Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN H DENGAN GOUT ARTHRITIS

DI DESA HILA KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN MALUKU TENGAH

OLEH :
MOREN SYANE LILIPORY

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
AMBON
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


1. Definisi Keluarga
Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya
perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi dari
pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami
isteri.
Narwoko dan Suyanto, (2004) : Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua
lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang.
Fitzpatrick (2004), memberikan pengertian keluarga dengan cara meninjaunya
berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu. 
1. Pengertian Keluarga secara Struktural
Keluarga didefenisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota dari
keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan
pada siapa saja yang menjadi bagian dari sebuah keluarga.
2. Pengertian Keluarga secara Fungsional
Defenisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga, Keluarga
didefenisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi
psikososial.
3. Pengertian Keluarga secara Transaksional
Defenisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.

2. Tipe-Tipe Keluarga
Untuk mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka
perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Berikut tipe-tipe keluarga :
1. Tipe keluarga tradisional
a. The Nuclear family (Keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b. The dyad family
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
c. Keluarga usila,
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak
sudah memisahkan diri.
d. The childless
Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar
karir atau pendidikan.
e. The Extended family
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman,
bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
f. Single parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau
libur saja.
h. Multigeneration family
Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
k. Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

2. Tipe keluarga non tradisional


a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The Step parent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family
Lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.
d. The non marrital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
e. Gay and lesbian family
Seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah sebagaimana
pasangan suami istri.
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan
tertentu.
g. Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi sesuatu
termasuk sex dan membesarkan anak.
h. Group network family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan
saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan
anak.
i. Foster family,
Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu
sementara.
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan
ekonomi atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
3. Peran dan Fungsi Keluarga
a. Peran Keluarga

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy 1998,
hal 34 adalah sebagai berikut :

1. Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran Anak
Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

b. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman, 1998 hal 100, didefinisikan sebagai hasil
atau konsekwensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling
berhubungan erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga adalah :

1. Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian)


Untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan – kebutuhan para
anggota keluarga.
2. Sosialisai dan Fungsi penempatan social
Untuk sosialisasi primer anak – anak yang bertujuan untuk membuat mereka
menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penganugrahan status
anggota keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan menambah sumber daya
manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.
4. Fungsi Ekonomis
Untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan
sumber – sumber tersebut secara efektif.
5. Fungsi Perawat Kesehatan
Untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan fisik – pangan, sandang, papan dan
perawatan kesehatan.

4. Struktur Keluarga
1) Berdasarkan garis keturunan
a. Patrilinear
Keluarga sedarah yang terdiri dari anak,saudara sedarah, dalam berbagai
generasidimana hubungan itu menurut garis keturunan ayah.
b. Matriliniar
Keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara dalam berbagai generasi dimana
hubungan itu menurut garis keturunan ibu.
2) Berdasarkan jenis perkawinan
a. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan istri.
b. Poligami adalah keluarga diman terdapat seorang suami dan lebih dari orang istri
3) Berdasarkan pemukiman
a. Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau dekat keluarga
sedarah suami.
b. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan
sedarah istri.
c. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun
istri.
4) Berdasarkan kekuasaan
a. Keluarga kabapaan. Dalam keluarga suami memegang peranan paling penting
b. Keluarga keibuan. Dalam hubungan keluarga istri memegang peranan paling
penting.
c. Keluarga setara. Peranan suami istri kurang lebih seimbang.

Ciri-Ciri Struktur Keluarga


a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi juga mereka mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

5. Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap stabil.Menurut
Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapanperkembangan
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998).
1. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) danperempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah danmeninggalkan keluarga
masing-masing.Meninggalkan keluarga bisa berartipsikologis karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal denganorang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran
danfungsi.Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaansendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya. Adapun tugas perkembangan, yaitu :
a. Membina hubungan intim danmemuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga,
istri dan keluarga sendiri.

2. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama


Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.Tugas perkembangan kelurga yang penting pada
tahap ini adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual
dan kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiaman orang
tuanberinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang
tua danbayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan
orang tuadapat tercapai.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun ( mulai sekolah ) dan berakhir pada saat
anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda
dengan anak. Tugas perkembangan keluarga :
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.

5. Keluarga dengan anak remaja


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian.Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.Tugas perkembangan :
a. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing
anak untuk bertanggung jawab. Sering kali muncul konflik orang tua dan remaja.

6. Keluarga dengan anak dewasa


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada
atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal
sebagai orang tua. Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.

Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga
rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

8. Keluarga usia lanjut


Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal. Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga
pada tahap ini.
6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas
dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Friedman, 1981).
Membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :
1. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak
membantu dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada.

7. Prinsip Kesehatan Keluarga


Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan
utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran serta
aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatan.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan prefentif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan preventif.
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga keseluruhan.
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan kesehatan keluarga adalah
pendekatan pemecahan masalah dalam menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan dirumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
11. Implikasi dari pelayanan kesehatan dipusatkan kepada keluarga

Ada beberapa implikasi dalam pemberian pelayanan kesehatan yang dipusatkan pada
keluarga, diantaranya:

1) Pelayanan kesehatan dan keperawatan diarahkan untuk membantu seluruh keluarga


dalam meningkatkan cara-cara hidup sehat sehingga meningkatkan produktivitas dan
derajat kesehatan keluarga.
2) Cakupan pelayanan kesehatan dan keperawatan lebih luas, karena banyak anggota
keluarga yang dapat dicakup, dan sumber-sumber keluarga yang anda dapat
diarahkan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3) Pelayanan kesehatan dan keperawatan dipusatkan kepada keluarga sebagai satu
kesatuan yang utuh.
4) Pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga ditekankan pada waktu-waktu rawan
didalam kehidupan dan keluarga-keluarganya dengan resiko tinggi.
5) Agar dapat mencapai tujuan dan sasaran dalam pelayanan kesehatan keluarga
diperlukan kontinyuitas pelayanan pada keluarga-keluarga rawan terhadap masalah
kesehatan dan keperawatan.
6) Perlu mempersiapkan tenaga-tenaga perawat kesehatan keluarga yang mempunyai
kemampuan yang tujuan ganda dalam memberikan pelayanan.
7) Perlu pengembangan dan peningkatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
untuk kepentingan asuhan pelayanan keperawatan kesehatan keluarga.
8. Hambatan dalam Keperawatan Keluarga
Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Memecahkan Masalah Kesehatan
Keluarga. Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan
perawatan kesehatan keluarga adalah:
1. Hambatan dari keluarga
a. Pendidikan keluarga yang rendah
b. Keterbatasan sumber-sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan prasarana)
c. Kebiasaan-kebiasaan yang melekat
d. Sosial budaya yang menunjang
2. Hambatan dari perawat
a. Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi, seperti: PHN Kit,
transportasi
b. Kondisi alam (geografi yang sulit)
c. Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
d. Keterbatasannya pengetahuan perawat tentang kultur keluarga
B. KONSEP DASAR PENYAKIT GOUT ARTHRITIS
1. DEFINISI
Gout Arthritis merupakan Suatu sindrom yang mempunyai gambaran khusus, yaitu
artritis akut yang banyak pada pria daripada wanita (Helmi, 2011).
Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan terjadi kelainan
metabolisme purin. Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth,
2012).
Suatu penyakit metabolik yang merupakan salah satu jenis penyakit reumatik dimana
pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan / penurunan ekskresi asam urat (Arif,
2010).
Gout merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan dengan
penimbunan kristal urat monohidratmonosodium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi
degenerasi tulang rawan sendi. (Arif Muttaqin, 2008)

2. ANATOMI FISIOLOGI
3. ETIOLOGI
Gejala arthritis akut di sebabkan karena inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat. Dilihat dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam
golongan kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetic asam
urat yaitu Hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan.

a. Gout primer metabolic disebabkan sintesis langsung yang bertambah.

b. Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebihan karena


penyakit lain seperti leukemia terutama bila diobati dengan sitostatika ; psoriasis ;
polisitemiavera, mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal

a. Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat ditubuh disital
ginjal yang sehat, penyebabnya tidak diketahui.

b. Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal misalnya pada


glomerulonefritis kronik / gagal ginjal kronik.

3. Perombakan dalam usus yang berkurang.

Faktor-faktor predisposisi yang berperan dalam perkembangan gout bergantung pada


faktor penyebab terjadinya hiperurisemia, diantaranya :

1. Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya serangan gout pada orang yang mempunyai
kelainan bawaan dalam metabolisme purin sehingga terjadi peningkatan produksi
asam urat.

2. Minum alkohol dapat menimbulkan serangan gout karena alkohol meningkatkan


produksi urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari
metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urut oleh ginjal
sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.

3. Sejumlah obat-obatan dapat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga
dapat menyebabkan serangan gout. Yang termasuk diantaranya adalah aspirin dosis
rendah (kurang dari 1 sampai 2g/hari), sebagian besar diuretik, levodopa, diazoksid,
asam nikotinat, asetazolamid, dan etambutol.

4. Usia, umumnya pada usia pertengahan, tetapi gejala dapat terjadi lebih awal bila
terdapat faktor herediter.

5. Jenis kelamin, lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita, dengan
perbandingan 20 : 1.

6. Iklim, lebih banyak ditemukan pada daerah dengan suhu yang lebih tinggi.

7. Herediter, faktor herediter dominan autosom sangat berperan dan sebanyak 25%
disertai adanya hiperurisemia.
4. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati
(Nurarif, 2015) diantaranya:
1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini
Asam Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam
Urat serum.
2) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
Metatarsofalangeal.
3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap
Interkritikal. Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
mengalami serangan Gout Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1
tahun jika tidak diobati.
4) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan
Asam Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak
dimulai. Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan
sendi.

5. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan
mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi
(Sudoyo, dkk, 2009).

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal
oleh leukosit (Nurarif, 2015).
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya membran
vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang dapat
menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan
robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam
sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel,
enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan
kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif, 2015).

Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka Asam
Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan ini
disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga
menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit
dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama
ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah.
Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala
yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang (Sudoyo, dkk, 2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout
Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya
disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut atau Gout Arthritis
Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan Tofi yang besar
pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari
tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti
ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).

6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan gout bergantung pada tahap penyakitnya. Hiperurisemia asimtomatik
biasanya tidak membutuhkan pengobatan. Serangan akut artritisgout diobati dengan obat-
obatan anti inflamasi nonsteroid atau kolkisin. Obat-obat ini diberikan dalam dosis tinggi
atau dosis penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi. Kemudian dosis ini
diturunkan secara bertahap dalam beberapa hari.
Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan usaha untuk menurunkan produksi asam urat
atau meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal. Obat alopurinol menghambat
pembentukan asam urat dari prekursornya (xantin dan hipoxantin) dengan menghambat
enzim xantinoksidase. Obat ini dapat diberikan dalam dosis yang memudahkan yaitu
sekali sehari.
Obat-obatan urikosurik dapat meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat
reabsorpsitubulus ginjal. Supaya agen-agen urikosurik ini dapat bekerja dengan efektif
dibutuhkan fungsi ginjal yang memadai. Kreatininklirens perlu diperiksa untuk
menentukan fungsi ginjal (normal adalah 115-120 ml/menit). Probenesid dan
sulfinpirazon adalah dua jenis agen urikosurik yang banyak dipakai. Jika seorang pasien
menggunakan agen urikosurik maka dia memerlukan masukan cairan sekurang-
kurangnya 1500 ml/hari agar dapat meningkatkan ekskresi asam urat. Semua produk
aspirin harus dihindari, karena menghambat kerja urikosurik.
Perubahan diet yang ketat biasanya tidak diperlukan dalam pengobatan gout.
Menghindari makanan tertentu yang dapat memicu serangan mungkin dapat membantu
seorang pasien, tetapi ini biasanya diketahui dengan mencoba-coba sendiri, yang berbeda-
beda bagi tiap-tiap orang. Yang pasti, makanan yang mengandung purin yang tinggi dapat
menimbulkan persoalan. Makanan ini termasuk daging dari alat-alat dalaman seperti
hepar, ginjal, pankreas, dan otak, dan demikian beberapa macam daging olahan. Minum
alkohol berlebihan juga dapat memicu serangan.

Pengaturan diet

Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin. Padahal walau
tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat berguna bagi tubuh, terutama bagi
anak-anak pada usia pertumbuhan. Kolesterol penting bagi prekusor vitamin D, bahan
pembentuk otak, jaringan saraf, hormon steroid, garam-garaman empedu dan membran
sel.Orang yang kesehatannya baik hendaknya tidak makan berlebihan. Sedangkan bagi
yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap hal-hal
yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi purin dan
memilih yang rendah purin.

Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin
tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:

 Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram


makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis,
kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta
makanan dalam kaleng.

 Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram


makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-
kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur,
daun singkong, daun pepaya, kangkung.

 Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram
makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.

Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl dengan
tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk mengonsmsi
bahan makanan golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan
untuk banyak minum air putih. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-
gejala peninggian asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk
penanganan lebih lanjut.

Hal yang juga perlu di perhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat tanggap dan rutin
memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali menderita, biasanya gangguan asam urat
akan terus berlanjut.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
b. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan
akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000 - 10.000/mm3.
c. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
d. Urin spesimen 24 jam.
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam
urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di
dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urine
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi
pada pasien dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk
menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material
aspirasi dari sebuah tofimenggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan
diagnosis definitif gout.
f. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif
maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.

8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi akibat goutarthritis antara lain :
1. Deformitas pada persendian yang terserang

2. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih

3. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal


9. WOC

Genetik Sekresi asam urat yang Produksi asam urat yang


berkurang berlebihan

Gangguan metabolisme purin

Gout

Hiperurisemia dan serangan sinovitis


akut berulang-ulang

Penimbunan kristal urat


monohidratmonosodium

Penimbunan asam urat di korteks dan reaksi Penimbunan kristal pada membran
inflamasi pada ginjal sinovia dan tulang rawan artikular

Terjadi hialinisasi dan fibrosis pada Erosi tulang rawan, proliferasi


glomerulus sinovia, dan pembentukan panus

Pielonefritis, sklerosis arteriolar, atau Degenerasi tulang rawan sendi


nefritis kronis

Terbentuk tofus serta fibrosis dan


Terbentuknya batu asam urat, gagal ginjal ankilosis pada tulang
kronis, hipertensi dan sklerosis

Perubahan bentuk tubuh


pada tulang dan sendi

1. Nyeri 2. Hambatan mobilitas


fisik
3. Gangguan konsep
diri, citra diri
10. DIAGNOSA
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang telah
disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan
(peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).

11. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan keperawatan diharapkan komprehensif termasuk lokasi,
dengan agen nyeri hilang atau terkontrol karakteristik, durasi, frekuensi dan
cedera biologis dengan kualitas nyeri.
(D.0077). kriteria hasil : 2. Pantau kadar asam urat.

1. Melaporkan Bahwa 3. Observasi reaksi nonverbal dari

Nyeri Berkurang ketidaknyamanan.


Dengan Mengguna 4. Ajarkan teknik non farmakologi

Kan Manajemen rileksasi napas dalam.


Nyeri. 5. Posisikan klien agar merasa

2. Mampu Mengenali nyaman, misalnya sendi yang nyeri


Nyeri (Skala, diistarahatkan dan diberikan
Intensitas, Frekuensi bantalan.
Dan Tanda Nyeri). 6. Kaloborasi dengan dokter jika ada

3. Menyatakan Rasa keluhan dan tindakan nyeri yang


Nyaman Setelah tidak berhasil.
Nyeri Berkurang.
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor vital sign sebelum dan
mobilitas fisik keperawatan diharapkan sesudah latihan.
berhubungan klien mampu melakukan 2. Kaji tingkat mobilisasi klien.
dengan nyeri rentan gerak aktif dan 3. Bantu klien untuk melakukan
persendian ambulasi secara perlahan rentan gerak aktif maupun rentan
(D.0054). dengan kriteria hasil : gerak pasif pada sendi.
1. Klien meningkat dalam 4. Lakukan ambulasi dengan alat
aktivitas fisik. bantu (misalnya tongkat, kursi
2. Mengerti tujuan dari roda, walker, kruk).
peningkatan mobilisasi. 5. Latih klien dalam pemenuhan
3. Memperagaan kebetuhan ADLs secara mandiri
penggunaan alat bantu. sesuai kemampuan.
4. 6. Motivasi klien untuk meningktkan
kembali aktivitas yang normal,
5. jika bengkak dan nyeri telah
berkurang.
3 Hipertemia 1. Monitor suhu sesering mungkin.
Setelah dilakukan asuhan
berhubungan 2. Monitor warna dan suhu kulit.
keperawatan diharapkan
dengan proses 3. Monitor tekanan darah, nadi dan
suhu tubuh klien dalam
penyakit pernapasan.
batas normal dengan
(D.0130). 4. Monitor intake dan output.
kriteria hasil :
5. Tingkatkan intake cairan dan
1. Suhu tubuh dalam
nutrisi.
rentan normal.
6. Selimuti klien.
2. Nadi dan pernapasan
7. Tingkatkan sirkulasi udara.
dalam rentan normal.
8. Kompres klien pada lipat paha dan
3. Tidak ada perubahan
aksila.
warna kulit dan tidak
9. Berikan Antipiretik.
ada pusing.
10.Kaloborasi pemberian cairan
Intravena.

Anda mungkin juga menyukai