Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS
INCARSERATA SINISTRA

Disusun Oleh :
Deshe Karunia Astuti (1102016049)

Pembimbing :
dr. Aladin Sampara Johan, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD KABUPATEN BEKASI – CIBITUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 28 MARET 2022 – 07 MEI 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Deshe Karunia Astuti

NPM : 1102016049
Judul : HERNIA SCROTALIS INCARSERATA SINISTRA

Laporan kasus ini diajukan, disetujui dan telah dipresentasikan dengan tujuan untuk
memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI bagian Ilmu Bedah RSUD Kabupaten Bekasi.

Cibitung, 6 April 2022

Pembimbing,

dr. Aladin Sampara Johan, Sp. B


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,


Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT ang telah
memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas Laporan Kasus dengan
judul “HERNIA SCROTALIS INCARSERATA SINISTRA” dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan kasus ini adalah salah satu bagian dalam memenuhi
persyaratan tugas Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Bedah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Aladin Sampara Johan, Sp.B
selaku pembimbing yang telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran sehingga laporan kasus ini dapat tersusun dengan baik. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun laporan kasus ini.

Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat dalam rangka


menambah pengetahuan dan wawasan mengenai “HERNIA SCROTALIS
INCARSERATA SINISTRA”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan
kasus ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu saya mengharapkan
saran serta kritik yang dapat membangun dalam laporan kasus ini untuk perbaikan
di kemudian hari. Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua baik sekarang maupun dihari yang akan datang. Aamiin.
Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.

Cibitung, 06 April 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia
terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen
yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.

Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 – 2 %. Kemungkinan


terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20 – 25 % dan bilateral 15%. Insiden
hernia meningkat dengan bertambahnya usia mungkin disebabkan meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan
jaringan penunjang. 75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat
paha) dimana yang lain dapat terjadi di umbilikus atau daerah perut lainnya. Hernia
inguinalis dibagi menjadi dua antara lain medialis dan lateralis dimana hernia
inguinalis lateralis lebih sering terjadi dibanding medialis. Dan diantaranya ternyata
pria lebih sering terkena 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita. Jika kantong
hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia
skrotalis.

Hernia tetap merupakan masalah Kesehatan yang tidak bisa lepas dari
masalah sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum
dibawa ke rumah sakit atau dokter, ada pula Sebagian masyarakat yang merasa malu
bila penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal – hal inilahyang
memperlambat penanganan.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

Nama : By. Ny. I

Tanggal Lahir : 11/12/2021

Usia : 3 bulan

Alamat : Cilangkara

Suku Bangsa : Sunda

Agama : Islam

Masuk : 04 April 2022

Pemeriksaan : 05 April 2022

2.2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 05 April 2022

Keluhan Utama

Perut membesar dan benjolan di kantung zakar sebelah kiri sejak 2 hari SMRS.

Keluhan Tambahan

Benjolan di kantung zakar yang membesar dan tidak bisa dimasukan, disertai
keluhan mual, muntah dan belum BAB sejak beberapa hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang bersama orang tuanya ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi tanggal 04
April 2022 pukul 04.00 dengan perut membesar dan benjolan di kantung zakar
sebelah kiri sejak 2 SMRS. Keluhana perut membesar disertai dengan mual dan
muntah dan juga pasien belum BAB dalam beberapa hari terakhir.

Ibu pasien mengatakan bahwa keluhan muncul benjolan dirasakan pertama kali
sejak 3 minggu SMRS. Awalnya benjolan terdapat di lipat paha sebelah kiri kurang
lebih sebesar kelereng, namun makin lama benjolan semakin membesar bahkan
sampai membesar ke kantung buah zakar sebelah kanan. Benjolan tidak terasa sakit.
Menurut ibu pasien ukuran benjolan berubah-ubah saat pasien sedang batuk atau
mengedan atau menangis dan saat berbaring. Riwayat benjolan di tempat lain
disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit serupa sebelumnya.

Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, alergi, asma sakit jantung disangkal oleh ibu pasien.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Selama masa kehamilan ibu
pasien melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) di bidan. Ibu pasien mengatakan
bahwa di usia kehamilan 20 minggu terdapat masalah yaitu oligohidroamnion.
Pasien lahir kurang bulan di usia kehamilan 34 minggu secara spontan dengan berat
lahir 2600 gram.
Riwayat Nutrisi

Ibu pasien mengatakan saat ini masih mendapatkan ASI Eksklusif.

Riwayat Sosial dan Ekonomi

Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah.

2.3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : E4 V5 M6
4. Tanda Vital
a. Tekanan darah :-
b. Nadi : 118x/menit, regular
c. Pernapasan : 24x/menit
d. Suhu : 36,5 oC
e. Saturasi O2 : 99 %,
5. Antropometri
a. Berat badan : 5,1 kg
b. Tinggi badan : 56 cm
Status Generalis

1. Kepala : Normocephal

a. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil


isokor
b. Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), secret
(-)
c. Mulut : sianosis (-), gusi dalam batas normal, mukosa dalam
batas normal, lidah dalam batas normal
d. Tenggorokan : trismus (-), arkus faring simetris, hiperemis (-),
uvula di tengah
2. Leher
a. Inspeksi : massa (-), hiperemis (-), luka (-)
b. Palpasi : tidak terdapat pembesaran KGB, trakea di tengah
dan tidak terdapat deviasi
3. Thorax
a. Inspeksi : Bentuk datar, pergerakan dan ukuran dinding dada
kanan dan kiri simetris, retraksi (-), bekas luka (-),
deformitas (-), ictus cordis tidak tampak.
b. Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil dan vocal normal,
krepitasi (-), ictus cordis teraba pada ICS V linea
midklavikula sinistra
c. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan,
peranjakan paru (+),
batas jantung kanan pada ICS V linea parasternalis
dextra,
apeks jantung pada ICS VI linea midclavicular
sinistra,
pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis
sinistra
d. Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), bunyi
jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
a. Inspeksi : perut cembung, massa (-), terdapat distensi
abdomen
b. Auskultasi : bising usus (+) normal
c. Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen

d. Palpasi : terdapat nyeri tekan pada inguinalis sinistra


tanpa pembesaran organ
5. Ekstremitas : tidak terdapat jejas, bekas trauma (-), massa (-),
sianosis (-/-), akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT
<2 detik

Status Lokalis

Inspeksi : terdapat massa di skrotum sinistra, berwarna seperti warna kulit


disekitarnya, tidak tegang dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba massa di daerah skrotum sinistra, permukan rata, nyeri tekan (-),
massa teraba kenyal, fluktuasi (-), testis sinistra tidak teraba.

Gambar 1. Benjolan kantung zakar


2.1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


DARAH LENGKAP
Hemoglobin 11.2 g/dL 10.1 – 12.9
Hematokrit 32 % 32 – 44
Eritrosit 4.23 /ul 3.20 – 44
MCV 75 Fl 73 – 109
MCH 27 Pg/Ml 21 – 33
MCHC 35 H g/Dl 26 – 34
Trombosit 321 /ul 150 – 450
Leukosit 13.9 /ul 6 – 14

Hitung Jenis
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 0 L % 1-6
Neutrofil 32 L % 50-70
Limfosit 47 H % 20 – 40
NLR 0.68 % ≤ 5.8
Monosit 21 H % 2–9
LED 30 H mm/jam < 10
KIMIA KLINIK
SGOT 16 U/L < 38
SGPT 15 U/L < 41
Ureum 20 mg/dL 13 - 43
Kreatinin 0.8 mg/dL 0.67 – 1.17
eGFR 94.4 mL > 60
Glukosa Sewaktu 91 mg/dL 80 - 170
Elektrolit
Natrium 132 L Mmol/L 136 – 146
Kalium 5.5 H Mmol/L 3.5 – 5
Klorida (Cl) 103 Mmol/L 98 - 106
SEROLOGI
HIV Reagen 1 Non reaktif Non reaktif
Tanda Hepatitis
Anti HCV Non reaktif Non reaktif
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Hemostasis
PT 12.3 detik 10.3 – 12.9
35.1 detik 28.4 - 38.4
APTT

Pemeriksaan Babygram
Foto Thorax
Posis AP, asimetris, kurang inspirasi
Hasil:
Pulmo: Tampak infiltrat pada pericardial kanan, corakan bronkovaskuler tampak
meningkat dan kasar, hilus kanan menebal, kanan tertutup bayangan jantung, kedua
diagfragma tampak normal, kedua sinus costofrenikus tampak tajam
Cor: besar dan bentuk dalam batas normal
Sistem tulang yang tervisualisasi tampak intak.
BNO datar
Preperitoneal fat line kanan tampak normal, kiri tidak terlihat jelas
Psoas line kontur kedua ginjal tidak terlihat jelas
Tampak dilatasi disertai penebalan pada dinding-dinding usus di abdomen atas sampai
bawah
Tampak bayangan udara usus di daerah scrotum sinistra
Kesimpulan:
Cor dalam batas normal
Tidak terlihat jelas adanya pneumoperitoneoum
Tampaknya bayangan udara usus di daerah scrotum sinistra ec suspek hernia scrotalis
sinistra.
2.2. Resume

Laki – laki, 65 tahun diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD Kabupaten


Bekasi pada tanggal 15 Januari 2022 dengan keluhan nyeri pada kantung zakar
sebelah kanan sejak 4 jam SMRS. Nyeri dirasakan hebat dan terus menerus. Nyeri
juga disertai dengan benjolan yang tidak bisa dimasukkan Kembali dan dirasakan
semakin membesar.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan di regio skrotalis terdapat massa pada scrotum
dengan konsistensi lunak, hiperemis, terasa hangan, mobile dan disertai nyeri. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan Leukositosis, eosinofilia, neutropenia,
limfositopenia, peningkatan NLR & LED, pemanjangan APTT, pemendekan PT .

2.3. Diagnosis Kerja

Hernia skrotalis inkarserata sinistra

2.4. Diagnosis Banding

Hidrocele

2.5. Tatalaksana

Non Farmakologis

 Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien dan rencana


tatalaksana yang akan dilakukan
 Bedrest
 Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital

Farmakologis

 IVFD KAEN 3A 500 cc / 24 jam

 IV. Ceftriaxone 1 x 200 mg


 IV. Ondansentron 2 x 0,5 mg
 IV. Ranintidin 2 x 5 mg
 IV. Asam Tranexamat 3 x 60 mg

 Pasang DC

Laporan Operasi

Tanggal : 05 April 2022

Diagnosis Pra Bedah : Hernia Inguinalis Lateralis Scrotalis Incarserata


Sinistra

Tindakan Pembedahan : Herniorafy

Diagnosis Pasca Bedah : HIL Scrotalis Incarserata

Uraian Pembedahan :

1. Pukul 11.00 WIB Operasi dimulai.

2. Pasien dalam posisi terlentang dalam spinal anestesi dilakukan tindakan


aseptic antiseptic pada perut kanan bawah.

3. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.

4. Dilakukan incisi kulit tepat 2 cm di atas ligamentum inguinalis dalam


lengkungan halus mengikuti garis Langer sepanjang kurang lebih 5-8cm.

5. Setelah kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai


tampak aponeuresis muskulus obliqus eksternus yang merupakan dinding
depankanalis inguinalis.

6. Kira-kira 2 cm cranial ligamentum inguinalis. Irisan ke medial sampai


membuka anulus inguinalis eksternus.

7. Aponeuresis obliqus eksternus yang telah dibuka lalu dilakukan eksplorasi


untuk membuka kantong hernia.

8. Setelah eksplorasi tampak omentum dan usus pada kantong hernia, lalu,
kantong hernia dibebaskan dari omentum dan usus lalu dipisahkan dari
funikulus spermaticus.
9. Isi kantong hernia direposisi agar masuk kembali ke cavum abdomen
kemudian omentum yang berlebihan di eksisi. Kantong hernia dijahit dan diikat
setinggi mungkin lalu dipotong.

10. Lantai kanalis inguinalis kemudian direkonstruksi dengan teknik Bassini.

11. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.

12. Kemudian fascia scarpa ditutup dengan jahitan terputus dengan plain catgut
nomor 3-0.

13. Kemudian dibuat jahitan subkutikular dari benang sintetik yang dapat
diabsorpsi nomor 4-0.

14. Setelah diyakini tidak ada perdarahan cavum abdomen dicucui dengan NaCl
0,9%.

15. Luka operasi ditutup dengan betadine, kassa, plester hepavix.

16. Pukul 12.00 WIB operasi selesai.

2.6. Prognosis

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad Functionam : Dubia ad bonam

Ad Sanactionam : Dubia ad malam


2.7. Catatan Follow-up Pasien

12 Desember 2021
S Pasien mengatakan nyeri di area post operasi
O Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Sakit sedang
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36 oC
Saturasi Oksigen : 98%
Pemeriksaan fisik
Mata : CA -/-, SI -/-
Abdomen : Bising usus (+), nyeri bekas operasi, luka bekas
operasi tertutup kassa, bersih, rembesan (-)
A Hernia scrotalis sinistra
Post herniotomy
P IVFD Asering 500 cc + Bfluid 1000 cc / 24 jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Inj. Metronidazole 3 x 500 mg
Inj. Ketorolac 3 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
As. Tranexamat 3 x 1

13 Juni 2021
S Pasien mengatakan nyeri di area bekas luka operasi, sudah kentut,
keluhan mual, muntah dan perut kembung disangkal
O Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Sakit sedang
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 79 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.5 oC
Saturasi Oksigen : 99%
Pemeriksaan fisik
Mata : CA -/-, SI -/-
Abdomen : Bising usus (+), nyeri bekas operasi skala 4, luka
bekas operasi tertutup kassa, bersih, rembesan (-)
A Hernia scrotalis sinistra
Post herniotomy
P IVFD Asering 500 cc + Bfluid 1000 cc / 24 jam
Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr
Inj. Metronidazole 3 x 500 mg
Inj. Ketorolac 3 x 1 ampul
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
As. Tranexamat 3 x 1
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. HERNIA

ANATOMI

Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks.


Di bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada
iga dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut terdiri dari beberapa
lapis dari luar ke dalam antara lain lapisan kulit (kutis dan subkutis), lemaksubkutan
dan fascia superfisial (fascia scarpa), ketiga otot perut (m.obliquus abdominis
eksternus, m.obliquus abdominis internus dan m.transversus abdominis) dan
akhirnya lapisan preperitoneum dan peritoneum yaitu fascia transversalis, lemak
preperitoneal dan peritoneum parietal. Otot di bagian depan tengah terdiri dari
sepasang otot rectus abdominis dengan fascianya di mana di garis tengah nya
dipisahkan oleh linea alba.

Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot
dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air besar
dengan meningkatkan tekanan intraabdomen. Perdarahan dinding perut antara lain
craniodorsal diperoleh dari cabang aa. intercostales VI s/d XII dan a.epigastrika
superior, caudal diperoleh dari a. iliaca sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda
eksterna dan a.epigastrika inferior. Persarafan dinding perut secara segmental oleh
n.thorakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I.
Gambar. Anatomi Dinding Abdomen

Gambar. Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus


yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m.
transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini
dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis m.
oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan dasarnya
adalah ligamentum inguinale. Kanalis ini berisi funiculus spermaticus pada laki-
laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.
DEFINISI

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskulo
aponeurotik) yang memberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui
dinding tersebut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.

Hernia Scrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior
kemudian hernia masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternum dan sampai ke scrotum.

Gambar. Hernia Inguinalis


KLASIFIKASI

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas :

1) Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus : Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi
desensus testis, yaitu masuknya testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis
inguinalis, sehingga terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi
penonjolan (prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui kanal. Karena
testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2
tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2) Acquired/ didapat
Disebabkan oleh :
 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
kantong dan isi hernia
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intra abdomen yang kronik
(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi
hernia ke annulus inguinalis internus
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan
n.illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi

Berdasarkan sifatnya, hernia terbagi atas :

1) Reponibel
Bila isi kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan
tangan.
2) Ireponibel
Bila isi kantung tidak bisa direposisi kembali. Biasanya hernia ireponibel
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang
disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus. Bila
terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka
disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan
gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.

Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain

1. Hernia inguinalis lateralis/indirect


Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus yang ada di sebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga
perut melalui annulus inguinalis eksternus5. Hernia ini disebut juga hernia
inguinalis indirect. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
scrotum, ini disebut hernia scrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.
cremaster, yang terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur
lain dalam funikulus spermatikus.

Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses penurunan testis ke scrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah
kanan atau kiri. Hernia yang di kanan berisi saekum dan sebagian colon
ascendens sedangkan yang di kiri berisi sebagian colon descendens.

2. Hernia inguinalis medialis/direct


Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis karena
menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach yang merupakan
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale (inferior), vasa epigastika
inferior (lateral) dan tepi lateral m. rectus abdominis (medial). Dasar
trigonum Hesselbach ini dibentuk oleh fascia transversal yang diperkuat
oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini berpotensial untuk menjadi lemah di mana
bila tekanan intra abdomen yang meningkat terjadi desakan organ
intraperitoneal di mana menimbulkan penonjolan ( protrusi). Hernia
inguinalis medialis karena tidak keluar melalui canalis inguinalis dan tidak
ke scrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar.

Gambar. Jenis Hernia Inguinalis

Tabel 1. Perbedaan hernia inguinalis lateralis dan medialis

Hernia inguinalis lateralis Hernia inguinalis medialis


Disebut juga hernia indirect Disebut juga hernia direct
Lateral vasa epigastrika inferior Medial vasa epigastrika inferior
Bentuk lonjong Bentuk bulat
Finger test (+) massa teraba di Finger test (+) massa teraba di sisi
ujung jari jari
Melalui canalis inguinalis Tidak melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis yang Biasa karena adanya lokus minoris
terbuka resistant
ETIOLOGI

Hernia scrotalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang
didapat (akuistik). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki
dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada
pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya
di mana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis.
Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga
faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar
itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus
internus yangmenutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa
yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Akibatnya isi intra abdomen keluar melalui celah
tersebut, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia
scrotalis.
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi),
ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.
PATOFISIOLOGI

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya jika otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis
tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Tetapi
dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam
rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastik atau lebih kaku maka akan terjadi
jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda klinis banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha sampai
ke scrotum yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan
menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya
dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru
timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.

DIAGNOSIS

Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.

a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan
fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis. Pada hernia
reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah
berbaring. Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun ke dalam scrotum
sehingga scrotum membesar. Omentum yang terperangkap di dalam kantong hernia
dapat menyebabkan nyeri abdomen yang kronis. Keluhan nyeri jarang dijumpai,
kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk
kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau
terjadi incarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.
Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat
dihilangkan dengan reposisi manual kedalam cavitas peritonealis. Tetapi dengan
berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.

Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring,
bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu scrotum
diangkat perlahan.
Tabel 2. Gambaran klinis hernia

Jenis Reponible Nyeri Obstruksi Tampak sakit Toksik


Reponible + - - - -
Irreponible - - - - -
Incarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++

b. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia, apakah
masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam keadaan berdiri
dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat benjolan yang
dikeluhkan.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke
medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti arah dan struktur dari
kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah ukuran hernia, apakah hernia
terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah medial berarti
hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberculum
pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral berari
hernia inguinalis lateralis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi
organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium.
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi hiperperistaltik, biasanya
pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, thumb test dan
ziemann’s test. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak (finger test),
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan untuk meningkatkan tekanan intraabdominal.
Kalau ujung jari menyentuh hernia, artinya hernia tersebut berada di dalam kanalis
inguinalis berarti benjolan itu adalah hernia inguinalis lateralis. Apabila sisi jari
yang menyentuh hernia berarti hernia tersebut berada diluar kanalis kemungkinan
hernia tersebut adalah hernia inguinalis medialis.

Gambar. Finger test

Pemeriksaan lainnya adalah palpasi kedua ibu jari (thumbs test). Pasien
diminta berdiri kemudian pemeriksa meletakkan kedua ibu jari pada annulus
internus untuk memberikan tekanan sehingga anulus internus tertutup. Kemudian
minta pasien mengedan, apabila muncul benjolan berarti defek tidak terjadi di
anulus internus jadi kemungkinan benjolan itu berupa hernia inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.
Gambar. Thumb test

Selain itu dapat dilakukan three finger test (Ziemann’s test) dengan cara
meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat masing-masing di annulus
internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis, kemudian minta pasien
mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2 maka benjolan itu adalah HIL, di jari
3 HIM dan di jari 4 adalah hernia femoralis.

Gambar. Ziemann’s test


Pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan apabila kita curiga ada penyakit
lain yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal dan memicu
terjadinya hernia yang berulang. Misalnya hiperplasia prostat atau adanya massa
yang menyebabkan konstipasi.
Tanda-tanda vital: temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat dan tekanan darah meningkat.

c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit > 10.000-18.000/mm3 dengan
shift to the left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit meningkat. Tes
urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Pada pemeriksaan USG daerah inguinal, pasien dalam posisi supine dan posisi
berdiri dengan maneuver valsava dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifitas
diagnosis mendekati 90%.
Foto rontgen abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus
atau obstruksi usus.
Kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran
massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneus Reduction of Hernia en Masse.
Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga ekstraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse yaitu retropubic, intra abdominal, pre peritoneal dan pre peritoneal locule.

PENATALAKSANAAN

Penanganan di IGD

 Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis serta kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi
pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia.
 Melakukan pemberian infuse untuk mencegah dehidrasi, pemasangan NGT
untuk hernia inkarserata dengan tujuan dekompresi (menurunkan tekanan
intraabdomen akibat obstruksi), serta pemasanagan kateter untuk pemantauan
balance cairan.
 Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien
harus istirahat agar tekan intra abdominal tidak meningkat.

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan


pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
lebih jarang dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak
dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Yang penting diperhatikan untuk memperoleh
keberhasilan terapi maka factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen
juga harus dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan
lain-lain. Dan defek yang ada direkonstruksi. Langkah operatif adalah pengobatan
satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan.
Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Hernioplasti
ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti
memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fasiatransversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus
abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum
inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.
transverses abdominis, m. oblikusinternus abdominis ke ligamentum cooper
menurut McVay.

Gambar. Herniotomi dan Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan
prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis
inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal. Pada bedah darurat, misalnya sudah
terjadi komplikasi, prinsipnya sama dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan
dipotong. Usus halus dinilai apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak
dilakukan reseksi dan anastomosis.
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori. Pada hernioraphy, mengembalikan isi kantong
hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transverses internus dan m.obliquus internus abdominis ke ligament
inguinal.

1. Open anterior repair


Kelompok 1 operasi hernia (teknik bassini, mcvay dan shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis m.obliquus abdominis eksternus dan membuka funikulus
spermaticus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis
spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar
kanalis spinalis di rekonstruksi.

2. Open posterior repair


Posterior repair (iliopubic tract repair and teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior repair adalah
rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anestesi regional atau anestesi
umum.

3. Tension free repair with mesh


Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah
prosthesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia
tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik
diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1%.
Gambar. Teknik Operasi Lichenstein

Gambar. Setelah pemasangan mesh

Teknik ini dapat dilakukan dengan anestesi local, regional atau general.
KOMPLIKASI

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat
terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada
gejala klinis. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadistrangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat
terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit,
kurang elastis atau kaku,sering terjadi jepitan parsial. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia.
Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertambah sehingga suplai darah
terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan
transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang
menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran
menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan
akan menetap karena rangsang peroitoneal. Pada pemeriksaan lokal ditemukan
benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat
ditemukan tanda peritonitis atau abses lokal. Dalam hal ini hernia strangulata
merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.

Tabel. Diagnosis banding hernia incarserata dengan obstruksi usus dan hernia
strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren

Gejala / tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/ gangren pada


hernia incarserata hernia strangulata
Nyeri Kolik usus Menetap
Suhu badan Normal Normal / meningkat
Denyut nadi Normal / meningkat Meningkat / tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang / berat Berat sekali / toksik

PROGNOSIS

Prognosis untuk perbaikan dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat


hernia umumnya baik. Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia juga pada
kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang berkaitan dengan perkembangan
hernia.

Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka


waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan dikarenakan tegangan yang berlebihan saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak adekuat dan hernia yang
terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih umum pada pasien hernia
inguinalis direct terutama bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat
eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal kantong. Kebanyakan kekambuhan
adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberculum pubicum, di mana tegangan
garis jahitan adalah yang terbesar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta
: EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series.
4. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited
on June 24th 2021)
5. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515
6. Hope, W. Cobb, W. Textbook of Hernia. 2017. Switzerland : Springer Nature

Anda mungkin juga menyukai