PENDAHULUAN
1
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa seseorang
atau sekelompok orang. Kecelakaan bisa terjadi dimana saja, di rumah, jalan, sekolah atau
ditempat lainnya. Umumnya kecelakaan terjadi tanpa diduga sebelumnya dan akibat yang
ditimbulkannya bervariasi, bisa berupa cedera ringan, sedang, dan berat. Disinilah
berperannya dokter kecil sebagai kader kesehatan sekolah yang mampu memberikan
pertolongan sesuai dengan kemampuan. Melalui pengajaran dan pelatihan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K), dokter kecil diharapkan mampu menjadi promotor dan
motivator atas terselenggaranya hidup sehat bagi teman- teman dan lingkungannya
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan siswa sekolah.1
Dari identifikasi tersebut dapat dibuat perumusan masalah bahwa dengan
peningkatan keterampilan dokter kecil di tingkat SMA akan meningkatkan aktivitas UKS
serta memajukannya, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan siswa.
2
Bagi peserta didik dokter kecil
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang dokter kecil
mengenai P3K
2. Memiliki ketrampilan dalam upaya pelayanan kesehatan sederhana
3. Menjadi kader kesehatan handal di sekolah sehingga dapat ikut serta
menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi dan lingkungan sekolah yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan siswa-siswi
4. Bertindak sebagai teladan, penggerak dan pendorong hidup sehat bagi
kawan-kawannya
5. Memiliki rasa kepedulian sosial
6. Para peserta didik/ siswa-siswi diharapkan mampu membagi ilmu yang
diperoleh setelah pelatihan kepada siswa-siswi lain
Bagi Guru
Meningkatkan kerjasama antara guru dengan orang tua murid dan petugas kesehatan
dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Landasan Hukum UKS
Sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan melalui kerjasama lintas
sektoral, landasan hukum Usaha Kesehatan Sekolah adalah :
a. Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
b. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
c. Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
e. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Peran Gubernur
selaku Wakil Pemerintah Pusat
g. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama,
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/U/SKB/2003, Nomor
1067/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor MA/203A/2003, Nomor 26 Tahun
2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
h. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama,
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 2/P/SKB/2003, Nomor
1068/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor MA/203B/2003, Nomor 4415 404
Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS Pusat
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
3. Tujuan UKS
a. Umum:
Secara umum tujuan UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan derajat kesehatan peserta didik/siswa serta menciptakan lingkungan
yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya.
b. Khusus:
5
Secara khusus tujuan UKS adalah memupuk kebiasaan hidup sehat dan
mempertinggi derajat kesehatan peserta didik/siswa yang di dalamya
mencakup :
1) Memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan
masyarakat.
2) Sehat; baik dalam arti fisik, mental, sosial, maupun lingkungan
3) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkoba, alkohol, dan kebiasaan merokok, serta hal-hal
yang berkaitan dengan masalah pornografi, dan masalah sosial lainnya.
4. Sasaran UKS
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2011), sasaran
pembinaan dan pengembangan UKS meliputi :
a. Sasaran Primer : peserta didik
b. Sasaran Sekunder : guru, orang tua, tim pembina UKS di setiap jenjang
c. Sasaran Tersier : Lembaga Pendidikan; mulai dari tingkat prasekolah
sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk perguruan agama dan
pondok pesantren beserta lingkungannya.
5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup UKS tercermin dalam 3 (tiga) komponen utama yang
disebut Tri Program UKS (dikenal dengan TRIAS UKS), yang meliputi :
1 Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yangmeliputi aspek:
7
2.2. KADER KESEHATAN REMAJA (KKR)3
Definisi Kader Kesehatan
Bahwa dimana anggotanya berasal dari lingkungan setempat, dipilih oleh
orangorang yang ada di lingkungan itu sendiri dan bekerja sama secara sukarela.
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh lingkungan
setempat untuk menjadi penyelenggara. Banyak para ahli mengemukakan mengenai
pengertian tentang kader kesehatan antara lain: L. A. Gunawan memberikan batasan
tentang kader kesehatan: kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehtan desa
(prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI
memberikan batasan kader: Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih
dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela.
Definisi Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, berumur
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th. Namun jika pada usia remaja
sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika
usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih
digolongkan dalam kelompok remaja.
Masa ini harus lebih diperhatikan oleh orang tua karena apabila tidak
ditanggapi remaja dapat melakukan penyimpangan-penyimpangan moral dan etika
yang dapat merusak dirinya sendiri. Dalam masa remaja sifat kesadaranya masih
ENTROPY (keadaan dimana kesadaran manusia belum tersusun rapi) walaupun
isinya sudah banyak (ilmu pengetahuan, perasaan, dan sebagainya).
8
Dalam perkembangan remaja pada saat ini,banyak remaja yang melakukan
penyimpangan seperti sexs bebas,narkoba, dan sebagainya hal ini tentu membuat
resah para orang tua.tak jarang banyak remaja yang melakukan tindakan-tindakan
berbahaya karena telah terjerumus narkoba dan pergaulan bebas lainya,terkadang
hanya demi narkoba remaja nekat melakukan tindak kriminal demi mendapat kan
barang haram tersebut.
9
melaksanakan prinsip hidup sehat aktif berpartisipasi dalam usaha peningkatan
kesehatan, baik di sekolah, rumah tangga maupun dalam lingkungan masyarakat.
Konsep hidup sehat yang tercermin pada perilaku sehat dalam lingkungan
sehat perlu diperkenalkan seawal mungkin kepada generasi penerus dan selanjutnya
dihayati dan diamalkan. Peserta didik bukanlah lagi semata-mata sebagai obyek
pembangunan kesehatan melainkan sebagai subyek dan dengan demikian diharapkan
mereka dapat berperan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pembangunan
kesehatan.
Anak sekolah tingkat SMP dan SMA atau sederajat memasuki usia remaja di
mana periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik,
psikologis maupun intelektual. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari
kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th.
Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam
kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung
pada orang tua maka ia masih digolongkan dalam kelompok remaja.
10
Dokter Kecil untuk tingkat SD/MI dan Kader Kesehatan Remaja untuk tingkat
SLTP/Mts dan SLTA/MA.
4. Peran KKR
Peran dokter kecil/KKR dalam memelihara, membina, meningkatkan dan
melestarikan kesehatan lingkungan sekolah sangat menentukan. Untuk itu pihak
sekolah dalam menunjuk dan menetapkan siswa yang akan jadi dokter kecil/KKR
haruslah siswa yang berprestasi disekolah, memiliki watak pemimpin, berperilaku
sehat (PHBS), bertanggung jawab dan telah mendapat pelatihan dari petugas
kesehatan(puskesmas). Karena nantinya dokter kecil/KKR tersebut akan
bertindak,berbuat dan berperilaku sehat tampa menunggu perintah dari guru atau
pihak sekolah dan juga akan menjadi contoh bagi peserta didik lainnya.
12
2.3. BANTUAN HIDUP DASAR4,5
Urutan prosedur Bantuan Hidup Dasar dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum,
prosedur pemberian Bantuan Hidup Dasar adalah sebagai berikut :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong.
2. Memastikan kesadaran dari korban / pasien.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat dengan
cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut dan
mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya
atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak !!!
3. Memperbaiki posisi korban / pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi
terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan
dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.
Ingat ! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala,
leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban
harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua
tangan diletakkan di samping tubuh.
13
6. Mengaktifkan EMS (Emergency Medical Service)
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera
minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem
pelayanan medis yang lebih lanjut.
Tulungagung.memiliki layanan kegawatdaruratan bernama TEMS (Tulungagung
Emergency Medical Service). TEMS dapat diaktifkan dengan menelepon 0355
320119. penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian
yang sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian
tindakan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian
terdapat lebih dari satu penolong, misalnya, penolong pertama memeriksa respons
korban kemudian melanjutkan tindakan BHD sedangkan penolong kedua
mengaktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat dan mengambil alat
kejut jantung otomatis (AED).
Jika memungkinkan, jangan tinggalkan korban demi menelpon layanan kegawat-
daruratan. Mintalah orang lain untuk menelepon. Jika telepon tersebut memiliki fitur
speakerphone, aktifkanlah fitur tersebut agar kedua tangan anda terbebas untuk
14
melanjutkan prosedur Bantuan Hidup Dasar dan/atau melakukan instruksi dari
petugas kesehatan di telepon.
7. Memulai Kompresi Dada
Pada orang dewasa yang tidak sadar, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh
gangguan pada jantung. Ketika darah berhenti mengalir setelah serangan jantung,
darah pada paru-paru dan system arteri masih mengandung oksigen selama beberapa
menit. Melakukan kompresi dada terlebih dahulu lebih direkomendasikan
disbanding melakukan ventilasi dulu. Studi pada manikin menunjukkan bahwa hal
ini berhubungan dengan waktu yang lebih singkat untuk memulai CPR (Cardio-
Pulmonary resuscitation)
Kompresi dada dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan
atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari
ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan
penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jarijari tangan
menyentuh dinding dada korban / pasien, jarijari tangan dapat diluruskan
atau menyilang.
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1,52 inci (3,85 cm).
Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi
dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus
sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi
tangan pada saat melepaskan kompresi.
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 dilakukan baik
oleh 1 atau 2 penolong jika korban / pasien tidak terintubasi dan kecepatan
kompresi adalah 100 kali permenit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk
kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak.
15
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 6080
mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output)
hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien
dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi
(kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
16
Kedalaman Kompresi
Kekhawatiran melukai korban, kelelahan dan kurang kuatnya otot lengan sering kali
menyebabkan penolong memberikan kompresi kurang dalam dari seharusnya.
Empat studi observasional menunjukkan bahwa kedalaman kompresi antara 4.5
5.5 cm pada dewasa akan memberikan hasil yang lebih baik. Studi juga
menunjukkan bahwa kompresi yang lebih dalam dari 6 cm dapat meningkatkan
resiko cedera. ECR (European Resuscitation Council) menyimpulkan bahwa
kompresi yang lebih dangkal dari 5 cm lebih berbahaya disbanding kompresi yang
lebih dalam dari 6 cm.
Frekuensi Kompresi
Studi telah menunjukkan bahwa Korban yang mendapat frekuensi kompresi dada
antara 100 120 kali per menit memiliki kesempatan bertahan hidup lebih tinggi
dibanding mereka yang mendapat frekuensi kompresi dada lebih cepat. Frekuensi
kompresi yang lebih cepat disinyalir berhubungan dengan kurang dalamnya
kompresi dada. Oleh karena itu ERC merekomendasikan frekuensi kompresi dada
antara 100 120 kali per menit.
8. Memberikan Bantuan Napas
Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke
mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)
dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang
dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,52 detik dan volume udara yang
dihembuskan adalah 400 -500 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban / pasien
terlihat mengembang.
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar
tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya
1617%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien setelah
diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :
Mulut ke mulut
17
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat
menghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban /
pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari
hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah 400 -
500 ml (10 ml/kg).
Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat
menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup
mulut korban / pasien.
18
Ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri
karotis didaerah leher korban / pasien, dengan dua atau tifa jari tangan (jari telunjuk
dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea,
kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kirakira 12 cm, raba
dengan lembut selama 510 detik.
Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas dengan
rasion 30 : 2 sebanyak 5 kali
Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap.
Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 8-10
kali permenit dan monitor nadi setiap saat.
Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga
agar jalan napas tetap terbuka kemudian korban / pasien ditidurkan pada posisi
sisi mantap.
19
20
Aksi Ilustrasi Deskripsi Teknis
Keamanan
Pastikan
penolong dan
korban ada
dalam kondisi
aman
Cek Respon Tepuk pundaknya dengan
Cek kesadaran lembut dan panggil dengan
korban tegas: Pak!! Pak!! atau
Bu!! Bu!!
Jika korban berespon,
tanyakan apa yang terjadi dan
panggil bantuan jika
dibutuhkan. Evaluasi ulang
korban berkala.
21
Airway (Jalan Posisikan pasien terlentang
Napas) Letakkan tangan kirimu pada
Buka jalan napas dahi korban dan ujung jari
korban kananmu di ujung dagu
korban, kemudian
tengadahkan kepalanya
dengan lembut untuk
membuka jalan napas korban.
22
Minta AED Minta seseorang untuk
(Automated mencari dan mengambilkan
External AED.
Defibrillator) Jika sendiri, jangan
tinggalkan korban demi
mencari dan/atau mengambil
AED.
Circulation Berlututlah di sisi kanan
Mulai kompresi korban
dada Letakkan bagian belakang
telapak tangan kirimu di
bagian tengah dada korban,
yaitu di separuh bawah tulang
dada (sternum).
23
pada bagian atas perut atau
ujung bawah tulang dada.
Posisikan dirimu tegak lurus
diatas dada korban dan tekan
kebawah sedalam 5 cm (tidak
lebih dari 6 cm)
Setelah setiap kompresi,
lepaskan semua tekanan
terhadap dada korban tanpa
melepas kontak antara dada
korban dengan tanganmu
Lakukan sebanyak 30 kali
dalam waktu 15 detik
kombinasikan Setelah 30 kompresi, buka
kompresi dada lagi jalan napas korban
dengan bantuan dengan maneuver head tilt
napas dan chin lift.
Tutup lubang hidung dengan
jempol dan telunjuk kiri.
Biarkan mulut terbuka,
namun tetap pertahankan
chin lift.
Tarik napas dan letakkan
bibirmu disekeliling mulut
korban.
Tiupkan udara dengan
mantap (jawa: ajeg) selama 1
detik sambil perhatikan
dinding dada korban
mengembang.
sambil mempertahankan
head tilt dan chain lift, tarik
napas lagi dan hembuskan
lagi.
24
Segera kembali lagi ke sisi
kanan korban untuk
memberikan kompresi dada
lagi
Evaluasi Setelah 5 siklus, cek nadi
Cek nadi korban korban dengan meraba arteri
setiap 5 siklus karotis didaerah leher korban.
Jika tidak teraba denyutan
nadi, ulangi RJP. Jika teraba
denyutan nadi, penolong
harus kembali memeriksa
pernapasan korban.
Jika nadi tidak Jangan hentikan resusitasi
teraba sampai:
Lanjutkan 1. tenaga kesehatan telah
Resusitasi datang
Jantung Paru 2. tenaga kesehatan
menyuruh berhenti
3. Korban sadar
4. Kamu kelelahan
25
dalam posisi
mantap
(recovery
position
26
BAB III
METODE
27
2. Guru Kelas
Memberikan informasi kepada siswa mengenai pelatihan kader kesehatan remaja
Memberikan daftar absensi kepada petugas kesehatan
Meminta agar murid:
Ikut serta dalam tes tertulis 20 soal pre test dan 20 soal post test bagi siswa yang
terpilih
Mempersiapkan diri bagi 20 siswa terpilih agar dapat hadir mengikuti pelatihan
Menginformasikan jadwal yang ditentukan Tim Dokter Internsip / petugas
kesehatan kepada siswa
Mengawasi jalannya acara dan praktek pelatihan oleh petugas kesehatan
3. Peserta / siswa yang terpilih
Mempersiapkan diri agar hadir pada hari pelatihan
Mengikuti tes tertulis 20 soal pretest dan 20 soal posttest
Mengikuti proses berlangsungnya acara hingga selesai
Berperan aktif selama berlangsungnya acara
Cara pengujian tes tertulis:
Masing-masing siswa diminta untuk mengerjakan tes tertulis yang terdiri dari :
20 soal pre test dengan waktu pengerjaan 20 menit
20 soal post test dengan waktu pengerjaan 20 menit
3.2.5. Interpretasi Hasil
Apabila menentukan sasaran program berhasil atau gagal, ditentukan dengan
membandingkan hasil soal pre test dan post test mengenai materi dari masing-masing
peserta lalu dihitung dengan menggunakan skala prosentase (%) yang terbagi menjadi
3 kategori:
Siswa dengan hasil tes Naik, yaitu hasil perbandingan nilai pre test dan post
testmeningkat
Siswa dengan hasil tes Tetap, yaitu bila hasil perbandingan nilai pre test dan post test
yang sama / tidak berubah
Siswa dengan hasil nilai Turun, yaitu perbandingan nilai pre test dan post test
menurun / rendah
Waktu Pengumpulan Data
Waktu pelaksnanaan pre-test dan post-test adalah pada hari Selasa 7 Februari 2017.
29
BAB IV
HASIL
30
3,954 1,230 3.2
9 Mojosari 39.06 88
3,437 1,145 3.0
10 Karanganom 41.83 87
3,627 1,443 2.5
11 Kates 37.69 112
4,237 1,509 2.8
12 Banaran 10.83 285
3,086 955 3.2
13 Jatimulyo 33.93 119
4,052 1,313 3.1
JUMLA
H 67
768 51,461 16,321 3.2
(DESA)
4.1.2 Demografi
Pertumbuhan Penduduk 2015
Jumlah Penduduk : 49,923 Jiwa, 15.758 KK
Jumlah Penduduk Laki-laki : 24.480
Jumlah Penduduk Perempuan : 25.443
Jumlah Bumil : 840
Jumlah Bayi (<1th) : 747
Jumlah Balita (1-4th) : 3078
Jumlah Anak Pra sekolah : 1621
Jumlah Wanita Usia Subur : 25.390
Jumlah Bulin / Bufas : 802
Jumlah Pasangan Usia Subur : 10.049
Jumlah Usila : 19.598
31
70-74 (565) 646
65-69 (797) 836
60-64 (1,049) 998
55-59 (1,406) 1,393
50-54 (1,582) 1,662
45-49 (1,781) 1,894
40-44 (1,848) 1,969
35-39 (1,777) 1,928
PEREMPUAN LAKI-LAKI
30-34 (1,709) 1,856
25-29 (1,642) 1,724
20-24 (1,717) 1,739
15-19 (1,985) 1,861
10-14 (1,959) 1,812
5-9 (1,989) 1,875
0-4 (1,993) 1,875
32
2 Srianingrum 20 55 35
3 Zulyanti 40 60 20
4 Anis Mulyaningrum 40 40 0
5 Zulyarti 40 70 30
6 Dwi Wahyuni 30 45 15
7 Prila Regita 0 35 35
8 Indi Asri 45 50 5
9 Renung Dyah 25 25 0
10 Hikma Rafika 50 75 25
XI 11 Rayhan Distanto 10 30 20
12 Yudha Aji S. 10 20 10
13 Dinda Oktavia 30 30 0
14 Bima Putra 20 45 25
15 Della Agustin 25 40 15
16 Rofy Wahyu 60 80 20
17 Aditya Bambang 20 55 25
18 Fitria Laksmana 35 50 15
19 Rizal Anwar 20 25 5
20 Mahera Tata 20 40 20
33
90%
80%
70%
60%
50% PROSENTASE NILAI TURUN
40% PROSENTASE NILAI TETAP
PROSENTASE NILAI NAIK
30%
20%
10% PROSENTASE NILAI NAIK
PROSENTASE NILAI TETAP
0%
PROSENTASE NILAI TURUN
Kelas X
Kelas XI
GRAFIK 1. Hasil Prosentase nilai turun,tetap dan naik pada Pretest Posttest pada SMA
Negeri 1 Kauman
34
BAB V
PEMBAHASAN
Usaha Kesehatan Sekolah atau UKS merupakan usaha yang dilakukan sekolah untuk
menolong siswa-siswi dan warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah.
Pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan yang berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam melaksanakan hidup sehat.
Salah satu kegiatan untuk membina dan mengembangkan UKS ialah melalui program
pelatihan kader kesehatan remaja. Kader Kesehatan Remaja adalah peserta didik yang dipilih
guru ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri, keluarga,
teman murid pada khususnya, dan sekolah pada umumnya (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Tim Dokter Internsip Puskesmas Kauman periode 3 November 2016 24 Februari
2017 dalam kegiatan miniproject berupaya untuk mengembangkan program Kader Kesehatan
Remaja guna meningkatkan partisipasi siswa-siswi dalam kegiatan UKS. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Kader Kesehatan Remaja dalam
menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, rumah, dan lingkungannya, serta dapat menolong
dirinya sendiri, siswa-siswi lain, dan orang lain untuk hidup sehat. Melalui kegiatan ini pula,
para Kader Kesehatan Remaja diberikan pengenalan pengetahuan mengenai Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan Pribadi. Pelatihan ini bermaksud agar Kader Kesehatan Remaja
dapat memberikan contoh bagi teman-temannya untuk selalu bergaya hidup sehat dan
menjaga lingkungan sekolah maupun rumah agar tetap sehat guna meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik.
Mini project ini menggunakan metode deskriptif dimana sampel yang diambil
sebanyak 20 siswa-siswi SMA Negri 1 Kauman. Data dikumpulkan dengan cara 20 siswa-
siswi ecara random diminta untuk mengerjakan tes tertulis 20 soal pre-test yang meliputi
materi UKS dan Bantuan Hidup Dasar (emergency yang ditentukan oleh Tim Dokter
Internship. Setelah diberikan pengetahuan dan pelatihan, maka 20 siswa-siswi diminta untuk
mengerjakan 20 soal post test, dengan soal yang sama.
Kemudian, dengan menggunakan skala prosentase (%), dilakukan perbandingan nilai
pre test dan post test. Hasil dari kegiatan ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan terhadap pengetahuan siswa tentang Penanganan awal pada kasus Emergensi
(BLS) dari sebelum pelatihan dengan sesudah diberikan pelatihan. Dengan demikian dapat
digolongkan menjadi 3 macam perubahan nilai, yaitu : nilai naik, nilai tetap, dan nilai turun.
35
Hasil perbandingan nilai tersebut kemudian dijadikan sebagai indikator keberhasilan program
pelatihan Kader Kesehatan Remaja.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test siswa SMA Negeri 1 Kauman, didapatkan
bahwa terdapat kenaikan nilai sebanyak 80% pada siswa kelas X dan 90% pada siswa kelas
XI. Nilai pre-test terendah dari siswa kelas X adalah 0, sedangkan siswa kelas XI adalah 10.
Nilai post-test terendah dari siswa kelas X adalah 25, sedangkan siswa kelas XI adalah 20.
Nilai pre-test tertinggi dari siswa kelas X adalah 50, sedangkan siswa kelas XI adalah 60.
Nilai post-test tertinggi dari siswa kelas X adalah 75, sedangkan siswa kelas XI adalah 80.
Perubahan nilai tertinggi pada siswa kelas X adalah sebesar 35 poin. Perubahan nilai tertinggi
pada siswa kelas XI adalah sebesar 25 poin.
36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dari sepuluh siswa Kelas X terdapat rata- rata kenaikan. Hanya pada 2 orang saja
yang mendapat nilai tetap. Peningkatan nilai post-test terbesar adalah 35%.
2. Dari sepuluh siswa Kelas XI terdapat rata- rata kenaikan. Hanya pada 1 orang
saja yang mendapat nilai tetap. Peningkatan nilai post-test terbesar adalah 25%.
3. Pelatihan Kader Kesehatan Remaja oleh Tim Dokter Internsip periode 4 Juli 2
November 2016 memberikan dampak positif berupa kenaikan nilai bagi siswa-
siswi SMA Negeri 1 Kauman kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung.
6.2 Saran
1. Kegiatan pelatihan kader kesehatan remaja ini merupakan kegiatan yang efektif
untuk mempromosi kesehatan khususnya dalam bidang Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS). Kegiatan ini patut dilanjutkan, agar derajat kesehatan sekolah dan
masyarakat dapat meningkat.
2. Menggerakkan para peserta pelatihan Kader Kesehatan Remaja sebagai kader
UKS di sekolah.
37
DAFTAR PUSTAKA
38