Keprawatan Komunitas II
Dosen Pengampu:
Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep
Disusun oleh :
Nada Mutiara 1710711028
Risa Safitri 1610711029
Ayu Nuraini Soleha 1610711030
Nur Aulia Fikri 1610711039
Priskillia Marisa Rory 1610711047
Rani Mutrika 1610711045
Nur Fitriah Efendy 1610711049
Ada beberapa definisi tentang keerawatan sekolah. Salah satunya definisi yang dikenal adalah sebagai
berikut : “School nursing is a branch of community health nursing that seeks to identify or prevent
school health problems and intervenes to remedy or reduce these problems” (Hitchcock et al., 2003)
definisi tersebut dapat dikatakan bahwa keperawatan sekolah merupakan bagian dari keperawatan
komunitas yang bertugas untuk mengidentifikasi atau mencegah masalah kesehatan di sekolah dan
memberikan intervensi untuk menangani atau mengurangi masalah tersebut.
Perawat sekolah atau perawat kesehatan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan kesehatan siswa, serta mencegah dan melindungi siswa dari berbagai macam penyakit.
Adapun peran tersebut mencakup :
Perawat kesehatan sekolah ini memberikan pelayanan kesehatan, konseling, dan pendidikan
kesehatan kepada murid-murid dan keluarganya. Pelayanan ini terintegrasi dengan program
pendidikan sekolah. Pada Negara maju seperti Amerika, perawat ini dipekerjakan pada sekolah, baik
di tingkat daerah (district) maupun pada local government ataupun departemen kesehatan (Tyrrel &
Eyles, 1999). Perawat ini bekerja di sekolah dan mereka memberikan pelayanan kesehatan selama
jam sekolah. Perawat ini dapat merawat murid, keluarga, dan staf yang memiliki risiko terhdap
masalah kesehatan ataupun penyakit (case finding). Mengembangkan dan memenuhi kebutuhan
kesehatan yang telah teridentifikasi, memformulasikan kebijakan dan program untuk memecahkan
masalah potensial dan actual (Lowrey, Cohen, Modzelesdki, Kann, Collins, & Kolbe dalam
Hitchcock et al., 2003
Sementara itu, the primary care role dilaksanakan oleh perawat praktisioner yang berpraktik di
bawah pengawasan dokter. Perawat yang mendiagnosis dan memberikan intervensi terhadap masalah
kesehatan dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya. Manajemen kasus akut minor, penyakit
kronis, pendidikan kesehatan, dan dukungan kesehatan lingkungan juga diberikan oleh perawat ini.
Pengkajian tahunan terhadap perembangan anak-anak juga termasuk ke dalam pelayanan ini. Banyak
perawat model ini yang mengimplementasikan klinik berbasis sekolah (school-based clinics),
pelayanan berhubungan dengan sekolah (school-linked services), kolaborasi (collaborative), dan
pelayanan berbasis komunitas (community based services).
3. The Manager and Coordinator of Care Role
Sebagai seorang manager, perawat sekolah bertanggung jawab terhadap beragam kegiatan yang
digariskan oleh NASN. Peran manajemen tersebut mencakup perencanaan program untuk pelayanan
secara komprehensif kepada klien di sekolah yang ada di komunitas. Manajemen strategi yang efektif
dapat memastikan keberlanjutan pelayanan dari rumah siswa kepada pemberi pelayanan kesehatan di
komunitas, selanjutnya ke sekolah, dan akhirnya kembali lagi ke rumah (Sanga & Oda dalam
Hitchcock et al., 2003).
1. Provider of client care; penyedia pelayanan perawatan bagi klien. Dalam hal ini perawat
harus memiliki pengetahuan klinis, proses keperawatan, dan juga pengetahuan tentang klien
dengan kebutuhan kesehatan khusus (special health needs).
3. Planner and coordinator of client care; mampu menyusun program, berkoordinasi dengan
sekolah serta dengan sistem kesehatan masyarakat (community health system).
4. Client teacher; mampu menjadi seorang pendidik di bidang kesehatan (health educator).
5. Investigator; mampu melakukan penelitian atau sebagai peneliti terutama terkait dengan
kesehatan sekolah untuk mengembangkan sesuatu yang baru (innovation).
6. Role within the discipline of nursing; perawat kesehatan sekolah berperan juga dalam
meningkatkan kualitas perawatan (quality of care), selalu mengejar peningkatan professional
secara terus-menerus (persues continued professional enhancement), dan menunjukkan
perilaku professional (demonstrates professional conduct).
1) Standar I. Assessment: perawat sekolah mengumpulkan data yang diperlukan dalam perawatan
sekolah.
2) Standar II. Diagnoses: perawat sekolah menganalisis data pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan.
3) Standar III. Outcome identification: perawat sekolah mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk
klien.
4) Standar IV. Planning: perawat sekolah mengembangkan sebuah rencana atau aksi yang intervensi
spesifik untuk mencapai hasil yang diharapkan untuk klien.
6) Standar VI. Evaluation: perawat sekolah mengevaluasi perkembangan klien terhadap pencapaian
tujuan.
Perawat kesehatan sekolah mengikuti pendidikan khusus perawat kesehatan sekolah. Perawat
kesehatan sekolah membuthkan pendidikan di daerah-daerah tertentu, seperti pertumbuhan dan
perkembangan, kesehatan masyarakat, keperawatan jiwa, manajemen kasus, manajemen program, teori
keluarga, kepemimpinan, dan kepekaan budaya, untuk secara efektif melakukan peran mereka. Mereka
harus siap untuk bekerja dengan anak-anak dari segala usia dan budaya dari dalam keadaan yang
beragam. Perawat juga harus mengikuti perkembangan isu-isu yang mempengaruhi anak-anak dan harus
berpartisipasi dalam penelitian yang mengeksplorasi dan memperluas peran. Praktik perawat sekolah
relatif independen dan otonom, meskipun fungsi perawat sekolah sebagai anggota tim interdisipliner.
Untuk menjadi ke perawat kesehatan sekolah, dianjurkan bahwa perawat memegang minimal gelar
sarjana. Beberapa universitas kini mempersiapkan perawat sekolah pada tingkat master. Perawat
kesehatan sekolah harus mampu mengidentifikasi dan mengakses pengembangan professional untuk
mempertahankan kompetensi dalam perawatan anak-anak dan remaja.
Perawat sekolah memiliki banyak peran. Diantaranya adalah penyedia layanan, advokat siswa,
pendidik, hubungan masyarakat, dan manajer kasus, keterampilan tambahan yang dibutuhkan oleh
perawat sekolah mencakup kemampuan untuk mengawasi orang lain, untuk berlatih relatif independen,
dan untuk mendelegasikan keperawatan. American Nurses Association mengembangkan kompetensi
yang relevan dengan perawat sekolah dan diperbarui mereka pada tahun 2011.
Lingkungan sekolah adalah tempat yang tepat untuk melakukan penelitian tentang bagaimana
anak beradaptasi dengan transisi kehidupan seperti perceraian; penyakit atau kematian orang yang
dicintai; penyakit baik sendiri atau temannya; dan kekerasan dalam rumah tangga. Perilaku kesehatan
yang berhubungan dengan kaum muda merupakan sumber yang banyak peluang penelitian. Perawat
kesehatan sekolah harus menyadari dan tertarik untuk berpartisipasi dalam studi penelitian yang
berbeda.
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan sekolah lingkungan
keluarga masyarakat sekitar dan unsur-unsur penunjang.
Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan
oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak
didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha kesehatan di sekolah juga berfungsi
sebagai lembaga penerangan agar anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi
yang benar, mengobati luka, merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti,
2008).
Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah merupakan perpaduan
antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan, yang pada gilirannya nanti
diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada
setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan (P. Ananto, 2006).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup
sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah,
perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan di lingkungan sekolah (Kemdikbud, 2019).
UKS merupakan wadah untuk berbagai program seperti Kesehatan Reproduksi, Gizi, Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA, Pengendalian Penyakit, Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan,
Pengobatan sederhana dan lain-lain (Kemenkes, 2016).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa UKS adalah usaha kesehatan sekolah
yang sasaranya adalah peserta didik beserta masyarakat sekolah yang lainya yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar dalam
berbagai program kesehatan bagi anak sekolah.
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan
peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:
a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat,
serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan di perguruan
agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat;
b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan; dan
c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba,
alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah pornografi dan
masalah sosial lainnya.
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru
pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap
jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai dari
tingkat pra sekolah/TK sampai SLTA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi
agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya (Depkes, 2008). Sasaran lainnya adalah sarana
dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai tingkat pendidikan sekolah,
mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan
kejuruan, dan pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Untuk sekolah dasar, UKS diprioritaskan pada
kelas satu, tiga, dan enam karena alasan-alasan berikut ini.
Kelas Satu
Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan mulai lepas dari pengawasan
orang tua. Kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena
ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Di samping itu, kelas satu adalah saat yang
baik untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas satu ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi
kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk
jenjang berikutnya.
Kelas Tiga
Dilaksanakan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu terdahulu dan
langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS.
Kelas Enam
Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga
memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.
1. Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan SDKI (2012) dalam BKKBN (2013) kesehatan remaja, perilaku berisiko remaja
seperti menghisap tembakau, mengkonsumsi minuman keras, menggunakan obat terlarang, dan
keterikatan dalam hubungan seksual. Sedangkan berdasarkan peraturan bersama antara menteri
pendidikan dan kebudayaan RI, mentri kesehatan RI, mentri agam RI, dan mentri dalam negri
RI(2014) tentang pembinaan dan pengembangn UKS/ madrasah bahwa fokus pendidikan kesehatan
disekolah/madrasah yaitu perilaku hidup bersih dan sehat.
Masalah dan perilaku ini dapt dicegah dan perilaku beresiko lainnya. Perilaku tersebut juga
mengakibatkan timbulnya masalah social dan pendidikan di suatu Negara lain putus sekolah, tingkat
pengangguran, dan angka kriminalitas yang tinggi
2. Pelayana kesehatan
Perawatan kesehatan yang diberikan di sekolah-sekolah termasuk layanan pencegahan seperti
imunisasi dan pemeriksaan kesehatan. Komponen program kesehatan sekolah yang komperehensif
juga dapat melibatkan perawatan gawat darurat, manajemen kondisi kesehatan akut dan kronis,
arahan-arahan yang tepat, penyuluhan kesehatan, pendidikan tentang gaya hidup sehat, dan
pemberian obat
5. Catatan siswa
Catatan kesehatan diselenggarakan untuk semua siswa sesuai dengan kebiakan wilayah
sekolah masing-masing. Minimal catatan kesehatan siswa harus mencakup status imunisasi, riwayat
yang bersangkutan, hasil pemeriksaan dan rencana kesehatan terintegrasi. Catatan kesehatan siswa
harus diberikan dengan tingkat kerahasiaan yang sama seperti yang diberikan kepada klien dan
pasien dalam pengaturan lainnya (misal berbagai informasi rahasia dengan orang lain tanpa
persetujuan dianggap tidak etis dan tidak tepat kecuali dalam situasi darurat)
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran perawat dalam program UKS yaitu ada : edukator, konselor, advokat,
dan Koordinator.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya
menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan,
dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tigaprogram pokok (trias) UKS
(Depkes RI, 2003).
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh
kembang sesuai, selaras, seimbang, dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di
masa yang mendatang.
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pendidikan kesehatan ditekankan pada sikap
dan perilaku hidup sehat. KBK merupakan pernyataan tentang apa yang harus dicapai oleh siswa
yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi yang dituntut pada pendidikan kesehatan diharapkan dapat terefleksikan
dalam cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Pendidikan Kesehatan :
Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat
dan teratur.
Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.
Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat
kesehatan.
Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari
Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat
badan yang seimbang.
Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.
Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang optimal
serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
Pendekatan dan Metode
a. Pendekatan.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan pendidikan
kesehatan antara lain ialah:
Pendekatan individual
Pendekatan kelompok: kelompok kelas, kelompok bebas, lingkungan keluarga.
Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai secara optimal,
dalam pelaksaannya hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta didik
Melibatkan peran aktif peserta didik sebanyak-banyaknya
Sesuai dengan situasi dan kondisi
Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan
Memperhatikan kebutuha pembngunan nasional
Mengikuti/memperhatikan perkembangan pengetahaun dan teknologi
b. Metode
Belajar kelompok
Kerja kelompok / penugasan
Diskusi / ceramah
Belajar perorangan
Pemberian tugas
Karya wisata
Bermain peran
Tanya jawan
Simulasi
Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan
pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran sains dan ilmu
pengetahuan sosial. Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, pemahaman
nilai, dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam
melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
Materi pendidikan kesehatan sekolah dasar yang masuk dalam sains adalah kebersihan dan
kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan reproduksi, dan pengukuran tingkat
kesegaran jasmani.
Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan
yang diberikan kepada peserta didik di sekolah, madrasah, dan rumah. Melalui peningkatan
kebersihan dan kesehatan pribadi diharapkan peserta didik dapat meningkatkan derajat
kesehataannya menjadi lebih baik. Dalam usaha peningkatan kesehatan, masalah kebiasaan
hidup bersih serta menyenangi kebersihan dan keserasian harus ditanamkan sejak dini, yaitu
sejak dari kelas satu sekolah dasar bahkan sejak di taman kanak-kanak (pra sekolah). Upaya
pertama dan yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan sehat adalah dengan
menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri.
2. Pelayanan Kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif),pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitasi)yang di lakukan
secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umum nya
di bawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas
setempat.
Pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah pada dasar nya di lakasanakan dengan kegiatan
yang kompherensif, yaiutu kegiatan peningkatan kesehatan (promotif) berupa penyuluhan kesehatan
dan latihan keterampilan memberikan pelayanan kesehatan,kemudian kegiatan pencegahan
(preventif) berupa kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan
penyakit, dan kegiatan penghentian penyakit sedini mungkin, serta selanjut nya adalah kegiatan
penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah cedera atau
kecatatan agar dapat berfungsi optimal. Namun demikian, upaya pelayanan kesehatan di sekolah
harus lebih di utamakan pada upaya peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit terutama
dilaksanakan melalui kegiatan penjaringan kesehatan siswa kelas satu atau baru masuk sekolah,
pemeriksaan berkala seluru siswa,penyuluhan kesehatan dan imunisasi (bulan imunisasi anak sekolah
–BIAS, pada setiap bulan November).
Tujuan umum: Meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan seluru warga masyarakat sekolah
secara optimal.
Tujuan khusus:
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka
membentuk hidup sehat.
Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadappenyakit dan mencegah terjadinya
penyakit,kelainan,dan cacat.
Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit atau kelainan,
pengambilan fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar
dapat berfungsi optimal.
Meningkatkanpembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial,maupun lingkungan.
b) Metode
Penataran dan pelatihan
Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus
Penyuluhan kesehatan
Pemeriksaan langsung
Pengamatan (observasi)
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungansekolah bertujuan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat yang
memungkinkan setiap warga sekolah mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam rangka
mendukung tercapainya proses belajar yang maksimal bagi setiap peserta didik.
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan lingkungan
sekolah,lingkungan keluarga, masyarakat sekitar,dan unsur-unsur penunjang.
1. Cedera
Cedera sering terjadi pada saat berolahraga di gymnasium, lapangan atletik, bahkan di taman
bermain. Cedera tulang (seperti kram, keseleo, patah tulang, dan dislokasi), cedera gigi, masalah
neurologis (missal cedera pada kepala), cedera mata, luka, lecet, dan memar sering terjadi.
2. Perilaku Merokok
Selama beberapa decade terakhir, focus utama terkait masalah kesehatan pada remaja adalah
perilaku merokok, minuman beralkohol, dan penggunaan zat-zat terlarang. Ada kemungkinan remaja
yang memiliki perilaku merokok akan memiliki perilaku beresiko tinggi lainnya. Remaja yang
merokok berhubungan erat dengan perilaku minuman beralkohol dan penggunaan zat lainnya.
Merokok pada remaja dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti penyakit jantung,
penyakit paru-paru kronis, kanker paru-paru, kandung kemih. Faktor - factor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada remaja adalah status ekonomi rendah, tekanan teman sebaya, perilaku
orang tua yang juga perokok, persepsi bahwa merokok adalah perilaku yang wajar, rendahnya
tingkat prestasi akademik, dan keterlibatan dalam geng dengan perilaku kekerasan.
3. Penyalahgunaan Zat
Penggunaan alcohol dan obat-obat terlarang memiliki hubungan dengan masalah kesehatan di
sekolah seperti cidera, kekerasan, dan kendaraan bermotor. Obat terlarang yang sering diapakai oleh
remaja Indonesia yaitu ganja (57%), diikuti oleh shabu ( 23%) dan ekstasi (15%).
5. Kerusakan Gigi
Salah satu keluhan yang paling umum dikalangan anak sekolah yaitu karies gigi. Ada banyak
factor yang berkontribusi salah satunya kebersihan mulut yang buruk, kurangnya air berfluoride dan
kurangnya dana/ asuransi untuk perawatan gigi. Setengah anak yang berusia 12-15 tahun mengalami
karies gigi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak miskin.
6. Gangguan Makan
Perawat harus memperhatikan masalah gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, makan
terlalu banyak merupakan gangguan makan yang umum. Anoreksia merupakan peringkat ketiga dari
gangguan makan kronik pada remaja. Anoreksia adalah asupan makanan yang sangat terbatas
berdasarkan rasa takut yang ekstrem dengan penambahan berat badan. Literatur telah menunjukan
bahwa anoreksia adalah multifactorial, terlihat terutama pada wanita dan sering berkorelasi dengan
keluarga atau riwayat pelecehan seksual.
7. Obesitas
Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat yang paling cepat meningkat di negara ini dan
mungkin mendekati penggunaan tembakau sebagai kematian tunggal kematian obesitas dan
pencegahan atau pengobatan yang harus menjadi perhatian perawat sekolah.
Meskipun dari penyebab obesitas tidak dipahami dengan baik, beberap factor telah
diidentifikasi; mereka termasuk mengurangi akses dan keterjangkauan makanan bergizi, penurunan
aktifitas fisik, pengaruh budaya dan genetic. Perawat harus dapat mengetahui indeks masa tubuh
yang baik untuk anak usia sekolah.
Untuk mencapai tujuan program pembinaan peserta didik dilakukan upaya pembinaan terhadap
unsur penunjang yang terdiri dari:
1. Pembinaan Ketenagaan
Pengertian ketenagaan meliputi:
a. pembinaan teknis (guru dan petugas kesehatan)
b. pembinaan non teknis (pengelola pendidikan, pengawas sekolah, anggota Tim Pembina UKS,
karyawan sekolah dan sebagainya).
Pembinaan sarana dan prasarana baik untuk pendidikan kesehatan maupun untuk
pelayanan kesehatan, mencakup perangkat lunak (antara lain alat peraga pendidikan kesehatan,
alat peraga pelayanan kesehatan), untuk ini perlu dilakukan pembakuan. Pembinaan sarana dan
prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Pengadaan:
1) pengadaan buku;
2) pengadaan alat peraga;
3) pengadaan ruang khusus untuk UKS, beserta perabotnya, alat kesehatan, bahan dan obat;
dan
4) alat administrasi
b. Pemeliharaan, termasuk pengadaan dana untuk pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan, baik melalui APBD maupun bantuan lain
yang tidak mengikat.
c. Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan pelayanan kesehatan melalui teknologi
tepat guna.
Program kesehatan sekolah sebaiknya melibatkan keluarga dan komunitas. Mereka dapat dijadikan
sebagai mitra kerja yang baik. Mereka juga dapat memberikan dukungan yang besar agar program
kesehatan sekolah dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan.
2. Pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan untuk memberikan pemahaman yang baik kepada peserta
didik di sekolahdenganpengetahuan yang memadai di bidang kesehatan diharapkapkan mampu
membentuk sikap dan memotivasi mereka untuk berperilaku yang sehat,
3. PendidikanFisik
4. Pelayanankesehatan
Pelayanan kesehatan disekolah mencakup pelayanan untuk pencegahan penyakit, pelayanan untuk
kondisi daruratatau emergency, termasuk pelayanan untuk kondisi akut dan kronis.
5. PelayananNutrisi
Pelayanan terkait dengan nutrisi, terutama nutrisi peserta didik. Mencakup menyediakan lingkunan
yang mampu mepromosikan kebiasaan mengonsumsi makanan yang sehat. Dengannutrisi yang
adekuat, memungkinkan pesertadidik untuk berdampak positif terhadap prestasi akademiknya.
Aktivitas yang dofokuskan pada kognitif, emosional, perilaku, dan kebutuhan sosial individu,
kelompok, dan keluarga. Dengan konseling dan pelayanan sosial.
Referensi
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Direktorat Kesehatan Keluarga. (2016). Pedoman Akselerasi Pembinaan dan Pelaksana UKS. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kemdikbud. (2012). Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.