BEDAH JANTUNG
Dr M Arman Nasution SpPD
BEDAH THORAX
BEDAH JANTUNG
BEDAH NON JANTUNG / PARU
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau
kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik
lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker,
2001).Trauma adalah penyebab kematian
utama pada anak dan orang dewasa kurang
dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan
obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus
thoraks yang dapat menyebabkan tamponade
jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,
hematompneumothoraks (FKUI, 1995).Trauma thorax
adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau
tumpul. (Hudak, 1999).Di dalam toraks terdapat dua
organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia,
yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat
pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa
darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada,
kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau
bahkan kerusakan
Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang
tembus ke mediastinum/daerah jantung.2) Hematotoraks :
disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik
atau spontan3) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah)
; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik
(pleural tap, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi
dengan tekanan positif) (FKUI, 1995)
.EtiologidanKlasifikasi
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi,
,spontan -> Trauma dada ->1. Tamponade jantung
-> Perdarahan dalam perikardium -> Nyeri akut ->
Pengaliran darah kembali ke atrium -> Lambat tertolong
dapat menyebabkan kematian.2. Hematotoraks ->
Perdarahan/syok -> Ketidakefektifan pola napas3.
Pneumothoraks ->Udara masuk kedalam rongga pleural
->Udara tidak dapat keluar -> Tekanan pleura
meningkat.1,2, & 3 dapat menyebabkan Ketidakefektifan
pola napas.Patofisiologi
Tamponade jantung : Trauma tajam didaerah perikardium atau
yang diperkirakan menembus jantung. Gelisah. Pucat,
keringat dingin. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
Pekak jantung melebar. Bunyi jantung melemah. Terdapat
tanda-tanda paradoxical pulse pressure. ECG terdapat low
voltage seluruh lead. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI,
1995).ManifestasiKlinis
Hematotoraks : Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari
WSD. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).3) Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas. Gagal pernapasan
dengan sianosis. Kolaps sirkulasi. Dada atau sisi yang terkena
lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh
atau tidak terdengar sama sekali. pada auskultasi terdengar
bunyi klik (Ovedoff, 2002).Jarang terdapat luka rongga dada,
walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur.
Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan
menimbulkan luka intra-abdominal.(Mowschenson, 1990).
Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga
dada.2) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-
emfisema pembedahan.3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur
jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.4) Pembuluh
darah besar : hematothoraks.5) Esofagus : mediastinitis.6)
Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 1990).Komplikasi
Radiologi : foto thorax (AP).2) Gas darah arteri (GDA), mungkin
normal atau menurun.3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan
serosanguinosa.4) Hemoglobin : mungkin menurun.5) Pa Co2
kadang-kadang menurun.6) Pa O2 normal / menurun.7) Saturasi
O2 menurun (biasanya).8) Toraksentesis : menyatakan
darah/cairanPemeriksaanDiagnostik
Chest tube / drainase udara (pneumothorax). WSD
(hematotoraks). Pungsi. Torakotomi. Pemberian
oksigenPenatalaksanaanMedis
Aktivitas / istirahatGejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
SirkulasiTanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ. Integritas
egoTanda : ketakutan atau gelisah. Makanan dan cairanTanda : adanya
pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.Pengkajian
12. Nyeri/ketidaknyamananGejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba
selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang
diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan
abdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah. PernapasanGejala : kesulitan bernapas ; batuk ;
riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru,
penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan
sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi
napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ;
gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi
subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan
ventilasi mekanik tekanan positif. KeamananGeajala : adanya trauma
dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan.
Penyuluhan/pembelajaranGejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC,
kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.
Traumatorak semakin meningkat sesuai dengan
kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. DiAmerikaSerikat didapatkan 180.000
kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya
karena trauma torak langsung, sedangkan 5 % lagi
merupakan trauma torak tak langsung atau penyerta.
Semua alat tubuh yang terletak / melalui rongga
torak harus dianggap sebagai organ vital. Cedera
torak berlawanan dengan cedera ekstremitas.
Ancaman kematian pada cedera torak sangat tinggi.
Perbedaan dalam hal penangannan sesegera
mungkin dan komplikasi biasanya berat.
Pengertian Bedah atau pembedahan (Bahasa Inggris: surgery,
Bahasa Yunani: cheirourgia "pekerjaan tangan") adalah spesialisasi
dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan
operasi manual dan instrumen. Ahli bedah (surgeon) dapat
merupakan dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang memiliki
spesialisasi dalam bidang ilmu bedah.29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu
Bedah 2
Ilmu bedah adalah merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran
yangmengembalikan fungsi anatomi normal dengan cara
pembedahan.(www.bedah.com)29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu Bedah
3
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini
umumnya dilakukan dg membuat sayatan. Setelah bagian yg akan
ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yg diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.29/03/2012 Dasar-dasar
Ilmu Bedah 4
Penyakit bedah Sejumlah penyakit merupakan indikasi utk
pembedahan. Diperlukan perencanaan oleh dokter pembedah yg
harus menyiapkan dirinya. (pengetahuan, tehnik bedah, sarana bedah,
personel bedah, dokter anestesi)29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu Bedah 5
Pasien Penderita harus tahu bahwa dia akan dibedah dan di obati
Pasien berhak mendapat penerangan yang jelas tentang jalannya
pembedahan yang akan di jalani Diperlukan keterbukaan ahli
bedahnya. Kepribadian dan latar belakang pederita juga
diketahui29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu Bedah 6
Dokter Bedah Harus menguasai pengetahuan ttg penyakit yg
memerlukan pembedahan Harus mengenal penderita yang akan
dibedah Pengalaman ahli bedah menentukan sikapnya terhadap
pembedahan yg akan dilakukan Persetujuan tindakan bedah dari
pihak penderita dan keluarganya merupakan syarat yg harus dipenuhi
sebelumnya.29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu Bedah 7
Cabang Ilmu Bedah 1.Bedah umum 2.Bedah anak 3.Bedah kulit
4.Bedah ginekologi 5.Bedah jantung dan pembuluh darah 6.Bedah
mata 7.Bedah mulut dan maksilofasial 8.Bedah ortopedi 9.Bedah
plastik 10.Bedah saraf 11.Bedah trauma 12.Bedah urologi 13.Bedah
pembuluh darah 14.Bedah tumor 15.Otolaringologi 16.Transplantasi
organ29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu Bedah 8
Dasar-dasar Keterampilan Bedah1. Luka gigitan binatang, tetanus,
gangrene2. Kamar bedah dan tatacara kerja3. Infeksi bedah4. Infeksi
nosokomial5. Mikroba penyebab infeksi akut dan kronis (aerob dan
aerob)6. Mekanisme resistensi mikroba terhadap antibiotika7. Asepsis
dan antisepsis8. Maksud dan tujuan, cara pengambilan dan
pemeriksaan PA/FNAB9. Neoplasma29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu
Bedah 9
Hal yg penting dalam
perawatan
Bedah Toraks Kardiovaskular1. Fisiobiologi
homeostasis2. Fisiologi respirasi3. Fisiologi
jantung dan EKG4. Fisiologi darah5. Fisiologi
sirkulasi6. Monitoring hemodinamik7.
Ventilasi mekanik dan terapi oksigen8.
Transfusi intrabedah dan pasca bedah9.
Oklusi pembuluh darah10.Kelainan pembuluh
vena11.Surgical approach bedah
thoraks29/03/2012 Dasar-dasar Ilmu Bedah
18
PEMERIKSAAN PRA BEDAH
1. FAAL PARU
2. BRONCHOSCOPY
3. BRONCHOGRAFI
4. CT SCAN
5. FOTO THORAX
6. FAAL HEPAR, GINJAL,
HEMOSTASISD
7. FNA/TTB : TRANSTORAKAL BIOPSI
TRAUMA
ANAMNESA
PEMERIKSAAN FISIK
- INSPEKSI
- PALPASI
- PERKUSI
- AUSKULTASI
PEMERIKSAN TAMBAHAN
: FOTO X RAY
IDENTIFIKASI AWAL
(PRIMARY SURVEY)
1. SUMBATAN AIRWAY
2. TENSION PNEUMOTHORAX
3. OPEN PNEUMOTHORAX
4. FLAIL CHEST
5. HEMOTHORAX MASIF
6. TAMPONADE JANTUNG
Definisi
Pneumothorax: adanya gas dalam
cavum pleura
Traumatik
Iatrogenik : trakeostomi, anastesi dgn
intubasi
Spontan
Sekunder
Idiopatik
Menurut hubungan dengan udara luar :
tertutup, terbuka, tension
Staton GW, Ingram R. Disorders of the Pleura, Hila, and Mediastinum:
Pneumothorax.ACP Medicine Online, 2002
Wibowo S, Puruhito, Basuki S. Pedoman teknik operasi. Airlangga
University Press, 1987
Epidemiologi
Pneumothorax Spontan Sekunder
COPD 26 per 100,000 per tahun
5% to 8% dari pasien dengan cystic fibrosis
2% to 6% dari HIV patients (PCP)
Pneumothorax Spontan Idiopatik
4.3 kasus per 100,000 pasien-tahun
Insiden puncak antara 20-30 tahun dengan
rasio pria: wanita 5:1. Pasien sering berpostur
tinggi, kurus dan perokok.
Jarang, pada wanita hamil (41 kasus dilaporkan
sampai 2002)
Staton GW, Ingram R. Disorders of the Pleura, Hila, and
Mediastinum: Pneumothorax.ACP Medicine Online, 2002
Gorospe, Puente S, et al. Spontaneous Pneumothorax During
Pregnancy .South Med J 95(5):555-558, 2002.
Pneumothorax : Patofisiologi
Kerusakan pleura parietal dan atau viseral
Masuknya gas dari struktur yang berdekatan atau
berada dalam cavum thorax ke dalam cavum
pleura
Hemothorax
b) EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan
irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali
dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar
jantung yang membahayakan.
c) Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan diberikan sedasi sebelum
ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :
Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau
berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d) Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedatif
pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.
e) Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi ajibat hemolisis dan
lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f) Gula darah
Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan
bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g) Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
HB, HT, trombosit.
ACT.
Analisa gas darah.
LFT / Albumin.
Ureum, kreatinin, gula darah.
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h) Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa
diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan
maka observasi dikerjakan tiap jam. Atau tiap jam. Perdarahan yang terjadi lebih
dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca
bedah dan muingkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i) Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP,
Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem
yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa
jam setelah pasca bedah.
j) Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila
sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam,
vibrilasi, postural drinase).
Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap
fungsi semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari
ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah. Umumnya
pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah
dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
Klasifikasi trauma
Trauma tumpul
Trauma tembus : tajam, tembak, tumpul yang menembus.
ANATOMI RONGGA DADA / TORAK
Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu ;
1. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )
2. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
3. Rongga dada tengah (mediastinum).
RONGGA MEDIASTINUM
Rongga ini secara anatomi dibagi menjadi :
1. Mediastinum superior (gbr. 1), batasnya :
Atas : bidang yang dibentuk oleh Vth1, kosta 1 dan jugular
notch.
Bawah : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke Vth4
Lateral: Pleura mediastinalis
Anterior : Manubrium sterni.
Posterior :CorpusVth1 - 4
2. Mediastinum inferior terdiri dari :
a. Mediastinum anterior (gbr. 2)
b. Mediastinum medius (gbr. 3)
c. Mediastinum Posterior.(gbr. 4 )
a. Mediastinum Anterior batasnya :
Anterior : Sternum ( tulang dada )
Posterior : Pericardium ( selaput jantung )
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma.
b. Mediastinum Medium batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior ; Pericardium
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma
c. Mediastinum posterior, batasnya :
Anterior : Pericardium
Posterior : Corpus VTh 5 12
Lateral : Pleura mediastinalis
Superior : Plane of sternal angle
Inferior : Diafragma.
ANATOMI PLEURA
Pleura ( selaput paru ) adalah selaput tipis yang membungkus paru paru :
Pleura terdiri dari 2 lapis yaitu ;
1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru paru.
2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding dada.
Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk
kantong tertutup yang disebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam
kantong terisi sedikit cairan pleura yang diproduksi oleh selaput tersebut
Gejala Umum trauma torak
Gejala yang sering dilihat pada trauma torak adalah : nyeri dada dan
sesak nafas atau nyeri pada waktu nafas.
Pasien tampak sakit, sesak atau sianotik dengan tanda trauma torak atau
jejas pada dadanya. Lebih dari 90 % trauma toraks tidak memerlukan
tindakan pembedahan berupa torakotomi, akan tetapi tindakan
penyelamatan dini dan tindakan elementer perlu dilakukan dan diketahui
oleh setiap petugas yang menerima atau jaga di unit gawat darurat.
Tindakan penyelamatan dini ini sangat penting artinya untuk prognosis
pasien dengan trauma toraks.
Tindakan elementer ini adalah :
1. Membebaskan dan menjamin kelancaran jalan nafas.
2. Memasang infus dan resusitasi cairan.
3. Mengurangi dan menghilangkan nyeri.
4. Memantau keasadaran pasien.
5. Melakukan pembuatan x-ray dada kalau perlu dua arah.
Trauma torak yang memerlukan tindakan dan atau pembedahan
gawat/ segera adalah yang menunjukkan :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hemotorak massif
3. Tamponade pericardium / jantung
4. Tension pneumotorak
5. Flail chest
6. Pneumotorak terbuka
7. Kebocoran bronkus dan trakeobronkial.
LANGKAH DIAGNOSTIK
Secara umum diagnosis secara klinis ditegakkan dari jenis kerusakan
yang terjadi dan pembuatan x ray foto dada. Bila memungkinkan
maka x-ray foto sebaiknya dibuat dalam dua arah ( PA dan Lateral).
Jejas pada daerah dada akan membantu adanya kemungkinan trauma
torak. Bila ada trauma multiple maka dianjurkan untuk selalu dibuat
foto x- ray dada.
Tanda dan gejala penyerta seperti adanya syok (hipotensi, nadi cepat
dan keringat dingin) dan adanya trauma lain organ dada merupakan
butir diagnostik yang penting. Pemasangan NGT sebagai persiapan
untuk pengosongan lambung untuk mencegah aspirasi isi labung ke
paru, dapat dipakai sebagai langkah diagnostik pada kerusakan
esofagus dan dan diafragma.
Pada dasarnya diagnostik trauma torak harus ditegakkan secepat
mungkin, tanpa memakai cara diagnostik yang lama ( Ct-scan,
angiografi).
Pemeriksaan gas darah dapat membantu diagnostik bila fasilitasnya
ada.
INDIKASI TORAKOTOMI :
Hemotoraks yang berat ( > 800 cc)
Laserasi paru yang gagal dengan tindakan bedah konservatif.
Tamponade perikardium
Kebocoran trakeo-bronkial yang gagal dengan tindakan konservatif
(drainase).
KOMPLIKASI TRAUMA TORAK:
1. Yang terkait dengan tidak stabilnya dinding dada :
Nyeri berkepanjangan, meskipun luka sudah sembuh. Mungkin karena
callus atau jaringan parut yang menekan saraf interkostal. Terapi
konservatif dengan anlgesik atau pelunak jaringan parut.
Osteomylitis, dilakukan squesterisasi dan fiksasi.
Retensi sputum, karena batuk tidak adequat dan dapat menimbulkan
pneumoni. Diperlukan pemberian mukolitik.
2. Yang terkait dengan perlukaan dan memar paru:
Infiltrat paru dan efusi pleura, yang memerlukan pemasangan WSD untuk
waktu yang lama.
Empiema, yang terjadi lambat dan memerlukan WSD dan antibiotik.
Pneumoni, merupakan komplikasi yang berbahaya dan perlu diberi
pengobatan yang optimal. Bila distress pernafassan berkelanjutan maka
diperlukan pemasangan respirator.
Fistel bronkopleural, ditandai dengan gejala kolaps paru yang tidak
membaik. Memerlukan tindak bedah lanjut berupa torakotomi eksploratif
dan penutupan fistelnya.
Chylotoraks lambat.
3. Komplikasi lain di luar paru dan pleura :
Mediastinitis, merupakan komplikasi yang sering fatal. Bila terjadi
pernanahan maka harus dilakukan drainase mediastinum.
Fistel esofagus, dapat ke mediastinum dan menyebabkan mediastinitis
atau ke pleura dan menimbulkana empiema atau efusi pleua. Diperlukan
tindakan bedah untuk menutup fistel.
Hernia diafragmatika lambat, memerlukan koreksi bedah.
Kalainan jantung, terutama pada luka tembus dan trauma tajam pada
jantung. Memerlukan tindakan bedah dan pembedahan jantung terbuka.
WSD
Water SealDrainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water
seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)
TUJUANNYA :
Mengalirkan /drainageudara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
Dalam keadaan normal ronggapleuramemiliki tekanan negatif dan hanya terisi
sedikit cairan pleura / lubrican.
Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
Atmosfir 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756
INDIKASI PEMASANGAN WSD :
Hemotoraks, efusi pleura
Pneumotoraks ( > 25 % )
Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
KONTRA INDIKASI PEMASANGAN :
Infeksi pada tempat pemasangan
Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
CARA PEMASANGAN WSD
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior dan
media.
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis.
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang
tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.
5. Masukkan selang (chest
(chest tube)
tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly
forceps
6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada
7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
8.Foto
8.FotoX-
X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.
ADA BEBERAPA MACAM WSD :
1. WSD dengan satu botol
Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana
Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung.
Drainage berdasarkan adanya grafitasi.
Umumnya digunakan pada pneumotoraks
2. WSD dengan dua botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase
Botol kedua sebagai water seal
Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.
Dapat dihubungkan sengansuction
sengansuctioncontrol
3. WSD dengan 3 botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase
Botol kedua sebagai water seal
Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol denganmanometer
denganmanometer..
DIAGNOSIS BERBAGAI MACAM TRAUMA TORAK.
DINDING DADA :
1. Patah tulang rusuk, tunggal dan jamak :
Merupakan jenis yang paling sering.
Tanda utama adalah tertinggalnya gerakan nafas pada daerah yang patah, disertai
nyeri waktu nafas dan atau sesak.
2. Flailchest :
Akibat adanya patah tulang rusuk jamak yang segmental pada satu dinding dada.
Ditandai dengan gerakan nafas yang paradoksal. Waktu inspirasi nampak bagian
tersebut masuk ke dalam dan akan keluar waktu ekspirasi. Hal ini menyebabkan
rongga mediastinum goncangan gerak ( flailing ) yang dapat menyebabkan insertion
vena cava inferior terdesak dan terjepit.
Gejala klinis yang nampak adalah keadaan sesak yang progressif dengan timbulnya
tanda-tanda syok.
RONGGA PLEURA :
1. Pneumotorak :
Disebabkan oleh robekan pleura dan atau terbukanya dinding dada. Dapat berupa
pneumotorak yang tertutup dan terbuka atau menegang (tension pneumotorak).
Kurang lebih 75 % trauma tusuk pneumotorak disertai hemotorak.
Pneumotorak menyebabkan paru kollaps, baik sebagian maupun keseluruhan yang
menyebabkan tergesernya isi rongga dada ke sisi lain. Gejalanya sesak nafas
progressif sampai sianosis dengan gejala syok.
oleh trauma pada daerah abdomen, atau luka tembus tajam kearah torakoabdominal.
Akan menimbulkan herniasi organ perut. Kanan lebih jarang dibandingkan kiri.
Gejala klinis sering terlewatkan karena 30 % tidak memberikan tanda yang khas.
Sesak nafas sering nampak dan disertai tanda-tanda pneumotoraks atau gejala
hemotoraks.
2. Hemotoraks :
Adanya darah dalam rongga pleura. Dibagi menjadi
hemotorak ringan bila jumlah darah sampai 300 ml saja.
Hemotorak sedang bila jumlah darah sampai 800 ml dan
hemotorak berat bila jumlah darah melebihi 800 ml.
Gejal utamanya adalah syok hipovolemik .
3. Kerusakan paru:
75 % disebabkan oleh trauma torak ledakan. (blast
injury) . Perdarahan yang terjadi umumnya terperangkap
dalam parenkim paru
Gejala klinis mengarah ke timbulnya distress nafas karena
kekurangan kemampuan ventilasi. Perdarahan yang timbul
akan membawa akibat terjadinya hipotensi dan gejala syok.
4. Kerusakan trakea, bronkus dan sistem
trakeobronkoalveolar.
Terjadi kebocoran jalan nafas yang umumnya melalui
pleura atau bawah kulit bawah dada sehingga
menimbulkan emfisema subkutis.
Disebabkan oleh sebagian besar akibat trauma torak
tumpul di daerah sternum
Secara klinis leher membesar emfisematous dengan
adanya krepitasi pada dinding dada. Sesak nafas sering
menyertai dan dapat timbul tension pneumotorak.
5. Kerusakan jaringan jantung dan perikardium.
Gejala klinis akan cepat menunjukkan gejala syok hipovolemik primer dan
syok obstruktif primer. Bendungan vena di daerah leher merupakan tanda
penyokong adanya tamponade ini. Juga akan nampak nadi paradoksal yaitu
adanya penurunan nadi pada waktu inspirasi, yang menunjukkan adanya
massa (cair) pada rongga pericardium yang tertutup.
Penyebab tersering adalah trauma torak tajam di daerah parasternal II V
yang menyebabkan penetrasi ke jantung. Penyebab lain adalah terjepitnya
jantung oleh himpitan sternum pada trauma tumpul torak.
Melakukan fungsi perikardium yang mengalami tamponade dapat
bertujuan diagnostik sekaligus langkah pengobatan dengan membuat
dekompressi terhadap tamponadenya.
6. Kerusakan pada esofagus.
Relatif jarang terjadi, menimbulkan nyeri terutama waktu menelan dan
dalam beberapa jam timbul febris. Muntah darah / hematemesis, suara
serak, disfagia atau distress nafas.
Tanda klinis yang nampak umumnya berupa empisema sub kutis, syok dan
keadaan umum pasien yang tidak nampak sehat. Sering dijumpai tanda
Hamman yang berupa suara seperti mengunyah di daerah mediastinum
atau jantung bila dilakukan auskultasi. Diagnosis dapat dibantu dengan
melakukan esofagoram dengan menelan kontras.
7. Kerusakan Ductus torasikus:
Menimbulkan gejala chylotoraks. Gejala klinis ditimbulkan oleh akumulasi
chyle dalam rongga dada yang menimbulkan sesak nafas karena kollaps
paru. Kejadian ini relatif jarang dan memerlukan pengelolaan yang lama dan
cermat.
8. Kerusakan pada Diafragma :
Disebabkan umumnya
Bedah Toraks Kardiovaskular
(Bedah Jantung dan Dada)adalah
bidang kedokteran yang terlibat
dalam perawatan bedah penyakit
yang mempengaruhi organ didalam
toraks (dada) terutama jantung dan
paru-paru.
Prosedur Umum
ASS WR WB