Disusun oleh :
Kelompok 3
2018
Promosi Kesehatan
1
A. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang dengan maksud
untuk mencapai derajat sehat. Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi sehat baik pada individu, kelompok, dan masyarakat.. Proses pembelajaran yang
melibatkan interaksi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Siswa sebagai subjek
dalam pembelajaran pendidikan kesehatan diharapkan mampu menerapkan hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari. Guru sebagai pendidik seharusnya mampu mewujudkan perubahan perilaku
siswa yang memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan diri siswa sendiri. Tanggung jawab terhadap
kesehatan dapat dilihat melalui perilaku siswa dalam kebiasaan (behaviorsm) pada kehidupan
seharihari. Perubahan perilaku sehat melalui pendidikan kesehatan bukan sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan dan sikap dari guru, tetapi bagaimana siswa dapat berperilaku dengan mewujudkan
keseimbangan antara lingkungan, perilaku, dan manusia. Pendidikan kesehatan di sekolah dapat
diwujudkan melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pembentukan perilaku siswa.
Pembentukan perilaku siswa selain dibentuk di sekolah, yang paling utama menentukan adalah
lingkungan keluarga, sebelum nantinya siswa akan berinteraksi dengan masyarakat. Pembentukan
perilaku pada dasarnya dapat dibentuk dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat di mana
siswa itu berada. Pendidikan yang diperoleh di sekolah diharapkan mampu mengubah perilaku siswa.
Perilaku siswa terkait pendidikan kesehatan bertujuan mengubah perilaku yang tadinya tidak sehat
menjadi sehat dan bertanggung jawab pada kesehatan diri siswa itu sendiri. pendidikan yang diajarkan
dimulai dari hal-hal kecil, karena dari sesuatu hal yang kecil akan menjadi besar. Perilaku yang terkait
kebersihan pribadi yang siswa sering mengabaikan, seperti tidak cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, menggosok gigi kurang teratur, membersihkan dan memotong kuku menunggu panjang dan
kotor, kurang menjaga kerapihan rambut dan cara berpakaian. Perilaku-perilaku tersebut tergolong hal
kecil tetapi resiko atau akibat. Misalnya, mencuci tangan dengan benar seharusnya dilakukan sebelum
atau sesudah makan supaya kuman-kuman yang ada ditangan ikut mati sehingga siswa akan terhindar
dari sakit perut. Adanya resiko yang ditimbulkan oleh perilaku yang tidak sehat, beberapa sekolah
mulai membuat jadwal rutin kegiatan massal, misalnya gerakan cuci tangan bersama, menggosok gigi
secara serentak di sekolah dasar. Contoh lain dari perilaku tidak sehat siswa baik di sekolah dan
masyarakat yang saat ini masih dicari solusi untuk bisa dicegah adalah kebiasaan merokok dan
kebiasaan mengkonsumsi narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Menurut WHO dalam Johana. E. Prawitasari (2012: 204) angka kematian akibat penyakit
yang disebabkan karena kebiasaan merokok di Indonesia 417.948 kematian pertahun, atau 1.172
kematian per hari. Jumlah perokok yang banyak menempatkan Indonesia pada peringkat 3 di dunia,
setelah Cina dan India. Kebiasaan merokok ini tidak hanya dilakukan orang tua dan dewasa, tetapi
sudah menjamur di kalangan anak-anak dan remaja baik SD, SMP, dan SMA. Kebiasaaan tidak sehat
2
yang masih banyak ditemukan pada siswa dan kurangnya pemahaman siswa akan resiko sebagai
akibat dari perilaku tidak sehat, guru dalam pelaksanaaanya diharapakan mampu mengembangkan
kemampuan dan watak siswa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. Pembentukan perilaku siswa
di sekolah dapat dilakukan melalui pembelajaran pendidikan kesehatan sebagai bagian dari mata
prlajaran penjasorkes yang mencakup materi-materi kesehatan baik kesehatan pribadi maupun
kesehatan lingkungan. Membiasakan diri untuk hidup sehat pada siswa memang tidak mudah, karena
butuh niat dan kedisiplinan. Melalui pendekatan perilaku (behaviorism) pendidikan kesehatan sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku menuju sehat dengan penerapan penguatan bila melakukan hidup
sehat.
B. Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, di mana perubahan
tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam
individu, kelompok, atau masyarakat itu sendiri (Wahid Iqbal M&Nurul Chayatin, 2009: 9-10).
Sedangkan Menurut Erwin Setyo K (2012: 4-5) “Pendidikan kesehatan adalah proses membantu
seseorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya dan tidak hanya
mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik saja, tetapi juga meningkatkan atau
memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kesehatan dengan penuh kesadaran”.
Jadi Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku hidup sehat yang didasari atas
kesadaran diri baik itu di dalam individu, kelompok ataupun masyarakat untuk memlihara dan
meningkatkan kesehatan. Proses perubahan perilaku siswa di sekolah salah satunya diperoleh dari
proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pembelajaran yang
dilaksanakan tentunya memiliki tujuan, begitu juga pendidikan kesehatan. Menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental,
dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan di semua
program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayananan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Wahid Iqbal M&Nurul Chayatin, 2009:
9-10). Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi. Dimensi pendidikan
kesehatan tersebut antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan dan
aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
Dimensi sasaran pendidikan terdiri dari tiga dimensi yaitu pendidikan kesehatan individu
dengan sasaran individu, pendidikan kelompok dengan sasaran kelompok, pendidikan kesehatan
3
masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. Sedangkan, sasaran pendidikan kesehatan itu sendiri
dibagi menjadi tiga, yaitu: 1). Sasaran primer (Primary Target) yaitu sasaran langsung pada
masyarakat berupa segala upaya pendidikan/promosi kesehatan. 2). Sasaran sekunder (Secondary
Target), lebih ditujukan pada tokoh masyarakat dengan harapan dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakatnya secara lebih luas. 3). Sasaran tersier (Tersiery Target), sasaran
ditujukan pada pembuat keputusan/penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah
dengan tujuan keputusan yang diambil dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku kelompok
sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer.
Dimensi tempat pelaksanaan dan aplikasinya dapat dilihat berdasarkan tempat pelaksanaan
sehingga dengan sendirinya sasaran pendidikan kesehatan berbeda. Dimensi pendidikan kesehatan
yang ketiga yaitu tingkat pelayanan kesehatan. Tingkat pelayanan kesehatan meliputi peningkatan
kesehatan (Health Promotion), Perlindungan umum dan khusus ( General and Specific Protection),
dan diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
(Erwin Setyo K, 2012: 9). Dimensi-dimensi dengan sasaran individu, kelompok dan masyarakat yang
dapat dilakukan dengan penyuluhan baik secara teori maupun praktik. Sasaran pendidikan kesehatan
yang meliputi seluruh lapisan masyarakat harus mampu mengubah masyarakatnya menjadi
masyarakat sehat baik secara fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Siswa sebagai bagian dari masyarakat
yang tergolong sasaran primer menjadi perhatian khusus agar perilaku sehat dapat tertanam sejak dini.
4
anakanaknya. Hal tersebut sudah tidak mendidik anak untuk beperilaku sehat, sehingga anak
mengikuti kebiasaan merokok orang tuanya tersebut.
Apabila lingkungan keluarga kurang berperan dalam pembentukan perilaku hidup sehat, maka
sekolah yang harus bisa berperan untuk menanamkan perilaku hidup sehat. Sekolah merupakan
lingkungan selanjutnya setelah keluarga adalah sekolah, dimana guru berperan untuk mendidik siswa
agar tertanam perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan jasmani kesehatan dan
olahraga dalam hal ini yang memuat materi tentang pendidikan kesehatan, baik di tingkat Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU). Materi
pendidikan kesehatan mencakup kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan (lingkungan fisik dan
lingkungan sosial).
Menurut Waryono (2013: 1-9) materi pendidikan kesehatan untuk SD yaitu, pertama
kebersihan atau kesehatan diri sendiri yang meliputi kebersihan mulut dan gigi, kesehatan kulit,
kebersihan kuku, kebersihan rambut, kebersihan hidung, kebersihan telinga, kesehatan mata,
memelihara pakaian yang bersih. Kedua, kesehatan lingkungan terdiri dari kebersihan lingkungan
rumah dan kebersihan lingkungan sekolah, dan materi pendidikan kesehatan yang ketiga adalah
makan makanan yang sehat. Penanaman perilaku hidup sehat dengan melihat materi tersebut memang
sudah ditanamkan sejak SD, tetapi masih banyak siswa yang belum menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Materi pendidikan kesehatan untuk sekolah lanjutan mengarah pada kesehatan reproduksi dan
pola hidup sehat. Siswa SMP dan SMA hampir semuanya sudah pubertas atau dewasa sehingga perlu
mengetahui tentang mengapa perlu merawat kesehatan reproduksi. Pola hidup sehat siswa ditekankan
pada pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok, menyalahgunaan NAPZA. Materi pada mata
pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan bukan satunya-satunya sarana yang ada di sekolah untuk
mengubah perilaku siswa untuk hidup bersih. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang ada di sekolah
sebaiknya dimanfaatkan, karena tujuan dari didirikannya UKS sebagai wadah untuk meningkatkan
kemampuan hidup peserta didik di lingkungan sekolah. Sasaran dari UKS adalah siswa (SD/MI,
SMP/MTS, SMA/Madrasah), masyarakat sekolah dan orang tua wali atau komite sekolah. UKS
sebagai sarana di sekolah untuk membantu siswa dalam mengubah perilaku siswa, karena ruang
lingkup UKS ada tiga yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan
sehat.
Jelas pada ruang lingkup UKS pendidikan kesehatan sebagai bagian yang utama, karena
dalam pendidikan kesehatan tersebut mencakup kebersihan dan kesehatan pribadi yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan siswa mengenai masalah kebersihan pribadi, kesehatan keluarga dan
kesehatan masyarakat, merubah sikap mental ke arah positif dengan mencintai kebersihan, berbuat
dan mencintai perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan terakhir yaitu meningkatkan keterampilan
hidup bersih dan sehat untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Memelihara kesehatan pribadi
mencakup bagaimana siswa mampu membiasakan hidup sehat. Membiasakan hidup sehat memang
5
butuh waktu. Waktu selama 12 tahun yaitu selama siswa sekolah dasar menempuh pembelajaran
selama enam tahun, selanjutnya tiga tahun di sekolah menengah pertama, dan tiga tahun di sekolah
menengah atas, seharusnya sudah mampu merubah kebiasaan hidup sehat siswa. Siswa SD, SMP, dan
SMA sudah dibekali dengan pendidikan kesehatan, baik melalui mata pelajaran pedidikan jasmani
kesehatan dan olahraga, maupun kegiatan-kegiatan yang terkait dengan UKS. Perilaku siswa untuk
hidup sehat, dipengaruhi banyak faktor. Menurut Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009: 366-369)
perilaku untuk hidup sehat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal antara lain keturunan dan motif. Keturunan atau genetik, perilaku seseorang
yang berasal dari keluarga, sedangkan motif adalah perubahan perilaku yang disebabkan karena ada
unsur dorongan atau motif tertentu. Perilaku seseorang biasanya dilandasi adanya motif untuk
memenuhi kebutuhan hidup. kebutuhan hidup dasar manusia antara lain: kebutuhan biologis,
kebutuhan sosial, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi
diri. Faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan perilaku mencakup unsur-unsur antara lain,
pengetahuan, kepercayaan (keyakinan), sarana dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku seseorang tersebut, menyebabkan timbulnya unsur-unsur dan dorongan seseorang
untuk berbuat sesuatu. Apabila pendidikan kesehatan diberikan secara benar akan berdampak untuk
jangka panjang siswa itu sendiri terutama dalam keluarga dan bermasyarakat. Penanaman pendidikan
kesehatan kepada siswa dapat dilakukan melalui teori, praktik dan pengamatan selama di sekolah.
Teori dilakukan saat proses pembelajaran, praktik dapat dilaksanakan secara langsug dengan
disisipkan saat pembelajaran dan teori, sedangkan tidak langsung dapat dengan cara pengamatan dari
perilaku siswa di sekolah dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Guru sebaiknya
memberikan pendidikan kesehatan tidak menunggu siswanya melakukan kesalahan atau melakukan
tindakan negatif.
6
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN 2302 -
2493
ABSTRACT
School children are capitol point and asset for future developed which need to keep, improve and
protect them to stay healthy. Healthy and clean life behavior is a second factor most influenced the
health of individual, group and society after environment factor. Based on Edi Paulik (2010)
research, only 5,5% people have a good and complete health attitude, include the healthy and
clean life behavior. To determine relationship between student knowledge and student attitude
with healthy and clean life behavior in INPRES elementary school of Sukur, Airmadidi, North
Minahasa.The study was a survey analytic with cross sectional approach. This study was do in
INPRES elementary school of Sukur in april 2014 to june 2014. Sample in this study is 112 children.
Data sources from questioner and live interview. Analysis of unvaried and bivaried using
Chi_Square test in SPSS program are use in this study.Statistical test result show there have a strong
relationship between student knowledge with healthy and clean life behavior (p
= <0,001), same with statistical test result for student attitude with healthy and clean life behavior
show there have a strong relationship ( p = <0,005). Conclusion of this study is there have a strong
relationship between student knowledge and student attitude with healthy and clean life behavior
in INPRES elementary school of Sukur, Airmadidi, North Minahasa.
Key Word: Student Knowledge, Student Attitude, Healthy and Clean Life Behavior.
7
ABSTRAK
Anak sekolah merupakan asset atau modal utama pembangunan dimasa depan yang perlu dijaga,
ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Perilaku hidup yang bersih dan sehat merupakan factor
kedua terbesar setelah factor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau
masyarakat. Sesuai penelitian Edi Paulik (2010), hanya 5.5% orang memiliki perilaku kesehatan yang
lengkap dan baik, termasuk didalamnya perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan Penelitian untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan siswa dan sikap siswa dengan perilaku hidup bersih dan
sehat pada pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.Jenis
penelitian ini adalah Survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di
Sekolah Dasar INPRES Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara pada bulan April
tahun 2014 sampai Juni tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 112 orang. Data
diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung. Analisis data dilakukan meliputi analisis
univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi- square pada program SPSS.Hasil uji statistic
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa dengan perilaku hidup
bersih dan sehat (p = <0,001), begitu juga dengan hasil uji statistic antara sikap siswa dengan
perilaku hidup bersih dan sehat yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p = <0,005).
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan siswa
dan sikap siswa dengan perilaku hidup bersih dan sehat di SD INPRES sukur Kecamatan Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara.
Kata Kunci: Pengetahuan Siswa, Sikap Siswa, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, PHBS.
8
PENDAHULUAN memiliki kuku panjang dan berpakaian kurang
Anak sekolah merupakan aset atau modal utama rapi, 10 orang di antaranya mengatakan bahwa
pembangunan dimasa depan yang perlu dijaga, sebelum atau sesudahnya tidak mencuci tangan
ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. saat membeli jajan/makanan, sedangkan 10 siswa
Sekolah selain berfungsi sebagai tempat lainnya mengatakan bahwa mereka mencuci
pembelajaran, juga dapat menjadi tempat tangan bila ingat. Selain itu, sekolah tidak
penularan penyakit. Selain itu, usia anak sekolah mempunyai Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
dasar juga merupakan masa rawan terserang Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik
berbagai penyakit (Umar , 2008). untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku
merupakan cerminan pola hidup keluarga yang hidup bersih dan sehat pada pelajar di SD Inpres
senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa
seluruh anggota keluarga. Semua perilaku Utara.
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri Tujuan Umum
di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan
Dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada
masyarakat (Proverawati & Rahmawati , 2012). pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan Airmadidi
Dalam penelitian yang di laksanakan Edit Kabupaten Minahasa Utara.
Paulik dan kawan-kawan (2010) dengan judul
Determinants of health promoting lifestyle Tujuan Khusus
behavior in the rural areas of Hungary (Faktor 1. Menganalisis hubungan
antara pengetahuan
penentu promosi perilaku gaya hidup sehat di
dengan perilaku hidup bersih dan sehat
daerah pedesaan Hongaria). Hanya 5.5% orang
pada pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan
memiliki perilaku kesehatan yang lengkap dan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.
baik, termasuk di dalamnya perilaku hidup bersih 2. Menganalisis hubungan antara sikap
dan sehat. dengan perilaku hidup bersih dan sehat
pada pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan
Perilaku hidup yang bersih dan sehat Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.
merupakan factor kedua terbesar setelah factor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan METODOLOGI PENELITIAN
individu, kelompok, atau masyarakat. Perilaku ini Jenis Penelitian
menyangkut pengetahuan akan pentingnya
hygiene perorangan, sikap dalam menanggapi Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey
penyakit serta tindakan yang dilakukan dalam analitik dengan rancangan penelitian cross
menghadapi suatu penyakit atau permasalahan sectional (studi potong lintang).
kesehatan lainnya (Notoatmodjo, 2010).
Penyakit yang akan muncul akibat Tempat dan Waktu Penelitian
rendahnya PHBS antara lain cacingan, diare, sakit Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Inpres
gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa
yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya Utara pada bulan April – Juni 2014.
derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya
kualitas hidup sumber daya Indonesia (Haji,
2009).
Hasil studi pendahuluan di SD Inpres pemberantasan sarang nyamuk. Diantara 30 anak
Sukur, belum pernah dilakukan pembinaan dan didik yang di wawancarai ditemui 10 anak
pengembangan perilaku hidup bersih sehat, yang
pernah dilakukan hanya penyuluhan tentang
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas
IV, V dan VI SD Inpres yang berjumlah 155
siswa. Dan sampel pada penelitian ditentukan
berdasarkan proporsi dimasing-masing kelas,
dimana sampel pada kelas IV berjumlah 40
siswa,
kelas V berjumlah 34 siswa, dankelas VI a. Frekuensi Pengetahuan Pelajar tentang
berjumlah 38 siswa perilaku hidup bersih dan sehat
Variabel Penelitian Tabel 1. Pengetahuan tentang PHBS
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kategori
pengetahuan siswa dan sikap siswa, sedangkan Pengetahuan n %
variable terikat dalam penelitian ini adalah Pelajar
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa. Baik 61 54,5
Tidak Baik 51 45,5
Instrumen Penelitian Total 112 100
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang dimana sudah diuji Data pada table 1 di atas menunjukkan bahwa
validitas dan reliabilitas. sebanyak 61 responden (54.5%) berpengetahuan
baik.
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara yaitu peneliti melakukan wawancara b. Frekuensi Sikap Pelajar tentang perilaku
(Interview) dengan responden sesuai dengan hidup bersih dan sehat
daftar pertanyaan tertulis untuk mendapatkan data
tentang pengetahuan dan sikap siswa tentang Tabel 2. Sikap tentang PHBS
PHBS. Kategori
n %
Sikap Pelajar
Pengolahan dan Analisis Data Baik 76 67,9
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Tidak Baik 36 32,1
SPSS versi 21.00 data yang telah diolah Total 112 100
selanjutnya di analisis dengan menggunakan uji
chi-square denganp = 0,05. Data pada table 2 di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 76 reponden (67,9%) memiliki sikap
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak baik.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Sukur di
Kelurahan Sukur Kecamatan Airmadidi c. Frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat
Kecamatan Minahasa Utara selama kurang lebih 2
hari. Adapun hasil penelitian yang di dapatkan ini Tabel 3. PHBS
diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang Kategori
n %
berisi tentang pertanyaan-pertanyaan tentang PHBS
pengetahuan siswa dan sikap siswa tentang Baik 80 71,4
gambaran perilaku pelajar di SD Inpres Sukur Tidak Baik 32 28,6
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Total 112 100
Banyak sampel adalah 112 siswa. Data diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel. Data pada table 3 di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 80 responden (71,4%) memiliki
tindakan yang baik.
Tabel Silang Antara Variabel Bebas dan b. Hubungan Antara Sikap Siswa Dengan
Terikat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Pelajar SD Inpres Sukur
a. Hubungan Antara Pengetahuan Siswa
Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Tabel 5. Hubungan antara sikap siswa dengan
Pada Pelajar SD Inpres Sukur PHBS
Perilaku Hidup Bersih
Tabel 4. Hubungan antara Pengetahuan dengan p value
Sikap dan Sehat
SARAN
1. Diharapkan pihak sekolah dapat memasukan PHBS sebagai mata pelajaran yang beriorentasi
kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan anak didiknya.
2. Diharapkan pihak sekolah dapat melaksanakan program UKS dan dapat menyediakan fasilitas sarana
dan prasarana.
3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan seperti penyuluhan Terkait
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah sehingga dapat berjalan dengan baik dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aldinger Carmen, et al. 2008. Changes in attitudes, knowledge and behaviour associated with
implementing a comprehensive school health program in a province of china. Health Education, Res
Volume 23, Issue 6 : 1049-1067 doi:10.1093/her/cyn022 ISSN 1465-3648
Edit Paulik, et al. 2010. Determinants of health promoting lifestyle behaviour in the rural areas of
Hungary. Health Promotion Internasional Volume 25, Issue 3 : 277-288 doi: 10.1093/heapro/daq025
ISSN 1460-2245.
Haji, I. 2009. Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak Di Yayasan
Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan. Skripsi
Harrington Jonas, et al. 2010. Living longer and feeling better: healthy lifestyle, self rate health, obesity
and depression in Ireland. European Journal Public Health Volume 20, Issue 1: 91-95
DOI:10.1093/EURPUB/CKP102 ISSN 1464- 360x
Luthviatin N., Rokhmah D., Adrianto S. 2011. Determinasi Perilaku Hidup bersih dan Sehat pada Siswa
Sekolah Dasar Desa Rambipuji. Seminar Nasional Jampersal
Proverawati A., Rahmawati, E. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha Medika
Syahputri D. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD) Tentang Sanitasi Dasar
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan
Amplas. KTIS, FKM USU, Medan
Umar Z. 2008, Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan pada Murid SD di Kabupaten
Pesisir Selatan Sumatera Barat, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.
Wihondo D. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Imbas gugus 3 Taman Tirto Kasihan Bantul Yogyakarta health,
obesity and depression in Ireland. European Journal Public Health Volume 20, Issue1 : 91-
95DOI:10.1093/EURPUB/CKP102 ISSN 1464- 360x
Luthviatin N., Rokhmah D., Adrianto S. 2011. Determinasi Perilaku Hidup bersih dan Sehat pada Siswa
Sekolah Dasar Desa Rambipuji. Seminar Nasional Jampersal
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Proverawati A., Rahmawati, E. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha
Medika
Syahputri D. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD) Tentang
Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan
Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas. KTIS, FKM USU, Medan
Umar Z. 2008, Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan pada Murid SD di
Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol.
Wihondo D. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Imbas gugus 3 Taman Tirto
Kasihan Bantul Yogyakarta
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG KEBIASAAN BERPERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SDN 1 MANDONG
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
NASKAH PUBLIKASI
Abstrak
Anak usia sekolah merupakan masa usia anak yang sangat berbeda
dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak permasalahan
kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian hari. Pada siswa
sekolah dasar masalah kesehatan yang dihadapi terkait dengan perilaku hidup
bersih dan sehat yang belum diterapkan dengan baik. Dari hasil observasi dan
wawancara terhadap 7 siswa, 5 siswa diantaranya mempunyai kebiasaan
membuang sampah tidak pada tempatnya, sering ada siswa tidak mengikuti
kegiatan olahraga di sekolah, siswa jajan makanan di luar sekolah, banyak siswa
tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mengambil makanan. Tujuan
penelitian adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kebiasaan berperilaku hidup bersih dan
sehat siswa SDN 1 Mandong. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan
rancangan one group pre test and post test design. Tehnik pengambilan sampel
dengan total sampling dengan jumlah sampel 52 responden. Instrumen penelitian
berupa kuesioner pengetahuan dan sikap serta lembar observasi untuk perilaku.
Data penelitian diperoleh dengan cara memberikan test sebanyak dua kali yaitu
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan setelah pendidikan kesehatan.
Analisis data penelitian menggunakan uji paired t test dan wilcoxon rank test.
Hasil penelitian diketahui pengetahuan, sikap dan perilaku siswa meningkat
setelah menerima pendidikan kesehatan. Hasil analisis data pengetahuan diperoleh
paired sample test = 9,543 p = 0,001, Hasil analisis data sikap diperoleh paired
sample test sebesar = 11,122 dengan nilai p = 0,001 dan perubahan perilaku
dengan nilai wilcoxon rank test sebesar = 3,411 dengan nilai p = 0,001.
Kesimpulan penelitian adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang perilaku hidup bersih dan
sehat siswa SDN 1 Mandong.
Abstract
School age children are past the age of children who are very
different from adults. Obtained within this period many health issues that
determine the quality of the child's future . At the elementary school students
faced health problems associated with living clean and healthy behavior that
have not been implemented well . From the observations and interviews of 7
students , 5 students in the habit of littering them is not in place , there are
often students do not participate in sports at school , students snack foods
outside of school , many students did not wash their hands before taking food .
The research objective was to determine the effect of health education on
changes in knowledge , attitudes and behaviors about clean living habits and
unhealthy behavior SDN 1 Mandong students . This type of research is a
quantitative research design one group pre test and post test design . Sampling
technique with a total sampling with a sample of 52 respondents . Research
instrument in the form of knowledge and attitude questionnaires and
observation sheets for behavior . Research data obtained by giving the test
twice before and after the health education given health education . Analysis
of research data using paired t test and Wilcoxon rank test test . Results reveal
the knowledge , attitudes and behaviors of students increased after receiving
health education . Knowledge of data analysis results obtained by paired
sample test = 9.543 p = 0.001 , analysis of data obtained attitude test for paired
samples = 11.122 with p = 0.001 and behavior change with the value of
Wilcoxon rank test = 3.411 with p = 0.001 . Studies conclusion was no effect
of health education on changes in knowledge , attitudes and behaviors of good
hygiene practices and healthy school SDN 1 Mandong .