Anda di halaman 1dari 5

Batasan

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasnya
(>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan
atau lendir.1
Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik. Meskipun dapat
melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan pada infeksi saluran
cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.2,3
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit dengan cepat
untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan ekstrasel. Adanya
bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal
tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose
antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air akan
mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan
mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang
besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya
akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,
sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga
terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung
sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan dampak yang sama.2
2. Diare Sekretorik
Diare sekterik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi akibat
gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung
atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair.
Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada
mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.4
Gejala klinis
Hasil Anamnesis (Subjective)

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah volume dan
frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama
anak diare: member oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan
yang diberikan serta riwayat imunisasinya.2
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun
besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa
mulut dan lidah kering atau basah.2
Symptom

Minimal atau tanpa dehidrasi,

Dehidrasi

ringan

sedang,

Dehidrasi

berat,

kehilangan

Kesadaran
Denyut jantung

kehilangan BB<3%
Baik
Normal

kehilangan BB 3%-9%
Normal, lelah, gelisah, irritable
Normal meningkat

BB>9%
Apatis, letargi, idak sadar
Takikardi, bradikardi, (kasus

Kualitas nadi
Pernapasan
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Cubitan kulit
Cappilary refill
Ekstremitas
Kencing

Normal
Normal
Normal
Ada
Basah
Segera kembali
Normal
Hangat
Normal

Normal melemah
Normal-cepat
Sedikit cowong
Berkurang
Kering
Kembali<2 detik
Memanjang
Dingin
Berkurang

berat)
Lemah, kecil tidak teraba
Dalam
Sangat cowong
Tidak ada
Sangat kering
Kembali>2detik
Memanjang, minimal
Dingin,mottled, sianotik
Minimal

Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperkukan, hanya pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada
sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan
laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut antara lain darah lengkap, serum
elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika. 2
Diagnosis5

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali sehari) dan
pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB).
Diagnosis banding5
1. Demam tifoid
2. Kriptosporidia (pada penderita HIV)
3. Kolitis pseudomembran
Penatalaksanaan
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,
pemberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:3
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan
memberikan suplemen zinc pada pasien pediatric
Obat anti diare
Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:1,2
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine). Obat-obat ini
dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk mengikat dan
menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan
mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti
keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada
anak.
Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii, paregoric,
codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi
tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus
paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan
memperlambat eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis

normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan
diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak dngan
diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
obat-obat lain:
Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat menyebabkan
mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral. Oleh karena itu obat
anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah biasanya berhenti bila
penderita telah terehidrasi
Antibiotik
Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena sebagian besar diare
infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotic.
Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera,
Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,2
Penyebab
Kolera

Antibiotik pilihan
Tetracycline 12,5 mg/kgBB

Alternatif
Erythromycin 12,5 mg/kgBB

Shigella Disentri

4x sehari selama 3 hari


Ciprofloxacin 15 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari


Pivmecillinam 20 mg/kg BB

2x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 3 hari


Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis

Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat)
Metronidazole 5mg/kgBB

Giadiasis

3x sehari selama 5 hari

Komplikasi5
Komplikasi yang ditimbulkan oleh diare antara lain syok hipovolemik, gangguan keseimbangan
elektrolit dan demam
daftar pustaka
1. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto. 2007:1-24

2. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi
Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI.
2010:87-110
3. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
4. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced Based Guidelines
for Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI
DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER. Diakses dari
http://www.idionline.org/wp-content/uploads/2015/01/Buku-Panduan-Praktik-KlinisBagi-Dokter-di-Fasilitas-Pelayanan-Kesehatan-Primer.edit-min.pdf pada tanggal 11 maret
2016

Anda mungkin juga menyukai