-paru
Mammografi
Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau
tidak. Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun
yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan
screening. Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda
primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign,
adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologis dan adanya
mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vascularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya
bridge of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak
teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan adanya metastasis
ke kelenjar.
USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga
dapat membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca
mammae yang klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat,
batas ireguler, tekstur tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae
terdapat suatu Shadowing. Selain itu USG juga dapat membantu staging
tumor ganas mammae dengan mencari dan mendeteksi penyebaran lokal
(infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke KGB regional atau
ke organ lainnya (misalnya hepar). Ultrasonography juga digunakan
sebagai penuntun untuk melakykan fine-needle aspiration biopsy, core
needle biopsy.
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology)
merupakan teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan
diperoleh dari hasil punksi jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa
guiding USG. FNAB sekarang lebih banyak digunakan dibandingkan
dengan cutting needle biopsy karena cara ini lebih tidak nyeri, kurang
traumatic, tidak menimbulkan hematoma dan lebih cepat menghasilkan
diagnosis. Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil
negatif pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak
mengenai daerah keganasan sehingga biopsy eksisi tetap diperlukan untuk
konfirmasi hasil negative tersebut.
3.8 Penatalaksanaan
Untuk stadium 0 atau Carcinoma in situ, terapi ini bertujuan untuk
mencegah atau sebagai diteksi tahap awal terhadap carcinoma invasi. Untuk LCIS
dilakukan tidakan bilateral masektomi total atau chemoprevention tamofixen.
Untuk DCIS masectomi masi merupakan gold standar dari tindakan, biasanya
dilakukan apabila kanker berukuran > 4cm atau berada di >1 kuadran. Selain itu
untuk DCIS bisa dilakukan lumpectomy dengan terapi radiasi, atau dilakukan
lumpectomy saja, atau pemberian tamoxifen
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat
adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau
modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.
2. Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang
mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia
pectoralis. Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi
dengan terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB
merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak
diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-
sel ganas sebagai akibat trauma operasi.
3. Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Hormonal terapi adalah
terapi utama pada stadium IV disamping khemoterapi. Untuk wanita premenopause
terapi hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy.Untuk post
menopause terapinya berupa pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun
menopause jenis terapi tergantung dari aktivitas efek esterogen.Efek esterogen
positif dilakukan terapi ablasi, efek esterogen negative dilakukan pemberian obat-
obatan anti esterogen.
4. Chemoterapy
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan
pada Ca mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada
Ca mammae yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya
diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera
setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan
ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup
penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat
tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka
di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa
ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah
kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis
kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga
menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek
samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan
estrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon
(misalnya mengurangi risiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta
meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi
hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
Kanker yang didukung oleh estrogen
Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2
tahun setelah terdiagnosis
Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia
40 tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen
dalam jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami
menopause. Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan
obat pilihan pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan
estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung
telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun
setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat
hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan
untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu
hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena
aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
5. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi.
Dengan adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah
konservatif pada Ca mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk
menyusutkan tumor yang besar sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk
mengangkat tumor Tindakan bedah konservatif adalah yang dikenal dengan
namaBreast Conserving Treatment yaitu tindakan bedah dengan hanya mengangkat
tumor yang diikuti diseksi axilla dan radiasi kuratif.
7. Radiation therapy
Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan
lumpectomy atau partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor
yang tersisa yang terdapat di dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari
besar tumor, jumlah KGB axilla yang terkena. Kadang terapi radiasi diberikan
sebelum tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga
mudah untuk diangkat.
Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae
pada kedua mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak
digunakan untuk Ca mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang
berada diluar tubuh yang dikenal dengan namaexternal-beam radiation therapy.
Terapi radiasi juga dapat diberikan dengan cara menanamkan pil ke dalam area
tumor (internal radiation therapy).
T1 Tumor ≤2 cm
T3 Tumor >5 cm
T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit
N0 Tidak ada keterlibatan kel. limfe regional, tidak diteliti lebih jauh
N0 (i-) Tidak ada keterlibatan kel. limfe regional, IHC (-)
N1 Metastasis kekel. limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari
biopsy
N1c Metastasis ke kel. limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary
dengan biopsy
N3a ≥10 kel. limfe axilla (>2.0 mm), atau kel. limfe infraclavicular
N3b Klinik int. mammary (+) ≥1 kel. limfe (+) atau>3 kel. limfe axilla
(+) dengan int. mammary (+) dari biopsy
M (Metastasis)
T1, N1, M0
T2, N0, M0
T3, N0, M0
T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N1, M0
T3, N2, M0
T4, N1, M0
T4, N2, M0
[†]
IIIC Semua T, N3, M0
IV Semua T, Semua N, M1 20
3.10 Skrining atau Deteksi Dini Ca Mamae
Teknik pemeriksaan
Inspeksi
Inspeksi payudara dan nipple dengan posisi pasien duduk sambil tolak pinggang.
Yang dinilai adalah perubahan kulit, simetris, kontur, retraksi. Begitu pula
dilakukan dengan posisi lengan di samping, di atas kepala, menekan panggul dan
membungkuk ke depan. Juga dinilai kulit tiap aksila, apakah ada kemerahan,
pigmentasi, infeksi.
Palpasi
1. Posisi berbaring
Penderita berbaring dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan, dan
letakkan tangan kanan di belakang kepala.
Dengan menggunakan bantalan ketiga jari tengah kiri untuk merasakan
apakah ada benjolan pada payudara kanan.
Tekan daerah payudara dengan arah naik turun atau melingkar
Ulangi untuk payudara sebelahnya.
2. Posisi berdiri
Ulangi pemeriksaan di atas dengan posisi berdiri.
Untuk lebih amannya, periksa payudara anda dengan berdiri di depan
kaca dan perhatikan apakah adanya perubahan pada bentuk, warna,
pembengkakan payudara, perubahan pada puting payudara.
Langkah-langkah Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
Irregular, stelate,
keras, batas tidak
> 50 Kanker (kecuali jika tegas
tidak dapat
dibuktikan) Irregular, stelate,
keras, batas tidak
Kehamilan/menyusui Lactating adenoma, tegas
kista, mastitis, kanker
Irregular, stelate,
keras, batas tidak
tegas
DAFTAR PUSTAKA
Mc.Ninn. 1994.Last Anatomy: Regional and Applied 9th Edition. Longman Group:
UK
Norton, Jeffry A, et al. 2000. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence Part 2.
New York: Springer-Verlag.