Anda di halaman 1dari 5

2.2.

4 Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Menurut Konz dalam (Lubis, 2016) bahwa kepemimpinan adalah seni untuk

mempengaruhi bawahan agar mau mengerjakan semua tugas yang diberikan dengan

kesadaran yang harus segera diselesaikan dan tanpa ada beban tekanan sedikitpun.

Menurut (Rindyantama & Astuti, 2017), gaya kepemimpinan merupakan cara

seorang pemimpin untuk dapat mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan

mengendalikan bawahan dengan cara apapun agar pegawai bisa menyelesaikan tugas nya

secara baik.

Menurut (Aziz & Barqy, 2015) adapun gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

1. Gaya persuasif, gaya seseorang dalam memimpin yang menggunakan pendekatan

yang menggugah perasaan, pemikiran, atau permohonan terhadap bawahan.

2. Gaya refreship, adalah gaya kepemimpinan yang memberikan tekanan, ancaman,

sehingga bawahan merasakan rasa takut

3. Gaya partisipasif, pemimpin yang memiliki sikap dia dapat memberikan seseroang

kesempatan kedua untuk ikut berperan dalam mental ataupun spiriitual dan lainlain

4. Gaya inovatif, seorang pemimpin yang akan berusaha untuk otoriter agar bisa dapat

mewujudkan usaha pembaharuan di dalam segala bidang yang dimilikinya

5. Gaya motivatif, pemimpin akan memberikan informarsi yang dia dapat kepada

pegawainya demi kemauan perusahaannya

6. Gaya edukatif, pemimpin akan mengembangkan pegawai yang dia miliki dengan

memberikan pendidikan yang update agar pegawai lebih berwawasan luas dan bagis

demi kemjuan perusahaan atau organisasi yang dia jalani.


2.2.5 Persyaratan Menjadi Seorang Pemimpin

Menurut (Astryanty, M. Djudi Mukzam, & Yuniadi Mayowan, 2016) menjadi seorang

penimpin harus mempunyai persyaratan sebagai berikut;

1. Visi

Seorang pemimpin harus memiliki visi yang bagus agar bisa mewujudkan perusahaan

yang maju dan berkembang oleh siapa yang dipimpinnya. Tujuan dari visi tersebut akan

memberikan petunjuk kemana arah jalannya organisasi. Didalam visi, seorang pemimpin

harus berusaha memegang kendali bagi perusahaan yang dipimpinya. Seorang atasan

akan bisa terus memikirkan ide-ide baru untuk dijadikan inspirasi bagi kemajuan

perusahaannya.

2. Spirit

Seorang pemimpin haruslah memiliki semangat, daya dorong atau energi yang sangat

besar untuk mencapai visinya. Kegagalan terjadi jika ti]dak ada cukup energi yang dapat

digunakan untuk menggerakkan organisasi dalam mencapai visi. Spirit seorang pemimpin

dapat digambarkan sebagai kekuatan dan penyemangat, yang dapat dibagikan kepada

para pengikutnya tanpa mengurangi energi didalam diri pemimpin.

3. Karakter

Seorang pemimpin memiliki karakter yang melekat didalam kepribadiannya. Karakter

merupakan sifat alami dari seseorang sejak lahir yang diakui oleh orang lain.

4. Integritas

Integritas sering diartikan sebagai kerja keras seseorang. Integritas juga merupakan

penyatuan diri seseorang dengan apa yang diyakininya baik untuk dilakukan secara

menyeluruh. Seorang yang profesional akan menyukai pekerjaanya dan dapat bekerja
dengan baik bukan karena upah atau karena diawasi, namun karena ia berfikir bahwa.

Pemimpin yang memiliki integritas akan mampu meyakinkan pengikutnya tentang apa

yang diyakininya baik, karena sebelumnya telah memiliki keyakinan tersebut.

5. Kapabilitas

Seorang pemimpin tidak harus memiliki keahlian yang sesuai dengan bidang yang

dijalankannya. Namun, seorang atasan harus memiliki wawasan yang luas atas apa yang

akan hadapinya dengan pekerjaannya diperusahaanya. Pada prinsipnya, seorang

pemimpin akan mampu meletakkan dirinya di dalam organisasi serta turut bekerja di

dalam organisasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Namun, pemimpin tersebut

mendapatkan pengakuan dan respect atas kemampuannya mengatur,memiliki prestasi

yang dapat dibanggakan.

2.2.6 Pengaruh Gaya Kepemimpin Terhadap Kepuasan Kerja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Riana, 2015) didapatkan hasil bahwam

seseorang yang berjiwa pemimpin sangat mempengaruhi terhadap kepuasan bekerja pada

seseorang, artinya adalah semakin baik seseorang pemimpin maka pegawai dalam bekerja

pun akan semakin puas. Menurut

(Kitriawaty, Setiawati, & Sumantri, 2018) permasalahan penting yang dihadapi oleh

pimpinan di rumah sakit adalah bagaimana dapat mempertahankan kepuasan. RS akan

selalu berusaha untuk mempertahankan bawahannya agar lebih baik dalam bekerja

sehingga dia bisa bekerja dengan betah dan lama. Akan tetapi kenyataanya pada tahun

2015 tercatat ada 11,47% pegawai, 8,50% tenaga kesehatan resign karena banyak alasan.

Pada Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengalisa pengaruh seorang pemimpin

terhadap kepuasan bekerja. Sampel penelitian adalah tenkes 90 orang dengan pengambilan
sampel secara acak atau random. Kepemimpinan dan kepuasan kerja bisa digunakan

sebagai salah satu aspek yang dibisa dipertimbagkan dalam pengelolaan sebuah rumah

sakit untuk menciptakan SDM.

Menurut (Rosiana, 2015) berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepemimpinan

berpengaruh signifikan terhad]ap kepuasan kerja pegawai Sekretariat Daerah Kota Padang.

Artinya semakin baik kepemimpinan menjalankan fungsinya tentunya akan mendorong

terjadinya peningkatan kepuasan kerja pegawai Sekretariat Daerah Kota Padang. Secara

rata-rata variabel, analisis deskriptif data variabel kepemimpinan berada pada kriteria

cukup dengan tingkat pencapaian responden sebesar 78,66%. penelitian ini bertujuan untuk

mencari tahu dan menganalisa seberapa pengaruh suatu pimpinan pada kepuasan kerja.

Populasi pada penelitian ini adalah berjumlah 50 orang (populasi target dalam penelitian

ini adalah populasi dengan kriteria anggota Polri minimal berpangkat Bripda). Sampel

pada penelitian ini sebanyak 50 orang responden. Kepemimpinan berpengaruh sangat baik

atau positif terhadap kepuasan dalam bekerja.

Menurut (Yuliawan & Supartha, 2016) berdasarkan hasil uji hipotesis terbukti bahwa

kepemimpinan partisipatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan bekerja.

Hal ini menunjukkan adanya sifat kepemimpinan yang baik atau positif bisa meningkatkan

kepuasan dalam bekerja. Seorang atasan harus selalu mendengarkan setiap ide-ide yang

diberikan oleh bawahannya sehingga dia bisa mempengaruhi kepada tingkat kepuasan

bawahannya,pada akhirnya jika bawahan merasa puas dengan kinerjanya dia akan

menyelesaikan atau bertanggung jawab dengan apa yang diterimanya.


2.2.7 Mengukur Gaya Kepemimpinan

Cara ukur dari variabel kepuasan kerja adalah dengan menggunakan kuesioner

terstruktur sebanyak 15 pertanyaan, responden diminta memberikan jawaban atas

pertanyaan yang diberikan, kemudian diukur dengan menggunakan skala likert.

2.2.8 Indikator Gaya Kepemimpinan

Indikator untuk variabel gaya kepemimpinan yaitu telling style, partisipatif, delegatif.

2.2.8 Sintesis Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang dimiliki seorang pemimpin

dimana pola perilaku tersebut menjadi ciri khas pemimpin dalam mempengaruhi

bawahannya untuk mencapai tujuan kelompok.

Anda mungkin juga menyukai