Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang dengan maksud
untuk mencapai derajat sehat. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku yang
tidak sehat menjadi sehat baik pada individu, kelompok, dan masyarakat.. Proses pembelajaran
yang melibatkan interaksi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Siswa sebagai
subjek dalam pembelajaran pendidikan kesehatan diharapkan mampu menerapkan hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari. Guru sebagai pendidik seharusnya mampu mewujudkan perubahan
perilaku siswa yang memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan diri siswa sendiri. Tanggung
jawab terhadap kesehatan dapat dilihat melalui perilaku siswa dalam kebiasaan (behaviorsm)
pada kehidupan seharihari. Perubahan perilaku sehat melalui pendidikan kesehatan bukan
sekedar mentransfer ilmu pengetahuan dan sikap dari guru, tetapi bagaimana siswa dapat
berperilaku dengan mewujudkan keseimbangan antara lingkungan, perilaku, dan manusia.
Pendidikan kesehatan di sekolah dapat diwujudkan melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha ESA yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir keperawatan kesehatan sekolah
dengan segala baik demi untuk memenuhi salah satu tugas stase keperawatan komunitas.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada preceptor institusi yang turut
serta dalam pendampingan penyusunan laporan akhir keperawatan kesehatan sekolah ini, baik
dari segi ide, kreatifitas, dan usaha. Sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.
Namun kami juga menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan laporan
ini agar menjadi lebih baik kedepan dan bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pembentukan perilaku
siswa. Pembentukan perilaku siswa selain dibentuk di sekolah, yang paling utama
menentukan adalah lingkungan keluarga, sebelum nantinya siswa akan berinteraksi
dengan masyarakat. Pembentukan perilaku pada dasarnya dapat dibentuk dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat di mana siswa itu berada. Pendidikan yang diperoleh
di sekolah diharapkan mampu mengubah perilaku siswa. Perilaku siswa terkait
pendidikan kesehatan bertujuan mengubah perilaku yang tadinya tidak sehat menjadi
sehat dan bertanggung jawab pada kesehatan diri siswa itu sendiri. pendidikan yang
diajarkan dimulai dari hal-hal kecil, karena dari sesuatu hal yang kecil akan menjadi
besar. Perilaku yang terkait kebersihan pribadi yang siswa sering mengabaikan, seperti
tidak cuci tangan sebelum dan sesudah makan, menggosok gigi kurang teratur,
membersihkan dan memotong kuku menunggu panjang dan kotor, kurang menjaga
kerapihan rambut dan cara berpakaian. Perilaku-perilaku tersebut tergolong hal kecil
tetapi resiko atau akibat. Misalnya, mencuci tangan dengan benar seharusnya dilakukan
sebelum atau sesudah makan supaya kuman-kuman yang ada ditangan ikut mati sehingga
siswa akan terhindar dari sakit perut. Adanya resiko yang ditimbulkan oleh perilaku yang
tidak sehat, beberapa sekolah mulai membuat jadwal rutin kegiatan massal, misalnya
gerakan cuci tangan bersama, dan sosialisasi untuk phbs dan juga sosialisasi tentang
pengaruh pemakaian gadget dikalangan siswa. Contoh lain dari perilaku tidak sehat siswa
baik di sekolah dan masyarakat yang saat ini masih dicari solusi untuk bisa dicegah
adalah kebiasaan merokok dan kebiasaan mengkonsumsi narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Menurut WHO dalam Johana. E. Prawitasari (2018: 204) angka kematian
akibat penyakit yang disebabkan karena kebiasaan merokok di Indonesia 417.948
kematian pertahun, atau 1.172 kematian per hari. Jumlah perokok yang banyak
menempatkan Indonesia pada peringkat 3 di dunia, setelah Cina dan India. Kebiasaan
merokok ini tidak hanya dilakukan orang tua dan dewasa, tetapi sudah menjamur di
kalangan anak-anak dan remaja baik SD, SMP, dan SMA. Kebiasaaan tidak sehat yang
masih banyak ditemukan pada siswa dan kurangnya pemahaman siswa akan resiko
sebagai akibat dari perilaku tidak sehat dan penggunaan gadget yang berlebihan, guru
dalam pelaksanaaanya diharapakan mampu mengembangkan kemampuan dan watak
siswa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. Fungsi pendidikan nasional sesuai
dengan pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Abdullah Iid (2011: 60) “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pembentukan perilaku
siswa di sekolah dapat dilakukan melalui pembelajaran pendidikan kesehatan sebagai
bagian dari mata pelajaran penjasorkes yang mencakup materi-materi kesehatan baik
kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Membiasakan diri untuk hidup sehat
pada siswa memang tidak mudah, karena butuh niat dan kedisiplinan. Melalui pendekatan
perilaku (behaviorism) pendidikan kesehatan sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku menuju sehat dengan penerapan penguatan bila melakukan hidup sehat.
Sekolah merupakan lingkungan selanjutnya setelah keluarga adalah sekolah, dimana guru
berperan untuk mendidik siswa agar tertanam perilaku hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga dalam hal ini yang memuat
materi tentang pendidikan kesehatan, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU). Materi pendidikan
kesehatan mencakup kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan (lingkungan fisik dan
lingkungan sosial). Menurut Waryono (2013: 1-9) materi pendidikan kesehatan untuk SD
yaitu, pertama kebersihan atau kesehatan diri sendiri yang meliputi kebersihan mulut dan
gigi, kesehatan kulit, kebersihan kuku, kebersihan rambut, kebersihan hidung, kebersihan
telinga, kesehatan mata, memelihara pakaian yang bersih. Kedua, kesehatan lingkungan
terdiri dari kebersihan lingkungan rumah dan kebersihan lingkungan sekolah, dan materi
pendidikan kesehatan yang ketiga adalah makan makanan yang sehat. Penanaman
perilaku hidup sehat dengan melihat materi tersebut memang sudah ditanamkan sejak SD,
tetapi masih banyak siswa yang belum menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pendidikan kesehatan untuk sekolah lanjutan mengarah pada kesehatan reproduksi
dan pola hidup sehat. Siswa SMP dan SMA hampir semuanya sudah pubertas atau
dewasa sehingga perlu mengetahui tentang mengapa perlu merawat kesehatan reproduksi.
Pola hidup sehat siswa ditekankan pada pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan
merokok, menyalahgunaan NAPZA. Materi pada mata pelajaran pendidikan olahraga dan
kesehatan bukan satunya-satunya sarana yang ada di sekolah untuk mengubah perilaku
siswa untuk hidup bersih. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang ada di sekolah sebaiknya
dimanfaatkan, karena tujuan dari didirikannya UKS sebagai wadah untuk meningkatkan
kemampuan hidup peserta didik di lingkungan sekolah. Sasaran dari UKS adalah siswa
(SD/MI, SMP/MTS, SMA/Madrasah), masyarakat sekolah dan orang tua wali atau
komite sekolah. UKS sebagai sarana di sekolah untuk membantu siswa dalam mengubah
perilaku siswa, karena ruang lingkup UKS ada tiga yaitu pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat. Jelas pada ruang lingkup UKS
pendidikan kesehatan sebagai bagian yang utama, karena dalam pendidikan kesehatan
tersebut mencakup kebersihan dan kesehatan pribadi yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan siswa mengenai masalah kebersihan pribadi, kesehatan keluarga dan
kesehatan masyarakat, merubah sikap mental ke arah positif dengan mencintai
kebersihan, berbuat dan mencintai perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan terakhir yaitu
meningkatkan keterampilan hidup bersih dan sehat untuk dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat. Memelihara kesehatan pribadi mencakup bagaimana siswa mampu
membiasakan hidup sehat. Membiasakan hidup sehat memang butuh waktu. Waktu
selama 12 tahun yaitu selama siswa sekolah dasar menempuh pembelajaran selama enam
tahun, selanjutnya tiga tahun di sekolah menengah pertama, dan tiga tahun di sekolah
menengah atas, seharusnya sudah mampu merubah kebiasaan hidup sehat siswa. Siswa
SD, SMP, dan SMA sudah dibekali dengan pendidikan kesehatan, baik melalui mata
pelajaran pedidikan jasmani kesehatan dan olahraga, maupun kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan UKS.
B. Tujuan penulisan
Tujuan Umum :
Mengidentifikasi pelaksanaan program UKS di SMP Negeri 18 MALTENG
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan UKS di SMP Negeri 18
MALTENG
2. Mengidentifikasi peran perawat dalam program UKS di SMP Negeri 18 MALTENG
3. Mengidentifikasi pelaksanaan Trias UKS di SMP Negeri 18 MALTENG
C. Metode penulisan
Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan studi lapangan dan studi kepustakaan
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penyusun menggunakan sistematika penulisan
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori
B. Peran perawat pada program UKS
BAB III TINJAUAN LAPANGAN
A. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
B. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN
BAB VI REKOMENDASI
REFERENSI
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori Unit Kesehatan Sekolah
1. Definisi
Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang
menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak
beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-
Usaha kesehatan sekolah merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang
dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan
utama. Usaha kesehatan sekolah berfungsi sebagai lembaga penerangan agar anak tahu
bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka,
merawat kuku dan memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti dalam Effendi,
2019).
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha
kesehatan di sekolah merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yakni upaya
pendidikan sekolah dan upaya kesehatan, yang diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai
usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan
Unit kesehatan sekolah juga memiliki definsi yaitu upaya membina dan
mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program
pendidikan dan pelayanan kesehatan disekolah, perguruan agama serta usaha-usaha
membentuk perilaku yang sehat sehingga menghasilkan derajat kesehatan yang optimal
2. Landasan Hukum
3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah :
a) Meningkatkan mutu dari pendidikan dan juga prestasi belajar para peserta didik
melalui peningkatan perilaku hidup yang bersih dan sehat,
b) Mengangkat derajad kesehatan peserta didik atau warga sekolah
c) Menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tercapainya pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka membentuk manusia
Indonesia seutuhnya.
4. Sasaran
Sasaran pelayanan usaha kesehatan sekolah adalah seluruh peserta didik dari tingkat
pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan
agama, pendidikan kejuruan, pendidikan khusus atau pendidikan sekolah.
Sasaran dari kegiatan Usaha Kegiatan Sekolah (UKS) SMP Negeri 18 MALTENG
adalah :
a) Peserta didik di sekolah,
b) Satuan pendidikan luar sekolah,
c) Guru,
d) Pamong belajar,
e) Pengelola pendidikan,
5. Kegiatan
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik,
dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal
dengan istilah Tiga program pokok (Trias) UKS (Depkes RI 2003 dalam Efendi,
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidkan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial
diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang mendatang. Tujuan
pendidikan kesehatan :
b. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara
1) Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup
sehat.
3) Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai
7) Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.
8) Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan
yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap
penyakitnya.
pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program
pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan sosial. Pelaksanaan dilaksanakan
melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai, dan sikap positif dengan
kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku sehat peserta didik. Materi
pribadi :
3) Meningkatkan ketrampilan siswa agar mampu hidup bersih dan sehat untuk
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
biasanya diukur dengan ukuran berat (kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diperkirakan, sebagai hasil
dari pematangan. Perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ /
individu.
antara lain oleh faktor makanan yang cukup dan keadaan kesehatan, sedangkan
penyebab tak langsung adalah kecukupan makanan dalam keluarga, asuhan bagi ibu
dan anak, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Faktor
makanan yang banyak mangandung zat gizi. Zat gizi dapat dikelompokkan dalam
beberapa golongan :
1) Zat tenaga (hidrat arang / tepung, lemak) : zat kalori karena zat ini diperlukan
oleh tubuh untuk menghasilkan tenaga atau energi dalam bentuk kalori. Tenaga
jantung, paru-paru, otot dll. Sumber zat tenaga adalah makanan yang
mengandung hidrat arang atau zat tepung, zat pati atau karbohidrat. Adapun
jenis makanan zat ini misal : tepung, biji-bijian, beras, ubi, umbi-umbian,
2) Zat pembangun : zat gizi yang diperlukan tubuh untuk membangun atau
bekerja sesuai fungsinya. Sel-sel tersebut sebagian akan aus, rusak atau mati
misal waktu kulit terluka, terkena panas yang menyengat atau terinfeksi
kuman. Sel-sel yang mati dapat berbentuk kulit mengelupas atau nanah. Sel
yang rusak perlu diganti dengan yang baru, agar fungsi tubuh tetap berjalan
normal. Sumber zat pembangun terutama protein atau zat putih telur. Sumber
3) Zat pengatur : zat gizi yang berfungsi mengatur metabolisme (proses kerja
tubuh). Metabolisme diibaratkan ramainya lalulintas jalan raya kalau tidak ada
polantas atau lampu pengatur lalulintas tentu akan timbul kemacetan karena
kekurangan air, akan terasa haus dan otak akan menyuruh tangan untuk
mencari air. Kelompok zat pengatur adalah air, vitamin dan mineral. Sumber
gizi ini banyak diperoleh dari makanan berupa sayuran dan buah-buahan.
c. Pelayanan Kesehatan
dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap
peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah kordinasi
guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat.
1) Peningkatan kesehatan :
pribadi.
2) Pencegahan
kesehatan anak sekolah, antara lain status gizi anak, kesehatan indra
UKS, dokter cilik kepada seluruh siswa dan guru setiap 6 bulan untuk
3) Pengobatan
- Rujukan medic
- Pengobatan ringan
4) Pemulihan (rehabilitatif)
guru, dan pegawai sekolah, serta peningkatan daya serap murid dalam proses
c) Membina hubungan yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan
1) Strata minimal
f) Ada halaman/pekarangan/lapangan
c) Memiliki pagar
d) Ada penghijauan/perindangan
miras
3) Strata optimal
e) Ada tempat sampah di tiap kelas dan tempat penampungan sampah akhir
di sekolah
f) Ada WC/jamban siswa dan guru yang memenuhi syarat kebersihan dan
kesehatan
4) Strata paripurna
dilengkapi sabun
c) Ada kantin dengan menu gizi seimbang dengan petugas kantin yang
terlatih
f) Ratio WC : siswa 1 : 20
cukup)
7. Struktur
Pembina : Lurah
Anggota :
b. Petugas Puskesmas
c. Unsur Guru
d. Unsur Siswa
B. Peran Perawat pada Program UKS
a. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan disekolah perawat mempunyai peran :
menjadi salah satu anggota dalam TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai salah satu
orang kordinator UKS di tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai
koordinator maka pengelolaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut
yang bersifat umum dan klasik) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan
sosial.
lainnya.
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
Berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang telah dilakukan didapatkan bahwa ada 2 permasalahan
yang perlu di atasi yaitu pengetahuan tentang bahaya penggunaan gadget dan perilaku memilih
jajajnan yang tidak sehat.