Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS BEDAH DIGESTIF

SEORANG LAKI-LAKI 63 TAHUN DENGAN


HERNIA SCROTALIS DEXTRA INKARSERATA

Disusun oleh :
Dewi Rahmawati
22010112210010

Penguji :
dr. Imam Sanjoto,Sp.B

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA


DEMAK

1
2014HALAMAN PENGESAHAN

Laporan studi kasus dengan judul SEORANG LAKI-LAKI 63 TAHUN


DENGAN HERNIA SCROTALIS DEXTRA INKARSERATA, ini telah disahkan
oleh pembimbing guna memenuhi syarat komprehensif Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.

Demak, 23 Agustus 2014

Disahkan oleh,

Penguji

(dr. Imam Sanjoto, Sp.B)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusunan laporan studi kasus dalam rangka melengkapi tugas
komprehensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dapat diselesaikan
dengan lancar.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada :


1. dr. Imam Sanjoto, Sp.B sebagai pembimbing dan penguji
2. dr. Sasi selaku dokter internship di bangsal Kenanga
3. Para staff Bangsal Kenanga
4. Tn.S selaku pasien yang berkenan diajukan menjadi kasus

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan studi kasus ini masih
banyak kekurangannya. Penulis mengharapkan saran dan masukan untuk
menyempurnakan laporan studi kasus ini. Semoga laporan ini dapat menjadi
informasi yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Demak, 23 Agustus 2014

Penulis

3
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... 2
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................. 4
LAPORAN KASUS....................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................11
PEMBAHASAN..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

4
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 63 tahun
Alamat : Demak
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Masuk Rumah Sakit : 04 Agustus 2014
Pekerjaan : Wiraswasta

II. DAFTAR MASALAH


Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
1. Benjolan di selangkangan kanan s/d 05-08-2014 Sering -
kantung pelir kanan tidak dapat konstipasi
dimasukkan
2. Sedikit Nyeri 05-08-2014
3. Mual 05-08-2014
4. Perut kembung 05-08-2014
5. Tidak bisa kentut 05-08-2014
6. Tidak bisa BAB 05-08-2014
7. Lemas 05-08-2014
8. Hernia scrotalis dextra incarserata (1-7)

III. DATA DASAR


1. Anamnesis
Autoanamnesa dilakukan tanggal 05 dan 07 Agustus 2014 pukul 11.00 WIB
Keluhan Utama : Benjolan di selangkangan kanan s/d kantung pelir kanan

5
Riwayat Penyakit Sekarang :
1 tahun SMRS penderita mengeluh muncul benjolan hilang timbul di
selangkangan kanan, sebesar telur ayam. Benjolan muncul terutama saat
bekerja angkat barang berat, batuk dan mengejan, benjolan menghilang saat
istirahat. Nyeri (-), demam (-), mual (-), muntah (-), perut kembung(-), kentut
(+), nafsu makan menurun (-), BAB dan BAK (+) normal.
6 bulan SMRS penderita mengeluh benjolan di selangkangan kanan
semakin membesar hampir mendekati kantung pelir kanan. Benjolan masih
dapat dimasukkan. Nyeri (-), demam (-), mual (-), muntah (-), perut
kembung(-), kentut (+), nafsu makan menurun (-), BAB dan BAK (+)
normal.
2 hari SMRS penderita mengeluh benjolan di selangkangan kanan tidak
dapat dimasukkan, benjolan semakin membesar sampai kantung pelir kanan,
sebesar kepala bayi, dirasakan sedikit nyeri (+), perut kembung (+), perut
terasa penuh (+), tidak bisa BAB dan kentut (+) tetapi sulit keluar, demam (-),
mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun (+), BAK (+) normal, lemes (+).
Pasien masih bisa berjalan (+). Pasien kemudian berobat ke poli bedah RSUD
SUKA Demak kemudian disarankan dirawat di bangsal Kenanga untuk
program operasi esok harinya.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Penderita tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat operasi (-)
- Riwayat BAB keras/konstipasi (+) dan sering mengejan saat BAB
(+) sering
- Riwayat batuk lama disangkal

6
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit seperti ini disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita bekerja sebagai wiraswasta. Istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.
mempunyai 3 anak yang sudah mandiri. Biaya perawatan ditanggung
JAMKESMAS.

2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 05 Agustus 2014, pukul 11.30 WIB.
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : komposmentis, GCS=15
Kepala : mesosefal
Tanda vital : TD:120/90mmHg
N: 88 x/mnt,reguler,isi dan tegangan cukup
RR: 22x/mnt
t: 370C
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-)
Hidung : discharge (-)
Telinga : discharge (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorokan : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran nnll (-)
Thorax :
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm LMCS
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni,bising (-),
gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi(-)

7
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen : Inspeksi : datar (+), tampak tegang (-)
Auskultasi : bising usus (+) menurun
Perkusi : timpani, pekak sisi(+) normal, pekak
alih(-), area troube pekak (-)
Palpasi : defans muskuler (-), nyeri tekan (-),
Hepar dan lien dalam batas normal
Extremitas : superior inferior
Sianosis - / - - / -
Akral dingin - / - - / -
Edema -/- - / -

Genitalia eksterna
Penis
Inspeksi : Sirkumsisi (+), ulkus (-), meatal discharge (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), undulasi (-)

Testis
Inspeksi : Pada posisi berdiri testis kanan lebih tinggi daripada
testis kiri
Palpasi : Jumlah testis 2, konsistensi normal, nyeri tekan (-), nodul
(-), massa diluar testis (+) terpisah

Status lokalis : regio inguinalis dextra s/d scrotum dextra


Inspeksi : Massa (+), bentuk seperti buah pir, gerakan usus (-), warna
seperti kulit sekitar

8
Palpasi : lunak(+), nyeri tekan (-), teraba terpisah dari testis, ukuran
15cm x 10cm x 5cm, irreponible,
Finger test: sulit dilakukan
Auskultasi : Bising usus (+) menurun

Rechtal toucher:
TSA cukup, mukosa licin, Ampula Recti tidak kolaps, nodul/massa(-)
Prostat : L-L 1,5 cm, Sulkus Medianus cekung, Polus Anterior teraba,
nyeri tekan (-), nodul (-)
Sarung tangan : Feses (+), darah (-), lendir (-)

Diafonoskopi/ transluminasi: tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah

Hb : 14,4 g/dL
Ht : 43
Eritrosit : 5,0 Jt/mmk
Leukosit : 14,2 Rb/mmk
trombosit : 250 Rb/mmk
GDS : 110 g%
Masa : 2.30 Duke
perdarahan
Masa : 3 kap
pembekuan

b. EKG tanggal 05 Agustus


2014
Kesan : sinus ritme, dalam batas normal

IV. DIAGNOSIS KERJA


1. Hernia scrotalis dextra inkarserata

9
V. INITIAL PLANS

1. Hernia scrotalis dextra inkarserata


Dx : S : -
O : -
Rx : Infus RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1x2 g
Inj. Ketorolac 3x1 amp
Inj. Ranitidin 3x1 amp
Puasa 8 jam
Pro Operasi herniorafi
Mx : KU, Tanda Vital
Ex : Menjelaskan kepada penderita dan keluarga tentang
penyakit yang dideritanya dan langkah-langkah terapi dan komplikasi
atas tindakan yang akan dilakukan.

VI. PROGNOSIS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maupun penunjang yang telah

dilakukan didapatkan prognosis dubia ad bonam.

10
TINJAUAN PUSTAKA

Hernia merupakan protrusi abnormal dari jaringan atau organ melalui defek
dari dinding sekelilingnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen,
terutama pada daerah inguinal. Diperkirakan bahwa 5% populasi akan mengalami
hernia Hernia pada dinding abdomen terjadi pada lokasi dengan aponeurosis dan fasia
yang tidak dilapisi otot. Lokasi-lokasi ini antara lain daerah inguinal, femoral,
umbilikal, linea alba, bagian bawah garis semilunar, dan tempat yang pernah
dilakukan insisi. Hernia terdiri atas komponen kantung, isi, dan leher. Ukuran leher
atau orifisium hernia tidak berhubungan konsisten dengan ukuran kantung hernia.1

Gambar 1. Lokasi Hernia Abdominalis1


Suatu hernia dikatakan reponibel bila isinya dapat dikembalikan ke dalam
rongga abdomen. Bila isi hernia tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen,
hernia dikatakan ireponibel atau inkarserata. Hernia strangulata biasa terjadi pada
hernia dengan orifisium yang kecil dan kantung yang besar. Pada hernia strangulata
terjadi gangguan aliran darah, dapat berupa gangguan aliran arteri, vena, atau
keduanya, pada komponen isi hernia akibat obstruksi pada bagian orifisium. Salah
satu predisposisi terjadinya obstruksi intestina dan strangulasi adalah terjadinya
adhesi antara komponen isi hernia dengan lapisan peritoneum dari kantung.1
Suatu hernia dikatakan reponibel bila isinya dapat dikembalikan ke dalam
rongga abdomen. Bila isi hernia tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen,
hernia dikatakan ireponibel atau inkarserata. Hernia strangulata biasa terjadi pada
hernia dengan orifisium yang kecil dan kantung yang besar. Pada hernia strangulata
terjadi gangguan aliran darah, dapat berupa gangguan aliran arteri, vena, atau
keduanya, pada komponen isi hernia akibat obstruksi pada bagian orifisium. Salah
satu predisposisi terjadinya obstruksi intestina dan strangulasi adalah terjadinya
adhesi antara komponen isi hernia dengan lapisan peritoneum dari kantung.1
Hernia Richter merupakan hernia yang berisi sebagian diameter
sirkumferensial dari dinding usus sehingga dapat terjadi keadaan strangulasi tanpa

11
disertai obstruksi usus. Hernia juga dibedakan menjadi hernia interna, hernia
eksterna, dan hernia interparietal. Pada hernia eksterna, isi hernia melewati seluruh
lapisan dinding abdomen, sementara pada hernia interna, defek terjadi pada dinding
peritoneal sehingga terjadi protrusi usus. Pada hernia interparietal, isi hernia berada di
dalam lapisan muskuloaponeurotik dinding abdomen.1

Epidemiologi
Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia
inguinalis dibedakan menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia
inguinalis indirek, kantung hernia memasuki annulus inguinalis interna dan melalui
annulus inguinalis eksterna menuju skrotum. Sementara pada hernia inguinalis direk,
kantung hernia terletak medial dari annulus inguinalis interna. Dua pertiga kasus
hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia inguinalis indirek dan direk juga dapat
terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding perempuan untuk
mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek lebih sering terjadi di sebelah
kanan karena penurunan testis sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti
gangguan atrofi prosesus vaginalis.1

Embriologi

Gambar 2. Penutupan Prosesus Vaginalis

Prosesus vaginalis adalah suatu struktur yang terbentuk pada bulan ketiga
kehamilan, berupa divertikulum peritoneal yang terdiri dari bagian transversal fasia
endoabdominal. Pembentukan gonad terjadi pada minggu kelima gestasi di sebelah
anteromedial nephrogenic ridges. Pada janin laki-laki, gonad dan skrotum
dihubungkan oleh gubernakulum, sementara pada janin perempuan, gonad dan labia
dihubungkan oleh ligamentum rotundum. Pada bulan ketiga kehamilan mulai terjadi
penurunan gonad. Pada bulan ketujuh gestasi, testis mencapai annulus inguinalis
eksterna. Penurunan testis pada janin dipengaruhi oleh calcitonin gene-related
peptide (CGRP) yang dihasilkan melalui androgen fetal oleh saraf genitofemoral.

12
CGRP juga mempengaruhi penutupan prosesus vaginalis paten (PPV). Akan tetapi,
proses penutupan ini belum dipahami sepenuhnya. Pada bulan ketujuh kehamilan,
testis mulai turun dari kanal dengan dipandu oleh prosesus vaginalis.2
Anatomi

Gambar 3. Penampang Parasagital Klasik Nyhus: Regio Midinguinal Kanan

Lapisan terluar dari daerah groin adalah kulit dan jaringan subkutan, Di
bawahnya terdapat arteri dan vena iliaka sirkumflexa superfisialis, epigastrika
superfisialis, dan pudenda eksterna. M. obliquus eksternus berada di bawah lapisan
subkutan. Otot ini mengarah ke inferior dan medial. Aponeurosis m. obliquus
eksternus terdiri dari lapisan superfisial dan lapisan dalam. Aponeurosis m. obliquus
eksternus, bersama dengan aponeurosis m. obliquus internus dan m. transversus
abdominis membentuk anterior rectus sheath dan linea alba. Aponeurosis m. obliquus
eksternus juga merupakan batas superfisial dari kanalis inguinalis.1
Ligamentum inguinal (Poupart) merupakan bagian inferior dari aponeurosis
m. obliquus eksternus. Ligamen ini berjalan dari spina iliaka anterior superior menuju
tuberkulum pubikum. Ligamentum lakunar yang merupakan batas sebelah medial
dari femoral space terbentuk dari insersi ligamen inguinal ke pubis. Annulus
inguinalis eksterna, tempat keluarnya korda spermatikus dari kanalis inguinalis,
merupakan pembukaan dari aponeurosis m. obliquus eksternus yang terletak superior
dan sedikit lateral dari tuberkulum pubikum.1

13
Gambar 4. Anatomi Struktur Preperitoneal

M. obliquus internus mengarah ke superior dan lateral pada abdomen bagian


atas dan mengarah transversal pada bagian inguinal. Otot ini merupakan batas
superior dari kanalis inguinalis. Aponeurosis m. obliquus internus sebelah medial
bergabung dengan aponeurosis m. transversus abdominis membentuk conjoined
tendon. M. transversus abdomis berjalan transversal pada hampir seluruh bagiannya.
Kekuaran dan keutuhan otot ini dan aponeurosisnya berperan penting dalam
terjadinya hernia inguinalis. Batas bawah m. transversus abdominis bergabung
dengan m. obliquus internus membentuk arkus aponeurosis transversus abdominis.
Fasia transversalis adalah suatu lapisan jaringan ikat yang melapisi otot dinding
abdomen dan merupakan komponen dari inguinal floor.1
Aponeurosis m. transversus abdominis dan fasia pada batas atas femoral
sheath berlanjut menjadi traktus iliopubik. Krus inferior annulus inguinalis interna
dibentuk oleh traktus ini, sementara krus superiornya dibentuk oleh arkus aponeurosis
m. transversus abdominis. Kanalis inguinalis bermula dari annulus inguinalis interna
dan berakhir pada annulus inguinalis eksterna. Struktur ini berisi funikulus
spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan. Panjang
kanalis inguinalis sekitar 4 cm dan terletak 2-4 cm kranial dari ligamentum
inguinale.1
Funikulus spermatikus terdiri dari otot kremaster, pembuluh darah testikularis
dan kremaster, cabang genital n. genitofemoral, vas deferens, pembuluh limfe, dan
prosesus vaginalis. Aponeurosis m. obliquus eksternus melapisi kanalis inguinalis
secara superfisial. Dinding kanalis inguinalis sebelah kranial dibentuk oleh otot dan
aponeurosis m. obliquus internus serta m. transversus abdominis. Dinding inferior
kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinale dan ligamentum lakunare.
Dinding posterior atau lantai kanalis inguinalis terdiri atas fasia transversalis dan
aponeurosis m. transversus abdominis.1
Hernia direk terbentuk melalui segitiga Hesselbach, yaitu daerah yang dibatasi
oleh pembuluh darah epigastrika inferior di superolateral, rectus sheath di sebelah

14
medial, danligamentum inguinale di inferior. Hernia femoralis terjadi melalui kanalis
femoralis. Kanalis femoralis adalah daerah yang dibatasi oleh traktus iliopubik di
sebelah anterior, ligamentum Cooper di sebelah posterior, dan vena femoralis di
sebelah lateral.1
Etiologi
Hernia inguinalis indirek disebabkan oleh obliterasi prosesus vaginalis yang
inkomplit. Pembentukan hernia inguinalis indirek juga dipengaruhi oleh peningkatan
tekanan intraabdomen dan pembesaran annulus inguinalis interna. Bila hernia
inguinalis indirek tidak ditata laksana, akan terjadi dilatasi annulus inguinalis interna
lebih lanjut dan kelemahan inguinal floor. Hernia inguinalis indirek tahap lanjut dapat
mencapai skrotum. Hernia inguinalis direk disebabkan oleh kelemahan fasia
transversalis di daerah Hesselbach. Beberapa bukti menunjukkan bahwa hernia
inguinal direk dapat berkaitan dengan gangguan sintesis atau metabolisme kolagen,
baik yang bersifat kongenital maupun didapat.2
Keadaan peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi secara kronik dapat
menyebabkan progresi hernia. Kondisi-kondisi tersebut antara lain obesitas,
kebiasaan mengangkat barang berat, batuk, konstipasi (mengedan pada saat buang air
besar), dan gangguan prostat (mengedan saat buang air kecil). Keadaan lain yang
berhubungan dengan progresi hernia antara lain sirosis dengan asites, kehamilan,
penggunaan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dan pembesaran
atau keganasan organ pelvis. Kelemahan fasia transversalis yang disebabkan oleh
bertambahnya usia, malnutrisi, kerusakan saraf, dan penyakit kronik mengakibatkan
penurunan turgor jaringan pada daerah Hesselbach.3
Klasifikasi
Klasifikasi hernia pada lipat paha menurut Nyhus adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Klasifikasi Hernia Lipat Paha Menurut Nyhus1


Manifestasi klinik

15
Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada
daerah lipat paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan
penonjolan yang timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri
dapat menjalar hingga skrotum. Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis
rutin. Gejala yang ditimbulkan oleh hernia inguinalis direk lebih ringan dan
kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau strangulata lebih kecil. Gejala semakin
memberat seiring membesarnya hernia.3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan yang dapat direposisi atau tidak
dapat direposisi. Pasien perlu diperiksa pada posisi berdiri dan berbaring. Identifikasi
annulus inguinalis eksterna dapat dilakukan dengan melakukan palpasi pada skrotum
dengan jari pada superolateral tuberkulum pubikum. Untuk menegakkan diagnosis
hernia, pemeriksa harus merasakan adanya protrusi jaringan pada annulus inguinalis
eksterna saat pasien batuk. Hernia yang turun ke skrotum hampir pasti merupakan
suatu hernia inguinalis indirek. Pada pemeriksaan inspeksi saat pasien berdiri dan
mengedan, hernia direk tampak sebagai benjolan sirkular yang simetris dan benjolan
menghilang saat pasien berbaring. Sementara pada hernia indirek, benjolan tampak
berbentuk elips dan lebih sulit mengalami reposisi.3
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis inguinalis
yang keras dan tegang pada hernia indirek dan dinding yang relaks atau tidak teraba
pada hernia direk. Bila jari pemeriksa diletakkan pada annulus inguinalis eksterna dan
terjadi protrusi saat pasien batuk. Pada hernia direk protrusi terjadi pada bagian
samping jari sementara pada hernia indirek protrusi dirasakan pada ujung jari.
Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk menentukan ada tidaknya komponen usus
pada hernia.3

Gambar 5. Finger test

Pemeriksaan penunjang

16
1. Herniografi
2. USG
3. CT scan dan MRI
4. Laparoskopi
5. Operasi eksplorasi

Diagnosis Banding

Gambar 6. Diagnosis Banding Hernia pada Daerah Lipat Paha4


Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia menggunakan pemeriksaan
transiluminasi yang hasilnya positif pada hidrokel. Cara lain untuk membedakan
hidrokel dengan hernia adalah dengan mencoba meraba batas atas benjolan. Batas
atas hidrokel dapat teraba, namun pada hernia batas atas tidak teraba. Pada perabaan,
varikokel memberikan sensasi bag of worms. Pada kondisi inflamasi seperti
epididimoorkitis, nyeri hebat yang menjalar hingga skrotum disertai tenderness dan
pembesaran testis serta epididimis. Pada torsio testis, benjolan teraba keras dan testis
tidak teraba pada palpasi skrotum. Pada tumor testis didapatkan konsistensi yang
padat pada palpasi. Pada pseudohernia terjadi denervasi otot dinding abdomen,
misalnya pada pasien dengan polio sebelumnya, sehingga terjadi penonjolan otot
dinding abdomen pada saat pasien mengedan. Aneurisma arteri femoralis dapat
dibedakan dengan dengan adanya denyut dan bising yang kadang didapatkan.4

Tata Laksana
Tata laksana definitif hernia inguinalis adalah tindakan pembedahan.
Ditegakkannya diagnosis merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Prinsip
pembedahan pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Herniotomi adalah
tindakan membuka dan melepaskan kantung hernia, sedangkan herniorafi adalah
tindakan memperbaiki dinding posterior kanalis inguinalis. Sedangkan gabungan
tindakan herniotomi dan herniorafi disebut hernioplasti. Pendekatan yang dapat
digunakan dalam herniorafi antara lain open, preperitoneal, dan laparoskopik.5

17
18
PEMBAHASAN

Pasien seorang laki-laki 63 tahun dirawat inap dengan keluhan benjolan di


inguinalis dextra yang meluas sampai scrotum dextra, irreponible, vomitus, tidak bisa
flatus dan defekasi selama 2 hari. Pada riwayat penyakit dahulu pasien sering
mengalami konstipasi sehingga sering mengedan saat defekasi. Indikasi rawat inap
untuk operasi pengangkatan benjolan.
Pasien dirawat selama 4 hari di bangsal Kenanga. Hari perawatan kedua,
dilakukan operasi pemotongan kantung hernia dan pemasangan mesh (herniorafi),
keadaan pasien sebelum-selama-sesudah operasi dalam keadaan baik. Hari perawatan
ketiga atau H+1 post operasi pasien sudah diperbolehkan mobilisasi ringan dan diet
lunak, luka post operasi baik, tidak rembes, tidak infeksi, luka hecting baik. Hari
perawatan keempat pasien sudah diperbolehkan pulang dan disarankan kontrol ke
poli bedah 3 hari lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery.

18th ed. Saunders Elsevier; 2007.

2. Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP. Aschrafts

pediatric surgery. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.p.669

3. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 12 th ed. McGraw-Hill; 2006.

4. Richard AT, Quinn TH, Fitzgibbons RJ. Abdominal wall hernias. Dalam: Mulholland

MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upcurch GR. Greensfields surgery:

scientific principles and practice. 4 th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

5. Cheek c, Kingsnorth A. Inguinal and femoral hernias. Dalam: Oxford textbook of

surgery. 2nd ed. Oxford University Press; 2002.

6. Sjamsuhidayat R, Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta. EGC. 2002.

7. Herry S Yudha utama. Jenis-jenis hernia dan penangannya. Dalam; Hukum Kesehatan.

Cirebon. 2011

20

Anda mungkin juga menyukai