Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Unit sosial terkecil di masyarakat adalah keluarga. Dengan demikian derajat
kesehatan masyarakat ditentukan oleh tingkat kesehatan keluarga, dimana tingkat
kesehatan keluarga ditentukan oleh tingkat kesehatan masingmasing anggota
keluarganya. Karena itu untuk mencapai tingkat kesehatan keluarga yang optimal perlu
dijalankan upaya untuk menghasilkan derajat kesehatan anggota keluarga. Dalam hal ini
upaya terutama diarahkan kepada anggota keluarga yang mempunyai daya ungkit
terhadap derajat kesehatan keluarga yaitu Ibu dan Anak. Kesadaran akan fungsi anak dan
nilai subtansinya melatarbelakangi dikembangkannya upaya pembinaan anak, diantaranya
upaya pembinaan kesehatan anak usia sekolah.1
Upaya pembinaan kesehatan anak usia sekolah yang berada di sekolah yaitu
melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), sebagaimana dinyatakan dalam Undang-
Undang RI No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab V bagian ke tiga belas pasal 45
ayat 1, bahwa: Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-
tingginya menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Dengan demikian pembinaan
kesehatan anak usia sekolah melalui program UKS adalah salah satu strategi yang
ditempuh dalam rangka pembangunan dibidang kesehatan. Salah satu program dalam
UKS adalah pembinaan dokter kecil.2
Dokter kecil merupakan contoh bagi teman-temannya untuk selalu hidup sehat
dan menjaga lingkungan sekolah agar tetap sehat. Dengan kata lain, dokter kecil
merupakan agen kesehatan yang strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan anak
sekolah.1
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang sehat fisik, mental dan sosial serta
mempunyai produktivitas yang optimal diperlukan upaya-upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, anak
usia dini sampai dengan usia lanjut. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah merupakan salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
ditujukan kepada peserta didik merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam
meningkatkan kualitas fisik penduduk.2

1
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa seseorang
atau sekelompok orang. Kecelakaan bisa terjadi dimana saja, di rumah, jalan, sekolah atau
ditempat lainnya. Umumnya kecelakaan terjadi tanpa diduga sebelumnya dan akibat yang
ditimbulkannya bervariasi, bisa berupa cedera ringan, sedang, dan berat. Disinilah
berperannya dokter kecil sebagai kader kesehatan sekolah yang mampu memberikan
pertolongan sesuai dengan kemampuan. Melalui pengajaran dan pelatihan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K), dokter kecil diharapkan mampu menjadi promotor dan
motivator atas terselenggaranya hidup sehat bagi teman- teman dan lingkungannya
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan siswa sekolah.1
Dari identifikasi tersebut dapat dibuat perumusan masalah bahwa dengan
peningkatan keterampilan dokter kecil di tingkat SMA akan meningkatkan aktivitas UKS
serta memajukannya, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan siswa.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negri 1 Kauman, Tulungagung, Jawa
Timur mengenai Bantuan Hidup Dasar atau Penanganan Kasus Emergensi dalam
melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan?

1.3. Tujuan Kegiatan


1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam program UKS
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa-
siswi tentang dokter kecil mengenai Bantuan Hidup Dasar sejak dini kepada anak usia
Sekolah menengah atas
3. Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik/ siswa-siswi serta menciptakan lingkungan yang sehat

1.4. Manfaat Kegiatan


Bagi sekolah
1. Pengembangkan program UKS yang telah ada dengan
salah satunya mengaktifkan pembinaan program dokter kecil secara rutin
2. Meningkatkan minat dan partisipasi siswa-siswi dalam
program UKS

2
Bagi peserta didik dokter kecil
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang dokter kecil
mengenai P3K
2. Memiliki ketrampilan dalam upaya pelayanan kesehatan sederhana
3. Menjadi kader kesehatan handal di sekolah sehingga dapat ikut serta
menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi dan lingkungan sekolah yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan siswa-siswi
4. Bertindak sebagai teladan, penggerak dan pendorong hidup sehat bagi
kawan-kawannya
5. Memiliki rasa kepedulian sosial
6. Para peserta didik/ siswa-siswi diharapkan mampu membagi ilmu yang
diperoleh setelah pelatihan kepada siswa-siswi lain

Bagi Guru
Meningkatkan kerjasama antara guru dengan orang tua murid dan petugas kesehatan
dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah.

Bagi Orang Tua Peserta Didik


Meningkatkan kesadaran orang tua dalam mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan
peningkatan kesehatan anak sekolah

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)2


1. Pengertian
a. Kesehatan Sekolah
Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 79
menyatakan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-
tingginya menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas
b. Sekolah
Sekolah adalah Taman Kanak-Kanak (TK), Taman Kanak-Kanak Luar Biasa
(TKLB), Raudhatul Atfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB), Madrasah \ Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Madrasah
Aliyah (MA) termasuk Satuan Pendidikan Keagamaan yang sederajat dan
setara.
c. Peserta didik
Peserta didik ialah semua anak yang mengikuti pendidikan di sekolah sesuai
butir b.
d. Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang
pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA.

4
2. Landasan Hukum UKS
Sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan melalui kerjasama lintas
sektoral, landasan hukum Usaha Kesehatan Sekolah adalah :
a. Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
b. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
c. Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
e. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Peran Gubernur
selaku Wakil Pemerintah Pusat
g. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama,
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/U/SKB/2003, Nomor
1067/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor MA/203A/2003, Nomor 26 Tahun
2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
h. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama,
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 2/P/SKB/2003, Nomor
1068/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor MA/203B/2003, Nomor 4415 404
Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS Pusat
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

3. Tujuan UKS
a. Umum:
Secara umum tujuan UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup
sehat dan derajat kesehatan peserta didik/siswa serta menciptakan lingkungan
yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya.
b. Khusus:
5
Secara khusus tujuan UKS adalah memupuk kebiasaan hidup sehat dan
mempertinggi derajat kesehatan peserta didik/siswa yang di dalamya
mencakup :
1) Memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan
masyarakat.
2) Sehat; baik dalam arti fisik, mental, sosial, maupun lingkungan
3) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkoba, alkohol, dan kebiasaan merokok, serta hal-hal
yang berkaitan dengan masalah pornografi, dan masalah sosial lainnya.

4. Sasaran UKS
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2011), sasaran
pembinaan dan pengembangan UKS meliputi :
a. Sasaran Primer : peserta didik
b. Sasaran Sekunder : guru, orang tua, tim pembina UKS di setiap jenjang
c. Sasaran Tersier : Lembaga Pendidikan; mulai dari tingkat prasekolah
sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk perguruan agama dan
pondok pesantren beserta lingkungannya.

5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup UKS tercermin dalam 3 (tiga) komponen utama yang
disebut Tri Program UKS (dikenal dengan TRIAS UKS), yang meliputi :
1 Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yangmeliputi aspek:

a Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip hidup


sehat;
b Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal pengaruh
buruk dari luar;
c Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
2 Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk:
a pelayanan kesehatan;
6
b pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik
c pengobatan ringan dan P3K maupun P3P;
d pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS, PKHS);
e penyuluhan kesehatan;
f pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;
g pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal
lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan;
h rujukan kesehatan ke Puskesmas;
i UKGS;
j Pemeriksaan berkala
3 Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental, sosial
maupun lingkungan yang meliputi:
a Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,
keamanan, kerinda-ngan, kekeluargaan );
b pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;
c pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, peserta didik,
pegawai sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar).

7
2.2. KADER KESEHATAN REMAJA (KKR)3
Definisi Kader Kesehatan
Bahwa dimana anggotanya berasal dari lingkungan setempat, dipilih oleh
orangorang yang ada di lingkungan itu sendiri dan bekerja sama secara sukarela.
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh lingkungan
setempat untuk menjadi penyelenggara. Banyak para ahli mengemukakan mengenai
pengertian tentang kader kesehatan antara lain: L. A. Gunawan memberikan batasan
tentang kader kesehatan: kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehtan desa
(prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI
memberikan batasan kader: Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih
dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela.

Definisi Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, berumur
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th. Namun jika pada usia remaja
sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika
usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih
digolongkan dalam kelompok remaja.
Masa ini harus lebih diperhatikan oleh orang tua karena apabila tidak
ditanggapi remaja dapat melakukan penyimpangan-penyimpangan moral dan etika
yang dapat merusak dirinya sendiri. Dalam masa remaja sifat kesadaranya masih
ENTROPY (keadaan dimana kesadaran manusia belum tersusun rapi) walaupun
isinya sudah banyak (ilmu pengetahuan, perasaan, dan sebagainya).

Arti remaja sendiri adalah :


a. Individu yang berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanakkanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.

8
Dalam perkembangan remaja pada saat ini,banyak remaja yang melakukan
penyimpangan seperti sexs bebas,narkoba, dan sebagainya hal ini tentu membuat
resah para orang tua.tak jarang banyak remaja yang melakukan tindakan-tindakan
berbahaya karena telah terjerumus narkoba dan pergaulan bebas lainya,terkadang
hanya demi narkoba remaja nekat melakukan tindak kriminal demi mendapat kan
barang haram tersebut.

Definisi Kader Kesehatan Remaja


Dokter Kecil dan kader Kesehatan Remaja adalah peserta didik yang dipilih
guru guna ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri
sendiri, kelurga, teman peserta didik pada khususnya dan sekolah pada umumnya.
Kader Kesehatan Remaja atau Kader UKS (pada jenjang SLTP dan SLTA)
adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan
sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman,
keluarga dan lingkungannya.
Kader kesehatan Remaja adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya
berasal dari murid kelas 1 dan 2 SLTP dan sederajat, murid kelas 1 dan 2 SMU/SMK
atau sederajat yang telah mendaptkan pelatihan Kader Kesehatan Remaja. Kader
Kesehatan Remaja juga diartikan kader yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan
remaja yang mau membantu bersama-sama memecahkan permasalah kesehatan
khususnya pada remaja.

1. Dasar Pembentukan KKR


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 17, dinyatakan bahwa kesehatan anak diselenggarakan untuk
mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak dan kesehatan anak dilakukan
melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia
pra sekolah dan usia sekolah. Selanjutnya dalam pasal 45 dinyatakan bahwa kesehatan
sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Di samping itu kesehatan sekolah juga diarahkan untuk memupuk
kebiasaan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk

9
melaksanakan prinsip hidup sehat aktif berpartisipasi dalam usaha peningkatan
kesehatan, baik di sekolah, rumah tangga maupun dalam lingkungan masyarakat.
Konsep hidup sehat yang tercermin pada perilaku sehat dalam lingkungan
sehat perlu diperkenalkan seawal mungkin kepada generasi penerus dan selanjutnya
dihayati dan diamalkan. Peserta didik bukanlah lagi semata-mata sebagai obyek
pembangunan kesehatan melainkan sebagai subyek dan dengan demikian diharapkan
mereka dapat berperan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pembangunan
kesehatan.
Anak sekolah tingkat SMP dan SMA atau sederajat memasuki usia remaja di
mana periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik,
psikologis maupun intelektual. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari
kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th.
Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam
kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung
pada orang tua maka ia masih digolongkan dalam kelompok remaja.

2. Pertimbangan Pembentukan KKR


Mengingat permasalahan yang ada pada remaja khususnya anak sekolah usia
SMP dan SMA ataupun sederajat sangatlah komplek maka sangat perlu adanya
program untuk melakukan pencegahan maupun penanggulangan secara dini yang
melibatkan pihak sekolah dan kesehatan serta masyarakat.
Oleh sebab itu masa remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan
manusia. Dikatakan penting karena merupakan peralihan dari masa anak yang sangat
tergantung kepada orang lain ke masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab.
Di samping itu, masa ini juga mengandung resiko akibat suatu masa transisi
yang selalu membawa cirri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingu dan gejolak
remaja seperti masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksprimental ( selalu ingin
mencoba).
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu program yang
mendukung tingkat perkembangan masa remaja yang baik. Bentuk programnya
adalah Usaha Kesehatan Sekolah dengan salah satu kegiatannya yaitu pembentukan
kader kesehatan remaja yang melibatkan sekolah dan kesehatan adalah pembentukan

10
Dokter Kecil untuk tingkat SD/MI dan Kader Kesehatan Remaja untuk tingkat
SLTP/Mts dan SLTA/MA.

3. Tujuan Pembentukan KKR


Tujuan diadakannya pembentukan Dokter kecil/Kader Kesehatan Remaja adalah:
a. Agar peserta didik dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain untuk hidup
sehat
b. Agar peserta didik dapat membina teman-temannya dan berperan sebagai
promotor dan motivator dalam menjalankan usaha kesehatan terhadap diri
masing-masing.
c. Agar peserta didik dapat membantu guru, keluarga dan masyarakat di sekolah
dan di luar sekolah.

4. Peran KKR
Peran dokter kecil/KKR dalam memelihara, membina, meningkatkan dan
melestarikan kesehatan lingkungan sekolah sangat menentukan. Untuk itu pihak
sekolah dalam menunjuk dan menetapkan siswa yang akan jadi dokter kecil/KKR
haruslah siswa yang berprestasi disekolah, memiliki watak pemimpin, berperilaku
sehat (PHBS), bertanggung jawab dan telah mendapat pelatihan dari petugas
kesehatan(puskesmas). Karena nantinya dokter kecil/KKR tersebut akan
bertindak,berbuat dan berperilaku sehat tampa menunggu perintah dari guru atau
pihak sekolah dan juga akan menjadi contoh bagi peserta didik lainnya.

5. Kriteria Kader Kesehatan Remaja


Kriteria kader kesehatan remaja sebagai berikut:
a. Telah menduduki kelas 1 dan kelas 2 SLTP/SLTA sederajat
b. Berprestasi baik di sekolah/kelas.
c. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
d. Bersih dan berprilaku sehat
e. Bermoral baik dan suka menolong.
f. Bertempat tinggal di rumah sehat.
g. Diijinkan orang tua.

6. Kegiatan Kader Kesehatan Remaja


11
a. Pembinaan KKR
Dalam rangka menunjang peran kader kesehatan remaja tersebut perlu
adanya pembinaan. Pembinaan kader kesehatan remaja dilakukan bersama
lintas sektor tekait yaitu piahk kecamatan, pendodikan, puskesmas dan depag.
Pembinaan KKR meliputi kegiatan penemuan dini, pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut, dan pelatihan kader kesehatan remaja. Dalam pelatihan
kesehatan remaja siswa diberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sehat, berbagai penyakit menular, konsulatasi bibingan psikologis, P3K dan
Narkoba.
b. Hasil yang Ingin Dicapai Melalui KKR
Hasil yang ingin dicapai setelah terbentuknya kader kesehatn remaja
yaitu para kader kesehatan remaja menjadi rujukan teman-temannya yang
kebetulan ada masalah kesehatan, permasalahan yang sering timbul diantara
remaja, maupun remaja dengan orang tuanya akan lebih banyak dicurahkan
pada teman sebayanya. Dengan adanya kader kesehatan remaja yang
merupakan temannya sendiri maka diharapkan permasalahan yang ada dapat
dipecahkan dikalangan mereka sendiri.1htvfb2y1 1 1b24yf y2ynyb2

12
2.3. BANTUAN HIDUP DASAR4,5
Urutan prosedur Bantuan Hidup Dasar dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum,
prosedur pemberian Bantuan Hidup Dasar adalah sebagai berikut :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong.
2. Memastikan kesadaran dari korban / pasien.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat dengan
cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut dan
mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya
atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak !!!
3. Memperbaiki posisi korban / pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi
terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan
dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.
Ingat ! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala,
leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban
harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua
tangan diletakkan di samping tubuh.

4. Mengatur posisi penolong


Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan
sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakan lutut.
5. Membuka Jalan Napas dan Cek Pernafasan
Buka jalan napas dengan menggunakan metode head tilt dan chin lift sambil
menentukan apakah pasien responsif dan bernapas dengan normal. Jangan menunda
prosedur dengan mengecek sumbatan pada jalan napas. Jaw Thrust dan finger sweep
tidak lagi direkomendasikan pada penolong pertama.

13
6. Mengaktifkan EMS (Emergency Medical Service)
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera
minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem
pelayanan medis yang lebih lanjut.
Tulungagung.memiliki layanan kegawatdaruratan bernama TEMS (Tulungagung
Emergency Medical Service). TEMS dapat diaktifkan dengan menelepon 0355
320119. penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian
yang sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian
tindakan tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian
terdapat lebih dari satu penolong, misalnya, penolong pertama memeriksa respons
korban kemudian melanjutkan tindakan BHD sedangkan penolong kedua
mengaktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat dan mengambil alat
kejut jantung otomatis (AED).
Jika memungkinkan, jangan tinggalkan korban demi menelpon layanan kegawat-
daruratan. Mintalah orang lain untuk menelepon. Jika telepon tersebut memiliki fitur
speakerphone, aktifkanlah fitur tersebut agar kedua tangan anda terbebas untuk

14
melanjutkan prosedur Bantuan Hidup Dasar dan/atau melakukan instruksi dari
petugas kesehatan di telepon.
7. Memulai Kompresi Dada
Pada orang dewasa yang tidak sadar, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh
gangguan pada jantung. Ketika darah berhenti mengalir setelah serangan jantung,
darah pada paru-paru dan system arteri masih mengandung oksigen selama beberapa
menit. Melakukan kompresi dada terlebih dahulu lebih direkomendasikan
disbanding melakukan ventilasi dulu. Studi pada manikin menunjukkan bahwa hal
ini berhubungan dengan waktu yang lebih singkat untuk memulai CPR (Cardio-
Pulmonary resuscitation)
Kompresi dada dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan
atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari
ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan
penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jarijari tangan
menyentuh dinding dada korban / pasien, jarijari tangan dapat diluruskan
atau menyilang.
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1,52 inci (3,85 cm).
Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi
dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus
sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi
tangan pada saat melepaskan kompresi.
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 dilakukan baik
oleh 1 atau 2 penolong jika korban / pasien tidak terintubasi dan kecepatan
kompresi adalah 100 kali permenit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk
kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak.

15
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 6080
mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output)
hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien
dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi
(kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

Ketika memberikan kompresi dada, perhatikan hal-hal berikut:


1. Lakukan kompresi dada pada bagian pusat/tengah dari dada
2. Lakukan penekanan minimal sedalam 5 cm, namun tidak melebihi 6 cm
3. Pemijatan jantung sebanyak 100 120 kali per menit. Minimalkan
interupsi/berhenti saat melakukan pijat jantung
4. Biarkan dada korban untuk mengembang lagi secara maksimal setiap setelah
pijatan/kompresi. Jangan bersandar/bertumpu pada dada korban
Posisi Tangan
Penelitian telah menunjukkan hasil yang lebih baik jika kompresi dada/pijat jantung
dilakukan di bagian separuh bawah tulang dada sternum. Kompresi dada akan lebih
mudah dilakukan bila penolong ada disebelah kanan korban.

16
Kedalaman Kompresi
Kekhawatiran melukai korban, kelelahan dan kurang kuatnya otot lengan sering kali
menyebabkan penolong memberikan kompresi kurang dalam dari seharusnya.
Empat studi observasional menunjukkan bahwa kedalaman kompresi antara 4.5
5.5 cm pada dewasa akan memberikan hasil yang lebih baik. Studi juga
menunjukkan bahwa kompresi yang lebih dalam dari 6 cm dapat meningkatkan
resiko cedera. ECR (European Resuscitation Council) menyimpulkan bahwa
kompresi yang lebih dangkal dari 5 cm lebih berbahaya disbanding kompresi yang
lebih dalam dari 6 cm.
Frekuensi Kompresi
Studi telah menunjukkan bahwa Korban yang mendapat frekuensi kompresi dada
antara 100 120 kali per menit memiliki kesempatan bertahan hidup lebih tinggi
dibanding mereka yang mendapat frekuensi kompresi dada lebih cepat. Frekuensi
kompresi yang lebih cepat disinyalir berhubungan dengan kurang dalamnya
kompresi dada. Oleh karena itu ERC merekomendasikan frekuensi kompresi dada
antara 100 120 kali per menit.
8. Memberikan Bantuan Napas
Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke
mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)
dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang
dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,52 detik dan volume udara yang
dihembuskan adalah 400 -500 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban / pasien
terlihat mengembang.
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar
tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya
1617%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien setelah
diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :

Mulut ke mulut

Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang


cepat dan efektif untuk memberikan udara ke paruparu korban / pasien.
Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus
mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup

17
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat
menghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban /
pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari
hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah 400 -
500 ml (10 ml/kg).
Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat
menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.

Mulut ke hidung

Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup
mulut korban / pasien.

9. Evaluasi Tanda Vital


Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi (+2Menit) kemudian korban dievaluasi

18
Ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri
karotis didaerah leher korban / pasien, dengan dua atau tifa jari tangan (jari telunjuk
dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea,
kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kirakira 12 cm, raba
dengan lembut selama 510 detik.

Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas dengan
rasion 30 : 2 sebanyak 5 kali

Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan


korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk
menilai pernapasan korban

Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap.

Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 8-10
kali permenit dan monitor nadi setiap saat.

Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga
agar jalan napas tetap terbuka kemudian korban / pasien ditidurkan pada posisi
sisi mantap.

19
20
Aksi Ilustrasi Deskripsi Teknis
Keamanan
Pastikan
penolong dan
korban ada
dalam kondisi
aman
Cek Respon Tepuk pundaknya dengan
Cek kesadaran lembut dan panggil dengan
korban tegas: Pak!! Pak!! atau
Bu!! Bu!!
Jika korban berespon,
tanyakan apa yang terjadi dan
panggil bantuan jika
dibutuhkan. Evaluasi ulang
korban berkala.

21
Airway (Jalan Posisikan pasien terlentang
Napas) Letakkan tangan kirimu pada
Buka jalan napas dahi korban dan ujung jari
korban kananmu di ujung dagu
korban, kemudian
tengadahkan kepalanya
dengan lembut untuk
membuka jalan napas korban.

Breathing Pada menit-menit awal


(Pernapasan) serangan jantung, korban
Lihat,dengar dan mungkin pernafasannya
rasakan jarang, atau gasping (megap-
megap).
Lihat, dengar dan rasakan
selama paling lambat 10 detik
untuk menentukan apakah
pasien bernafas normal. Jika
ragu, anggap pernapasan
pasien tidak normal dan
bersiaplah melakukan
CPR/pijat jantung.
Korban tidak Minta tolong orang sekitar
merespon untuk mengaktifkan EMS
dan/atau tidak (jika di Tulungagung, dengan
bernafas cara menelpon 320119).
normal Jika tidak memungkinkan,
lakukan sendiri. Tetaplah
Aktifkan EMS bersama korban saat
menelepon sebisa mungkin.
Aktifkan speakerphone untuk
mempermudah komunikasi
dengan paramedis.

22
Minta AED Minta seseorang untuk
(Automated mencari dan mengambilkan
External AED.
Defibrillator) Jika sendiri, jangan
tinggalkan korban demi
mencari dan/atau mengambil
AED.
Circulation Berlututlah di sisi kanan
Mulai kompresi korban
dada Letakkan bagian belakang
telapak tangan kirimu di
bagian tengah dada korban,
yaitu di separuh bawah tulang
dada (sternum).

Letakkan telapak tangan


kanan diatas tangan kiri dan
kunci jari jari. Pastikan
tekanan diarahkan pada
tulang dada, bukan tulang
rusuk korban
Pastikan tanganmu lurus
Jangan berikan penekanan

23
pada bagian atas perut atau
ujung bawah tulang dada.
Posisikan dirimu tegak lurus
diatas dada korban dan tekan
kebawah sedalam 5 cm (tidak
lebih dari 6 cm)
Setelah setiap kompresi,
lepaskan semua tekanan
terhadap dada korban tanpa
melepas kontak antara dada
korban dengan tanganmu
Lakukan sebanyak 30 kali
dalam waktu 15 detik
kombinasikan Setelah 30 kompresi, buka
kompresi dada lagi jalan napas korban
dengan bantuan dengan maneuver head tilt
napas dan chin lift.
Tutup lubang hidung dengan
jempol dan telunjuk kiri.
Biarkan mulut terbuka,
namun tetap pertahankan
chin lift.
Tarik napas dan letakkan
bibirmu disekeliling mulut
korban.
Tiupkan udara dengan
mantap (jawa: ajeg) selama 1
detik sambil perhatikan
dinding dada korban
mengembang.
sambil mempertahankan
head tilt dan chain lift, tarik
napas lagi dan hembuskan
lagi.

24
Segera kembali lagi ke sisi
kanan korban untuk
memberikan kompresi dada
lagi
Evaluasi Setelah 5 siklus, cek nadi
Cek nadi korban korban dengan meraba arteri
setiap 5 siklus karotis didaerah leher korban.
Jika tidak teraba denyutan
nadi, ulangi RJP. Jika teraba
denyutan nadi, penolong
harus kembali memeriksa
pernapasan korban.
Jika nadi tidak Jangan hentikan resusitasi
teraba sampai:
Lanjutkan 1. tenaga kesehatan telah
Resusitasi datang
Jantung Paru 2. tenaga kesehatan
menyuruh berhenti
3. Korban sadar
4. Kamu kelelahan

Jika tidak Letakkan punggung tangan


responsif kiri korban di pipi sebelah
namun nadi kanan korban. Tekuk lutut
teraba dan kiri korban 900 kemudian
pernapasan gulingkan/miringkan korban
normal ke kiri.
Jika yakin bahwa Selalu periksa kembali tanda
korban sudah vital korban secara berkala
bernapas normal sampai pasien benar-benar
namun masih sadar atau bantuan telah
belum sadar, dating.
posisikan pasien

25
dalam posisi
mantap
(recovery
position

26
BAB III
METODE

3.1. Metode Pelaksanaan


Mini Project Pelatihan Kader Kesehatan Remaja Dalam Rangka Meningkatkan
Pengetahuan Tentang Bantuan Hidup Dasar Sebagai Upaya Memajukan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) di SMA Negeri 1 Kauman Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung
ini menggunakan metode penelitian deskriptif.

3.2. Metode Pemantauan


3.2.1. Lokasi dan Waktu
Lokasi bertempat di Aula Puskesmas Kauman, Kecamatan Kauman, Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur pada hari Selasa tanggal 4 Februari 2017.
3.2.2. Populasi Sampel
Populasi sampel adalah sebanyak 20 orang.
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel sebanyak 20 orang yang terdiri dari siswa SMA yang merupakan kader UKS
secara random diminta untuk mengerjakan tes tertulis 20 soal pre-test yang meliputi
materi UKS dan Bantuan Hidup Dasar yang ditentukan oleh Tim Dokter Internsip /
Petugas Kesehatan Puskesmas Kauman. Setelah itu, 20 orang peserta mengerjakan 20
soal post-test.
3.2.4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam pelatihan kader kesehatan remaja, meliputi:
Penilaian terhadap hasil pretest dan Penilaian terhadap hasil posttest
Langkah pengumpulan data, adalah sebagai berikut :
1. Tim Dokter Internsip / Petugas Kesehatan
Menetapkan SMP dan SMA yang menjadi sampel
Menyiapkan tes tertulis sesuai bahan pelatihan kader kesehatan remaja
Melakukan pengujian tes tertulis melalui pretest
Memilih 20 siswa dengan nilai terbaik untuk mengikuti pelatihan
Melakukan pengujian tes tertulis melalui postest setelah pelatihan
Mencatat hasil pengujian kedalam formulir

27
2. Guru Kelas
Memberikan informasi kepada siswa mengenai pelatihan kader kesehatan remaja
Memberikan daftar absensi kepada petugas kesehatan
Meminta agar murid:
Ikut serta dalam tes tertulis 20 soal pre test dan 20 soal post test bagi siswa yang
terpilih
Mempersiapkan diri bagi 20 siswa terpilih agar dapat hadir mengikuti pelatihan
Menginformasikan jadwal yang ditentukan Tim Dokter Internsip / petugas
kesehatan kepada siswa
Mengawasi jalannya acara dan praktek pelatihan oleh petugas kesehatan
3. Peserta / siswa yang terpilih
Mempersiapkan diri agar hadir pada hari pelatihan
Mengikuti tes tertulis 20 soal pretest dan 20 soal posttest
Mengikuti proses berlangsungnya acara hingga selesai
Berperan aktif selama berlangsungnya acara
Cara pengujian tes tertulis:
Masing-masing siswa diminta untuk mengerjakan tes tertulis yang terdiri dari :
20 soal pre test dengan waktu pengerjaan 20 menit
20 soal post test dengan waktu pengerjaan 20 menit
3.2.5. Interpretasi Hasil
Apabila menentukan sasaran program berhasil atau gagal, ditentukan dengan
membandingkan hasil soal pre test dan post test mengenai materi dari masing-masing
peserta lalu dihitung dengan menggunakan skala prosentase (%) yang terbagi menjadi
3 kategori:
Siswa dengan hasil tes Naik, yaitu hasil perbandingan nilai pre test dan post
testmeningkat
Siswa dengan hasil tes Tetap, yaitu bila hasil perbandingan nilai pre test dan post test
yang sama / tidak berubah
Siswa dengan hasil nilai Turun, yaitu perbandingan nilai pre test dan post test
menurun / rendah
Waktu Pengumpulan Data
Waktu pelaksnanaan pre-test dan post-test adalah pada hari Selasa 7 Februari 2017.

Tenaga Pengumpul Data


28
Tenaga pengumpul data adalah:
Guru yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah
Tim Dokter Internsip / petugas kesehatan dari puskesmas

3.3. Diagnosis Komunitas


Diagnosis komunitas kami peroleh dari interpretasi hasil pengumpulan data, yaitu :
Siswa dengan hasil tes Naik, yaitu hasil perbandingan nilai pre test dan post test
meningkat
Siswa dengan hasil tes Tetap, yaitu bila hasil perbandingan nilai pre test dan post test
yang sama / tidak berubah
Siswa dengan hasil nilai Turun, yaitu perbandingan nilai pre test dan post test menurun /
rendah

3.4. Intervensi Komunitas


Intervensi komunitas dilakukan dengan cara memberikan pelatihan dalam bentuk seminar
dan workshop kepada kader kesehatan remaja dari SMA Negri 1 Kauman, Kecamatan
Kauman, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

29
BAB IV
HASIL

4.1 Data Dasar6


4.1.1 Geografis, Administrasi, Batas Wilayah
Puskesmas Kauman merupakan salah satu dari 31 Puskesmas yang ada di
wilayah Kabupaten Tulungagung terletak di wilayah Kecamatan Kauman lebih kurang
4 km sebelah barat ibukota Kabupaten,didirikan pada tahun 1974 memiliki luas
wilayah 1355,98 km2. Dengan luas wilayah tersebut terdiri dari Sawah : 43,9%; Tanah
kering : 31,8%; Hutan :21,41%; dan lain- lain : 2,68%.
Kecamatan Kauman memiliki 13 desa. Adapun batas wilayahnya adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Karangrejo
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagerwojo
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gondang
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tulungagung
Luas wilayah sebesar 768 km2 yang terbagi dalam 11 desa dengan rincian sebagai
berikut:
LUAS JUMLAH JUMLAH RERATA KEPADATAN
PEN
WILAYAH RUMAH JIWA/ PENDUDUK
NO DESA DUDUK
TANGGA RUMAH
(km2) /km2
/ KK TANGGA
1 2 3 7 8 9=7/8 10=7/3
1 Pucangan 92.69 34
3,174 998 3.2
2 Bolorejo 46.96 127
5,970 1,641 3.6
3 Kauman 38.1 121
4,605 1,338 3.4
4 Balerejo 44.71 81
3,638 1,046 3.5
5 Batangsaren 114.73 58
6,677 2,148 3.1
6 Panggungrejo 113.69 31
3,579 1,064 3.4
7 Kalangbret 77.92 18
1,425 491 2.9
8 Sidorejo 75.87 52

30
3,954 1,230 3.2
9 Mojosari 39.06 88
3,437 1,145 3.0
10 Karanganom 41.83 87
3,627 1,443 2.5
11 Kates 37.69 112
4,237 1,509 2.8
12 Banaran 10.83 285
3,086 955 3.2
13 Jatimulyo 33.93 119
4,052 1,313 3.1
JUMLA
H 67
768 51,461 16,321 3.2
(DESA)

4.1.2 Demografi
Pertumbuhan Penduduk 2015
Jumlah Penduduk : 49,923 Jiwa, 15.758 KK
Jumlah Penduduk Laki-laki : 24.480
Jumlah Penduduk Perempuan : 25.443
Jumlah Bumil : 840
Jumlah Bayi (<1th) : 747
Jumlah Balita (1-4th) : 3078
Jumlah Anak Pra sekolah : 1621
Jumlah Wanita Usia Subur : 25.390
Jumlah Bulin / Bufas : 802
Jumlah Pasangan Usia Subur : 10.049
Jumlah Usila : 19.598

Kepadatan Penduduk 2015


Jumlah Penduduk Tahun 2015 sebanyak 49.923 Jiwa, sehingga jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 15.758 KK dengan rata-rata 4 Jiwa/KK ,dengan rasio jenis kelamin 96.22.

31
70-74 (565) 646
65-69 (797) 836
60-64 (1,049) 998
55-59 (1,406) 1,393
50-54 (1,582) 1,662
45-49 (1,781) 1,894
40-44 (1,848) 1,969
35-39 (1,777) 1,928
PEREMPUAN LAKI-LAKI
30-34 (1,709) 1,856
25-29 (1,642) 1,724
20-24 (1,717) 1,739
15-19 (1,985) 1,861
10-14 (1,959) 1,812
5-9 (1,989) 1,875
0-4 (1,993) 1,875

2,000 1,500 1,000 500 0 500 1,000 1,500 2,000

4.1.3 Sarana Pendidikan


Jumlah Sekolah :
Taman kanak-kanak yang ada : 23 Buah
SD/MI yang ada : 35 Buah
SMP/MTs yang ada :3 Buah
SMA/MA yang ada : 2 Buah
Akademi yang ada :- Buah
Perguruan Tinggi yang ada :- Buah
Jumlah Ponpes yang ada :1 Buah
3.2 Jumlah murid yang ada : Murid
Taman kanak-kanak yang ada : 1.426 Murid
SD/MI yang ada : 4.695 Murid
SMP/MTs yang ada : 2.278 Murid
SMA/MA yang ada : 1.464 Murid
Akademi :- Mahasiswa
Perguruan Tinggi :- Mahasiswa
Jumlah Santri Ponpes yang ada :- Santri

4.2 Hasil Pelaksanaan


Tabel 1. Hasil nilai pre test dan post test materi BLS SMA Negeri Kauman Kecamatan
Kauman Kabupaten Tulungagung dalam prosentase ( % )
KELA NO NAMA PRE POS nilai
S T
X 1 Rakli Al-Diran 25 40 15

32
2 Srianingrum 20 55 35
3 Zulyanti 40 60 20
4 Anis Mulyaningrum 40 40 0
5 Zulyarti 40 70 30
6 Dwi Wahyuni 30 45 15
7 Prila Regita 0 35 35
8 Indi Asri 45 50 5
9 Renung Dyah 25 25 0
10 Hikma Rafika 50 75 25
XI 11 Rayhan Distanto 10 30 20
12 Yudha Aji S. 10 20 10
13 Dinda Oktavia 30 30 0
14 Bima Putra 20 45 25
15 Della Agustin 25 40 15
16 Rofy Wahyu 60 80 20
17 Aditya Bambang 20 55 25
18 Fitria Laksmana 35 50 15
19 Rizal Anwar 20 25 5
20 Mahera Tata 20 40 20

Keterangan : Nilai Naik Nilai Tetap

Intrepretasi hasil materi BLS Tingkat SMA Kec. Sidayu adalah :


Tabel 4. Hasil Prosentase nilai turun,tetap dan naik pada Pretest Posttest pada SMA

KELAS PROSENTASE PROSENTASE PROSENTASE


NILAI TURUN NILAI TETAP NILAI NAIK
Kelas X 0% 20 % 80 %
Kelas XI 0% 10 % 90%

33
90%
80%
70%
60%
50% PROSENTASE NILAI TURUN
40% PROSENTASE NILAI TETAP
PROSENTASE NILAI NAIK
30%
20%
10% PROSENTASE NILAI NAIK
PROSENTASE NILAI TETAP
0%
PROSENTASE NILAI TURUN
Kelas X
Kelas XI

GRAFIK 1. Hasil Prosentase nilai turun,tetap dan naik pada Pretest Posttest pada SMA
Negeri 1 Kauman

34
BAB V
PEMBAHASAN
Usaha Kesehatan Sekolah atau UKS merupakan usaha yang dilakukan sekolah untuk
menolong siswa-siswi dan warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah.
Pendidikan kesehatan dapat menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan yang berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam melaksanakan hidup sehat.
Salah satu kegiatan untuk membina dan mengembangkan UKS ialah melalui program
pelatihan kader kesehatan remaja. Kader Kesehatan Remaja adalah peserta didik yang dipilih
guru ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri, keluarga,
teman murid pada khususnya, dan sekolah pada umumnya (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Tim Dokter Internsip Puskesmas Kauman periode 3 November 2016 24 Februari
2017 dalam kegiatan miniproject berupaya untuk mengembangkan program Kader Kesehatan
Remaja guna meningkatkan partisipasi siswa-siswi dalam kegiatan UKS. Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Kader Kesehatan Remaja dalam
menjadi penggerak hidup sehat di sekolah, rumah, dan lingkungannya, serta dapat menolong
dirinya sendiri, siswa-siswi lain, dan orang lain untuk hidup sehat. Melalui kegiatan ini pula,
para Kader Kesehatan Remaja diberikan pengenalan pengetahuan mengenai Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan Pribadi. Pelatihan ini bermaksud agar Kader Kesehatan Remaja
dapat memberikan contoh bagi teman-temannya untuk selalu bergaya hidup sehat dan
menjaga lingkungan sekolah maupun rumah agar tetap sehat guna meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik.
Mini project ini menggunakan metode deskriptif dimana sampel yang diambil
sebanyak 20 siswa-siswi SMA Negri 1 Kauman. Data dikumpulkan dengan cara 20 siswa-
siswi ecara random diminta untuk mengerjakan tes tertulis 20 soal pre-test yang meliputi
materi UKS dan Bantuan Hidup Dasar (emergency yang ditentukan oleh Tim Dokter
Internship. Setelah diberikan pengetahuan dan pelatihan, maka 20 siswa-siswi diminta untuk
mengerjakan 20 soal post test, dengan soal yang sama.
Kemudian, dengan menggunakan skala prosentase (%), dilakukan perbandingan nilai
pre test dan post test. Hasil dari kegiatan ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan yang
signifikan terhadap pengetahuan siswa tentang Penanganan awal pada kasus Emergensi
(BLS) dari sebelum pelatihan dengan sesudah diberikan pelatihan. Dengan demikian dapat
digolongkan menjadi 3 macam perubahan nilai, yaitu : nilai naik, nilai tetap, dan nilai turun.

35
Hasil perbandingan nilai tersebut kemudian dijadikan sebagai indikator keberhasilan program
pelatihan Kader Kesehatan Remaja.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test siswa SMA Negeri 1 Kauman, didapatkan
bahwa terdapat kenaikan nilai sebanyak 80% pada siswa kelas X dan 90% pada siswa kelas
XI. Nilai pre-test terendah dari siswa kelas X adalah 0, sedangkan siswa kelas XI adalah 10.
Nilai post-test terendah dari siswa kelas X adalah 25, sedangkan siswa kelas XI adalah 20.
Nilai pre-test tertinggi dari siswa kelas X adalah 50, sedangkan siswa kelas XI adalah 60.
Nilai post-test tertinggi dari siswa kelas X adalah 75, sedangkan siswa kelas XI adalah 80.
Perubahan nilai tertinggi pada siswa kelas X adalah sebesar 35 poin. Perubahan nilai tertinggi
pada siswa kelas XI adalah sebesar 25 poin.

36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Dari sepuluh siswa Kelas X terdapat rata- rata kenaikan. Hanya pada 2 orang saja
yang mendapat nilai tetap. Peningkatan nilai post-test terbesar adalah 35%.
2. Dari sepuluh siswa Kelas XI terdapat rata- rata kenaikan. Hanya pada 1 orang
saja yang mendapat nilai tetap. Peningkatan nilai post-test terbesar adalah 25%.
3. Pelatihan Kader Kesehatan Remaja oleh Tim Dokter Internsip periode 4 Juli 2
November 2016 memberikan dampak positif berupa kenaikan nilai bagi siswa-
siswi SMA Negeri 1 Kauman kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung.

6.2 Saran
1. Kegiatan pelatihan kader kesehatan remaja ini merupakan kegiatan yang efektif
untuk mempromosi kesehatan khususnya dalam bidang Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS). Kegiatan ini patut dilanjutkan, agar derajat kesehatan sekolah dan
masyarakat dapat meningkat.
2. Menggerakkan para peserta pelatihan Kader Kesehatan Remaja sebagai kader
UKS di sekolah.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayati, Listiyani. 2009. Peningkatan keterampilan kader kesehatan remaja Sebagai


Upaya Memajukan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Di Madrasah Ibtidaiyah
Matholiul Falah Desa Buko Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/1155/8-14.pdf?sequence=1
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta : Kemendikbud Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar diambil dari
http://pendidikan.ners.unair.ac.id/images/Download/Pedoman-Pembinaan-UKS-
Kemdikbud-2012.pdf diakses pada 16 Januari 2017
3. Aprilianti, Ika. 2008. Kader Kesehatan Remaja. diambil dari
https://stikeskabmalang.wordpress.com/2008/08/29/kader-kesehatan-remaja/ diakses
pada 12 Januari 2017
4. Trawotjo, Rogatus, 2014, Panduan Bantuan Hidup Dasar RS. Baptis Batu Tahun
2014, diambil dari http://documents.tips/documents/panduan-bantuan-hidup-dasar-
bls-2014pdf.html diakses pada 28 Januari 2017
5. Perkins, Gavin D., 2015, European Resuscitation Council Guidelines for
Resuscitation 2015 Section 2. Adult basic life support and automated external
defibrillation, diambil dari
https://cprguidelines.eu/sites/573c777f5e61585a053d7ba5/content_entry573c77e35e6
1585a053d7baf/573c781e5e61585a053d7bd1/files/S0300-9572_15_00327-
5_main.pdf diakses pada 28 Januari 2017
6. Puskesmas Kauman, 2015. Profil Puskesmas Kauman tahun 2015. Dokumentasi

38

Anda mungkin juga menyukai