Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES

Disusun Oleh:

Helen S. Fangidae, S.Kep PPN12015

PROGRAM PROFESI NERS IX


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2013
I. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga didefenisikan dalam berbagai cara. Duvail dan Logan (1998) menguraikan
defenisi keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Setyowati,
2008). Sedangkan menurut Friedman (1998), keluarga merupakan satu atau lebih individu
yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat diidentifikasi unsur-unsur yang terkandung
dalam pengertian keluarga, yaitu :
a. Keluarga merupakan unit terkecil dalam tatanan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Hubungan suami istri, hubungan orang tua dengan anak-anaknya, berdasarkan atas ikatan
dalam perkawinan atau adopsi.
c. Memelihara kelangsungan hidup anak-anaknya, dalam pemenuhan kebutuhan fisik sosial
maupun psikologis.

2. Klasifikasi Keluarga
Tipe keluarga menurut Sudiharto (2007) dapat dikelompokkan menjadi enam bagian yaitu:
a. Keluarga inti (Nuclear family) terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena
kelahiran maupun adopsi.
b. Keluarga besar (Extended family) terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga yang lain
(hubungan darah) misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis.
c. Keluarga berantai (Social family) keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali.
d. Keluarga asal (Family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
e. Keluarga komposit (Composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
f. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan menurut ikatan perkawinan. Keluarga
tradisional diikat oleh perkawinan. Sedangkan, keluarga nontradisional tidak diikat oleh
perkawinan.
3. Fungsi dan Tugas Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial yang berbeda.
Menurut Friedman (dalam Setyowati, 2008) keluarga memiliki 5 fungsi dasar, yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif ini berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota lain. Hubungan
intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberikan hubungan dengan
orang lain di luar keluarga/masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka
fungksi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak
dapat meniru tingkah laku yang positif dari orang tua.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan
keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah tejadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedmann (1998) adalah :
a) Mengenal masalah kesehatan
b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e) Menggunakan sarana dan prasarana kesehatan

4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga dan dukungan tersebut bisa
atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan
keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri,
dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal,
seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi
kesehatan (Friedman,1998).
Kane (dalam Friedman, 1998) mendefenisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses
hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga tersebut
bersifat reprokasitas (timbal balik), umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi), dan
keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.
Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dalam
semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi
dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga
dalam kehidupan (Friedman, 1998).
Adapun komponen komponen dukungan keluarga adalah sebagai berikut:
Menurut Caplan (dalam Friedman, 1998) dan House (dalam Setiadi, 2008) komponen-
komponen dukungan keluarga terdiri dari :
a. Dukungan Pengharapan.
Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian
gangguan jiwa dengan baik, sumber gangguan jiwa dan strategi koping yang dapat
digunakan dalam menghadapi stresor. Dukungan pengharapan yang diberikan berdasarkan
kondisi sebenarnya dari penderita. Sehingga dukungan yang diberikan dapat membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.
Dalam dukungan pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi
individu akan ancaman dengan mengikutsertakan individu untuk membandingkan diri
mereka sendiri dengan orang lain yang mengalami hal yang lebih buruk. Dukungan
keluarga membantu individu dalam melawan keadaan gangguan jiwa yang dialami
individu dengan membantu mendefenisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman
kecil.
Pada dukungan pengharapan keluarga bertindak sebagai pembimbing seperti membimbing
pasien untuk minum obat dan membina hubungan yang baik dengan pasien-pasien lain
dengan memberikan umpan balik yaitu pertolongan yang diberikan oleh keluarga yang
memahami permasalahan yang dihadapi oleh anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa sekaligus memberikan pilihan respon yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Jenis
dukungan ini membuat individu mampu membangun harga dirinya, kompetensi dan
bernilai.
b. Dukungan Nyata
Dukungan nyata meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan
finansial, material berupa bantuan nyata, benda atau jasa yang diberikan akan membantu
memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang,
menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan peralatan yang
dibutuhkan oleh penderita gangguan jiwa dan menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan.
Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan
nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan praktis dan konkret.
c. Dukungan Informasi
Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat,
pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh pasien
gangguan jiwa. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang terapi
yang baik dan tindakan yang spesifik bagi pasien gangguan jiwa untuk melawan stresor.
Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi
informasi.
d. Dukungan Emosional
Selama individu mengalami gangguan jiwa, individu sering menderita secara emosional,
sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Dukungan emosional yang diberikan oleh
keluarga atau orang lain dapat membuat individu merasa tidak menanggung beban sendiri
tetapi masih ada keluarga atau orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya. Dukungan emosional dapat berupa dukungan
simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Pada dukungan emosional keluarga
sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
memberikan semangat dan membantu penguasaan terhadap emosi.

II. Konsep Diabetes


A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA. (Arjatmo, 2002).
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. (Arjatmo,
2002).
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta. (Arjatmo, 2002).
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan
respon yang tepat terhadap insulin. Penderita diabetes mellitus tipe I (diabetes
yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali
tidak menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum
usia 30 tahun. (Arjatmo, 2002). Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak
tergantung kepada insulin, NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang
kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap
efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi
pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor
resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,/I>, 80-90% penderita mengalami
obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan. (Arjatmo, 2002).
D. Pathway
Defisiensi insulin

Glukagon Penurunan Pemakaian


Glukosa Oleh Sel

Glukoneogenesis Hiperglikemia

Glycosuria
Lemak Protein

Osmotic diuresis
ketogenesis BUN

ketonemia Nitrogen urine Osmotic diuresis Kekurangan volume cairan

Mual muntah pH Hemokonsentrasi

Trombosis
Resti Ggn Nutrisi asidosis
Kurang dari kebutuhan
Aterosklerosis

Koma
Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas

Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit
Ginjal

Resiko Injury
E. Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis

Jenis Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti DM DM


(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 >200
- Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena <110 110-120 >126
- Darah kapiler <90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

F. Penatalaksanaan Diabetes mellitus


Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)
tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan


kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi,
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
JI : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative
body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) 100

1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %


2) Normal (ideal) : BBR 90 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
- Obesitas ringan : BBR 120 130 %
- Obesitas sedang : BBR 130 140 %
- Obesitas berat : BBR 140 200 %
- Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
d. Obat
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
(1) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
(2) kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
2. Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
(1) DM tipe I
(2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
(3) DM kehamilan
(4) DM dan gangguan faal hati yang berat
(5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(6) DM dan TBC paru akut
(7) DM dan koma lain pada DM
(8) DM operasi
(9) DM patah tulang
(10) DM dan underweight
(11) DM dan penyakit Graves
b) Beberapa cara pemberian insulin
(1) Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada
beberapa factor antara lain:
(2) lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan,
dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap
hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi
perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
(3) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu
30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
(4) Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
(a) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat
absorpsi insulin.
(b) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti
suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.

(c) Konsentrasi insulin


Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat
perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u 100 ke u
10 maka efek insulin dipercepat.
3. Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-
kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena
dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
4. Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identik (Tjokroprawiro, 1992).

G. Kemungkinan data fokus


a. Wawancara
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data Umum:
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
g) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan
pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
3) Pengkajian Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
4) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
mengubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
d) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan.
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaiman kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaiman interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai
sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
: keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan tarhadap anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan kleluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu
dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi: pen gertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
a. Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
b. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
h. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
3. Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah ;
a. Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan
untuk menanggulangi masalah kesehatan/penyakit.
b. Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan.
c. Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.
d. Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan
e. Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga
f. Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan
dimasa mendatang.
g. Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
h. Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan
keluarga akan fasilitas tersebut.
i. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan
rehabilitasi).
j. Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan.
d) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
1) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
2) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.
6) Stress dan Koping Keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
c) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tn. A
1. Keadaan umum
2. TTV
2) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.
c. Pemeriksaaan diagnostik
d. Terapi

III. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Masalah Kemungkinan Typologi
Data
Keperawatan Penyebab Masalah
Data Subyektif Resiko Ketidaktahuan Resiko
1. Keluarga mengatakan terjadinya keluarga merawat
- Klien sakit DM sejak 12 komplikasi anggota keluarga
tahun yang lalu, saat ini penyakit DM yang menderita
merasa tidak ada
pada klien DM
masalah dan os merasa
sembuh
- Klien tidak tahu
komplikasi DM,
penyebab dan
perawatannya.
2. Klien mengatakan sudah
6 bulan ini tidak kontrol
dan akan kontrol bila
terdapat keluhan
3. Adanya keluhan merasa
bahwa dengan makan
sedikit dan tidak manis,
maka penyakit akan
sembuh
4. Adanya keluhan bahwa
kadang-kadang kakinya
kesemutan
Data Obyektif
1. KU baik, turgor kulit baik,
lapang pandang baik,
tajam penglihatan baik.
2. TD : 140/90 mmHg
Nadi : 72 kali/menit
Resp : 18 kali/menit
Temp : 36,40C
TB : 163 Cm
BB : 58 Kg

IV. Penentuan Prioritas Masalah


a) Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny. S berhubungandengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM karena
kurangnya pengetahuan keluarga tentang DM
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : 2/3 x 1 2/3 Klien menderita DM
resiko sudah sejak lama tetapi
berobat tidak teratur
sehingga beresiko terjadi
komplikasi .
2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Sumber daya keluarga
masalah dapat cukup,pendidikan
diubah : Mudah cukup,fasilitas kesehatan
mudah dijangkau.
3. Potensial untuk 2/3 x 1 2/3 Klien merasa sudah
dicegah : cukup sembuh, sudah berobat
meskipun belum teratur
dan ada faktor resiko
tinggi (keturunan
keluarga).
4. Menonjolnya 1/2 x 1 1/2 Keluarga merasa keadaan
masalah : Ada klien sudah membaik
masalah tetapi sehingga akan kontrol
tidak perlu segera bila ada keluhan .
ditangani
Jumlah 3 5/6
Diagnosa keperawatan:
1. Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny. S berhubungandengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM
karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang DM
V. Intervensi Keperawatan
TUJUAN EVALUASI INTERVENSI
NO DIAGNOSA KRITERIA STANDAR
UMUM KHUSUS
EVALUASI EVALUASI
1 Resiko terjadinya Setelah diberikan Setelah dilakukan 5 Respon Keluarga dapat 1. Gali pengetahuan
perawatan 1 bulan kali kunjungan Verbal menyebutkan 4 dari keluarga tentang DM
komplikasi penyakit
keluarga mampu keluarga dapat Cara merawat klien 2. Atur jadwal petemuan
DM pada klien merawat klien
Mengetahui cara dengan diabetes : dengan keluarga
sehingga tidak
berhubungan dengan
terjadi komplikasi perawatan pada Mengontrol kadar 3. Jelaskan konsep
ketidakmampuan penderita DM Gula Darah penyakit DM
Berobat teratur 4. Diskusikan dengan
keluarga merawat
Olahraga teratur keluarga cara
anggota keluarga
Mengatur diet merawat klien dengan
yang menderita DM secara tepat DM
Mencegah 2. Jelaskan cara
karena kurangnya
komplikasi mencegah komplikasi
pengetahuan keluarga 3. Jelaskan dan
tentang DM diskusikan dengan
keluarga tentang diet
pasien DM
4. Jelaskan tentang olah
raga dan perawatan
kaki pasien DM
5. Anjurkan untuk
kontrol gula darah
secara teratur
6. Beri pujian positif
terhadap usaha
keluarga selama ini.
Mampu Respon Keluarga mampu 1. Diskusikan dengan
mengambil verbal menyebutkan 2 dari keluarga mengenai
keputusan untuk keuntungan dan dampak dari
memberikan kerugian pencegahan komplikasi DM
perawatan dengan komplikasi pada DM 2. Jelaskan keuntungan
baik pada klien dan kerugian
pencegahan
komplikasi DM
3. Berikan motivasi dan
pujian terhadap usaha
keluarga yang sudah
dilakukan
Mampu Respon Keluarga mampu 1. Diskusikan dengan
memanfaatkan verbal dan menyebutkan manfaat keluarga tentang
fasilitas kesehatan psikomotor penggunaan fasilitas pentingnya
kesehatan pemanfaatan fasilitas
Keluarga kesehatan
mengantarkan klien 2. Jelaskan kepada
kontrol DM 1 bulan keluarga tentang
sekali di fasilitas penggunaan fasilitas
kesehatan kesehatan tdak hanya
untuk berobat tetapi
juga untuk
pemeliharaan
kesehatan
3. Motivasi keluarga
untuk mendukung
klien dalam
melakukan senam
diabetes
4. Berikan pujian positif
terhadap keluarga
atas usaha yang sudah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. FKUI, Jakarta :


Balai Penerbit.

Price, S.A., et all, 1995, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi 4,
Penerbit EGC, Jakarta.

Santana Daniel. 2007. Kamus Lengkap kedokteran. Jakarta. Mega aksara.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 EGC. Jakarta.

Soeparman, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit Gaya Baru, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai