Anda di halaman 1dari 53

MINI PROJECT

PROGRAM UPAYA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)


DI MASA PANDEMI COVID-19
PUSKESMAS TELAGA
TAHUN 2020/2021

Disusun Oleh:
dr. M. Yusril Ihza Djakaria
dr. Dewandaru Istighfaris Agadinata Bramanti
dr. Tsara Arbiaty Kramawiredja

Dokter Pendamping:
dr. Sitty Yosephus

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS TELAGA
KABUPATEN GORONTALO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah merupakan perpanjangan tangan orang tua, bukan saja
tempat menanamkan norma-norma kehidupan sosial, tetapi juga
menanamkan dan mengembangkan kemampuan hidup (Life Skills) untuk
memasuki dunia kerja. Untuk itu maka sekolah juga harus menjadi
lingkungan yang kondusif bagi terbentuknya dan berkembangnya perilaku
hidup sehat, sebagai prasyarat untuk berkembangnya potensi anak murid
atau peserta didik secara optimal. Menurut (Sitepu dkk, 2015) “Salah satu
upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
adalah upaya pendidikan dan kesehatan, sehingga upaya ini paling tepat
dilakukan melalui institusi pendidikan”.1
Pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah (UKS)
merupakan peningkatan upaya pendidikan dan kesehatan yang dilakukan
secara terpadu, sadar, berencana dan, terarah dan bertanggung jawab untuk
menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing dalam melaksanakan
prinsip hidup sehat di kehidupan sehari-hari yang ditujukan kepada peserta
didik (usia sekolah) yang merupakan salah satu mata rantai yang penting
dalam meningkatkan kualitas fisik penduduk.2
Usaha membina, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik dilaksanakan melalui
program pendidikan di sekolah/madrasah dengan berbagai kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikulernya, serta melalui usaha-usaha lain diluar
sekolah/madrasah yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan
pemeliharaan kesehatan masyarakat serta menunjang perilaku hidup bersih
dan sehat.3,4
Program Usaha Kesehatan Sekolah merupakan salah satu upaya
pemerintah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya
derajat kesehatan masyarakat di lingkungan sekolah. Upaya mendukung
terbentuknya peserta didik yang sehat, salah satu indikator yang
direalisasikan sekolah adalah mengaktifkan program usaha kesehatan
sekolah yang dapat mengoptimalkan prestasi serta potensi peserta didik
dalam belajar.3,4
Keberhasilan pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah/madrasah (UKS) pada akhirnya akan terlihat/tercermin pada
perilaku hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dan ini
merupakan dampak yang diharapkan dari keseluruhan pola pembinaan dan
pengembangan UKS. Hal ini dikarenakan UKS merupakan wadah dan
program untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik sedini mungkin, yang dilakukan secara terpadu
oleh 4 Kementerian terkait beserta seluruh jajarannya baik di pusat
maupun di daerah. Adapun landasannya, yaitu SKB 4 Menteri, yaitu
Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri.3,4

1.2 Perumusan Masalah


a) Apa saja faktor yang menyebabkan kendala dalam program Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS) di Puskesmas Telaga?
b) Apa saja alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab
masalah yang ditemukan?
c) Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab
masalah yang ada?
d) Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dan target program Upaya
Kesehatan Sekolah di Puskesmas Telaga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor yang menghambat dalam program
Upaya Kesehatan Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Telaga.
b. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah-masalah dari pro
gram Upaya Kesehatan Sekolah di Puskesmas Telaga.
c. Menentukan prioritas masalah yang ada dalam meningkatkan
Upaya Kesehatan Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Telaga.
d. Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di
Puskesmas Telaga.

1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi Penulis
a. Mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan program Upaya
Kesehatan Sekolah di Puskesmas Telaga.
b. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
pemegang program puskesmas dan masyarakat.
c. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan masalah terhadap
penyebab masalah.
2. Manfaat bagi Puskesmas
a. Mendapatkan masukan mengenai pelaksanaan dan masalah-ma
salah yang dihadapi selama pelaksanaan program Upaya
Kesehatan Sekolah di Puskesmas Telaga.
b. Mendapatkan alternatif penyelesaian masalah dalam pelaksanaa
n program Upaya Kesehatan Sekolah Puskesmas Telaga.
c. Sebagai bahan masukan untuk melakukan penyuluhan kesehata
n guna meningkatkan keberhasilan program Upaya Kesehatan
Sekolah Puskesmas Telaga pada tahun-tahun berikutnya.
3. Manfaat bagi Masyarakat
a. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya
upaya kesehatan sekolah khususnya pada tingkat dasar dan
menengah, serta meningkatkan peran instansi dan keluarga
dalam pencapaian kesehatan anak sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Kesehatan Sekolah


2.1.1 Definisi UKS
Menurut Departemen Pendidikan & Kebudayaan, UKS adalah upa
ya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan s
ecara terpadu melalui program pendidikan dan yankes di sekolah, pergurua
n agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan p
emeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah.5
Menurut Departemen Kesehatan RI, UKS adalah usaha kesehatan
masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta l
ingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.UKS merupakan wahana untu
k meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk peril
aku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yan
g optimal.5
Menurut Azrul Azwar, UKS adalah bagian dari usaha kesehatan po
kok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-
sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapa
i keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan pres
tasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya.5
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa program usaha
kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik, dengan terbentuknya kemampuan hidup sehat
maka selanjutnya terbentuk juga perilaku hidup sehat dan bersih sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan berkembang secara optimal bagi peserta
didik maupun warga sekolah dengan berbagai kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler, serta melalui usaha-usaha lain luar sekolah yang di
lakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliaraan kesehatan masyarakat.1
2.1.2 Tujuan UKS
2.1.2.1 Tujuan Umum
1) Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah bertujuan untuk membina
dan meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap
satuan pendidikan.3
2) Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah dapat membantu
meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta
didik yang tercermin dalam kehidupan perilaku hidup bersih dan
sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis
dan optimal.3

2.1.2.2 Tujuan Khusus


1) Meningkatkan sikap dan keterampilan untuk melaksanakan pola
hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha
peningkatan kesehatan3;
2) Meningkatkan hidup bersih dan sehat baik dalam bentuk fisik,
nonfisik, mental maupun sosial3;
3) Bebas dari pengaruh dan pengunaan obat-obat terlarang dan
berbahaya seperti narkoba, rokok, minuman keras, alkohol dan
zat adiktif lainya3;
4) Meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik, sehingga
dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan
optimal.3
5) Memiliki sikap, keyakinan, daya tangkal bahwa perbuatan yang
harus dihindari adalah bahaya rokok, kenakalan remaja,
kehamilan diluar nikah, HIV/AIDS, narkoba, kecacingan,
anemia, dan hepatitis B.3

2.1.3 Sasaran UKS


Sasaran UKS/M adalah warga sekolah/madrasah, (Kepala
Sekolah/ Madrasah, guru, peserta didik, pegawai sekolah), unsur
Puskesmas dan unsur Tim Pelaksana sekolah dari Tingkat
Pendidikan Usia Dini sampai dengan Tingkat Pendidikan
Menengah Atas (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/SMK/MA/), SLB termasuk peserta didik pondok pesantren,
dan lingkungan keluarga, serta lingkungan masyarakat sekitar
sekolah.3

2.1.4 Ruang Lingkup Pembinaan UKS/M di Sekolah dan Madrasah


Ruang lingkup UKS/M yang tercermin dalam Tiga Program
Pokok Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (disebut Trias UKS)
meliputi3:
a. Pendidikan Kesehatan, dimaksudkan adalah meningkatkan
pengetahuan, perilaku, sikap, dan keterampilan hidup bersih.
Pembudayaan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelayanan Kesehatan, dimaksudkan antara lain immunisasi,
screening kesehatan, pemeriksaan dan perawatan gigi serta
mulut, PHBS, tes kebugaran jasmani, pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), pemberian tablet tambah darah, kecacingan,
Tanaman Obat Keluarga, kantin sehat, keamanan makanan
jajanan anak sekolah dan gizi, pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) dan pertolongan pertama pada penyakit
(P3P), pemulihan pasca sakit, dan rujukan ke
Puskesmas/Rumah Sakit.
c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat, dimaksudkan adalah
pelaksanaan 7K (Kebersihan, Keindahan, Kenyamanan,
Ketertiban, Keamanan, Kerindangan, dan Kekeluargaan).
Pemeliharaan lingkungan sehat yaitu bebas dari narkoba,
psikotropika, asap rokok, pornografi, kekerasan dan
perundungan (bullying) pada anak, dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan Trias UKS, perlu dipersiapkan dengan
baik tentang perencanaan, ketenagaan, pendanaan, sarana
prasarana, penelitian, pengembangan dan manajemen, komitmen,
koordinasi yang baik serta kerjasama dari semua pihak, baik
lembaga pemerintah maupun swasta.3

2.1.5 Langkah-Langkah Penyelenggaraan Program UKS/M


a. Identifikasi masalah;
b. Perencanaan program;
c. Skala prioritas program;
d. Pelaksanaan program;
e. Pengendalian dan pengawasan program;
f. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan sekolah

2.1.6 Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana UKS/M


Tugas:
a. Pelaksanaan UKS/M mulai dari menyusun rencana kegiatan,
melaksanakan kegiatan, melaksanakan penilaian, monitoring,
evaluasi dan pelaporan;
b. Melaksanakan program Trias UKS yaitu Pendidikan
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat;
c. Menjalin kerjasama dengan orang tua (Komite Sekolah,
masyarakat, LSM, pemerhati pendidikan dan kesehatan) dan
instansi terkait dalam pelaksanaan UKS/M;
d. Menyiapkan sekolah menjadi sekolah bersih sehat, aman, dan
nyaman;
e. Melaksanakan ketata usahaan dan database kegiatan;
f. Menyampaikan laporan pelaksanaan kepada TP UKS/M
Kecamatan;
g. Melaksanakan ketata usahaan Tim Pelaksana UKS/M.
Fungsi:
Sebagai penanggung jawab dan pelaksana program di
sekolah/ madrasah berdasarkan prioritas kebutuhan dan
menyiapkan sekolah menjadi sekolah yang melaksanakan program
UKS/M dengan persyaratan:
a. Mempunyai Tim Pelaksana UKS/M;
b. Mempunyai Guru Pembina UKS/M bersertifikat;
c. Mempunyai ruang UKS/M tersendiri;
d. Mempunyai kader UKS/M minimal 10% dari jumlah siswa;
e. Mengimplementasikan Trias UKS/M;
f. Mempunyai papan nama Tim Pelaksana UKS/M dengan
ukuran disesuaikan dengan papan nama lainnya (yang sedang
digunakan).

2.1.7 Pembinaan dan Pengembangan UKS/M


a. Pembinaan peserta didik melalui kegiatan pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan Pembinaan lingkungan
sekolah sehat;
b. Pembinaan Tim Pelaksana UKS/M melalui peningkatan jumlah
(kuantitas), pendidikan formal, pelatihan, bimbingan teknis,
seminar, lokakarya, pengawasan, dan monitoring serta evaluasi;
c. Pembinaan Sarana Prasarana.
1) Ruang UKS/M, tempat tidur, alat ukur berat badan, alat
ukur tinggi badan, thermometer, obat-obatan sederhana
(obat luka, oralit, obat gosok, kain kasa steril, kapas,
alkohol, pelester kecil untuk luka, plester, verban, gunting,
obat penghilang rasa sakit/penurun panas, obat tetes mata,
minyak kayu putih dan mitella), model rahang dan sikat
gigi, sarana pelayanan UKGS (kaca mulut, sondet, pinset),
kartu snellen, media Komunikasi Informasi Edukasi (KIE),
lemari, senter, air minum, dan alat peraga kesehatan
lainnya;
2) Buku pencatatan pemeriksaan kesehatan peserta didik, dan
lembar rujukan;
3) Sarana ibadah sebaiknya tersendiri;
4) Kantin sehat yang memuat makanan bebas dari zat
pengawet, pewarna, mie, dan minuman bersoda.
d. Pembinaan lingkungan
Lingkungan fisik dan lingkungan non fisik;
e. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dilaksanakan terlihat dari dampak pelaksanaan
UKS/M terhadap mutu pendidikan dan prestasi belajar.
Sedangkan pengembangan dapat dilakukan dengan kerja sama
pihak-pihak terkait baik dalam bentuk Coorporate Social
Responsibility (CSR) maupun dalam kemitraan antar instansi,
lembaga dan sekolah/madrasah;
f. Membuat area promosi kesehatan di sekolah/madrasah melalui
media cetak dan elektronik, spanduk, leaflet dan stiker
disesuaikan dengan kondisi sekolah/madrasah;
g. Membentuk kelompok kerja (pokja) yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan situasi/kondisi;
h. Administrasi UKS/M;
i. Persyaratan ruang UKS/M.

2.2 Pelaksanaan Trias UKS


Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik dilakukan upaya menanamkan prinsip dan pola
hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan
nama tiga program pokok UKS/M (Trias UKS).
2.2.1 Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa
bimbingan dan atau tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang
meliputi seluruh aspek kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar
kepribadiannya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melalui
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik:
a. Memiliki adab, sopan santun dan akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan prinsip karakter etika
ketimuran;
b. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan, termasuk perilaku
hidup bersih dan sehat;
c. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip dan pola
hidup bersih dan sehat;
d. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan
dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan;
e. Memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam
kehidupan sehari-hari;
f. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan
dan berat badan secara harmonis (proporsional);
g. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan
penyakit dalam kehidupan sehari-hari;
h. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar
(narkoba, miras, alkohol dan zat adiktif serta gaya hidup tidak
sehat).

2.2.2 Pelayanan Kesehatan


2.2.2.1 Definisi
Pelayanan kesehatan adalah upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan terhadap peserta didik dan
lingkungannya.
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
a. Peningkatan kesehatan promotif dilaksanakan melalui
kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan;
b. Pencegahan preventif dilaksanakan melalui kegiatan
peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata
rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit;
c. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)
dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan
kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat
berfungsi optimal;
d. Membuat area promosi kesehatan di sekolah.
2.2.2.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan
Tujuan pelayanan kesehatan adalah:
a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan
tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku
hidup bersih dan sehat;
b. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap
penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan
cacat;
c. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi
akibat penyakit, kelainan, pengembalian fungsi dan
peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera/cacat
agar dapat berfungsi optimal.
2.2.2.3 Tempat Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan terhadap peserta didik dilakukan:
a. Di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler berupa
penyuluhan dan latihan keterampilan, antara lain:
 Dokter kecil;
 Kader Kesehatan Remaja;
 Saka Bakti Husada;
 Palang Merah Remaja dan lain lain.
b. Di Puskesmas dan instansi kesehatan jenjang berikutnya
sesuai kebutuhan.
2.2.2.4 Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah dilakukan sebagai berikut:
1) Sebagian kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah perlu
didelegasikan kepada guru, setelah guru ditatar dan
kader UKS/M dibimbing oleh petugas Puskesmas.
Kegiatan tersebut adalah kegiatan peningkatan
(promotif), pecegahan (preventif), dan dilakukan
pertolongan pertama, pengobatan sederhana pada waktu
terjadi kecelakaan atau penyakit sehingga selain
menjadi kegiatan pelayanan juga menjadi kegiatan
pendidikan;
2) Sebagian lagi kegiatan pelayanan kesehatan hanya
boleh dilakukan oleh petugas Puskesmas dan
dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan secara terpadu (antara Kepala Sekolah
dan Petugas Puskesmas).
b. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Bagi peserta didik yang dirujuk dari sekolah khusus untuk
kasus yang tidak dapat diatasi oleh sekolah. Untuk itu perlu
diadakan kesepakatan dalam rapat perencanaan tentang
pembiayaan peserta didik yang dirujuk ke Puskesmas.
Sekolah sebaiknya mengupayakan dana UKS/M untuk
pembiayaan yang diperlukan agar masalah pembiayaan
tidak menghambat pelayanan pengobatan yang diberikan.
Untuk ini setiap peserta didik harus memiliki buku/kartu
rujukan sesuai tingkat pelayanan kesehatan.
Tugas dan fungsi Puskesmas dalam UKS/M adalah
pelaksana dan pembina mencakup:
1) Memberikan pencegahan terhadap suatu penyakit
dengan imunisasi dan lainnya yang dianggap perlu;
2) Merencanakan pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang
berhubungan dengan peserta didik (Kepala Sekolah,
guru, orang tua/Komite Sekolah, peserta didik dan lain-
lain);
3) Memberikan bimbingan teknis medis kepada Warga
Sekolah dalam melaksanakan Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah;
4) Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada
umumnya dan UKS pada khususnya kepada Kepala
Sekolah, guru, kader UKS/M dan pihak lain dalam
rangka meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan
UKS/M;
5) Memberikan pelatihan/penataran kepada guru UKS/M
dan kader UKS/M (Dokter Kecil dan Kader Kesehatan
Remaja);
6) Melakukan penjaringan (tes kesegaran jasmani untuk
siswa) dan pemeriksaan berkala serta rujukan terhadap
kasus-kasus tertentu yang memerlukannya;
7) Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling;
8) Menginformasikan kepada warga sekolah tentang
derajat kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani peserta
didik dan cara peningkatannya;
9) Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina
UKS/M setempat meliputi segala kegiatan pembinaan
kesehatan dan permasalahan yang dialami;
10) Membina kantin sekolah sehat;
11) Perlu pembinaan bagi pedagang kaki lima dan penjaja
makanan yang ada di sekitar sekolah.
c. Peserta Didik yang Perlu Dirujuk
Adapun peserta didik yang perlu dirujuk adalah:
1) Peserta didik yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti
pelajaran, dan bila masih memungkinkan segera
disuruh pulang dengan membawa surat pengantar dan
buku/kartu rujukan agar dibawa orang tuanya ke sarana
pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
2) Bila peserta didik cedera/sakit yang tidak
memungkinkan disuruh pulang dan segera
membutuhkan pertolongan secepatnya agar dibawa ke
sarana pelayanan kesehatan yang terdekat untuk
mendapatkan pengobatan. Setelah itu agar segera
diberitahukan kepada orang tuanya untuk datang ke
Puskesmas/sarana pelayanan kesehatan tersebut.
d. Pendekatan
Pendekatan pelayanan kesehatan dikelompokan sebagai
berikut:
1) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau
mengurangi masalah perorangan, antara lain pencarian,
pemeriksaan, dan pengobatan penderita;
2) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau
mengurangi masalah lingkungan di sekolah, khususnya
masalah lingkungan yang tidak mendukung tercapainya
derajat kesehatan optimal;
3) Intervensi yang ditujukan untuk membentuk perilaku
hidup bersih dan sehat masyarakat sekolah.
e. Metode yang Diperlukan
1) Penataran/pelatihan;
2) Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus
(konseling);
3) Penyuluhan kesehatan;
4) Pemeriksaan langsung; dan
5) Pengamatan (observasi).

2.2.3 Pembinaan Limgkungan Sekolah Sehat


2.2.3.1 Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah bagian dari lingkungan yang
menjadi wadah/tempat kegiatan pendidikan. Lingkungan sekolah
dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Lingkungan fisik meliputi;
Ruang kelas, ruang UKS/M, ruang laboratorium, kantin
sekolah, sarana olahraga, ruang Kepala Sekolah, guru,
pencahayaan, ventilasi, WC, kamar mandi, kebisingan,
kepadatan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman, jarak
papan tulis, vektor penyakit, meja, kursi, sarana ibadah, dan
sebagainya.
b. Lingkungan Non Fisik
Perilaku membuang sampah pada tempatnya, perilaku
mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir, perilaku memilih makanan jajanan yang sehat,
perilaku tidak merokok, pembinaan masyarakat sekitar
sekolah, bebas jentik nyamuk dan sebagainya.
2.2.3.2 Lingkungan Sekolah Sehat
Lingkungan sekolah sehat adalah suatu kondisi lingkungan
sekolah yang dapat mendukung tumbuh kembang peserta didik
secara optimal serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat
serta terhindar dari pengaruh negatif.
2.2.3.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah sehat adalah usaha untuk
menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang dapat mendukung
proses pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal baik dari
segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Pembinaan
lingkungan sekolah sehat dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler
dan ekstrakurikuler. Karena terbatasnya waktu yang tersedia pada
kegiatan kurikuler, maka kegiatan pembinaan lingkungan sekolah
sehat lebih banyak diharapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pembinaan
lingkungan sekolah sehat antara lain:
a. Lomba sekolah sehat,
b. Lomba kebersihan antar kelas;
c. Menggambar/melukis;
d. Mengarang;
e. Menyanyi;
f. Kerja bakti;
g. Pembinaan kebersihan lingkungan, pemberantasan sumber
h. penularan penyakit;
i. Melaksanakan Jambore UKS/M;
j. Membuat sekolah/madrasah menjadi wisata UKS/M;
k. Membuat sekolah sebagai percontohan bagi masyarakat
sekitar.
Untuk mempermudah pelaksanaan pembinaan lingkungan
sekolah sehat sebaiknya dilakukan kegiatan identifikasi masalah,
perencanaan intervensi, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan.
a. Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Sekolah
Identifikasi faktor risiko dilakukan dengan cara pengamatan
dengan menggunakan instrumen pengamatan dan bila perlu
dilakukan pengukuran lapangan dan laboratorium. Analisis
faktor risiko dilakukan dengan cara membandingkan hasil
pengamatan dengan standar yang telah ditentukan. Penentuan
prioritas masalah berdasarkan perkiraan potensi besarnya
bahaya atau gangguan yang ditimbulkan, tingkat keparahan
dan pertimbangan lain yang diperlukan sebagai dasar
melakukan intervensi.
b. Perencanaan
Dalam perencanaan sudah dimasukkan rencana pemantauan
dan evaluasi serta indikator keberhasilan. Perencanaan masing-
masing kegiatan/upaya harus sudah terinci volume kegiatan,
besarnya biaya, sumber biaya, waktu pelaksanaan, pelaksana
dan penanggung jawab. Agar rencana kegiatan atau upaya
mengatasi masalah atau menurunkan risiko menjadi tanggung
jawab bersama maka dalam menyusun perencanaan hendaknya
melibatkan masyarakat sekolah, peserta didik, guru, Kepala
Sekolah, orang tua/Komite Sekolah, peserta didik, penjaja
makanan di kantin sekolah, instansi terkait, Tim Pembina
UKS/M Kecamatan.
c. Intervensi
Intervensi terhadap faktor risiko lingkungan dan perilaku
pada prinsipnya meliputi tiga kegiatan yaitu penyuluhan,
perbaikan sarana dan pengendalian.
1) Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan oleh pihak sekolah
sendiri atau dari pihak luar yang diperlukan.
2) Perbaikan Sarana
Bila dari hasil identifikasi dan penilaian faktor risiko
lingkungan ditemukan kondisi yang tidak sesuai dengan
standar teknis maka segera dilakukan perbaikan.
3) Pengendalian
4) Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan
lingkungan di sekolah, upaya pengendalian faktor risiko
disesuaikan dengan kondisi yang ada, antara lain sebagai
berikut:
a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan
 Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali
dalam sebulan dari kotoran/sampah yang dapat
menimbulkan genangan air;
 Pembersihan ruang sekolah dan halaman minimal
sekali dalam sehari;
 Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan
kain pel basah untuk menghilangkan debu atau
menggunakan alat penghisap debu;
 Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan
desinfektan;
 Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum dipel;
 Dinding yang kotor atau yang catnya sudah pudar
harus dicat ulang;
 Bila ditemukan kerusakan pada tangga segera
diperbaiki.
b. Pencahayaan dan Kesilauan
 Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai
intensitas yang cukup sesuai dengan fungsi ruang;
 Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan
penerangan buatan;
 Untuk menghindari kesilauan maka harus
disesuaikan tata letak papan tulis dan posisi bangku
peserta didik;
 Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya.
c. Ventilasi
 Ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistem
silang agar udara segar dapat menjangkau setiap
sudut ruangan;
 Pada ruang yang menggunakan AC
(AirConditioner), harus disediakan jendela yang bisa
dibuka dan ditutup;
 Agar terjadi penyegaran pada ruang ber-AC, jendela
harus dibuka terlebih dahulu minimal satu jam
sebelum ruangan tersebut dimanfaatkan;
 Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali.

d. Kepadatan Ruang Kelas


Kepadatan ruang kelas dengan perbandingan minimal
setiap peserta didik mendapat tempat seluas 2 m2. Rotasi
tempat duduk perlu dilakukan secara berkala untuk
menjaga keseimbangan otot mata.
e. Jarak Papan Tulis
 Jarak papan tulis dengan meja peserta didik paling
depan minimal 2,5 meter;
 Jarak papan tulis dengan meja peserta paling
belakang maksimal 9 meter;
 Petugas menghapus papan tulis sebaiknya
menggunakan masker.
f. Sarana Cuci Tangan
 Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun/cairan
antiseptik;
 Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan;
 Bila menggunakan tempat penampungan air bersih
maka harus dibersihkan minimal seminggu sekali;
 Rasio kelas dengan tempat cuci tangan 1 : 1.
g. Kebisingan
Untuk menghindari kebisingan agar tercapai
ketenangan dalam proses belajar, maka dapat
dilakukan dengan cara;
 Lokasi jauh dari keramaian, misalnya;
pasar,terminal, pusat hiburan, jalan protokol, rel
kereta api dan lain- lain;
 Penghijauan
 Pembuatan pagar tembok tinggi yang mengelilingi
sekolah.

h. Air Bersih
 Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran
(tangki septic, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, dll);
 Bila terjadi keretakan pada dinding sumur atau lantai
sumur agar segera diperbaiki;
 Tempat penampungan air harus dibersihkan/dikuras
secara berkala.
i. Toilet/Jamban
 Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak
berbau;
 Bak air harus dibersihkan minimal sekali dalam
seminggu, dan bila tidak digunakan dalam waktu
lama (libur panjang) maka bak air harus
dikosongkan agar tidak menjadi tempat perindukan
nyamuk;
 Menggunakan desinfektan untuk membersihkan
lantai, closet serta urinoar;
 Tersedia sarana cuci tangan, sabun untuk cuci
tangan, cermin dan tempat sampah dalam toilet;
 Perbandingan toilet pria dan wanita adalah pria 1:40
dan wanita 1:25.
j. Sampah
 Setiap kelas tersedia tempat sampah yang terpilah
(organik dan non-organik);
 Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan
setiap hari dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah sementara yang terpilah (organik dan non-
organik);
 Pembuangan sampah dari tempat pembuangan
sampah sementara ke tempat pembuangan sampah
akhir dilakukan setiap hari.
k. Sarana Pembuangan Air Limbah
Membersihkan saluran pembuangan limbah terbuka
minimal seminggu sekali agar tidak terjadi perindukan
nyamuk dan tidak menimbulkan bau.
l. Vektor (Pembawa Penyakit)
Agar lingkungan sekolah bebas dari nyamuk demam
berdarah maka harus dilakukan kegiatan:
 Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam
rangka pemberantasan sarang nyamuk;
 Menguras bak penampungan air secara rutin
minimal seminggu sekali dan bila libur panjang
dikosongkan;
 Bila ada kolam ikan dirawat agar tidak ada jentik
nyamuk;
 Pengamatan terhadap jentik nyamuk di setiap
penampungan air atau wadah yang berpotensi
adanya jentik nyamuk. Hasil pengamatan dicatat
untuk menghitung Container Index.
m. Kantin Sekolah
 Makanan jajanan harus dibungkus dan atau tertutup
sehingga terlindung dari lalat, binatang lain dan
debu;
 Makanan tidak kadaluarsa;
 Tempat penyimpanan makanan dalam keadaan
bersih, terlindung dari debu, terhindar dari bahan
berbahaya, serangga dan hewan lainnya;
 Tempat pengolahan atau penyiapan makan harus
bersih dan memenuhi syarat kesehatan sesuai
ketentuan yang berlaku;
 Peralatan yang digunakan untuk mengolah,
menyajikan dan peralatan makan harus bersih dan
disimpan pada tempat yang bebas dari pencemaran;
 Peralatan digunakan sesuai dengan peruntukannya;
 Dilarang menggunakan kembali peralatan yang
dirancang untuk sekali pakai;
 Penyaji makanan harus selalu menjaga personal
hygiene (menjaga kebersihan, mencuci tangan
sebelum memasak dan setelah dari toilet, memakai
celemek dan tutup kepala, tidak berkuku panjang,
dan tidak menggunakan perhiasan);
 Persyaratan makanan yang dijual di kantin: tidak
mengandung bahan pengawet, pewarna, penyedap
rasa, dan bahan berbahaya lainnya;
 Daftar menu yang disajikan harus memenuhi gizi
seimbang;
 Bila tidak tersedia kantin di sekolah maka harus
dilakukan pembinaan dan pengawasan oleh guru
UKS/ M terhadap penjaja makanan di sekitar
sekolah dengan memenuhi persyaratan di atas.
n. Halaman
 Melakukan penghijauan;
 Melakukan kebersihan halaman sekolah secara
berkala seminggu sekali;
 Menghilangkan genangan air di halaman dengan
menutup/mengurug atau mengalirkan ke saluran
umum;
 Melakukan pengaturan dan pemeliharaan tanaman;
 Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh tetapi
tetap memperhatikan aspek keindahan.
o. Meja dan Kursi Peserta Didik
Desain meja dan kursi harus memperhatikan aspek
ergonomis, permukaan meja/bangku memiliki
kemiringan ke arah pengguna sebesar 15% atau sudut
10o.
p. Perilaku
 Mendorong peserta didik untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat dengan memberikan kateladanan,
misalnya tidak merokok, menggunakan obat-obat
terlarang di sekolah;
 Membiasakan membuang sampah pada tempatnya;
 Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir setelah buang air besar, sebelum
menyentuh makanan, setelah bermain atau setelah
beraktifitas lainnya;
 Membiasakan membuang air kecil yang benar
dengan cara S-K-S (Siram-Kencing-Siram);
 Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat;
 Belajar budaya antri;
 Membiasakan makan dengan posisi duduk.

2.3 Gambaran Umum Puskesmas Telaga

2.3.1 Luas Wilayah


Secara administratif wilayah Puskesmas Telaga terdiri dari 4 Desa
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pantungo Kecamatan
Telaga Biru
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pilohayanga yang
merupakan wilayah kerja Puskesmas Pilohayanga
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bunggalo Kecamatan
Telaga Jaya.

2.3.2 Jumlah Kecamatan dan Desa


Puskesmas Telaga mempunyai 4 Desa yang ada di Kecamatan Telaga,
yaitu :
- Desa Bulila
- Desa Hulawa
- Desa Luhu
- Desa Mongolato
2.3.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk di wilayah Puskesmas Telaga tahun 2019 adalah

13.134 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 6.584 jiwa, perempuan 6.550 Jiwa.
Data penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin merupakan
faktor penting dalam demografi, dengan adanya data ini maka penduduk
dapat digolongkan menjadi penduduk usia muda, usia produktif dan usia
lanjut.
2.3.4 Jumlah Rumah Tangga/Kepala Keluarga dan Jumlah Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga yang ada di wilayah Puskesmas Telaga

sebesar 3575 KK, dan jumlah jiwa 13134 dengan rincian per Desa
adalah:
- Desa Bulila : 657 KK, 2692 jiwa

- Desa Hulawa : 1096 KK, 3611 jiwa

- Desa Luhu : 1129 KK, 4130 jiwa

- Desa Mongolato : 693 KK, 2701 jiwa

2.3.5 Kegiatan Penjaringan Kesehatan UKS di Puskesmas Telaga


- Penilaian status gizi melalui pengukuran tinggi badan dan berat
badan.
- Pemeriksaan keadaan umum, dengan menilai keadaan fisik
umum anak, kebersihan tubuh, yang meliputi keadaan rambut,
kesehatan kulit dan kuku.
- Pemeriksaan indera (penglihatan dan pendengaran).
- Pemeriksaan gigi dan mulut.

BAB III
METODE EVALUASI

3.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data bersumber dari data primer dan data sekunder. Sumber dat
a primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator pelaksana Progra
m Upaya Kesehatan Sekolah di UPT Puskesmas Telaga. Selain itu, data seku
nder didapatkan dari Profil UPT Puskesmas Telaga tahun 2021.
3.2 Cara Penilaian dan Evaluasi
3.2.1Penetapan Indikator dan Tolak Ukur Penilaian
Evaluasi dilakukan pada Program Upaya Kesehatan Sekolah di UPT
Puskesmas Telaga. Sumber rujukan tolak ukur penilaian yang digunaka
n adalah sebagai berikut :
1. Profil UPT Puskesmas Telaga tahun 2021
2. Buku Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS/M oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019

Tabel 3.1. Penetapan Indikator dan tolok ukur penilaian


Variabel Definisi operasional atau rumus Target
Cakupan Jumlah s iswa yang dijaring
penjaringan x 100 % 100%
Jumlah siswa keseluruhan
kesehatan siswa

3.3 Cara Analisis


3.3.1 Menetapkan indikator dan tolok ukur dari unsur keluaran
Mengetahui atau menetapkan indikator dan tolok ukur atau standar
yang ingin dicapai merupakan langkah pertama untuk menentukan
adanya suatu masalah dari pencapaian hasil output. Indikator didap
atkan dari berbagai rujukan, rujukan tersebut harus realistis dan ses
uai sehingga layak digunakan untuk mengukur. Tolok ukur juga dip
eroleh dari rujukan
3.3.2 Membandingkan Pencapaian Masing-Masing Indikator Keluar
an dengan Tolok Ukurnya.
Jika terdapat kesenjangan antara tolok ukur dengan hasil pencapaia
n pada unsur keluaran maka disebut sebagai masalah
3.3.3 Menetapkan Prioritas Masalah
Tujuan menetapkan prioritas masalah adalah menetapkan masalah
yang akan dipecahkan masalahnya terlebih dahulu. Jika masalah le
bih dari satu, maka penetapan prioritas masalah dilakukan dengan t
eknik kriteria matriks. Kriteria ini dibedakan atas tiga macam, yaitu:

a. Seberapa mendesak isu itu harus dibahas dan diselesaikan (U=


Urgency)
b. Seberapa serius dampak yang ditimbulkan jika tidak
diselesaikan (S = Severity)
c. Seberapa besar kemungkinan akan memburuk jika isu atau
masalah dibiarkan saja (G = Growth)
Beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat pentin
g) untuk setiap kriteria yang sesuai. Perhitungan prioritas masalah
dilakukan dengan rumus “U+S+G”. Masalah yang dipilih sebagai
prioritas adalah yang memiliki nilai tertinggi.
3.3.4 Membuat Kerangka Konsep
Untuk menentukan penyebab masalah, perlunya terlebih dahulu me
nggambarkan proses terjadinya masalah atau kerangka konsep prior
itas masalah, sehingga diharapkan semua faktor penyebab masalah
dapat diketahui dan diidentifikasi.
3.3.5 Identifikasi Penyebab Masalah
Mengelompokkan unsur masukan, proses, umpan balik dan lingku
ngan sebagai faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap priorit
as masalah, kemudian menentukan tolok ukur dari masing-masing
unsur tersebut. Sehingga akhirnya akan membandingkan antara pen
capaian dari unsur-unsur tersebut dengan tolok ukurnya, kesenjang
an yang ada ditetapkan sebagai penyebab masalah.
3.3.6 Membuat Alternatif Jalan Keluar
Sesuai dengan penyebab masalah yang ditemukan, maka dibuat alt
ernatif jalan keluar. Alternatif jalan keluar dibuat dengan melihat k
erangka konsep prioritas masalah, sehingga tersusun daftar alternat
if jalan keluar, dengan melihat kondisi dan situasi fasilitas kesehata
n di puskesmas.
3.3.7 Menentukan Prioritas Cara Pemecahan Masalah
Pemilihan cara pemecahan masalah ini dengan memakai teknik krit
eria matriks. Dua kriteria yang lazim digunakan adalah:
a. Efektifitas jalan keluar (effectifity/ E), menetapkan nilai efektif
itas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberi
kan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (pali
ng efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasny
a paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan keluar, dipe
rgunakan kriteria tambahan sebagai berikut:
1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (magnitude/ M)
Makin besar masalah yang dapat di atasi, makin tinggi prior
itas jalan keluar tersebut.
2. Pentingnya jalan keluar (importancy/ I) Pentingnya jalan kel
uar dikaitkan dengan kelanggengan masalah. Makin langge
ng selesai masalahnya, makin penting jalan keluar tersebut.
3. Sensivitas jalan keluar (vuneberality/ V) Sensitivitas dikaitk
an dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Maki
n cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.
b. Efisiensi Jalan Keluar (efficiency/C), menetapkan nilai efisiens
i untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan
angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling e
fisien). Nilai efisien ini biasanya dikaitkan dengan biaya (Cost)
yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar
biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebu
t.
Menghitung nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan kelua
r yaitu dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan nila
i C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan kelu
ar terpilih. Lebih jelas rumus untuk menghitung prioritas jalan kelu
ar dapat dilihat dibawah ini :
Mx IxV
P=
C
Keterangan = P: priority, M: Magnitude, I: Importancy , V: Vulnerabilit
y, C : Cost

3.4 Cara Evaluasi


3.4.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan data di tabel-tabel y
ang tersedia, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan secara komput
erisasi. Pengambilan data UKS penjaringan bulan Agustus 2020, di U
PT Puskesmas Telaga.
3.4.2. Waktu dan Lokasi
Pengambilan data UKS dilakukan bulan September - Oktober 2021, di
UPT Puskesmas Telaga.

BAB IV
PENYAJIAN DATA

Data Khusus (Data UKS)

Tabel 4.1. Data Penjaringan Kesehatan Siswa Puskesmas Telaga 2020/2021


NO NAMA JUMLAH SISWA JUMLAH SISWA CAPAIAN
SEKOLAH (SASARAN) (DIPERIKSA) CAKUPAN
L P TOTAL L P TOTAL
1 SDN 01 Telaga 11 11 22 8 3 11 50 %
2 SDN 02 Telaga 8 10 18 5 6 11 61%
3 SDN 03 Telaga 22 15 37 13 8 21 56%
4 SDN 04 Telaga 15 14 29 8 7 15 51%
5 SDN 05 Telaga 11 11 22 7 8 15 68%
6 SDN 06 Telaga 8 6 14 6 5 11 86%
7 SDN 10 Telaga 7 8 15 7 6 13 86%
8 MI Almurky 35 35 70 14 7 21 30%
9 MI Imam Syafii 23 21 44 12 3 15 34%
10 SMP 01 Telaga 116 148 264 10 18 28 10%
11 SMP 02 Telaga 38 36 74 4 5 9 12%
12 SMP 04 Telaga 17 24 46 0 11 11 23%
13 SMA 01 Telaga 121 148 319 13 15 28 8,9%
14 SMK Gotong 72 30 102 9 11 20 66%
Royong
15 SMK Almamater 81 31 114 0 9 9 7,8%

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Masalah


Masalah merupakan kesenjangan antara tolok ukur dengan hasil penca
paian pada unsul keluaran. Proses identifikasi masalah dimulai dengan men
getahui keluaran program kerja Puskesmas. Kemudian jika ditemukan kesen
jangan antara keluaran dengan tolok ukur, maka hal tersebut merupakan mas
alah pada program di Puskesmas. Masalah yang ditemukan pada program
UKS di Puskesmas Telaga adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Evaluasi Keluaran


Variabel Definisi operasional atau rumus Target Masalah

Jumlah s iswa yang dijaring


Cakupan x 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
penjaringan 100% +
kesehatan siswa 133
x 100 %=49 %
SD Sederajat 271

Jumlah siswa yang dijaring


Cakupan x 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
penjaringan 100% +
kesehatan siswa 48
x 100 %=12 ,5 %
SMP Sederajat 384

Jumlah siswa yang dijaring


Cakupan x 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
penjaringan 100% +
kesehatan siswa 57
x 100 %=10 , 6 %
SMA Sederajat 535

5.2 Menetapkan daftar masalah


Masalah yang ditemukan pada program UKS di Puskesmas Telaga Tahun 2
020/2021 adalah :
a. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD sederajat di wilayah kerja
Puskesmas Telaga adalah 49 %, lebih kecil dari indikator yang seharusn
ya dicapai, yaitu 100%.
b. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SMP sederajat di wilayah kerja
Puskesmas Telaga adalah 12,5 %, lebih kecil dari indikator yang seharu
snya dicapai, yaitu 100%.
c. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SMA sederajat di wilayah kerja
Puskesmas Telaga adalah 10,6 %, lebih kecil dari indikator yang seharu
snya dicapai, yaitu 100%.

5.3 Penetapan prioritas masalah


Dalam menetapkan prioritas masalah, terdapat kriteria matriks pemilih
an prioritas masalah. Kriteria matriks yang digunakan adalah kriteria
matriks USG. Pada tehnik ini, setiap masalah diberikan skor berdasarkan va
riabel seberapa mendesak isu itu harus dibahas dan diselesaikan (U=
Urgency). Selain itu digunakan juga variabel seberapa serius dampak yang
ditimbulkan jika tidak diselesaikan (S = Severity). Digunakan pula variabel
seberapa besar kemungkinan akan memburuk jika isu atau masalah
dibiarkan saja (G = Growth). Diberikan skor antara 1 (tidak penting) sampai
dengan 5 (sangat penting) untuk setiap variabel dan kriteria.

Tabel 5.2. Penentuan Prioritas Masalah

Daftar Masalah Urgency (U) Severity (S) Growth (G) Jumlah


U+S+G

Belum tercapainya 3 5 5 13
cakupan penjaringan
siswa SD sederajat
Belum tercapainya
cakupan penjaringan 4 5 5 14
siswa SMP sederajat
Belum tercapainya
cakupan penjaringan 5 5 5 15
siswa SMA sederajat

a. Penetapan prioritas masalah berdasarkan seberapa pentingnya


masalah (Urgency)
Nilai untuk pentingnya masalah pada target pencapaian penjaringan
siswa SD sederajat diberikan nilai 3 karena walaupun target tidak
tercapai, namun presentase cakupan sebesar 49 %, lebih besar
dibandingkan penjaringan siswa SMP dan SMA sederajat. Nilai untuk
pentingnya masalah pada target pencapaian penjaringan siswa SMP
sederajat diberikan nilai 4 karena target tidak tercapai, namun presentase
cakupan sebesar 12,5 %, lebih besar dibandingkan penjaringan SMA
sederajat. Sedangkan nilai untuk pentingnya masalah pada target
pencapaian penjaringan siswa SMA sederajat diberi nilai 5 karena
presentase cakupan masih cukup jauh dari target yaitu hanya sebesar 10,6
%.
b. Penetapan prioritas masalah berdasarkan dampak yang ditimbulka
n jika masalah ini tidak diselesaikan (Severity)
Tidak tercapainya cakupan penjaringan siswa baik siswa SD
sederajat, SMP sederajat maupun siswa SMA sederajat akan
menghambat proses tercapainya tujuan dari UKS. Pemeriksaan kesehatan
dini dan berkala pada anak usia sekolah tidak dapat berjalan maksimal,
lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak dapat tercipta,
pengetahuan tentang pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah akan
minim, sehingga Trias UKS tidak dapat tercapai. Oleh karena itu, penulis
memberikan nilai 5 untuk ketiga indikator tersebut.
c. Penetapan prioritas masalah berdasarkan kemungkinan
perburukan masalah jika tidak diselesaikan (Growth)
Tujuan dari pelaksanaan program UKS yang tidak tercapai akan
berdampak buruk pada keluaran kesehatan anak usia sekolah antara lain,
meningkatnya angka kesakitan pada anak usia sekolah, deteksi dini
penyakit tertentu yang tidak terlaksana sehingga dapat memperburuk
prognosis, serta tidak maksimalnya proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. Oleh karena itu, penulis memberikan nilai 5 un
tuk ketiga indikator tersebut.

5.4 Kesimpulan prioritas masalah


Dari hasil perhitungan matriks, maka ditetapkan masalah yang menjad
i prioritas yaitu :
1. Belum tercapainya cakupan penjaringan siswa SMA sederajat.
2. Belum tercapainya cakupan penjaringan siswa SMP sederajat.
3. Belum tercapainya cakupan penjaringan siswa SD sederajat.

5.5 Kerangka konsep masalah


Cakupan penjaringan siswa SMA sederajat yang belum tercapai di UP
T Puskesmas Telaga merupakan keluaran yang tidak sesuai dengan target. K
eluaran merupakan salah satu unsur sistem, sehingga untuk mengatasi kelua
ran yang tidak sesuai target harus dilihat kemungkinan adanya masalah dari
masukan, proses, uman balik dan lingkungan. Penyebab masalah dapat ditet
apkan dengan menggambarkan terlebih dahulu proses terjadinya masalah ata
u kerangka konsepnya, sehingga diharapkan semua faktor penyebab masala
h dapat diketahui dan diidentifikasi.
Belum Tercapai
BelumCakupan
tercapainya CDR
Penjaringan
Siswa Kelas 7

Masukan
Proses

Lingkungan Umpan Balik

Bagan 1. Kerangka Konsep

5.6 Estimasi penyebab masalah


Estimasi penyebab masalah belum tercapainya cakupan penjaringan
siswa SMA sederajat akan dibahas dengan pendekatan sistem yang mempert
imbangkan unsur masukan, proses, lingkungan dan umpan balik.
Komponen masukan terdiri dari banyak unsur, namun yang menjadi
penyebab masalah utama adalah berkaitan dengan metode yang digunakan.
Kunjungan langsung tim UKS ke sekolah merupakan metode yang selama
ini digunakan, akan tetapi sejak terjadi pandemi Covid-19 saat ini, metode
ini menjadi kurang atau bahkan tidak efektif akibat proses kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan secara daring.
Komponen proses terdiri dari beberapa unsur, seperti pencatatan dan p
elaporan. Tidak terdapat masalah pada komponen ini karena semua pencatat
an dan pelaporan tersimpan rapi.
Komponen umpan balik terdiri dari masukan hasil pelaporan setelah d
ilaksanakannya program selama satu periode tidak didapatkan adanya masu
kan untuk perbaikan program berikutnya. Hasil pelaporan ini diharapkan da
pat menjadi bahan pertimbangan Puskesmas untuk menyusun rencana progr
am pada periode selanjutnya sehingga diharapkan adanya perbaikan dari yan
g sebelumnya.

5.7 Konfirmasi penyebab masalah


Konfirmasi penyebab masalah dibuat dengan melihat kembali pencapa
ian di Puskesmas dengan tolok ukur berdasarkan unsur sistem yang bermasa
lah yaitu unsur masukan, proses dan umpan balik.

Tabel 5.3. Konfirmasi penyebab masalah pada komponen masukan


Penyebab
Unsur Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Tenaga Tenaga pelaksana minimal: 1 Tenaga terpenuhi (-)
dokter umum/ dokter gigi, 1
perawat/ perawat gigi, 1 bidan, 1 Namun tahun ini tenaga
petugas gizi, 1 petugas promkes dan BOK dibatasi karena
1 petugas kusta pandemi covid-19
sehingga petugas yang
turun juga dibatasi
Dana Tersedianya dana khusus untuk Tersedianya dana yang cuku (-)
pelaksanaan program yang berasal p lancar dari DAK BOK
dari APBD dan APBN
Pada masa pandemi covid-
19 sumber dana DAK BOK
berkurang maka dana untuk
kegiatan UKS dibatasi
Sarana Tersedianya sarana & prasarana: 1. Tersedia (-)
dan 1. Sarana medis: alat-alat
Prasara pemeriksaan seperti
na stetoskop, senter,
timbangan, hanscoon,
tensimeter, dan
termometer 2. Tersedia
2. Sarana non medis: ruangan
dilengkapi dengan ruang
tunggu yang terbuka
, ruang periksa pasien,
bangku untuk ruang
tunggu, status, alat tulis,
buku catatan
3. Tersedia
3. Sarana penyuluhan:
brosur, poster
4. Sarana khusus pencatatan
4. Tersedia
dan pelaporan

Metode Pelaksanaan kunjungan rutin ke Tidak terlaksana secara (+)


sekolah untuk penjaringan siswa maksimal akibat kondisi
pandemik yang
mengharuskan kegiatan
belajar mengajar dilakukan
secara daring dan kegiatan
pembelajaran tatap muka
dilakukan secara bergantian
(shifting)
Penyuluhan kegiatan Penyuluhan sudah
dilaksanakan oleh petugas
promkes sebelum atau
bersamaan dengan kegiatan
UKS

Tabel 5.4. Konfirmasi penyebab masalah pada komponen proses


Penyebab
Unsur Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Perencanan Adanya perencanaan Perencanaan sudah dibuat (-)
operasional yang jelas: jenis
kegiatan, target kegiatan,
waktu kegiatan.
Organisasi Adanya struktur pelaksana Terdapat struktur pelaksana (-)
program
Adanya pembagian tugas dan Sudah terdapat pembagian tu
tanggung jawab yang jelas gas yang jelas
Pelaksanaan Penyuluhan tentang Sudah sesuai prosedur (-)
pendidikan kesehatan
Pelayanan kesehatan Sudah sesuai prosedur
Pembinaan lingkungan Sudah sesuai prosedur
sekolah sehat
Pencatatan Penilaian kegiatan dalam Sudah terlaksana
dan bentuk laporan tertulis secara
pelaporan periodik
Pengisian laporan tertulis yang Sudah terlaksana (-)
lengkap
Penyimpanan laporan tertulis Sudah terlaksana
yang benar
Pengawasan Adanya pengawasan eksternal Pengawasan program dilaku (-)
maupun internal kan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten dan secara intern
al oleh kepala puskesmas

Tabel 5.5. Konfirmasi penyebab masalah pada komponen umpan balik


Penyebab
Unsur Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Digunakan data-data tentang Tidak ada masukan untuk (+)
perbaikan program.
hasil kegiatan dan analisis
sebagai masukan dan
perbaikan program
selanjutnya.

5.8 Berbagai penyebab masalah


Berdasarkan tabel konfirmasi berdasarkan komponen masukan, proses dan
umpan balik diatas maka masalah belum tercapainya cakupan penjaringan
siswa SMA sederajat untuk program UKS di wilayah kerja UPT Puskesmas
Telaga tahun 2020/2021 adalah :
1. Komponen masukan :
- Kunjungan tim UKS ke sekolah terhambat/terhalangi oleh
kebijakan pemerintah yang mengharuskan kegiatan belajar
mengajar dilakukan secara daring dan kegiatan pembelajaran tatap
muka dilakukan secara bergantian (shifting) sehingga jumlah siswa
yang hadir dan diperiksa tidak sesuai sasaran.
2. Komponen umpan balik :
- Tidak ada masukan untuk perbaikan program sebagai umpan balik
program.
Bagan 5.2. Analisis Fish Bone Belum tercapainya Cakupan Penjaringan
Siswa

Belum Tercapai
BelumCakupan
tercapainya CDR
Penjaringan
Siswa Kelas 7
SDM Pencatatan dan Penilaian
pelaporan
Kualitas dan
kuantitas SDM Pengawasan
program
Sarana &
Prasarana Dana
Perencanaan

Biaya pelaksanaan Organisasi


Medis & Non program
Medis Pendidikan
Penyuluhan kesehatan Job list
kegiatan

Metode Pelayanan
kesehatan
Masukan Pembinaan
lingkungan Proses
Kunjungan rutin
sekolah sehat
ke sekolah
Pelaksanaan

Masukan hasil
pelaporan

Lingkungan Umpan Balik


5.9 Penetapan prioritas penyebab masalah
Setelah dilakukan penyaringan penyebab masalah yang berpotensi menye
babkan belum tercapainya cakupan penjaringan siswa SMA sederajat, maka har
us dilakukan pemilihan prioritas penyebab masalah. Prioritas penyebab masalah
harus dipilih karena penyebab masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan se
muanya dalam waktu bersamaan dan karena adanya keterbatasan kemampuan d
alam menyelesaikan masalah. Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan m
enggunakan teknik kriteria matriks.

Tabel 5.6. Prioritas Penyebab Masalah


Penentu Priori Total
No Masalah tas Penyebab U+S+
U S G G
1. Kunjungan rutin sekolah tidak dapat 5 5 5 15
dilakukan akibat pembelajaran
dilaksanakan secara daring dan
kegiatan pembelajaran tatap muka
dilakukan secara bergantian (shifting)
sehingga jumlah siswa yang hadir dan
diperiksa tidak sesuai sasaran
2. Tidak ada masukan untuk perbaikan pr 3 4 3 10
ogram sebagai umpan balik program.

Berdasarkan tabel teknik kriteria matriks di atas maka prioritas penyebab


masalah adalah kunjungan rutin sekolah yang tidak dapat dilakukan akibat
pembelajaran dilaksanakan secara daring dan kegiatan pembelajaran tatap muka
dilakukan secara bergantian (shifting) sehingga jumlah siswa yang hadir dan
diperiksa tidak sesuai sasaran.

5.10 Alternatif penyelesaian masalah


Berdasarkan penetapan prioritas penyebab masalah, didapatkan alternatif
pemecahan masalah dan penjabaran programnya adalah:
1. Penjaringan siswa dilakukan secara daring dengan pendampingan
orang tua/keluarga/wali
Latar belakang: Penjaringan siswa seperti anamnesis dan pemeriksaan fisik
dasar yang dapat dilakukan melalui bantuan orang tua/keluarga/wali dapat
menjadi salah satu solusi dalam penjaringan siswa. Apalagi bagi para siswa
yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja PKM. Walaupun tidak semua
poin dalam pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan secara daring, namun
tetap lebih baik daripada siswa yang bersangkutan tidak terjaring.
Tujuan: Melakukan screening kepada siswa SMA sederajat untuk
memastikan kondisi kesehatan secara fisik dan mental agar dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih maksimal. Selain itu dapat menjadi
sarana deteksi dini terhadap penyakit tertentu sehingga dapat segera
dilakukan rujukan jika diperlukan.
2. Penyuluhan kepada guru dan siswa dilakukan secara daring
Latar belakang: Penyuluhan dapat dilakukan secara daring memanfaatkan
seperti zoom, google meeting, dan lain-lain. Dapat dibuat pertemuan khusus
guru dan perangkat sekolah lainnya, serta pertemuan yang dikhususkan
untuk para siswa. Pertemuan dapat dilakukan secara berkala dan
dijadwalkan khusus di antara jam pelajaran. Semakin banyaknya penyuluhan
yang dilakukan, diharapkan setiap elemen yang berkaitan dengan sekolah
diharapkan dapat memahami unsur-unsur yang terkandung dalam trias UKS.
Tujuan: Memberikan informasi kepada masyarakat sekolah sebagai upaya
menanamkan prinsip dan pola hidup sehat sedini mungkin melalui program
pokok trias UKS.

5.11 Memilih prioritas pemecahan masalah


Cara pemecahan masalah telah dibuat dan akan dipilih satu cara pemecahan
masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan prioritas cara
dari pemecahan masalah ini dengan menggunakan teknik kriteria matriks, yaitu :

Tabel 5.6 Penentuan prioritas pemecahan masalah


No Alternatif Pemecahan Efektifitas Efisiensi Jumlah
Masalah (C) (P)
M I V MxIxV
C
1. Penjaringan siswa secara 5 5 5 4 31,25
daring dengan pendampingan
orang tua/ keluarga/ wali
2. Penyuluhan kepada guru dan 3 3 2 4 4,5
siswa dilakukan secara daring

Hasil perhitungan matriks diatas menentukan bahwa prioritas pemecahan m


asalah yang terpilih adalah penjaringan siswa siswa secara daring dengan
pendampingan orang tua/ keluarga/ wali.
Penjaringan siswa yang dilakukan secara daring akan berdampak pada
semakin besarnya cakupan penjaringan siswa SMA sederajat yang dapat di
implentasikan juga kepada SD dan SMP sederajat. Sehingga mendapatkan nilai
Magnitude (M) atau besarnya masalah yang dapat diselesaikan, yang besar diban
dingkan dengan penyuluhan kepada guru dan siswa secara daring, yaitu 5.
Penyuluhan kepada guru dan siswa secara daring dan dilakukan berkala hanya
sebagai penunjang indicator utama, sehingga diberikan nilai 3.
Importancy (I) atau pentingnya jalan keluar, berhubungan dengan kesulitan
penyelesaian masalah. Semakin sulit selesai suatu masalah, semakin penting jala
n keluar tersebut. Penjaringan siswa secara daring diberikan nilai yang lebih
besar karena tingkat kesulitannya yang lebih tinggi dan dampaknya yang lebih
besar yaitu mengetahui catatan/rapor kesehatan siswa yang bersangkutan,
sehingga dapat dipantau perkembangannya serta dapat dilakukan deteksi dini
penyakit-penyakit tertentu. Sedangkan untuk penyuluhan yang dilakukan akan
berdampak sebagai suplemen pengetahuan tentang Pendidikan Kesehatan di
lingkungan sekolah, sehingga diberikan nilai yang lebih kecil.
Vulnerability (V) atau sensitifitas jalan keluar dinilai dari kecepatan jalan k
eluar dalam mengatasi masalah yang ada. Penjaringan yang dilakukan secara
daring akan secara langsung memberikan dampak berupa naiknya angka cakupan
penjaringan siswa SMA sederajat. Sedangkan penyuluhan berkala secara daring
tidak memberikan efek secara langsung pada proses penjaringan siswa. Sehingga
nilai yang lebih besar diberikan pada penjaringan dibandingkan dengan p
enyuluhan, yaitu 5 dan 2
Efisiensi (cost) jalan keluar pada kedua opsi memiliki nilai yang sama yaitu
4, karena biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemecahan masalah
tergolong kecil.
Penjaringan UKS siswa dilakukan secara daring dapat dimulai dengan
mengisi google form yang akan dibagikan dari Puskesmas ke guru sekolah
kemudian ke siswa sekolah. Google form berisi pertanyaan-pertanyaan meliputi
identitas diri, identitas orang tua, identitas sekolah, tinggi badan, berat badan,
penjaringan kesehatan kulit & kuku, gigi & mulut, mata dan telinga. Jika terdapat
keluhan/ masalah dari hasil pengisian google form tersebut maka dapat
dilanjutkan ke pertemuan secara daring melalui aplikasi Zoom atau Google
meeting agar dilakukan wawancara (anamnesis) secara lengkap dan sistematis.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan evaluasi program Usaha Kesehatan Sekolah di UPT
Puskesmas Telaga Tahun 2020/2021 adalah sebagai berikut:
a. Masalah dalam pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah di UPT
Puskesmas Telaga tahun 2020/2021 adalah belum tercapainya cakupan
penjaringan siswa SD di wilayah kerja puskesmas (49%) lebih kecil dari in
dikator yang seharusnya dicapai yaitu 100% namun nilai ini lebih besar
dari cakupan siswa SMP 12,5% dan SMA 10,6%
b. Penyebab masalahnya adalah pada komponen masukan yaitu kunjungan
sekolah oleh tim UKS yang tidak dapat dilakukan karena kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan secara daring akibat pandemic Covid-19 dan
sekolah tatap muka dengan menggunakan metode bergilir, sehingga tidak
semua murid datang ke sekolah dalam waktu yang sama..
c. Alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program tersebut adalah
penjaringan siswa yang dilakukan secara daring, serta penyuluhan berbagai
hal tentang UKS kepada seluruh perangkat sekolah yang juga dilaksanakan
secara daring.
d. Pemecahan masalah yang terpilih adalah penjaringan siswa SD, SMP,
SMA.

6.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran berupa
a. Perlu dilakukannya perencanaan yang baik tentang konsep kegiatan
berbasis daring.
b. Pentingnya komunikasi yang baik dengan pihak sekolah terkait
rencana/konsep kegiatan penjaringan siswa baru.
c. Penjaringan siswa baru secara daring dengan memanfaatkan setiap
fasilitas teknologi yang ada (aplikasi telekonferensi, ponsel cerdas,
laptop, formulir google, dan sebagainya) dengan pendampingan orang
tua/keluarga wali.
d. Penyuluhan terkait Pendidikan Kesehatan secara berkala dapat terus
dilakukan secara daring meski nantinya kegiatan belajar mengajar
telah dilakukan secara tatap muka.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayah K, Argantos. Peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai Pr

oses Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Peserta Didik. Jurnal Patriot. 2020;2

(2);627-39.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Direktorat Kesehatan Kelu

arga. Pedoman Akselerasi Pembinaan dan Pelaksana UKS. Jakarta. 2016.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pedoman Pembi

naan dan Pengembangan UKS/M. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Ke

budayaan RI. 2019.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Pedoman Pelaksanaan UKS di Se

kolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2012.

5. Public Health. Usaha Kesehatan Sekolah. 2015. Available from: http://w

ww.indonesian-publichealth.com/usaha-kesehatan-sekolah-uks/
LAMPIRAN

Google Form
Foto Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai