Anda di halaman 1dari 11

3.

7 Kebijakan Pemerintah Provinsi DkI Jakarta

 Penutupan Tempat Wisata


Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk menutup tempat-tempat
wisata hingga museum milik Pemprov DKI Jakarta mulai 14 Maret 2020.
Penutupan dilakukan selama dua pekan demi mencegah penyebaran virus
corona. Daftar tempat wisata yang ditutup selama dua pekan, yakni
Kawasan Monas, Ancol, Kawasan Kota Tua, Taman Margasatwa
Ragunan, anjungan DKI di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Kemudian, Taman Ismail Marzuki, Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan, Rumah Si Pitung, dan Pulau Onrust. Museum-museum
yang ditutup adalah Museum Sejarah Jakarta, Museum Prasasti, Museum
MH Thamrin, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Tekstil,
Museum Wayang, Museum Bahari, dan Museum Joang 45. Selain itu,
Gedung Kesenian Jakarta, Wayang Orang Bharata, Miss Tjitjih, gedung
latihan kesenian di 5 wilayah kota, dan Taman Benyamin Suaeb juga
ditutup sementara. Pemprov DKI akan membersihkan tempat-tempat
wisata yang ditutup selama dua pekan menggunakan disinfektan.
 Penetapan Perusahaan Terapkan Kerja Dari Rumah
Pemprov DKI Jakarta mengimbau perusahaan-perusahaan di
Jakarta untuk menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (work from
home). Imbauan disampaikan melalui Surat Edaran Nomor 14/SE/2020
tentang Imbauan Bekerja di Rumah (Work from Home) yang diterbitkan
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri
Yansyah,Minggu(15/3/2020). Dalam surat edaran tersebut, imbauan
bekerja dari rumah diterbitkan karena mempertimbangkan perkembangan
kondisi di Jakarta saat ini terkait covid-19. Sebanyak 220 perusahaan di
Jakarta telah menerapkan sistem kerja dari rumah hingga Rabu lalu.
 Penerapan Kerja Dari Rumah Bagi Pegawai Pemprov DKI
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan sistem kerja
dari rumah bagi pegawai dengan mempertimbangkan sejumlah hal. Anies
menerbitkan Surat Edaran Nomor 2/SE/2020 tentang Penyesuaian Sistem
Kerja Pegawai dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di
Lingkungan Pemprov DKI Jakarta pada 16 Maret 2020. Dalam surat
edaran yang diterbitkan, Anies meminta kepala satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) untuk mengatur sistem kerja pegawai di SKPD-nya yang
bekerja dari rumah dengan mempertimbangkan sejumlah hal. Sistem kerja
dari rumah ini berlaku sampai 31 Maret 2020 dan akan dievaluasi kembali
setelahnya. Anies juga meminta kepala SKPD mengatur sistem kerja
pegawai yang bertugas memberikan pelayanan langsung kepada warga
maupun yang menangani covid-19 di Ibu Kota untuk bekerja secara
bergiliran.
 Penetapan Sekolah Ditutup
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk meniadakan
kegiatan belajar mengajar di sekolah sebagai langkah antisipasi potensi
penyebaran COVID-19 di wilayah Ibu Kota selama dua pekan, sejak hari
Senin, 16 Maret 2020 hingga Sabtu, 28 Maret 2020. Gubernur Anies juga
menyampaikan jumlah peserta didik di DKI Jakarta mencapai 1,5 juta
anak. Khusus untuk anak-anak SMA-SMK yang sedang mengikuti Ujian
Nasional atau kelas XII, jumlahnya sekitar 124 ribu peserta didik.
Keputusan ini juga menyebabkan Ujian Nasional bagi siswa SMK yang
seharusnya berlangsung pada 16-19 Maret 2020 mengalami penundaan.
Para siswa diimbau tetap melakukan kegiatan belajar di rumah
masing-masing, membatasi diri untuk tidak mengunjungi tempat
keramaian, dan menghindari kegiatan kerumunan maupun aktivitas yang
melibatkan massa dalam jumlah banyak. Para orang tua diimbau untuk
memantau kondisi anak-anaknya dengan menerapkan pola hidup sehat dan
bersih, serta membiasakan diri rajin mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir maupun cairan pembersih tangan (hand sanitizer) beralkohol 70 -
80 %.
 Mencabut Sementara Sistem Ganjil Genap
Pemprov DKI mencabut sementara kebijakan pembatasan
kendaraan berdasarkan pelat nomor ganjil-genap di wilayah Jakarta mulai
16 Maret. Gubernur Anies mengatakan, dalam kondisi normal, Pemprov
mendorong penggunaan kendaraan umum untuk mengatasi kemacetan di
Ibu Kota, salah satunya dengan penerapan sitem ganjil-genap. Namun,
melihat kondisi khusus saat ini, Anies menganggap masyarakat akan lebih
aman jika menghindari kendaraan umum. Dengan adanya kebijakan baru
tersebut, kata Anies, masyarakat bisa memilih moda transportasi yang
dirasa lebih aman dan minim risiko penularan virus corona.
 Penerapan Kegiatan Peribadatan Ditiadakan
Anies bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI
Jakarta sepakat untuk meniadakan kegiatan-kegiatan peribadatan di
tempat-tempat ibadah selama dua pekan. Anies menyampaikan, kegiatan
peribadatan di tempat-tempat ibadah yang ditiadakan antara lain shalat
Jumat dan misa di gereja pada Minggu. Umat Hindu yang mengikuti
upacara jelang Nyepi juga dibatasi.
 Penerapan Pembatasan Jalur Transportasi Umum
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan segera memberlakukan
pembatasan waktu layanan dan jumlah penumpang angkutan umum mulai
Senin (23/2/2020). Kebijakan itu dilakukan demi membatasi penyebaran
virus corona. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta menyatakan telah
berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan PT Kereta
Commuter Indonesia (KCI) untuk menyepakati bahwa penyesuaian
layanan transportasi umum di Jakarta, tidak hanya berlaku untuk moda
transportasi milik BUMD Provinsi DKI Jakarta, namun kini juga meliputi
kereta commuter (KRL). Dengan demikian, pembatasan akan berlaku pada
moda transportasi MRT, LRT, Transjakarta dan KRL.
Dia menambahkan jumlah perjalanan KRL akan dikurangi
sebanyak 276 KRL dari 991 KRL per hari atau sekitar 28 persen.
Perjalanan KRL yang dikurangi dilakukan pada rute keberangkatan
sebelum pukul  06.00 dan setelah jam 20.00 WIB. Sebelumnya, sebagai
upaya pengendalian wabah COVID-19 di wilayah DKI Jakarta, Pemprov
DKI Jakarta telah menetapkan kebijakan pembatasan transportasi umum
mulai hari Senin, 23 Maret 2020, selama 2 minggu ke depan. Pembatasan
waktu layanan transportasi yaitu mulai pukul 06.00 sampai dengan 20.00
WIB. Kebijakan ini juga berlaku bagi jumlah penumpang setiap gerbong
kereta dan bus dengan tetap mempertahankan jarak antarmoda (headway)
layanan untuk menjaga jarak aman antar penumpang (social distancing
measure). Transjakarta hanya akan beroperasi pada Koridor BRT,
sedangkan, layanan non BRT seperti Minitrans, Mikrotrans, Royaltrans
dan angkutan perbatasan akan dihentikan sementara.

 Penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)


Pada tanggal 9 April 2020 melalui dikeluarkannya Peraturan
Gubenur Daerah Khusus Ibukota (Pergub) Jakarta Nomor 33 Tahun 2020,
Pemerintah DKI Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) untuk pertama kalinya di tanggal 10 April lalu. Pembatasan
ketat tersebut berlaku sepanjang 14 hari. Dalam Bab II Pasal 3 poin a
dijelaskan bahwa peraturan ini bertujuan untuk membatasi kegiatan
tertentu dan pergerakan orang dan/ atau barang dalam menekan
penyebaran Corona Virus Disease (Covid 19) (Peraturan Gubenur DKI
JAKARTA No 33).
Sejumlah fasilitas umum ditutup, kegiatan sekolah dan perkantoran
dilakukan di rumah (daring), pembatasan transportasi, dan hanya
mengizinkan 11 sektor untuk beroperasi selama PSBB. Berdasarkan
Pergub 33 Tahun 2020 tentang pelaksanaan PSBB, 11 sektor yang
dimaksud adalah kesehatan, bahan pangan, energi, komunikasi dan
teknologi informasi, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, publik dan
industri yang ditetapkan sebagai objek vital nasional, dan objek tertentu,
serta kebutuhan sehari-hari. Penerapan kebijakan PSBB pertama berakhir
pada tanggal 23 April 2020. Gubernur Anies kemudian memperpanjang
penerapan PSBB sebanyak dua kali yakni pada tanggal 24 April-22 Mei
2020 dan 24 Mei- 4 Juni 2020.
Setelah empat bulan lebih sejak ditetapkannya social distancing
yang dilakukan pemerintah pusat termasuk pemerintah daerah (termasuk
DKI Jakarta), pemerintah mempunyai kebijakan baru yaitu kebijakan new
normal. Kebijakan ini juga diimplementasikan oleh pemerintah DKI
Jakarta dengan menggunakan istilah PSBB transisi pada awal Juni 2020.
Kebijakan ini dianggap untuk memulihkan ekonomi nasional dan tren
penyebaran Covid 19 di beberapa daerah mulai melambat. Sebagai
konsekuensinya beberapa sektor di luar 11 sektor yang telah diatur dapat
beroperasi misalnya dengan aktivitas perkantoran, rumah ibadah, taman
hiburan, tempat wisata, dan mall.
PSBB transisi dilaksanakan selama 28 hari dari tanggal 5 Juni-2
Juli 2020, dan diperpanjang 14 hari hingga tanggal 16 Juli 2020. PSBB
transisi perpanjangan kedua dilakukan sejak tanggal 17-30 Juli 2020.
PSBB transisi perpanjang ketiga dilakukan pada tanggal 30 Juli-14
Agustus 2020. Untuk keempat kalinya Pemerintah DKI Jakarta
memperpanjang PSBB transisi yang berlaku mulai tanggal 14-27 Agustus
2020. Dan kelima kalinya Pemerintah DKI Jakarta memperpanjang PSBB
transisi pada tanggal 27 Agustus-10 September 2020 (Kompas.com,
2020).
Lonjakan kasus harian yang terjadi selama PSBB transisi,
menyebabkan Pemerintah DKI Jakarta menetapkan kembali PSBB awal
sebagai langkah kebijakan rem darurat (Emergency Brake Policy). Melalui
kebijakan ini dan kembalinya PSBB awal, kegiatan kantor non esensial di
wilayah Jakarta harus ditutup dan dilakukan secara daring, selain itu
tempat hiburan tidak dapat beroperasional, kegiatan belajar mengajar
masih dilakukan secara daring, seluruh usaha makan dilarang menerima
pengunjung makan di tempat, dan operasional transportasi publik akan
dibatasi.

3.8 Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur tidak beda
dari kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu seperti
yang tertera pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 18 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) Di Provinsi Jawa Timur.
3.9 Program Pemerintah Yang Sudah dan Sedang Dilakukan

Maret 2020, Penanganan cepat diusahakan pemerintah dengan membentuk


tim satuan tugas penanggulangan covid-19 yang dipimpin langsung oleh Presiden.
Berkaitan dengan langkah itu, pada tanggal 13 Maret 2020 Presiden
menandatangai Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19. Gugus tugas ini dipimpin oleh Kepala BNPB
Doni Monardo.

Langkah strategis juga segera diambil pemerintah terutama dalam bidang


kesehatan. Rumah sakit rujukan covid-19 ditambah. Awalnya disiapkan 100 RS
pemerintah ditambah menjadi 132 RS pemerintah, 109 RS milik TNI, 53 RS
Polri, dan 65 RS BUMN. Sejak tanggal 15 Maret 2020, Presiden meminta pemda
membuat kebijakan belajar dari rumah untuk pelajar dan mahasiswa. Jokowi
menyerahkan penentuan status kedaruratan daerah kepada kepala daerah. Hal di
atas dikuatkan dengan siaran pers Presiden di Istana Bogor pada hari yang sama.
Presiden menyerukan kerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah.
Sejak saat itu, pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat mengkampanyekan
pembatasan sosial (social distancing) demi mencegah penularan covid-19. Hingga
akhir Maret 2020, kasus positif covid-19 di Indonesia terus meningkat. Pada
tanggal 27 Maret 2020, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
melaporkan jumlah pasien positif covid-19 mencapai 1.406 orang.

Dengan berbagai pertimbangan, Presiden Jokowi menetapkan peraturan


tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar melalui Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam
Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Selain itu, Presiden juga menerbitkan
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Covid-19.

April 2020, Untuk melindungi warga dari risiko penularan, Presiden


Jokowi menetapkan peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar melalui
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dan mulai berlaku sejak 1 April 2020. Pemerintah daerah
yang ingin memberlakukan PSBB di daerahnya harus melalui persetujuan
pemerintah pusat. Provinsi pertama yang mengajukan PSBB adalah DKI Jakarta,
yang menjadi wilayah terdampak korona paling tinggi. Pengajuan PSBB DKI
Jakarta disetujui oleh Menteri Kesehatan Agus Terawan dengan Keputusan
Menteri Kesehatan mengenai PSBB di Wilayah Provinsi DKI Jakarta dalam
rangka Percepatan Penanganan COVID-19 yang ditandatangani tanggal 7 April
2020. Keputusan Menteri Kesehatan ini kemudian disusul dengan Keputusan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 380 Tahun 2020 Tentang pemberlakuan
pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Provinsi DKI Jakarta. Gubernur DKI
Anies Baswedan menandatangai keputusan itu pada 9 April 2020. Pemberlakuan
PSBB DKI Jakarta belangsung selama 14 hari mulai tanggal 10—24 April 2020

Pengajuan PSBB DKI Jakarta ini diikuti oleh wilayah Tangerang, Depok, Bogor
dan Bekasi. Pengajuan ini dilakukan oleh pemeritah terkait pada 11 April 2020.
Sehari kemudian Menteri Kesehatan mengeluarkan dua surat keputusan untuk
menyetujui pemberlakuan PSBB di wilayah-wilayah tersebut. Hingga akhir
April,  sudah ada tiga provinsi dan 16 kabupaten dan kota yang mengajukan dan
menerapkan PSBB. Tiga provinsi itu adalah DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan
Jawa Barat. Adapun 16 kabupaten/kota yang menerapkan PSBB yakni Kabupaten
Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi Kota Tangerang
Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang,  Kota Pekanbaru, Kota
Makassar, Kota Tegal, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung
Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi

Juni 2020, Tidak bisa dimungkiri dengan adanya pembatasan aktivitas


masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung mandeg. Awal Juni
2020, Bank Dunia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
adalah 0 persen pada 2020. Bahkan, dalam skenario terburuk bahkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia bisa minus 3,5 persen. Demi mencegah situasi ekonomi
Indonesia semakin tidak kondusif, pemerintah mulai melihat kemungkinan untuk
melakukan relaksasi pembatasan sosial. Dalam rapat terbatas pada tanggal 27 Mei
2020, Presiden Jokowi meminta agar dilakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang protokol tananan normal baru.
Untuk mengatur mobilitas warga dengan protokol aman, beberapa dirjen
di bawah Kementerian Perhubungan segera mengeluarkan surat edaran yang
mengatur transportasi darat, perkeretapian, laut dan udara berlandaskan pada Surat
Edaran No. 7 Tahun 2020 Tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang
dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman
Covid-19 yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
tanggal 6 Juni 2020.

Demi memperkuat pedoman bagaimana masyarakat dalam situasi normal


baru, Kementerian Kesehatan menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Hk.01.07/Menkes/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di
Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian
Covid-19. Segala hal terkait bagaimana semestinya masyarakat bertindak di
tempat umum dalam situasi normal baru diatur dalam aturan ini. Kebijakan
pemerintah untuk menerapkan normal baru ini diharap berbarengan dengan
kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan secara ketat sebab
covid-19 belum sepenuhnya sirna.

Secara konkret, kebijakan pemerintah pusat dalam menangani Covid-19


pada semester II-2020 dapat dilihat dari berbagai peraturan, baik regulasi dan
protokol, yang diterbitkan dalam kurun waktu Juli hingga Desember 2020 dan
dikumpulkan dalam situs Satgas Penanganan Covid-19 (STPC-19).

 Strategi umum :

 Pembentukan STPC-19

 Rp 87,55 triliun untuk kesehatan

 Kampanye protokol kesehatan 3M

 Sektor kesehatan:

 Revisi ke-5 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19

 Perlindungan tenaga medis


 Penentuan jenis vaksin

 Pembatasan tarif tertinggi tes rapid dan PCR

 Sektor pendidikan :

 Izin pembelajaran tatap muka secara bertahap

 Edukasi protokol kesehatan dalam pembelajaran

 Sektor keagamaan:

 Pengaturan perayaan Idul Adha saat pandemi

 Persyaratan ketat ibadah umrah

 Sektor lain :

 Perketat perjalanan dinas ASN

 Pengendalian Covid-19 bidang pariwisata & ekonomi kreatif

Selain itu, terdapat beberapa program perlindungan sosial telah berjalan


dengan baik dan realisasi sampai 23 September 2020, dengan rincian sebagai
berikut:

1. Program Keluarga Harapan, telah tersalurkan Rp 29,133 triliun dan sudah


diterima oleh 10 juta penerima manfaat. 
2. Program Sembako, telah tersalurkan Rp 30,978 triliun dan sudah diterima
19,41 juta penerima manfaat. 
3. Program Sembako di Jabodetabek, telah tersalurkan Rp 4,407 triliun dan
sudah diserahterimakan kepada 1,9 juta penerima manfaat. 
4. Program Bansos Tunai di luar Jabodetabek, juga telah tersalurkan Rp
24,787 triliun dan sudah diterima 9,1 juta penerima manfaat.
5. Program Kartu Prakerja untuk yang terkena PHK, juga telah tersalurkan
Rp 16,617 triliun dan sudah diterima oleh 4,8 juta penerima manfaat.
6. Program BLT Dana Desa, telah tersalurkan Rp 11,730 triliun dan sudah
diterima 7,55 penerima manfaat.
7. Untuk UMKM terdapat Banpres Produktif untuk Modal Kerja, telah
tersalurkan Rp 14,183 triliun untuk diterima 5,9 juta penerima manfaat
yaitu UMKM.
8. Program Subsidi Gaji, telah tersalurkan Rp 10,800 triliun dan sudah
diterima 9 juta penerima manfaat.
9. Diskon Listrik, telah tersalurkan Rp 3,455 triliun, sudah diterima 31,4 juta
penerima subsidi listrik.

Program tersebut masih berjalan sampai pada tahun 2021 dan Pak Jokowi
mengungkapkan, pada awal 2021 pemerintah akan memberikan vaksin gratis
kepada seluruh masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan publik terhadap penanganan Covid-19. Hingga saat ini April 2021
vaksin sudah berlangsung di Indonesia.

3.10 Analisis Tindakan Yang Perlu Diperbaiki

. Pertama, ketidaktanggapan (hal ini terlihat dari narasi-narasi elite


pemerintah yang tampak jauh dari sense of crisis) dan lambannya respons
pemerintah sehingga penyebaran virus korona semakin kurang terkendali.
Ketidaktanggapan ini disebabkan oleh lemahnya struktur birokrasi, birokrasi, dan
disposisi yang tidak adaptif dengan masalah kesehatan (yang datang dengan
gelombang besar) sehingga prioritas pemerintah pada masalah COVID-19 (pada
awal-awal penyebaran) terabaikan. Kedua, lemahnya koordinasi antar-stakeholder
dalam hal ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi masalah (yang
seolah-olah) klasik, tetapi selalu muncul. Masalah “kewenangan urusan” pun tidak
luput menjadi perdebatan sengit di awal-awal COVID-19 menyerang Indonesia.
Di satu sisi, pemerintah pusat lamban memberikan instruksi terbaik dalam
menangani dan mengendalikan penyebaran virus korona. Di sisi lain, pemerintah
daerah (yang tidak memiliki wewenang) mengambil langkah sendiri guna
menghalau masuk penyebaran virus ini di daerah mereka masing-masing.
Keputusan untuk melibatkan laboratorium dan rumah-rumah sakit daerah pun
dirasa sangat lambat. Demikian pula dengan penyediaan APD bagi tenaga
kesehatan dan perawat. Akibatnya, puluhan dokter meregang nyawa pada saat
membantu pasien-pasien yang terinfeksi COVID-19. Terakhir, ketidakpedulian
warga terhadap imbaun pemerintah menjadi faktor ketiga yang mengakibatkan
tidak optimalnya penanganan COVID-19 di Indonesia. Keengganan warga
menggunakan masker, masih ramainya orang berkumpul di rumah-rumah ibadah,
kedai-kedai kopi, restoran, hingga tempat-tempat yang dilarang menjadi
penghambat suksesnya social distancing. Selain itu, outcome kebijakan yag
diharapkan menjadi jauh “arang dari api” pun sebabkan oleh sebagian besar rakyat
Indonesia menggantungkan hidup dari pekerjaan harian yang bersifat ekonomi
informal sehingga banyak warga yang tidak patuh terhadap arahan pemerintah.

Oleh karena itu, Perlu diberlakukannya hukuman yang tegas dan real bagi
pelanggar berupa denda yang cukup besar untuk menimbulkan efek jera bagi
masyarakat yang melakukan pelanggaran kebijakan dan aturan yang telah
diterapkan baik peraturan yang sudah dilakukan maupun yang sedang dilakukan
seperti vaksinasi. Selain itu, tindakan yang perlu diperbaiki dalam penanganan
covid-19 yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai
vaksinasi yang sedang berlangsung bahwa hal tersebut sangatlah penting untuk
dilakukan guna mencegah penularan virus covid-19 dan tetap mengkampanyekan
gerakan 3M yaitu Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga jarak.

Anda mungkin juga menyukai