Disusun oleh :
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi sampai berusia
6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu (Roesli Utami, 2009). Pemberian ASI merupakan hal
penting pada bayi terutama pemberian ASI awal (kolostrum) karena kaya
dengan antibody yang mempunyai efek terhadap penurunan resiko
kematian. ASI berguna untuk perkembangan sensorik dan kognitif,
mencegah bayi terserang penyakit infeksi dan kronis. ASI terutama ASI
eksklusif menurunkan kematian bayi dan kejadian sakit pada anak yaitu
diare atau ISPA, dan membantu kesembuhan dari penyakit ( Fikawati,
2010 ).
Pemberian ASI yang eksklusif dan berkelanjutan telah ditetapkan
sebagai salah satu intervensi penting dalam pengurangan kematian
neonatal dan balita. Pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama
kehidupan meningkatkan pertumbuhan, kesehatan dan status pertahanan
bayi baru lahir dan ini adalah salah satu bentuk obat pencegahan alami
yang terbaik. Telah diperkirakan bahwa ASI eksklusif mengurangi angka
kematian balita sampai 13% pada Negara dengan penghasilan rendah
(Dachew, 2014).
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah memberikan ASI segera
setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit – 1 jam pasca bayi
dilahirkan. Tujuan IMD adalah :
a. Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang
b. Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan
membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri
c. Kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi akan meningkatkan
ikatan kasih sayang ibu dan bayi
d. Mengurangi terjadinya anemia
B. HOME CARE
1. Definisi Home Care
Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan
untuk individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian serta
meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di dalamnya
penyakitnya terminal. Defenisi ini menggabungkan komponen dari home care
yang meliputi pasien, keluarga, pemberian pelayanan yang professional
(multidisiplin) dan tujuannya, yaitu untuk membantu pasien kembali pada level
kesehatan optimum dan kemandirian (Bukit, 2008).
Neis dan Mc. Ewen (2010) menyatakan home care adalah system dimana
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang
cacat atau orang-orang yang bagus harus tinggal di rumah kerena kondisi
kesehatannya. Menurut Amerika Medicine Associatin, Home care merupakan
penyedian peralatan dan jasa pelayanan keperawatan kepada pasien di rumah yang
bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan secara maksimal tingkat
kenyamanan dan kesehatan.
Dalam kasus apapun efektifitas perawatan berbasis rumah membutuhkan
upaya kolaboratif pasien, keluarga, dan professional . Sedangkan Dapertemen
Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan
yang berkesinabungan dan komperhensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit. Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Depertemen Kesehatan RI dalam makalahnya pada seminar Nasional 2007
tentang Home Care: “Bukti Kemandirian Perawat” menyebutkan bahwa
pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sebagai salah satu bentuk praktik
mandiri perawat.
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan sintesis dari pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dan ketrampilan teknis keperawatan klinik yang
berasal dari spesialisasasi keperawatan tertentu. Pelayanan keperawatan
kesehatan, memelihara ,dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, atau emosi
pasien. Pelayanan diberikan di rumah dengan melibatkan pasien dan keluarganya
atau pemberi pelayanan yang lain. Dari beberapa literature yang didapatkan home
care dapat didefenisikan sebagai berikut:
1) Perawatan di rumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit
yang sudah termasuk rencana pemulangan dan dapat dilaksanakan oleh
perawat rumah sakit semula oleh perawat komunitas dimana pasien berada
atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan dirumah;
2) Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga
sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas;
3) Pelayanan kesehatan berbasis di rumah merupakan suatu komponen rentang
keperawatan kesehatan yang berkesinanambungan dan komperhensif
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka;
4) Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang
diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan
berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980. Dalam
pengembangan model praktek mandiri keperawatan di rumah yang disusun
PPNI dan Departemen Kesehatan).
2. Tujuan Home Care
Menurut Stanhope (1996), tujuan utama dari home care adalah mencegah
terjadinya suatu penyakit dan meningkatkan kesehatan pasien. Tujuan yang paling
mendasar dari pelayanan home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan akibat dari
penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara optimal selama mungkin
yang dilakukan secara komperhensif dan berkesinambungan (Tribowo, 2012).
Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen Kesehatan
RI dalam makalahnya pada seminar nasional 2007 tentang home care:“ Bukti
Kemandirian Perawat “ menyebutkan bahwa tujuan umum dari pelayanan
kesehatan di rumah adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga. Secara khusus home care bertujuan untuk meningkatkan upaya
promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitative, mengurangi frekuensi hospitalisasi,
meningkatkan efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan pikiran. Menurut Direktorat
Bina pelayanan Keperawatan Dapertemen RI dalam makalahnya pada seminar
nasional 2007 tentang Home Care:“Bukti Kemandirian Perawat” menyebutkan
bahwa tujuan khusus dari pelayanan kesehatan di rumah antara lain:
1) Terpenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosio-spritual;
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan
perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan;
3) Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai
kebutuhan pasien
Agar pelanggan loyal terhadap institusi Home care, maka Home Care harus
memperhatikan hal berikut:
a. Perubahan ekonomi
Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai
anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap
orientasi manajemen kesehatan atau keperawatan dari lembaga sosial ke
orientasi bisnis.
b. Kependudukan
Perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa
dampak terhadap lingkup dari praktik keperawatan. Pergeseran tersebut
terjadi yang dulunya lebih menekankan pada pemberian pelayanan
kesehatan atau perawatan pada “hospital-based” ke “comunity based”.
c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kesehatan Atau Keperawatan Era Komputerisasi, sehingga perawat di
tuntut untuk menguasai teknolgi komputer di dalam melaksanakan MIS
(Manajemen Information System) baik di tatanan pelayanan maupun
pendidikan keperawatan
d. Tuntutan Profesi Keperawatan
Karakteristik Profesi yaitu:
Memiliki dan memperkaya pengetahuan tubuh (body of knowledge)
melalui penelitian
Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada pasien
Pendidikan yang memenuhi standar pendidikan keperawatan
Terdapat pengendalian terhadap praktik/tindakan keperawatan
Bertanggungjawab dan bertanggung gugat (Accounttable) terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan bersama dengan profesional
profesi lainnya.
Merupakan karier seumur hidup
Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi
2. Dampak Terhadap Perubahan
a. Praktik keperawatan
1) Pengurangan Anggaran
Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada suatu dilema, di
satu sisi dia harus terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan
kesehatan, dilain pihak pemerintah memotong alokasi anggaran untuk
pelayan keperawatan. Keadaan ini dipicu dengan menjadikan rumah
sakit swadan dimana juga berdampak terhadap kinerja perawat. Dalam
melaksanakn tugasnya perawat sering jarang mengadakan hubungan
interpersonal yang baik karena mereka harus melayani pasien lainnya
dan dikejar oleh waktu.
2) Otonomi dan akuntabilitas
Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu
keputusan di pemerintahan, merupakan hal yang sangat positif dalam
meningkatkan otonomi dan akuntabilitas perawat indonesia. Peran
serta tesebut perlu di tingkatkan terus dan di pertahankan. Kemandirian
perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan.
Semakin meningkatnya otonomi perawat semakin tingginya tuntutan
kemampuan yang harus di persiapkan.
3) Teknologi
Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK
dalam praktek keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu
keharusan.
4) Tempat Praktik
Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada
tatanan klinik (RS) ; komunitas; dan praktik mandiri di
rumah/berkelompok (sesuai SK MENKES R.I.647/2000 tentang
registrasi dan praktik keperawatan).
5) Perbedaan batas kewenangan praktik
Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada
setiap jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi
keperawatan.
b. Tantangan Pendidikan Keperawatan
Di masa depan pendidikan keperawatan dihadapkan pada suatu
tantangan dalam meningkatkan kualitas lulusannya dituntut menguasai
kompetensi-kompetensi profesional. Isi kurikulum program pendidikan ke
depan, juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
Kholifah, Siti Nur. (2012). Home Care. Jurnal Teknokes, 5(1), 44-48.
Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Friedman,dkk. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta:
EGC