Anda di halaman 1dari 8

Kebersihan di Lingkungan Sekolah

Menurut agama, kebersihan itu adalah sebagian dari iman, oleh karena itu
kebersihansangat berarti dan sangat bermanfaat bagi semua orang terutama
kebersihan rohani dan j a s m a n i , K a r e n a h a n y a d e n g a n k e b e r s i h a n a k a n
t e r c i p t a s u a t u k e i n d a h a n , b a i k i t u keindahan lahiriah maupun batiniah.U n t u k
mewujudkan sebuah sekolah impian tidak hanya membutuhkan
d a n a d a n pengetahuan rancang bangun serta murid yang pintar tapi yang tak
kalah penting adalahkebersihan dan kreativitas murid untuk mewujudkan sebuah
sekolah yang indah denganmenggalakan kebersihan di sekolah. Mengatasi kebersihan
lingkungan sekolah sangatlahtidak sulit, jika kita mau berusaha mengatasinya
bersama-sama, hal-hal negatif yang diakibatkan oleh perilaku kita dapat
dihindari.S e b u a h s e k o l a h a k a n m e n j a d i s u m b e r p e m b e l a j a r a n b a g i
s e m u a m u r i d y a n g a d a didalamnya, jika sekolah tersebut memiliki fasilitas yang
nyaman dan bersih. Kita sadar bahwa kita ingin memperoleh kemajuan dalam hidup,
salah satu persoalan yang seringmenghambat kemajuan adalah kurangnya
pendidikan, begitupun sebuah sekolah ingin memperoleh kemajuan tapi tidak pernah
mengutamakan kebersihan di lingkungannya.Semua guru dan murid hendaknya
bersama-sama mengatasi lingkungan dan menjaga kebersihan dengan baik demi
keselamatan dan juga kesehatan kita bersama. Sekolah yang bersih akan menimbulkan kesan
baik bagi orang lain yang melihatnya. Untuk menjadikans e k o l a h b e r s i h p e r l u
d i l a k u k a n b e b e r a p a k e g i a t a n s e p e r t i : m e m b u a n g s a m p a h p a d a tempatnya,
diadakan piket setiap kelas dsb. Cara penanggulangan sampah harus benar karena
akan menimbulkan dampak yang negatif.Dengan perilaku demikian, mudah-mudahan akan
tercipta sebuah sekolah yang indah dan bersih serta nyaman untuk belajar. Keadaan ini
akan menimbulkan kesan bagi seeorang yang berada di lingkungan tersebut.
Dokumen.tips
Login / Signup

Leadership

Technology

Education

Marketing

Design

More Topics

Search

1. Home

2. Documents
3. Makalah Kesehatan Lingkungan Sekolah
Kesehatan lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi atau
hasil belajar siswa. Kesehatan lingkungan juga mempengaruhi pembentukan sikap
siswa terhadap lingkungannya, sehingga pada akhirnya juga akan sangat
menentukan partisipasi siswa dalam kegiatan kesehatan lingkungan, khususnya di
lingkungan sekolah.
Lingkungan
sekolah yang sehat antara lain adalah dengan tersedianya fasilitas toilet yang
memadai dengan jumlah siswa dan warga sekolah lainnya, persediaan air bersih
yang cukup, terdapatnya tanaman penghijauan yang menambah kadar oksigen dan
keteduhan, saluran air limbah yang baik, lingkungan yang tidak terlalu bising,
disamping keharusan adanya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Dalam hal ini,
kesehatan lingkungan di SMU Negeri 1 Tasikmalaya masih kurang memadai,
terutama
misalnya dalam penyediaan fasilitas toilet yang tidak seimbang dengan jumlah
siswa dan warga sekolah lainnya, penyediaan air bersih yang kurang mencukupi,
ruangan istirahat yang tidak memadai, kurangnya tanaman penghijauan di halaman
sekolah, dan lain sebagainya.
Dalam usaha memelihara dan meningkatkan
lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, maka sebaiknya ditingkatkan
partisipasi siswa dalam usaha kesehatan lingkungan sekolah. Partisipasi siswa
dapat dalam bentuk partisipasi tenaga, partisipasi buah pikiran, atau pun
partisipasi harta-benda. Partisipasi tenaga dapat dalam bentuk terjun langsung
secara fisik seperti menyapu halaman, membersihkan selokan, dan lainnya.
Partisipasi buah pikiran dapat berbentuk ide untuk menyediakan tempat sampah
dengan bentuk yang indah dan menarik. Sedangkan partisipasi harta benda dapat
dalam bentuk menyumbangkan alat-alat kebersihan seperti sapu ijuk dan sapu
lidi.
B. Kerangka
Pemikiran
Setiap
individu memiliki hasil belajar kognitif PKLH yang berbeda. Individu yang memiliki
hasil belajar kognitif PKLH yang
tinggi cenderung untuk memiliki partisipasi yang tinggi dalam kesehatan
lingkungan.
Agar
diperoleh partisipasi siswa yang tinggi dalam kegiatan kesehatan lingkungan,
maka diperlukan peningkatan proses belajar mengajar tentang PKLH yang lebih
efektif dan efisien bagi para siswa.
Edi
Hernawan (1999) mengemukakan hasil penelitiannya tentang Perbedaan Hasil
Belajar Kognitif PKLH dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Terhadap Lingkungan Hidup
Antara Siswa SD Negeri di Kota dan di Luar Kota Tasikmalaya, bahwa hasil
belajar kognitif PKLH dan sikap terhadap lingkungan hidup siswa yang berasal
dari SD Negeri di kota Tasikmalaya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
berasal dari SD Negeri di luar kota Tasikmalaya. Hal ini disebabkan siswa di
kota memiliki fasilitas belajar dan bahan bacaan, khususnya bahan bacaan

tentang lingkungan hidup, yang lebih lengkap. Selain itu, pembinaan terhadap
siswa oleh guru-guru di SD Negeri kota Tasikmalaya lebih terarah, karena
guru-guru di kota juga memiliki bahan-bahan bacaan, khususnya bahan bacaan
tentang lingkungan hidup, yang lebih lengkap dibandingkan dengan guru-guru di
luar kota.
Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang nyata antara hasil belajar
kognitif PKLH siswa yang berasal dari SD kota dengan siswa yang berasal dari SD
luar kota.
Setiap
individu memiliki sikap yang berbeda terhadap kesehatan lingkungan. Individu
yang memiliki sikap yang lebih baik terhadap kesehatan lingkungan cenderung
untuk memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan kesehatan lingkungan.
Agar
diperoleh partisipasi yang tinggi dalam kegiatan kesehatan lingkungan, maka
diperlukan pembinaan sikap siswa yang lebih baik dan positip dalam kegiatan
kesehatan lingkungan.
Tarjuki
(2000) mengemukakan hasil penelitiannya tentang Hubungan Antara Pengetahuan
Lingkungan dan Prestasi Belajar Siswa Dengan Partisipasi Siswa Dalam
Pemeliharaan Lingkungan Sekolah di SLTP Negeri 1 Gandrungmangu Kabupaten
Cilacap, bahwa terdapat hubungan positip antara pengetahuan lingkungan dan
prestasi belajar siswa dengan partisipasi siswa dalam pemeliharaan lingkungan
sekolah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Hal ini
berarti makin luas pengetahuan siswa tentang lingkungan, makin tinggi pula
tingkat partisipasi siswa dalam pemeliharaan lingkungan sekolah. Demikian juga,
makin tinggi prestasi belajar siswa, makin tinggi pula partisipasi siswa dalam
pemeliharaan lingkungan sekolah.
Hasil
penelitian ini juga membuktikan bahwa pengetahuan siswa tentang lingkungan dan
prestasi belajar siswa memberikan kontribusi yang nyata terhadap tingkat
partisipasi siswa dalam pemeliharaan lingkungan sekolah.
Hasil
belajar kognitif PKLH yang tinggi dan sikap siswa yang lebih baik terhadap
kesehatan
lingkungan akan menghasilkan partisipasi siswa yang tinggi dalam kegiatan
kesehatan lingkungan.
Untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan kesehatan lingkungan sekolah,
maka diperlukan adanya peningkatan hasil belajar kognitif PKLH dan pembinaan
sikap siswa dalam kegiatan kesehatan lingkungan sekolah.
of 7

Makalah Kesehatan Lingkungan Sekolah

by nox-liez
on Jul 12, 2015
Report

Category:

Documents
Download: 6
Comment: 0
5,379
views
Comments
Description
Download Makalah Kesehatan Lingkungan Sekolah
Transcript

BAB I PENDAHULUAN Kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua
faktor yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan dan saling bergantung yakni
pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan prasyarat utama agar upaya pendidikan
berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya
peningkatan status kesehatan seseorang. Oleh karena itu Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat penting dan strategis untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan
konsep sekolah sehat atau Health Promoting School ( Sekolah yang mempromosikan
kesehatan ). Health Promoting School adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS dengan
ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah,
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan pendidikan kesehatan di
sekolah, memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah
untuk mempromosikan kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah dan remaja sangat
kompleks dan bervariasi. Pada anak usia TK/RA dan SD/MI biasanya berkaitan dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci
tangan pakai sabun, serta membersihkan kuku dan rambut. Pada anak usia SMP/MT dan
SMU/MA (remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku
berisiko seperti perilaku merokok, penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya), kehamilan yang tak diinginkan (KTD), abortus yang tidak aman, Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, stress dan
trauma. Berkaitan dengan hal itu, pelaksanaan UKS di tingkat TK/RA dan SD/MI berbeda
dengan tingkat SMP/MT dan SMU/MA. Pelaksanaan UKS di SMP/MT dan SMU/MA lebih
difokuskan pada pencegahan perilaku berisiko yang biasanya sering dilakukan remaja sesuai
dengan ciri dan karakteristiknya yang selalu ingin tahu, suka tantangan dan ingin coba-coba
sesuatu hal yang baru serta penanganan akibatnya. Murid usia SMP/MT dan SMU/MA
(remaja) perlu dibina agar menjalankan hidup sehat lewat keterapilan hidup sehari-hari (life
skill education). Sementara untuk anak usia TK/RA dan SD/MI, memupuk kebiasaan PHBS
sedini mungkin dengan membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci
tangan, serta membersihkan kuku dan rambut. Upaya penerapan PHBS di Sekolah Anak
sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi
kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu 30 % dari jumlah penduduk
Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan
PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Beberapa kegiatan peserta
didik dalam menerapkan PHBS di sekolah antara lain jajan di warung/kantin sekolah karena
lebih terjamin kebersihannya; mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; menggunakan
jamban di sekolah serta menjaga kebersihan jamban; mengikuti kegiatan olah raga dan
aktifitas fisik sehingga meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik; memberantas
jentik nyamuk di sekolah secara rutin; tidak merokok, memantau pertumbuhan peserta didik
melalui pengukuran BB dan TB; serta membuang sampah pada tempatnya. Dengan
menerapkan PHBS di sekolah oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah,
maka akan membentuk mereka untuk memiliki kemampuan dan kemandirian dalam
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sekolah sehat. A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. Perubahan tersebut akan nampak dalam penguasaan pola-pola respons yang baru
terhadap lingkungan, yang berupa keterampilan, kebiasaan, sikap, kecakapan, pengetahuan,

pengalaman apresiasi dan sebagainya. Dengan demikian hasil belajar ditandai dengan adanya
perubahan seluruh aspek tingkah laku (Mohammad Surya, 1992 : 23-25). Masalah
kependudukan dan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah masalah kemanusiaan yang erat
hubungannya dengan sistem nilai, adat istiadat, dan agama dalam mengendalikan eksistensi
sebagai penduduk dan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karena itu cara mengatasinya
tidak dapat hanya dengan melakukan usaha-usaha yang bersifat teknis semata-mata,
melainkan haruslah ada usaha yang bersifat edukatif dan persuasif. Dengan demikian akan
dapat dilakukan usaha ke arah perubahan sikap dan perilaku yang sudah lama melekat dalam
masyarakat. Kegiatan yang dimaksudkan adalah pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup (PKLH), yaitu program pendidikan untuk membina anak didik agar
memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan tingkah lakukependudukan dan lingkungan hidup
secara rasional dan bertanggung jawab dari segi sosial, politik, ekonomi, dan kesejahteraan
keluarga, masyarakat, lingkungan hidup negaranya, dan manusia pada umumnya (Nana
Sudjana dan Dendasurono Prawiroatmodjo (1989 : 9). Sikap memiliki tiga komponen sikap,
yaitu : 1) komponen kognisi yang hubungannya dengan beliefs, ide dan konsep, 2) komponen
afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang, dan 3) komponen konasi yang
merupakan kecenderungan bertingkah laku. Untuk lebih menjelaskan konteks sikap, perlu
dibedakan terlebih dahulu fungsi sikap dan kejadian. Karakteristik dari sikap senantiasa
mengikutsertakan segi evaluasi yang berasal dari komponen afeksi (Marat, 1981 : 13). Sikap
siswa terhadap kesehatan lingkungan akan melahirkan tindakan atau perilaku siswa, apakah
ia akan peduli atau tidak peduli terhadap masalah kesehatan lingkungan. Usaha kesehatan
lingkungan merupakan salah satu usaha dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Enam
usaha dasar kesehatan masyarakat tersebut, yaitu : 1) pemeliharaan dokumen kesehatan, 2)
pendidikan kesehatan, 3) kesehatan lingkungan, 4) pemberantasan penyakit menular, 5)
kesejahteraan ibu dan anak, dan 6) pelayanan medis dan perawatan kesehatan. Di antara
sekian banyak kegiatan kesehatan lingkungan, dapat disebutkan program atau kegiatan
penyediaan air minum, pengolahan dan pembuangan limbah cair, gas, dan padat, mencegah
kebisingan, mencegah kecelakaan, mencegah penyebaran penyakit bawaan air, udara,
makanan, dan vektor, pengelolaan kualitas lingkungan air, udara, makanan, pemukiman, dan
bahan berbahaya (Juli Soemirat Slamet, 1994 : 6-7). Kesehatan lingkungan sekolah di negaranegara berkembang termasuk di Indonesia, pada umumnya masih rendah. Sebagai contoh,
penyediaan fasilitas toilet yang tidak memadai dengan jumlah warga sekolah, ruangan belajar
yang berdempetan karena lahan sempit sementara jumlah ruangan banyak, saluran
pembuangan limbah yang tidak lancar, persediaan air bersih yang tidak memadai, dan lain
sebagainya. Kesehatan lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi atau
hasil belajar siswa. Kesehatan lingkungan juga mempengaruhi pembentukan sikap siswa
terhadap lingkungannya, sehingga pada akhirnya juga akan sangat menentukan partisipasi
siswa dalam kegiatan kesehatan lingkungan, khususnya di lingkungan sekolah. Lingkungan
sekolah yang sehat antara lain adalah dengan tersedianya fasilitas toilet yang memadai
dengan jumlah siswa dan warga sekolah lainnya, persediaan air bersih yang cukup,
terdapatnya tanaman penghijauan yang menambah kadar oksigen dan keteduhan, saluran air
limbah yang baik, lingkungan yang tidak terlalu bising, disamping keharusan adanya Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Dalam hal ini, kesehatan lingkungan di SMU Negeri 1
Tasikmalaya masih kurang memadai, terutama misalnya dalam penyediaan fasilitas toilet
yang tidak seimbang dengan jumlah siswa dan warga sekolah lainnya, penyediaan air bersih
yang kurang mencukupi, ruangan istirahat yang tidak memadai, kurangnya tanaman
penghijauan di halaman sekolah, dan lain sebagainya. Dalam usaha memelihara dan
meningkatkan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, maka sebaiknya ditingkatkan
partisipasi siswa dalam usaha kesehatan lingkungan sekolah. Partisipasi siswa dapat dalam
bentuk partisipasi tenaga, partisipasi buah pikiran, atau pun partisipasi harta-benda.

Partisipasi tenaga dapat dalam bentuk terjun langsung secara fisik seperti menyapu halaman,
membersihkan selokan, dan lainnya. Partisipasi buah pikiran dapat berbentuk ide untuk
menyediakan tempat sampah dengan bentuk yang indah dan menarik. Sedangkan partisipasi
harta benda dapat dalam bentuk menyumbangkan alat-alat kebersihan seperti sapu ijuk dan
sapu lidi. B. Kerangka Pemikiran Setiap individu memiliki hasil belajar kognitif PKLH yang
berbeda. Individu yang memiliki hasil belajar kognitif PKLH yang tinggi cenderung untuk
memiliki partisipasi yang tinggi dalam kesehatan lingkungan. Agar diperoleh partisipasi
siswa yang tinggi dalam kegiatan kesehatan lingkungan, maka diperlukan peningkatan proses
belajar mengajar tentang PKLH yang lebih efektif dan efisien bagi para siswa. Edi Hernawan
(1999) mengemukakan hasil penelitiannya tentang Perbedaan Hasil Belajar Kognitif PKLH
dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Terhadap Lingkungan Hidup Antara Siswa SD Negeri di
Kota dan di Luar Kota Tasikmalaya, bahwa hasil belajar kognitif PKLH dan sikap terhadap
lingkungan hidup siswa yang berasal dari SD Negeri di kota Tasikmalaya lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SD Negeri di luar kota Tasikmalaya. Hal ini
disebabkan siswa di kota memiliki fasilitas belajar dan bahan bacaan, khususnya bahan
bacaan tentang lingkungan hidup, yang lebih lengkap. Selain itu, pembinaan terhadap siswa
oleh guru-guru di SD Negeri kota Tasikmalaya lebih terarah, karena guru-guru di kota juga
memiliki bahan-bahan bacaan, khususnya bahan bacaan tentang lingkungan hidup, yang lebih
lengkap dibandingkan dengan guru-guru di luar kota. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa ada perbedaan yang nyata antara hasil belajar kognitif PKLH siswa yang berasal dari
SD kota dengan siswa yang berasal dari SD luar kota. Setiap individu memiliki sikap yang
berbeda terhadap kesehatan lingkungan. Individu yang memiliki sikap yang lebih baik
terhadap kesehatan lingkungan cenderung untuk memiliki partisipasi yang tinggi dalam
kegiatan kesehatan lingkungan. Agar diperoleh partisipasi yang tinggi dalam kegiatan
kesehatan lingkungan, maka diperlukan pembinaan sikap siswa yang lebih baik dan positip
dalam kegiatan kesehatan lingkungan. Tarjuki (2000) mengemukakan hasil penelitiannya
tentang Hubungan Antara Pengetahuan Lingkungan dan Prestasi Belajar Siswa Dengan
Partisipasi Siswa Dalam Pemeliharaan Lingkungan Sekolah di SLTP Negeri 1
Gandrungmangu Kabupaten Cilacap, bahwa terdapat hubungan positip antara pengetahuan
lingkungan dan prestasi belajar siswa dengan partisipasi siswa dalam pemeliharaan
lingkungan sekolah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Hal ini berarti
makin luas pengetahuan siswa tentang lingkungan, makin tinggi pula tingkat partisipasi siswa
dalam pemeliharaan lingkungan sekolah. Demikian juga, makin tinggi prestasi belajar siswa,
makin tinggi pula partisipasi siswa dalam pemeliharaan lingkungan sekolah. Hasil penelitian
ini juga membuktikan bahwa pengetahuan siswa tentang lingkungan dan prestasi belajar
siswa memberikan kontribusi yang nyata terhadap tingkat partisipasi siswa dalam
pemeliharaan lingkungan sekolah. Hasil belajar kognitif PKLH yang tinggi dan sikap siswa
yang lebih baik terhadap kesehatan lingkungan akan menghasilkan partisipasi siswa yang
tinggi dalam kegiatan kesehatan lingkungan. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan kesehatan lingkungan sekolah, maka diperlukan adanya peningkatan hasil belajar
kognitif PKLH dan pembinaan sikap siswa dalam kegiatan kesehatan lingkungan sekolah.
Lili Sutji (2000) mengemukakan hasil penelitiannya tentang Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan dan Tingkat Ekonomi Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Kesehatan
Lingkungan di Desa Cijulang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, bahwa terdapat
hubungan positif antara tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi, secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama, dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesehatan
lingkungan. Hal ini berarti makin tinggi tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi, makin
tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesehatan lingkungan. Berdasarkan
hasil penelitian Lili Sutji tersebut di atas, diharapkan akan diperoleh hasil yang senada
dengan penelitian ini, dimana makin tinggi hasil belajar kognitif PKLH dan sikap terhadap

lingkungan, akan diperoleh tingkat partisipasi siswa dalam kesehatan lingkungan sekolah.
Aning Effendi (2000) mengemukakan hasil penelitiannya tentang Hubungan Antara
Pengetahuan Tentang Kebersihan Lingkungan dan Sikap Terhadap Kebersihan Lingkungan
Dengan Partisipasi Pedagang Dalam Kebersihan Lingkungan di Obyek Wisata Situs
karangkamulyan, Kabupaten Ciamis, bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan
tentang kebersihan lingkungan dan sikap terhadap kebersihan lingkungan, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dengan partisipasi pedagang dalam kebersihan
lingkungan. Hal ini berarti makin tinggi pengetahuan tentang lingkungan dan sikap terhadap
kebersihan lingkungan, makin tinggi pula tingkat partisipasi pedagang dalam kebersihan
lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian Aning Effendi tersebut di atas, diharapkan akan
diperoleh hasil yang senada dengan penelitian ini, dimana makin tinggi hasil belajar kognitif
PKLH dan sikap terhadap lingkungan, akan diperoleh tingkat partisipasi siswa dalam
kesehatan lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian Edi Hernawan (1999), Tarjuki (2000),
Lili Sutji (2000), dan Aning Effendi (2000) tersebut di atas, terdapat perbedaan hasil belajar
kognitif siswa tentang PKLH dan sikap siswa terhadap lingkungan hidup antara siswa dari
SD Negeri kota dan siswa dari SD Negeri luar kota, terdapat hubungan positip antara
pengetahuan siswa tentang lingkungan dan prestasi belajar siswa dengan partisipasi siswa
dalam pemeliharaan lingkungan sekolah, terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan
dan tingkat ekonomi dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesehatan lingkungan,
dan terdapatnya hubungan positif antara pengetahuan kebersihan lingkungan dan sikap
terhadap kebersihan lingkungan dengan partisipasi pedagang dalam kebersihan lingkungan.
Mengacu pada hasil penelitian tersebut, diharapkan dalam penelitian ini juga terdapat
hubungan positip antara hasil belajar kognitif siswa tentang PKLH dan sikap siswa terhadap
kesehatan lingkungan dengan partisipasi siswa dalam kegiatan kesehatan lingkungan, baik
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Tasikmalaya, Juli 2008

Anda mungkin juga menyukai