Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2020
BAB I
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Herniasi Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus
pulposus menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis
melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
merupakan suatu proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus
intervertebralis/diskogenik. (Arif Mutaqim)
HNP terjadi kebanyakan karena suatu trauma derajat sedang yang
berulang mengenai dikus intervertebralis sehingga menimbulkan robeknya
diskus intervertebralis.
Ketika nukleus pulposus meleset keluar dari tempatnya atau
mengalami herniasi melalui fraktur yang sangat kecil di dalam anulus,
diskus menjadi disfungsional dan menciptakan tekananpada satuu saraf
spinal atau lebih. Kondisi ini umumnya disebut sebagai diskus tergelincir
atau herniasi diskus, yang biasanya terjadi di spinal lumbal bawah(L5-SI)
tempat membawa bagian badan yang besar dan tempat terjadinya
pemelintiran dan pembungkukan yang paling banyak. Area lain yang
rentan terkena cedera dan disfungsi adalah diskus di spinal servikal antara
C6-C7 dan antara C5-C6. Ketika nukleus mulai menonjol keluar, itu
biasanya terjadi pada titik terlemah penopang struktural di sekitar badan
vertebral di bagian posterior tempat nukleus dan ligamen penompang
paling tipis (Hurst,Marlene,2011)
B. ANATOMI DAN FISOLOGI
C. KLASIFIKASI
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian
luka posisi fleksi. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan
nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan
melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus
menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai potongan bebas
pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau
lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa
sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung
dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh
posisi badan tertentu, ketegangan, suhu dingin dan lembab, pinggang
terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala
patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang
terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar ke
dalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri
yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan
secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri
tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Nyeri diperberat oleh kegiatan yang meningkatkan tekanan cairan
inttraspinal(membungkuk,mengangkat,mengejan, seperti bersin dan
batuk) dan biasanya berkurang dengan tirah baring.
Syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri:
a. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang
b. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
c. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan reflex
2. Hernia Servicalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang
normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps
yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara
tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7.
Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada
pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu
diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
Gejala yang muncul :
a. Cervical Radiculopathy
Gejala yang terjadi bila terdapat ruptur discus cervical yaitu rasa
nyeri yang menjalar mulai dari leher, bahu, lalu ke lengan. Nyeri
dapat terasa tajam, namun lebih sering dirasakan nyeri tumpul yang
menetap. Gejala lain yang dapat timbul yaitu parestesia atau rasa
seperti kesemutan, kaku, atau juga dapat terasa gatal pada daerah
yang dipersarafi oleh radiks yang tertekan. Nyeri di sekitar tulang
belikat juga sering dikeluhkan, hal ini timbul oleh karena adanya
rasa nyeri yang menjalar.
b. Cervical Myelopathy
Bila nucleus pulposus langsung menekan medulla spinalis gejala
yang timbul berupa nyeri di leher, sekitar tulang belikat dan bahu.
Tedapat sensasi nyeri mendadak di kaki saat pergerakan cepat dari
leher. Rasa kesemutan menjalar ke atas saat leher di dongakan ke
belakang (ekstensi). Pada anggota badan atas terdapat rasa kaku
pada tangan dan lengan, kehilangan ketangkasan juga kelemahan
ekstremitas atas yang menyeluruh. Kelainan pada anggota badan
bawah berupa ketidakstabilan dalam berjalan serta adanya
gangguan miksi dan buang air besar.
3. Hernia Toracalis
Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang
parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh
bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang
serangannya mendadak dengan paraparese.Penonjolan pada sendi
intervertebral thorakal masih jarang terjadi. Pada empat thorakal paling
bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan
posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
Gejala yang muncul :
a. Nyeri radikal.
b. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan
kejang paraparesis.
c. Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.
D. ETIOLOGI
HNP terjadi akibat keluarnya nukleus pulposus dari dalam bantalan tulang
belakang. HNP sering terjadi pada usia 30-50 tahun, meskipun juga
banyak dialami oleh para orang tua.
Ada tiga faktor yang membuat seseorang dapat mengalami HNP:
1. Gaya hidup, seperti merokok, jarang atau tidak pernah berolah raga
dan berat badan yang berlebihan
2. Pertambahan usia
3. Memiliki kebiasaan duduk atau berdiri yang salah, yaitu
membungkuk dan tidak tegak.
HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan selama
bertahun-tahun dengan sedikit retakan di anulus yang melemahkan cincin
katilago suportif.
1.Skenario lain dapat terjadi seiring dengan waktu ketika nuklues
pulposus menonjol keluar menembus tempat yang lemah di anulus
untuk memberikan tekanan ke syaraf spinal sebelum akhirnya
mengalami herniasi.
2.Trauma akut akibat jatuh atau pukulan ke punggung atau leher dapat
menyebabkan herniasi mendadak
3.Setelah peristiwa pertama yang melukai anulus, gejala dapat reda dan
kemudian terjadi dalam beberapa bulan atau beberapa tahun
berikutnya di sertai herniasi di tempat lain cedera lama yang
melemahkan cincin suportif
F. PATOFLOW DIAGRAM
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
intervertebralis
2. CT Scan
Sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas
3. MRI
MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula
spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT
scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf. Akurasi 73-80%
dan biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi
tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI merupakan standar utama untuk mendiagnosisi
HNP karena herniasi yag kecil juga dapat terlihat.
4. EMG
Untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer. Dalam
bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis
sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG
dilakukan untuk :
a. Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer.
b. Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks.
c. Pemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-
invasif, Motor Unit Action Potentials (MUAP) pada iritasi radiks
terlihat sebagai: Potensial yang polifasik.
1) Amplitudo yang lebih besar
2) Durasi potensial yang lebih panjang, pada otot-otot dari
segmen yang terkena. Pada kompresi radiks, selain kelainan-
kelainan yang telah disebut diatas, juga ditemukan aktivitas
spontan pada pemeriksaan EMG berupa fibrilasi di otot-otot
segmen terkena atau di otot paraspinal atau interspinal
dari miotoma yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG
untuk mendeteksi penderit radikulopati lumbal sebesar
92,47%. EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu
minimal 10-14 hari setelah onset defisit neurologis, dan
dapat menunjukkan tentang kelainan berupa radikulopati,
fleksopati ataupun neuropati.
H. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama bebrapa hari
dalam posisi setengah duduk yaitu tungkai dalam sikap fleksi pada
sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh mengandung
pegas. Tirah baring bertujuan untuk menghilangkan nyeri. Pada HNP
lama tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita
2. Fisiotherapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi
lordosis.
3. Pembedahan
Dikerjakan jika therapi konservatif tidak berhasil. Memberikan hasil
yang nyata.
4. Medikamentosa
Simtomatik dan kausal
5. Rehabilitasi
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula agar tidak
menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Pasien tirah baring 3-4 hari, bila nyeri 7-10 hari
I. KOMPLIKASI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku bangsa,
agama. HNP kebanyakan terjadi pada usia pertengahan pada jenis
kelamin laki-laki dengan pekerjaan atau aktifitas berat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien berupa nyeri. Untuk mengkaji nyeridilakukan
dengan pendekatan PQRST
a. Profoking accident
Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong beda berat)
b. Quality and quantity
Sifat nyeri seperti ditususk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti terkena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus menerus.
Penyebaran nyeri apakah bersifat radikular atau nyeri alih.
c. Region , radiating, relief
Letak atau lokasi nyeri
d. Sale of pain
Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan,
menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-
obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien
menggunakan obat tersebut.
e. Time
Sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri
pinggang bawah intermiten ( dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun).
3. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma. Keluhan berupa paraparesis, flasid, parestesis,
dan retensi urine. Keluhan nyeri pada punggung bagian bawah di
tengah-tengah antara pantat dan betis. Belakang tumit dan telapak kaki.
Klien mengeluh baal dan kekuatan otot berkurang.
4. Riwayat penyakit.
Apakah kien menderita TB tulang, osteomieleitis, keganasan(mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis). Adakah riwayat hipertensi,
cederatulang belakang sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung
yang berguna sebagai tindakan lainnya untuk menghindari komplikasi
5. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji adanya riwayat penyakit degenaratif pada keluarga
6. Pengkajian psikospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang dilakukan klien beruna untuk
menilai respon emosiklien terhadap penyakit yang diderita dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon
atau pengaruhnya terhadap hidup sehari-hari.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis.
Adanya perubahan tanda vital contohnya bradikardi yang
mengakibatkanhipotensi yang berhubungan dengan penurunan
aktivitas karena paraparese
2. Pemeriksaan fisik persistem
a. Brain
Pengkajian brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum.
Kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama
bergerak.
b. Breath
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada
pemeriksaan : Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk,
tidak sesak nafas, dan frekuensi pernafasan normal Palpasi,
ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri Perkusi,
ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
c. Blood
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya
kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada
auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan
d. Blader
Kaji keadaan urine, meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunnya perfusi ginjal
e. Bowel
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan
nutrisi yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan
melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan
pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi
f. Bone
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan
karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah
lelah.
Look: kurvantura yang berlebihan, pendataran arkuslumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur
paraverteblar atau pantat yag asimetris, dan potur tungkai
yang abnormal
Feel: ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan
adanya deviasike lateral atau antero-posterior. Palpasi dari
area dengan rasa nyeri ringan ke arah yang paling terasa
nyeri.
Move : adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan
pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama
bergerak.
C. DIAGNOSIA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
4. Retensi urine berhubungan dengan disfungsi neurologis
5. Defisit pengetahuan berhubugan dengan proses penyakit
D. RENCANA KEPERAWATAN
3. Pola nafas tidak monitor pola nafas
efektif berhubungan frekuensi kedalaman
dengan kelemahan dan usaha nafas
otot. mpnitor bunyi nafas
Tujuan : setelah tambahan
dilakukan tindakan berikan oksigenasi bila
keperawatan selama perlu
3x24 jam pasien lakukan fisiotherapi
mampu dada
inspirasi/ekspirasi
periksa kondisi pasien
yang memberikan
meliputi kandung keih,
ventilasi adekuat
refleks berkemih
Kriteria : dispnue
lakukan pemasangan
menurun,
kateter
penggunaan oto
jelaskan tujuan dan
bantu pernafasan
prosedur pemasanagn
menurun, frekuensi kateter
nafas membaik,
kedalaman nafas
membaik.
4. Retensi urine identifikasi kesiapan
berhubungan dan kemampuan
dengan disfungsi menerima informasi
neurologis. sediakan materi dan
Tujuan : setelaah media pendidikan
dilakukan tindakan ktentang penyakit
keperawatan selama jadwalkan pendidikan
3x24 jam pasien kesehatan sesuai
mampu melakukan kesepakatan
pengosongan berikan kesempatan
kandung kemih untuk bertanya
yang lengkap. ajarkan strategi yang
Kriteria : sensasi dapat dilakukan untuk
berkemih meningkatkan
meningkat, distensi kesehatan.
kandung kemih
menurun, volume
residu urine
menurun,
mengompol
menurun.
5. Defisit pengetahuan
berhubungan
dengan proses
penyakit.
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam pasien
mempunyai
kecukupan
informasi kognitif
berkaitan dengan
penyakitnya.
Kriteria :
menunjukkan
perilaku sesuai
anjuran, perilaku
sesuaidengan
pengetahuan,
pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun.
STUDY DOKUMENTASI
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Bp. M. GL
Tanggal lahir : 06/11/1992
Jenis kelamin : laki laki
Alamat : Dowangan Banyuraden Gamping
Pekerjaan :
Masuk RS : 28-02-2020
Nomor RM : 2487xx
Diagnosa Medis : LPB susp HNP
Dokter DPJP : dokter spesialis syaraf
2. Keluhan utama
Nyeri pinggang skala 3
3. Riwayat penyakit sekarang
Sudah 1 minggu Pasien mengeluh nyeri pinggang sebelah kanan
sampai ke perut depan, nafas terasa sesak.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat kecelakaan lalu lintas 2 tahun yang lalu, kaki kanan diseret
kalau berjalan, hasil pemeriksaan hemartrosis genu sin, fraktur lateral
condyle tibia sin
Tidak ada riwayat sakit TBC, DM, hipertensi, keganasan
5. Riwayat keluarga
Dalam keluarga tidak ada riwayat hipertensi, DM, jantung
6. Riwayat alergi
Pasien alergi penicillin, gin, ketorolac, ibuprofen
Reaksi alergi gatal
7. Pengkajian psikospiritual
Pasien kooperatif, merasa bahwa sakit adalah cobaan dari Tuhan,
percaya Tuhan akan selalu terlibat dalam setiap kehidupan yang
dijalani, pasien selalu berdoa, orang yang paling dekat adalah istri
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
Tekanan darah: 154/71 mmHg, Nadi 72x/menit, RR 18x/menit, Suhu 36,1
Skala nyeri: 3
Pemeriksaan B6
1. Breathing:
Pasien batuk, pernapasan dada, frekuensi 18x/menit, tidak sesak, tidak
ada retraksi dada, tidak ada cuping hidung, akral hangat
2. Blood
Tekanan darah 154/71, Nadi 72x/menit, pemeriksaan jantung tidak ada
kelainan
3. Brain
Kesadaran CM, buka mata 4, verbal 5, motoric 6, orientasi baik, nyeri
pinggang skala 3, lama nyeri 10-15 menit, kualitas nyeri tajam, pola
serangan intermiten
4. Bladder
Tidak ada masalah baik warna, jumlah, karakteristik
5. Bowel
Tidak ada masalah, tidak ada keluhan perut, tidak mual
6. Bone
Riwayat jatuh, fraktur condyle tibia sinistra, dibantu saat berdiri dan
berjalan
Nyeri pinggang saat perpindahan posisi
C. Pemeriksaan penunjang
Hasil MRI Vertebra Lumbal: protrusion L5/S1, canal stenosis moderate,
penyempitan ringan neural foramen kanan kiri, tak tampak lesi pada conus
medullaris
D. Diagnose keperawatan
1. Nyeri kronis
2. Ansietas
3. Resiko jatuh
E. Perencanaan keperawatan
Suddarth, Brunner. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta