Anda di halaman 1dari 29

HERNIA INGUINAL

I. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ, atau
lemak paraperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (didapat). Hernia
terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia [1]. Hernia adalah penonjolan rongga
melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan [2].
Hernia inguinal adalah hernia yang terjadi pada titik lemah di atas
ligamentum inguinal, yang berada di atas selangkangan. Hernia ini merupakan
jenis hernia yang paling umum [2].

II. ANATOMI
1. Penanda eksternal : membantu insisi awal [7].
o Spina iliaca anterior superior (SIAS)
o Tuberculum pubicum
o Ligamentum inguinal
2. Dinding abdomen [7].
o Kulit
o Lemak subkutan
o Fascia scarpa
o Fascia & musculus oblique external
o Fascia & musculus oblique internal
o Musculus tranversus abdominis
o Fascia transversalis
o Preperitoneal fat
o Peritoneum
Gambar 4.1. Penanda Eksternal & Dinding Abdomen [7]

Gambar 4.2. Dinding Abdomen Potongan Transversal [7]


3. Orifisium myopectinal [7].
Batas atas : conjoined tendon
Batas bawah : ligamentum cooper
Batas medial : musculus rectus abdominis
Batas lateral : musculus iliopsoas
Pada hernia inguinal indirek melalui anulus inguinal internal (deep inguinal
ring) yang melalui corda spermatica menembus dinding perut untuk melewati
canalis inguinalis kemudia ke anulus inguinal eksternal (superficial inguinal
ring) dan lanjut ke dalam scrotum.
Pada hernia inguinal direk penonjolan langsung ke trigonum hesselbach,
dengan batas:
Batas lateral : arteri et vena epigastrik inferior
Batas medial : musculus rectus abdominis
Batas inferior : ligamentum inguinal

Gambar 4.3. Orifisium Myopectinal secara Anterior & Posterior [7]


Gambar 4.4. Deep Inguinal Ring & Superficial Inguinal Ring [7]
4. Embriologi
1. Hernia
Selama embriogenesis testis turun dari dinding posterior abdomen dan
secara bertahap berimigrasi ke area scrotum. Gerakan turun ini dipandu
oleh struktur seperti tali yang disebut gubernaculum. Dengan turunnya
testis, kantung peritoeum yang disebut processus vaginalis akan mengikuti
testis ke scrotum. Setelah testis turun ke scrotum, processus vaginalis
mengalami degenerasi. Proses degenerasi ini mungkin tertunda atau gagal
yang akan menyebabkan kelainan. Processus vaginalis yang persisten
dapat meningkatkan resiko terjadinya hernia inguinal [8].
2. Gastointestinal
Sistem gastrointestinal melibatkan 3 lapisan germinal : [9]
o Mesoderm : jaringan ikat, dinding usus dan otot polos
o Endoderm : lapisan epitel saluran cerna, hepar, vesica biliaris,
pancreas
o Ectoderm : neuron GI tract
Sistem gastrointestinal memiliki 3 divisi : [9]
o Foregut
- Organ : oral cavity – ½ proximal duodenum + organ
assesorius digesive (hepar, vesica biliaris,
pancreas)
- Vascularisasi : truncus coeliacus
- Inervasi : n. splanchnicus major T5-T9 (simpatis)
n. vagus (parasimpatis)
- Nyeri : epigastric
o Midgut
- Organ : ½ distal duodenum – 2/3 proximal colon
transversum
- Vascularisasi : arteri mesenterica superior
- Inervasi : n. splanchnicus minor T10-T11 (simpatis)
n. vagus (parasimpatis)
- Nyeri : periumbilical
o Hindgut
- Organ : 1/3 distal colon transversum – anus
- Vascularisasi : arteri mesenterica inferior
- Inervasi : n. splanchnicus lumbal L1-L2 (simpatis)
n. vagus (parasimpatis)
- Nyeri : suprapubic/ hypogastric
Gambar 4.5. Embriologi Gastrointestinal [9]

III. EPIDEMIOLOGI
Hernia inguinal merupakan salah satu kasus bedah yang paling umum
ditemui oleh ahli bedah umum. Di seluruh dunia, ada lebih dari 20 juta perbaikan
hernia inguinal setiap tahun, dengan sekitar 800 ribu perbaikan di Amerika Serikat
[3]. Hernia inguinal merupakan 75% dari semua hernia dinding perut. Laki-laki
menyumbang sekitar 90% dari hernia inguinal dan perempuan sekitar 10%. Hernia
inguinal akan memperngaruhi hampir 25% laki-laki dan kurang dari 2% wanita
selama hidup mereka. Dua per tiga dari hernia inguinal merupakan hernia indirek
(lateral). Hernia inguinal indirek lebih sring terjadi di sebelah kanan, hal ini
dikaitkan dengan penutupan lebih lambat dari processus vaginalis di sisi kanan
dibandingkan dengan sisi kiri. Insidensi hernia inguinal memiliki distribusi
bimodal, dengan puncak sekitar usia 5 tahun dan setelah usia 70 tahun [4]. Hernia
strangulata terjadi ketika isi hernia iskemik karena suplai darah yang terganggu.
Fenomena ini paling sering terjadi pada hernia inguinal indirek karena melalui
canalis inguinalis, sehingga usus dapat tercekik yang menyebabkan terganggunya
vaskularisasi usus. Resiko hernia menjadi strangulata diperkiratan antara 1-3%
selama hidup mereka [5].
IV. KLASIFIKASI
1. Hernia inguinal lateral (indirek)
Hernia inguinal indirek ketika isi abdomen menonjol melalui deep inguinal
ring dan masuk ke dalam canalis inguinal. Terjadi di lateral arteri dan vena
epigastrik inferior. Hernia inguinal indirek ini dapat meluas hingga masuk ke
scrotum. Hernia ini lebih sering terjadi obstruktif [4].
2. Hernia inguinal medial (direk)
Hernia inguinal direk ketika penonjolan isi abdomen melalui fascia
transversalis pada trigonum hesselbach’s. Terjadi di medial arteri dan vena
epigastrika inferior. Hernia ini lebih jarang terjadi obstruktif [4].
3. Hernia reponibel
Hernia reponibel apabila isi hernia dapat keluar-masuk [10].
4. Hernia ireponibel
Hernia ireponibel apabila isi hernia tidak dapat di reposisi kembali kedalam
rongga abdomen [10].
5. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata terjadi ketika isi hernia tidak dapat di reduksi, menyebabkan
obstruksi atau peradangan [10].
6. Hernia strangulata
Hernia strangulata terjadi ketika isi hernia iskemik karena suplai darah yang
terganggu [5].
7. Nyhus Classification System [4]
o Tipe I
Hernia indirek : deep ring berukuran normal, biasanya pada bayi, anak-
anak, dan dewasa kecil
o Tipe II
Hernia indirek : deep ring yang melebar tanpa mengenai dasar canalis
inguinal. Hernia tidak meluas ke scrotum
o Tipe III A
Hernia direk : ukuran tidak diperhitungkan
o Tipe III B
Hernia indirek : hernia cukup besar untuk menembus dinding inguinal
posterior (hernia scrotalis, hernia sliding, hernia pantaloon)
o Tipe III C
Hernia femoralis
o Tipe IV
Hernia berulang

V. ETIOLOGI
1. Kongenital
o Pasien yang memiliki riwayat keluarga hernia, setidaknya 4x lebih
mungkin mengalami hernia inguinal [4]. Penelitian lebih lanjut, Gen hernia
dapat merubah jaringan ikat pada pasien hernia inguinal, terjadi perubahan
rasio serat kolagen (kolagen tipe III > kaloagen tipe I), arsitektur fascia dan
level enzim yang terlibat dalam homeostasis jaringan ikat. Otot polos yang
persisten dan pelepasan calcitonin gene-related peptide yang tidak
mencukupi dari nervus genitofemoral berperan dalam kegagalan obliterasi
processus vaginalis. Dalam perkembangan normal processus vaginalis
akan menutup sekitar 40 minggu kehamilan dan menghilangkan lubang
peritoneum di cincin internal [11].
2. Akuisita (didapat) [4][11]
o Peningkatan tekanan intra abdomen : obesitas, batuk kronis, mengangkat
beban berat, mengejan karena konstipasi
o Pernyakit : PPOK, sindrom ehlers-danlos, sindrom marfan
VI. FAKTOR RESIKO
1. Internal [11]
o Jenis kelamin : Laki-laki : perempuas = 9 : 1
o Usia : < 5 tahun dan > 70 tahun
o Riwayat keluarga dengan hernia
o Processus vaginalis yang paten
o Kelainan jaringan ikat sistemik
o IMT yang tinggi (obesitas)
2. Eksternal [11]
o Merokok : meningkatkan resiko kekambuhan hernia, namun tidak pasti
menjadi faktor penyebab hernia
o Tekanan intra abdomen yang tinggi : batuk, melompat, mengejan,
mengangkat beban berat dan aktivitas fisik.
o Pernyakit : PPOK, sindrom ehlers-danlos, sindrom marfan
VII. PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI [3][4][5]
Eiologi Faktor resiko

Processus vaginalis persisten

Masuknya isi rongga perut

Annulus inguinal internal Trigonum Hesselbach


(deep inguinal ring)

Canalis inguinalis

Annulus inguinal eksternal


(superficial inguinal ring)

Hernia inguinal lateral Hernia inguinal medial

Tekanan intra abdomen tekanan intra abdomen isi hernia terjepit oleh
cincin hernia
benjolan keluar di benjolan menghilang
selangkangan
Inkarserata Strangulata

Obstruksi Iskemik-nekrosis

Mual, muntah, konstipasi Nyeri hebat


VIII. MANIFESTASI KLINIS [4][5]
1. Benjolan di daerah selangkangan atau scrotum
2. Benjolan keluar ketika terjadi peningkatan tekanan intra abdomen (batuk,
mengejan, mengangkat beban berat)
3. Benjolan masuk ketika terjadi penurunan tekanan intra abdomen (berbaring)
4. Hernia inkarserata : gejala obstruksi à mual, muntah, konstipasi
5. Hernia strangulata : gejala iskemik à nyeri hebat, sepsis

IX. PENEGAKAN DIAGNOSIS


1. Anamnesis
Tanda dan gejala manifestasi klinis
2. Pemeriksaan fisik [4][5]
o Posisi pasien berdiri, dokter duduk di bangku menghadap pasien
o Inspeksi daerah inguinal : melihat tonjolan di selangkangan atau scrotum.
Amati apakah benjolan di atas (hernia inguinal) atau di bawah (hernia
femoral) dari lipatan ligamentum inguinal.
o Palpasi hernia : meraba kantung dan isi hernia
o Manuver valsava/ batuk : benjolan akan bergerak masuk-keluar
o Dokter kemudian berdiri di samping pasien
o Ziemen test : Jari-jari diletakan di selangkangan

Gambar 4.6. Pemeriksaan Hernia


o Jari diletakan di atas daerah femoralis, external inguinal ring, internal
inguinal ring. Tonjolan atau impuls yang teraba di jari, mengindikasikan
terdapat hernia
o Finger test : Dokter duduk kembali. Jari dimasukan ke dalam external
inguinal ring (tepat di lateral tuberculum pubis) kemudian memasuki
canalis inguinalis untuk meraba apakah terdapat benjolan. Sekali lagi
pasien diminta untuk batuk/ mengejan, jika tonjolan terasa di sisi jari
(hernia direk) namun jika tonjolan terasa di ujung jari (hernia indirek)
o Auskultasi benjolan : bising usus
o Periksa sisi kontralateral
o Hernia scrotalis : transiluminasi (-)
o Hernia inkarserata : darm contour (+), darm steifung (+), metalic sound (+),
borborigmi (+), rectal toucher à ampulla recti collaps
o Hernia strangulata : kulit eritem atau kehitaman, indurasi, bengkak dan
nyeri tekan (+)
3. Pemeriksaan penunjang
o Radiologi [4][12]
- USG
USG dapat mendeteksi hernia inguinal dengan sensitivitas 86% dan
spesifisitas 77%. Modalitas paling tidak invasif, namun bergantung
pada keterampilan pemeriksa
- CT-Scan
CT-Scan dapat mendeketsi hernia inguinal dengan sensitivitas 80%
dan spesifisitas 65%. Dapat lebih baik menggambarkan anatomi
selangkangan dan membantu mendeteksi etiologi lain
- MRI
MRI dapat mendeketsi hernia inguinal dengan sensitivitas 95% dan
spesifisitas 96%. Modalitas mahal dan jarang digunakan karena
aksesnya yang terbatas
o Laboratorium [5]
- Darah lengkap, albumin, elektrolit, CT, BT, GDS
à hernia strangulata : leukositosis, kelainan metabolik, peningkatan
laktat (suplai darah usus terganggu > 8 jam)

X. DIAGNOSIS BANDING
1. Hernia femoralis
Hernia femoralis ketika penonjolan isi abdomen ke dalam femoral ring,
batasnya adalah vena femoralis, ligamentum cooper, ligamentum inguinal, dan
ligamentum lakunar. Hernia ini berada di bawah ligamentum inguinal [4].
2. Limfadenopati
3. Limfoma
4. Metastatic neoplasm
5. Hidrokel
6. Epididimitis
7. Torsio testis
8. Abses
9. Hematoma
10. Aneurisma arteri femoralis
11. Undescensus testis
XI. TATALAKSANA
1. Pembedahan
Pembedahan adalah tatalaksana definitif untuk hernia inguinal.
Perbaiki keadaan umum pasien, semua gejala hernia inguinal harus diperbaiki
bila memungkinkan. Pada hernia tanpa gejala atau minimal, watchful waiting
bisa menjadi pilihan, namun dokter tetap menasehati bahwa pasien hanya
menunda operasi bukan meghindarinya, dengan konsekuensi dapat terjadinya
hernia inkarserata dan strangulata [4][13].
a. Herniotomy
Herniotomy merupakan pembedahan kantung hernia sampai ke lehernya,
kantung di buka dan isi hernia di bebeskan, kemudian kantung hernia di
reposisi [1]. Biasanya dilakukan pada anak-anak jarang pada orang dewasa,
kecuali dengan kasus terkontaminasi, hernia inguinal strangulata atau
hernia femoralis [10].
b. Hernioplasty
Hernioplasty merupakan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus
(deep inguinal ring) dan memperkuat dinding dasar inguinal canal [1].
Herioplasty dapat menggunakan mesh ataupun tidak. Mesh akan menutupi
defek fascia dan memperkuat dasar inguinal untuk mencegah kekambuhan
hernia [10].
c. Herniorrrhaphy
Herniorrhaphy adalah gabungan antara herniotomy dan hernioplasty.
Ada banyak teknik pembedahan untuk hernia inguinal dengan
komplikasi dan angka kekambuhan yang berbeda [4][11][14].
1) Open approach
- Alhi bedah akan membuat insisi linear 5-6 cm sejajar dengan
ligamentum inguinalis “langers line”

Gambar 4.7. Penanda Eksternal Insisi [14]


- Insisi aponeurosis musculus oblique external
- Identifikasi 3 saraf : n. ilioinguinal, n. iliohypogastric dan cabang
n. genitofemoral. Jaga saraf jangan sampai terdiseksi, untuk
mengurangi resiko neuropati pasca operasi

Gambar 4.8. Identifikasi Saraf [14]


- Fascia musculus oblique external dibuka sejajar dengan serat dan
terlihat external ring yang berisi corda spermatica
- Ahli bedah kemudian memobilisasi korda spermatica dari tubercel
pubis dan mengidentifikasi kantung hernia
- Dilakukan herniotomy
- Dilakukan hernioplasty
o Tissue repairs
Perbaikan jaringan dimana jaringan asli digunakan untuk menutup
defek hernia dengan jahitan dan tidak menggunakan mesh.
Perbaikan ini digunakan saat organ terkontaminasi atau operasi
darurat.
Metode : Bassini, Shouldice dan Mcvay.
a) Bassini
Bassini repair merupakan prosedur dengan penjahitan conjoint
tendon (aponeurosis dari musculus oblique internal dan
musculus transversus abdominis) ke ligamentum inguinal,
sehingga memperkuat dasar inguinal canal. Jahit untuk
mendekatkan flap superior (musculus oblique interna dan
musculus transversus abdominis) ke flap inferior (fascia
transversalis dan ligamentum inguinal). Jahit musculus oblique
interna, musculus transversus abdominis ke fascia transversalis
dan ligamentum inguinal [14].
EO : External Oblique Aponeurosis, IO : Internal Oblique
Muscle, TA : Transversus Abdominis muscle,
TF :Transversalis Fascia, IL : Inguinal Ligament
Gambar 4.9. Metode Bassini [14]
b) Shouldice
Shouldice repair secara umum sama dengan bassini repair,
namun menggunakan 4 lapis jahitan : [14]
- Lapisan 1 : jahit tepi fascia transversalis sebagain flap
inferior ke musculus transversus abdominis sebagai
flap superior (B,C)
- Lapisan 2 : balik dengan jahitan yang sama, sekarang
jahit dari lateral ke medial. Jahit tepi ligamen inguinal
di bagian inferior ke musculus transversus abdominis di
bagian superior (D)
- Lapisan 3 : mulai dari lateral di cincin internal, jahit
aponeurosis oblique external tepat di tepi dan inferior
ke musculus oblique internal. Lanjutkan ke medial
memasuki fascia rectus anterior yang menutupi
tuberculum pubis (E)
- Lapisan 4 : balik dengan jahitan yang sama, sekarang
jahit dari medial ke lateral. Jahit aponeurosis oblique
external (yang lebih bawah) ke musculus oblique
internal (yang lebih atas) (F)

Gambar 4.10. Metode Shouldice [14]


c) Mcvay
- Jahit conjoint tendon ke ipsilateral ligamentum cooper
dari tuberculum pubic ke vena femoralis
- Jahit ligamentum cooper, conjoint tendon, selubung
femoralis, dan tepi ligamentum inguinal
- Cincin internal diperkecil ukurannya dengan jahit di
lateral sesuai kebutuhan [7]
Gambar 4.11. Metode Mcvay [7]
o Prosthetic repairs
Perbaikan tanpa tegangan dari jahitan jaringan karena
menguunakan mesh. Perbaikan ini lebih banyak dipilih karena
insiden kekambuhan yang lebih rendah. Dalam penelitian Oberg
[15] penggunaan absorbable mesh tidak ada yang mengalami reaksi
alergi, hanya reaksi inflamasi ke jaringan sekitar. Berat mesh yang
lebih ringan akan memberikan respon inflamasi yang lebih sedikit
dibandingkan dengan mesh yang lebih berat.

Tabel 4.1. Macam-Macam Mesh [15]


Metode : Lichtenstein tension-free repair, Plug and patch dan
Prolene hernia system (PHS)
Gambar 4.11. Metode Lichtenstein dengan Onlay Mesh [14]
- Dibagian dasar, flat mesh di jahit ke ligamentum inguinal dengan
jahitan yang dimulai dari tuberculum pubic hingga cincin
internal (B)
- Dibagian atas, mesh di jahit ke musculus rectus abdominis dan
conjoint tendon (C)
- Pada pria, mesh di belah dari lateral ke medial dengan ekor
bawah kira-kira 1/3 lebar ekor atas. Spermatic cord diletakan di
celah mesh ini. Hal ini membuat terowongan spermatic cord dan
membuat resiko terjepitnya spermatic cord lebih rendah [14]
2) Laparoscopic repairs
o Transabdominal preperitoneal procedure (TAPP)
Teknik dimana hernia diperbaiki melalui pendekatan
intraperitoneal. TAPP dapat berguna untuk hernia bilateral, defek
hernia besar dan kekambuhan setelah operasi open repair.
Kekurangan teknik ini adalah komplikasi ke organ dan struktur
intraperitoneal lainnya [7].
- Pasien dalam anestesi general
- Ahli bedan menempatkan 3 port (umbilical dan bilateral 10 cm
dari lateral ke medial dengan sedikit ke cranial)

Gambar 4.12. Penempatan Port TAPP


- Ruang Retzius diakses melalui pembuatan peritoneal flap
dengan insisi peritoneum di atas garis imaginer SIAS bilateral
- Diseksi fascia trnasversalis
- Diseksi medial di ruang preperitoneal di garis tengah ke ruang
Retzius dan symphysis pubis, akan terlihat tuberculum pubic
dan ligamentum cooper
- Disesksi dilanjut ke arah lateral untuk melihat trigonum
Hesselbach
- Diseksi lateral dari peritoneal flap mengikuti ruang
preperitoneum
- Kantung hernia indirek di diseksi dari spermatic cord
- Tempatkan mesh menutupi orifisium myopectinal dan fiksasi
dengan jahitan
Gambar 4.13. Laparoscopic Mesh di MPO [7]
o Total extraperitoneal procedure (TEP)
Teknik dimana hernia diperbaiki tanpa infiltrasi intraperitoneal.
Teknik ini minimal resiko cedera pada struktur dan visera
intraperitoneal. Kekurangan teknik ini adalah ruang terbatas selama
operasi, visualisasi anatomi yang terbatas [7].
- Insisi sekitar umbilicus untuk memungkinkan akses kedua sisi
linea alba
- Diseksi anterior rectus sheet kemudia musculus rectus di
diseksi tumpul dan port ditempatkan di anterior ke posterior
rectus sheet
- Akses ke cavum peritoneum diperoleh melalui diseksi tumpul
dengan bantuan disektor balon
- Transversalis fascia harus ditembus untuk mengakses cavum
peritoneal dan ruang Retzius
- Working port ditempatkan, insuflasi ruang peritoneal tercapai
- Prosedur pembedahan serupa dengan TAPP
Gambar 4.14. TEP Hernia Repeair
Open approach dan Laparoscopic repairs memiliki angka kekambuhan
yang sama. Laparoskopi terbukti meningkatkan nyeri pasca operasi
namun pasien dapat melakukan aktivitas normal lebih cepat [4].
d. Reseksi anastomosis
Reseksi anastomosis dapat dilakukan pada kasus hernia strangulata jika
usus sudah nekrotik dan tidak bisa dipertahankan [16].
o Seluruh usus halus harus diperiksa sebelum reseksi
o Jika operasi dilakukan secara terbuka (laparotomi), bagian yang
direseksi harus dikeluarkan dan diletakan di atas handuk untuk
mencegah kontaminasi
o Reseksi direncanakan berdasarkan anastomosis yang diinginkan
1) Jahit anastomosis [16]
- Buat defek pada mesenterium
- Jaringan mesenterium diantara 2 defek di klem dan di jahit
- 2 klem ditempatkan melintasi usus masing-masing lokasi
transkeksi yang diinginkan
- Usus di dipotong diantara 2 klem
- Usus yang nekrosis dipotong dan diangkat
- Sisakan 1cm di ujung luar klem untuk dijahit
- Anastomosis biasanya dilakukan secara end-to-end, namun
metode side-to-side dan end-to-side juga dapat digunakan
- Segmen proximal dan distal disejajarkan secara pararel
- Klem yang menahan ujung usus diputar secara berlawanan
satu sama lain untuk menyatukan lapisan serosa luar posterior
- Jahit dengan interrupted Lembert suture secara sero-muscular
untuk menggabungkan 2 segmen
- Selanjutnya jahitan untuk membentuk lapisan dalam posterior
dengan jarak yang sama
- Jahitan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga mukosa
terbalik dan berkontak dengan mukosa usus sebrangnya
- Selanjutnya jahitan U-shaped ditempatkan di sudut dan
polanya dilanjutkan untuk menutup lapisan dalam anterior
- Selanjutnya jahit interrupted Lembert suture di permukaan
luar anterior untuk melengkapi anastomosis 2 lapis
- Jika hanya menggunakan 1 lapis, langkah yang sama
dilakukan namun tanpa interrupted Lembert suture
- Jika reseksi ileum distal, membuat anastomosis ileocolonic
akan beresiko jika terdapat perbedaan ukuran yang besar
antara kedua ujung atau adanya peradangan atau infeksi,
maka perlu dilakukan pembuatan ileostomy
- Indikasi dari ileostomy adalah
Gambar 4.15. Jahit Anastomosis

2) Stapled anastomosis [16]


- Defek dibuat melalui mesenterium yang dekat dengan
dinding usus dan jauh dari pembuluh darah besar
- Pemotongan linear 60 mm jaringan lunak, ditempatkan di
seluruh usus melalui defek yang dibuat
- Stapler ditembakan pada sudut agak miring dibagian atas dan
bawah segmen usus yang nekrosis, memotong dan menutup
usus secara bersamaan
- Usus yang nekrosis kemudian di bebaskan dari mesenterium
menggunakan elektrokauter
- Jahit pembuluh darah
- Setelah dilepas, ujung akan disambung menggunakan
anastomosis side-to-side atau end-to-end
- Segmen proximal dan distal disejajarkan secara pararel
dengan batas mesenterium yang berdekatan
- Jahitan sero-muscular
a : end-to-end (digunakan pada anastomosis small bowel,
gastroduodenal, colorectal anastomosis) b : end-to-side
(digunakan pada anastomosis iliocolic, oesophagogastric,
gastrojejunal anastomosis), c : side-to-side (digunakan pada
anastomosis gastrojejunostomy, iliocolic, cholecysto-
jejunostomy)
Gambar 4.16. Tiper Anastomosis
2. Akut abdomen
Akut abdomen adalah kondisi yang memerlukan perhatian dan
pengobatan segera. Disebabkan oleh infeksi, peradangan, oklusi vascular dan
obstruksi. Pasien biasanya akan datang dengan tiba-tiba nyeri perut disertai
mual atau muntah. Penyakit yang termasuk akut abdomen adalah appendicitis
akut, ulkus pepticum perforasi, pancreatitis akut, ruptur diverticulum sigmoid,
torsio ovarium, volvulus, ruptur aneurisma aorta, ruptur hepar atau lien, ileus
obstruksi dan iskemik usus [17].

Algoritma Acute Abdomen [18]


Tatalaksana akut abdomen memerlukan intervensi yang cepat. Initial
management di IGD sangat diperlukan untuk mencegah perburukan pasien
[17].
o Initial management
- Oksigen
- IVFD kristaloid : hipotensi + takikardi menunjukan keadaan syok à
tatalaksana sesuai jenis syok
- NGT dekompresi
- Kateter : pemantauan urine output > 0,5 ml/ kgBB/ jam
- Antibiotik : golongan cephalosporin à bakteri predominin pada
infeksi intra abdomen
- Pain management : opioid atau non opioid
- Pasien di puasakan
- Pemantauan asam lambung : golongan PPI
- Pemberian anti-emetik
- Konsul dokter spesialis bedah cito
o Post operative care
- Fluid maintenance (balance cairan)
- Antibiotik
- Pain management : opioid atau non opioid
- Supplement : multivitamin
- Early mobilization
XII. KOMPLIKASI
1. Komplikasi penyakit [4]
o Hernia inkarserata : ileus obstruktif
o Hernia strangulata : iskemik à nekrosis à perforasi
2. Komplikasi post operasi [4][5]
o Seroma
o Hematoma
o Retensi urin
o Infeksi tempat operasi
o Terbukanya luka operasi
o Hernia yang kambuh : kekambuhan dengan perbaikan mesh 3-5%
sedangkan kekambuhan dengan jahitan 10-15%
o Nyeri kronis : sekitar 10% pasien post perbaikan mengalami nyeri kronis
o Kebocoran anastomosis (ketika usus di reseksi)
o Nekrosis usus
o Nekrosis testis
o Cedera saraf
o Cedera vaskular

XIII. PROGNOSIS
Secara keseluruhan, hernia inguinal berhubungan dengan prognosis
yang baik [4]. Jika hernia menjadi strangulata mortilitas dan prognosis dipengaruhi
apakah pembedahan darurat atau elektif. Semakin cepat penanganan operasi maka
semaik baik juga prognosis pasien. Mortalitas hernia inguinal sebesar 0,1%
sedangkan mortalitas hernia strangulata sebesar 3% [5].

Anda mungkin juga menyukai