Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
termasuk siswa sekolah. Jika siswa berada dalam kondisi tidak sehat, pada umumnya
siswa tersebut kurang berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh
sekolah. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab turunnya kinerja yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa tersebut. Gangguan kesehatan dapat
terjadi pada siapa saja dan kapan saja, tidak terkecuali saat berada di sekolah. Gangguan
kesehatan yang biasanya terjadi pada siswa saat berada di sekolah adalah gangguan
pencernaan yang mengakibatkan sakit kepala maupun sakit perut, dan kecelakaan akibat
aktivitas tertentu seperti terkilir saat berolah raga
Salah satu upaya sekolah dalam menangani gangguan kesehatan siswa saat
berada di sekolah menyediakan suatu unit pelayanan yang dikenal dengan nama Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Selain berperan dalam menangani gangguan kesehatan
selama di sekolah, UKS juga berperan dalam menanamkan pengertian dan kebiasaan
hidup sehat para siswa dan membina lingkungan kehidupan sekolah yang sehat. Hal ini
dikarenakan UKS merupakan wadah dan program untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin, yang dilakukan secara
terpadu oleh 4 Kementerian terkait beserta seluruh jajarannya baik di pusat maupun di
daerah. Adapun landasannya, SKB 4 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
Usaha membina, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan hidup sehat
dan derajat kesehatan peserta didik dilaksanakan melalui program pendidikan di sekolah
dengan berbagai kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, serta melalui usaha-usaha
lain diluar sekolah yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan masyarakat.

1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
menjauhi narkoba serta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
1.2.2. Tujuan Khusus
 Peserta didik dapat mengetahui pengertian narkoba
 Dapat mengetahui dampak penyalahgunaan narkoba
 Dapat mengenali penyalahguna narkoba melalui gejala perubahan fisik dan
perilaku
 Peserta didik dapat mengetahui penanggulangan narkoba

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kesehatan Sekolah


2.1.1. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah
UKS adalah pusat kegiatan kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan
pada siswa sekolah yang dikelola dan diselenggarakan oleh institusi kesehatan,
bekerja sama dengan institusi pendidikan melalui dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapaian derajat kesehatan siswa (Depkes RI, 2002).
Menurut John Biddulph dan John Stace (1999: 381-382), pentingnya
UKS adalah sebagai berikut: UKS dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
penyuluhan kesehatan. Menurut Azrul Azwar (1983: 14), yaitu kegiatan
pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga anggota masyarakat (anak sekolah) tidak hanya sadar, tahu
dan mengerti, tetapi dapat melakukan suatu anjuran yang berkaitan dengan
kesehatan. Sementara itu menurut Departemen Kesehatan, tujuan pelayanan
UKS adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi anak usia sekolah.
2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar dan mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.
3. Pendekatan dan pemeratan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak
geografi.

2.1.2. Tujuan UKS


Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan
prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta derajat kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan
lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan
lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan,

3
mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan
mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam
usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan
masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri
dari pengaruh buruk lingkungan.
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik
sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola
pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap jenjang sebagai
sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai
dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan
luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta
lingkungannya. Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehata
dan pelayanan kesehatan. Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi
lingkungan sekolah, keluaraga.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS
memerlukan kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan
sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan
itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau
peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita
mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan,
bukan hanya pendidikan.

2.1.3. Program Pokok UKS


Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin
melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat yang dikenal dengan nama tiga program pokok UKS (TRIAS
UKS).
1. Pendidikan Kesehatan

4
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau
tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik melalui kegitan kurikuler dan ekstrakurikuler.
A. Tujuan Pendidikan Kesehatan.
Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik :
a. Memiliki pengetahuan tentang kesehatan, termasuk cara hidup sehat;
b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat;
c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan;
d. Memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-
hari;
e. Memilik pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan
secara harmonis (proporsional);
f. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit dalam
kehidupan sehari-hari;
g. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk di luar (narkoba, arus
informasi, dan gaya hidup yang tidak sehat).

B. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan


Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui :
a. Kegiatan Kurikuler
b. Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler adalah
pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran, sesuai Kurikulum yang berlaku
unutuk setiap jenjang dan dapat di integrasikan ke semua mata pelajaran
khususnya Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
1. Taman Kanak-Kanak
Memberikan Pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan pengenalan,
pembangkit minat, dan penanaman kebiasaan hidup sehat, mencakup :
a. Kebersihan dan kesehatan pribadi;
b. Kebersihan dan kerapihan lingkungan;
c. Makanan dan minuman sehat.

5
2. Sekolah Dasar
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui peningkatan pengetahuan
penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan
peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan
dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan, mencakup :
a. Menjaga kebersihan diri;
b. Mengenal pentingnya imunisasi;
c. Mengenal makanan sehat;
d. Mengenal bahaya penyakit diare, demam berdarah dan influenza;
e. Menjaga kebersihan lingkungan (sekolah/ madrasah dan rumah);
f. Membiasakan buang sampah pada tempatnya
g. Mengenal cara mencuci tangan pakai sabun;
h. Mengenal cara P3K;
i. Mengenal cara menjaga kesehatan gigi dan mulut;
3. Sekolah Menengah Pertama
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan, penanaman kebiasaan hidup sehat, terutama
melalui pemahaman konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat,
mencakup :
a. Memahami pola makanan sehat;
b. Memahami perlunya keseimbangan gizi;
c. Memahami berbagai penyakit menular seksual;
d. Mengenal bahaya seks bebas;
e. Memahami berbagai penyakit menular yang bersumber dari lingkungan
yang tidak sehat;
f. Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi;
g. Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan;
h. Mengenal bahaya minuman keras;
i. Mengenal bahaya narkoba;
j. Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba;
k. Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual.
1. Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan

6
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan, terutama melalui peningkatan pemahaman dan
konsep yang berkaitan dengan prinsip hidup sehat sehingga mempunyai
kemampuan untuk menularkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-
hari, mencakup:
a. Menganilisis bahaya penggunaan narkoba;
b. Memahami berbagai peraturan perundangan tentang narkoba;
c. Menganalisis dampak seks bebas;
d. Memahami cara menghindari seks bebas;
e. Memahami bahaya HIV AIDS;
f. Memahami cara menghindari penularan seks bebas.

2. Pelayanan Kesehatan
Menurut John Biddulph dan John Stace (1999: 382 - 383), pelayanan kesehatan
sekolah adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh petugas UKS dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada para murid di sekolah. Setiap sekolah harus dikunjungi
petugas kesehatan paling sedikit satu kali setahun. Petugas UKS harus mempunyai
kerjasama yang baik dengan guru sekolah. Tidak ada program kesehatan sekolah yang
dapat berhasil jika tidak ada kerjasama yang baik. Petugas UKS harus selalu
memberitahu guru mengenai apa yang didapatkan pada anak-anak didik dan
memberitahu pengobatan apa yang diperlukan.
Hal-hal yang dilakukan pada saat melakukan kunjungan kesehatan sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Membicarakan tentang higiene sekolah, penyediaan air bersih dan keamanan
sekolah serta lapangan bermain dengan para guru.
2. Menanyakan tentang pelajaran kesehatan di sekolah. Pelajaran ini dapat diberikan
melalui guru, radio atau Petugas UKS.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap:anak-anak baru di sekolah (Kelas 1),
anak-anak yang akan segera meninggalkan sekolah (Kelas 6), anak-anak yang
kesehatannya dikuatirkan guru dan anak-anak yang ditemukan adanya kelainan
pada pemeriksaan kesehatan sebelumnya.

7
4. Melanjutkan perawatan pada anak-anak yang memerlukan pengobatan jangka
panjang
5. Memastikan para guru dan karyawan sekolah lainnya tidak menderita suatu
penyakit infeksi yang dapat menular kepada anak-anak sekolah.
6. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi sekolah. Jika tersedia, pelayanan ini
diberikan oleh perawat gigi.
7. Anak-anak sekolah harus mendapat imunisasi yang diperlukan seperti campak dan
tetanus toksoid.
8. Guru-guru harus dapat mengenali dan mengobati berbagai penyakit ringan seperti
pilek, sariawan dan demam pada anak-anak sekolah. Para guru harus dapat
memberikan pertolongan pertama. Sekolah harus memiliki perlengkapan
pertolongan pertama. Petugas dapat membantu dengan memberikan berbagai
nasehat.
9. Guru harus memperhatikan adanya tanda-tanda emosional atau penyakit mental
(kesalahan penyesuaian diri) pada anak-anak. Hal ini biasanya ditandai oleh
adanya perubahan tingkah laku atau penampilan anak. Mungkin anak kehilangan
minat di sekolah. Atau menjadi kesepian, sedih dan tidak mempunyai teman. Atau
anak menjadi tidak ramah dan berperangai buruk. Atau anak menunjukkan tingkah
laku yang tidak biasa. Guru sebaiknya memberitahu Petugas UKS jika ada anak
sekolah yang mengalami masalah fisik, mental atau emosional.
10. Guru sebaiknya memeriksa anak setiap tahun di dalam kelas mereka untuk
meyakinkan mereka dapat melihat dan mendengar dengan baik.

Menurut Abdul Latief dkk (1985: 60), UKS memiliki program yaitu lingkungan
kehidupan sekolah yang sehat, pendidikan kesehatan dan usaha pemeliharaan kesehatan
di sekolah. Menurut Notoatmodjo (2007: 8), Upaya untuk mewujudkan kesehatan dapat
dilihat dari dua aspek yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan terdiri dari pengobatan penyakit dan pemulihan kesehanan.
Peningkatan kesehatan terdiri dari pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan itu
sendiri. Menurut Azrul Azwar (1983: 10), yaitu pendidikan kesehatan adalah sejumlah
pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan-kebiasaan,

8
sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perorangan dan
masyarakat.

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat


A. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah bagian dari lingkungan yang menjadi
wadah/tempat kegiatan pendidikan. Lingkungan sekolah dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. Lingkungan fisik meliputi;
Ruang kelas, ruang UKS, ruang laboratorium, kantin sekolah, sarana olahraga,
ruang kepala sekolah/guru, pencahayaan, ventilasi, WC, kamar mandi, kebisingan,
kepadatan, sarana air bersih dan sanitasi, halaman, jarak papan tulis, vektor
penyakit, meja, kursi, sarana ibadah, dan sebagainya.
b. Lingkungan Non Fisik
Perilaku membuang sampah pada tempatnya, perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih mengalir, perilaku memilih makanan jajanan
yang sehat, perilaku tidak merokok, pembinaan masyarakat sekitar sekolah, bebas
jentik nyamuk dan sebagainya.
B. Lingkungan Sekolah Sehat
Lingkungan sekolah sehat adalah suatu kondisi lingkungan sekolah yang dapat
mendukung tumbuh kembang peserta didik secara optimal serta membentuk
perilaku hidup sehat dan terhidar dari pengaruh negatif.

2.2. Bahan Penyuluhan


Mengenali Bahaya Narkoba di tingkat pelajar (SMA)
2.2.1. Definisi Narkoba
Narkoba (singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya
lainnya) adalah bahan atau zat yang bila dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara
oral atau diminum, dihirup, maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana hati
atau perasaan dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) fisik dan psikologis.

9
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (undang-undang No. 22
tahun 1997). Beberapa yang termasuk jenis narkotika adalah :
 Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium,
morfin,kokain, ekgonina,tanaman ganja,dan damar ganja
 Garam-garam dan turunan-turunan dari morfin dan kokain, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah obat atau zat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang termasuk
psikotropika antara lain sedatin (pil BK), Rohypnoi, Magadon, Valium, Mandarax,
Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metilfenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam,
Ekstasi, shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dan lain-lain.
Bahan adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis
maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfin atau kokain yang dapat
mengganggu sistim saraf pusat seperti : Alkohol yang mengandung ethyl etanol,
inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek
yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anastetik
jika aromanya dihisap, contoh : lem/perekat, aseton, ether, dan lain-lain.

2.2.2. Jenis- Jenis Narkoba


Macam-macam Narkoba antara lain:
1. Narkotika
Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris
“Narcotics“ yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata “Narcosis” dalam
bahasa Yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Pengertian narkotika secara
umum adalah suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana
pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi susunan saraf pusat.
Menurut proses pembuatannya berasal dari alam, semi sintetik dan sintetik
dengan uraian sebagai berikut :
a. Narkotika alam terdiri dari :

10
1) Opium
Diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum yang getahnya bila
dikeringkan akan menjadi opium mentah. Efek samping yang ditimbulkan (dari
yuda) :
a. Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara
b. Kerusakan penglihatan pada malam hari
c. Mengalami kerusakan pada liver dan ginjal
d. Peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya
melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex
e. Kebingungan dalam identitas seksual
f. Kematian karena overdosis
Gejala intoksitasi (keracunan) opium : konstraksi pupil (atau dilatasi
pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu atau lebih tanda berikut,
yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian opium, yaitu:
a. Mengantuk atau koma bicara cadel
b. Gangguan atensi atau daya ingat
c. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis
misalnya:
o Euforia awal diikuti oleh apatis
o Disforia
o Agitasi atau retardasi psikomotor
o Gangguan pertimbangaan
o Gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berkembang selama atau segera
setelah pemakaian opium
Seseorang dengan ketergantungan opium jarang meninggal akibat putus
opium, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti
penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi
temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus
zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin
atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah
kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

11
Turunan opium (opiat) yang sering disalahgunakan, adalah candu, morfin,
heroin, codein, demerol, methadone, kokain.
2) Kokain
Diperoleh dari daun tumbuhan Erythroxylon Coca dalam peredaran mempunyai
efek stimulansia yang disebut kokain. Gejala intoksitasi kokain, antara lain :
 Agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif
 Kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor : takikardia,
hipertensi, midriasis
Gejala putus zat kokain antara lain :
Setelah menghentikan pemakaian kokain atau setelah intoksikasi akut
terjadi depresi pascaintoksikasi (crash) yang ditandai dengan disforia,
anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang
agitasi. Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus kokain
menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus kokain bisa
berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai
empat hari. Gejala putus kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk
bunuh diri. Orang yang mengalami putus kokain seringkali berusaha mengobati
sendiri gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti
diazepam (valium).
3) Canabis
Diperoleh dari tanaman Perdu Cannabis sativa (ganja) yang mengandung
tanaman aktif yang bersifat adiktif.
b. Narkotika semi sintetik
Dibuat dari alkaloid opium yang mempunyai inti Phenanthren dan
diproses secara kimiawi menjadi suatu bahan obat yang berkhasiat sebagai
narkotik, contoh : Heroin, Codein, Oxymorphon, dan lain-lain.
c. Narkotika Sintetik
Dibuat dengan suatu proses kimia dengan menggunakan bahan baku
kimia sehingga diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek narkotik,
contoh : Petidine, Nisentil, Leritine, dan lain-lain.
Penggolongan Narkotika menurut undang-undang RI No. 22 Tahun 1997
adalah : berdasarkan pasal 2 ayat (2) UU No.22 Tahun 1997 tentang narkotika,

12
narkotika digolongkan menjadi 3 yaitu narkotika golongan I, narkotika golongan
II, dan narkotika golongan III.
a. Narkotika golongan I
Adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Beberapa
narkotika yang termasuk dalam golongan I misalnya tanaman Papaver
somniferum L, Opium, tanaman koka (daun koka, kokain merah), heroin,
morfin, dan ganja.
b. Narkotika golongan II
Adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Beberapa narkotika yang termasuk kedalam
golongan II, misalnya Alfasetilmetadol, Benzetidin, Betametadol.
c. Narkotika golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Beberapa narkotika yang termasuk ke dalam golongan III misalnya
Asetildihidrokodeina, Dokstropropoksifena, Dihidroko-deina, Etilmorfin, dan
lain-lain. Narkotika untuk pengobatan, terdiri dari opium obat, codein,
petidin, fenobarbital.

2. Psikotropika
Selain jenis narkotika, di berbagai penjuru dunia terdapat obat-obatan
yang bukan Narkotika tetapi mempunyai efek dan bahaya yang sama dengan
Narkotika yang disebut dengan istilah psikotropika. Psikotropika didefinisikan
sebagai zat atau obat bukan narkotik tetapi berkhasiat psikoaktif berupa
perubahan aktifitas mental atau tingkah laku melalui pengaruhnya pada susunan
syaraf pusat serta dapat menyebabkan efek ketergantungan. Dalam artian lain
psikotropika atau obat adalah setiap zat yang jika masuk organisme hidup dapat

13
mengadakan atau menyebabkan perubahan atau mempengaruhi hidup.
Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan yaitu :
a. Psikotropika Golongan I
Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh : LSD, MDMA, dan
Masealin.
b. Psikotropika Golongan II
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh : amfetamin.
c. Psikotropika Golongan III
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh : kelompok hipnotik Sedatif
(Barbiturat).
d. Psikotropika Golongan IV
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan atauuntuktujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh : Diazepam,
Nitrazepam. Pengaruh penggunaan psikotropika terhadap susunan syaraf pusat
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Depressant, yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktivitas
susunan syaraf pusat, contohnya antara lain : Sedatin (Pil BK), Rohypnol,
Megadon, Valium, Mandrax.
2. Stimulant, yaitu yang bekerja mengaktifkan kerja susunan syaraf pusat,
contohnya : Amphetamine dan turunannya (Ecstacy).
3. Halusinogen, yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau
khayalan, contoh : Lysergid Acid Diethylamide (LSD).

14
3. Bahan Berbahaya
Bahan berbahaya yaitu bahan kimia meledak, mudah menyala atau
terbakar, oksidator, reduktor, racun korosif, timbulkan iritasi, sentilasi luka dan
nyeri, timbulkan bahaya elektronik, karsiogenik, teratogenik mutagenik,
etiologik atau biomedik. Bahan berbahaya diklasifikasikan dalam 4 (empat)
kelas, yaitu :
a. Kelas 1 : Dapat menimbulkan bahaya yang fatal dan luas secara langsung dan
tidak langsung, karena sulit penanganan dan pengamanannya, contoh: Pestisida,
DDT dan lain-lain.
b. Kelas 2 : Bahan yang sangat mudah meledak karena gangguan mekanik,
contoh : minuman keras, spritus, bensin dan lain-lain.
c. Kelas 3 : Bahan yang bersifat karsinogenik dan mutagenik, contoh : zat pewarna,
atau pemanis makanan dan lain-lain.
d. Kelas 4 : Bahan korosif sedang dan lemah, contoh : kosmetik dan alat kesehatan.
Jenis Minuman Keras dibagi menjadi 3 Golongan :
a. Golongan A : minuman keras yang berkadar ethanol 1% -5%, contohnya : bir
bintang, green sand dan lain-lain.
b. Golongan B : minuman keras yang berkadar ethanol 5% -20%, contohnya :
anggur malaga dan lain-lain.
c. Golongan C : minuman keras yang berkadar ethanol 20% -50%, contohnya:
brandy, wisky, jenever dan lain-lain.

2.2.3. Efek Toksik Narkoba


Dalam menginterpretasikan hasil temuannya seorang toksikologi forensik harus
mengulas kembali efek toksik dan farmakologi yang ditimbulkan oleh analit, baik efek
tunggal dari opiate dan benzodiazepin maupun efek kombinasi yang ditimbulkan dalam
pemakaian bersama antara opiat dan benzodiazepin. Mengacu informasi konsentrasi
toksik (“lethal concentration”) dapat diduga penyebab kematian dari korban.
Guna mengetahui obat apa yang telah dikonsumsi oleh korban, berdasarkan hasil
analisis dan alur metabolisme dari suatu senyawa obat, seorang toksikolog forensik akan
merunut balik apa yang telah dikonsumsi korban.

15
2.2.4. Pemeriksaan Barang Bukti Mati Pada Kasus Pemakaian Narkoba
Efek toksik yang ditimbulkan oleh pemakaian heroin adalah depresi saluran
pernafasan. Keracunan oleh heroin ditandai dengan adanya udema paru-paru.
Sedangkan pemakaian diazepam secara bersamaan akan meningkatkan efek heroin
dalam penekanan sistem pernafasan. Hal ini akan mempercepat kematian.
Pemeriksaan di darah dan urin akan ditemukan morfin dan kodein baik dalam
bentuk bebas maupun terikat dengan glukuronidnya namun di urin terdeteksi juga 6-
asetilmorfin. Heroin di dalam tubuh dalam waktu yang sangat singkat akan
termetabilisme menjadi 6-asetilmorfin, dan kemudian membentuk morfin. Morfin akan
terkonjugasi menjadi morfin-glukuronidanya.
Kemudian dalam pemakaian diazepam, pada pemeriksaan dalam tubuh
diazepam akan termetabolisme melalui N-demitelasi membentuk desmitldiazepam
(nordazepam) dan kemudian akan terhidrolisis membentuk oksazepam, sebagaian kecil
akan termetabolisme membentuk temazepam.
Penyelidikan pada kasus kematian akibat pemakaian narkoba memerlukan kerja
sama dalam satu tim yang terdiri dari kepolisian (penyidik), ahli forensik, psikiater
maupun ahli toksikologi. Pertanyaan–pertanyaan yang sering muncul sehubungan
dengan hal di atas meliputi apakah kejadian tersebut merupakaan kesengajaan (bunuh
diri), kecelakaan, ataupun kemungkianan pembunuhan? jenis obat apakah yang
digunakan? Melalui cara bagaimanakah pemakaian obat tersebut? Adakah hubungan
antara waktu pemakaian dengan saat kematian? Apakah korban baru pertama kali
memakai, atau sudah beberapa kali memakai, ataupun sudah merupakan pecandu berat?
Adakah riwayat alergi terhadap obat tersebut? Apakah jenis narkoba yang digunakan
memprovokasi penyakit- penyakit yang mungkin sudah ada pada korban? Apakah
mungkin penyakit tersebut terlibat sehubungan dengan kematian korban? Ringkasnya,
penyidikan terhadap kasus narkoba meliputi 4 aspek, yaitu :
1. TKP (Tempat Kejadian Perkara).
2. Riwayat korban.
3. Otopsi.
4. Pemeriksaan Toksikologi
Dalam kaitannya dengan TKP, dapat ditemukan bukti- bukti adanya pemakaian
narkoba. Semua pakaian maupun perhiasan dan juga barang bukti narkoba yang

16
ditemukan di TKP harus diperiksa dan dianalisa lebih lanjut. Riwayat dari korban yang
perlu digali meliputi riwayat pemakaian narkoba yang bisa didapatkan melalui catatan
kepolisian, informasi dari keluarga, teman, maupun saksi- saksi yang berkaitan dengan
informasi penggunaan narkoba (Tedeschi, 1977).
Otopsi dikonsentrasikan pada pemeriksaan luar dan dalam dan juga pada
pengumpulan sampel yang adekuat untuk pemerikasaan toksikologi. Biasanya temuan
yang paling sering didapatkan pada pemeriksaan luar adalah busa yang berasal dari
hidung dan mulut. Hal ini merupakan karakteristik kematian yang disebabkan oleh
pemakaian narkoba meskipun tidak bersifat diagnostik, karena pada kasus tenggelam,
asfiksia, maupun gagal jantung dapat juga ditemukan tanda kematian di atas. Selain itu
pada pemeriksaan luar dapat juga ditemukan bekas penyuntikan maupun sayatan-
sayatan di kulit yang khas pada pemakaian narkoba. Pada pemeriksaan dalam, penyebab
kematian harus digali dengan cara mencari tanda- tanda dari komplikasi akibat
pemakaian narkoba. Pembukaan cavum pleura dan jantung dibarengi dengan
mengguyur air untuk melihat adanya pneumothoraks, maupun emboli udara. Pada
pemeriksaan paru, biasanya didapatkan paru membesar sebagai akibat adanya edema
dan kongesti. Pada pemeriksaan getah lambung jarang didapatkan bahan – bahan
narkoba yang masih utuh tetapi warna dari cairan lambung daapt memberi petunjuk
mengenai jenis narkoba yang dikonsumsi. Saluran pencernaan harus diperiksa secara
keseluruhan untuk mencari bukti adanya usaha – usaha penyelundupan narkoba.
Pemeriksaan makroskopis meliputi pemeriksaan kulit dan vena pada daerah-
daerah yang dicurigai merupakn tempat suntikan. Penilaian mengenai adanya
perdarahan, peradangan, benda- benda asing, dan tingkat ketebalan vena akan dapat
memberikan informasi mengenai berapa lama telah dilakukan kebiasaan menyuntik.
Ahli toksikologi perlu mendapatkan riwayat paling lengkap dan berbagai macam barang
bukti untuk dilakukan pemeriksaan. Jaringan dan cairan tubuh yang diperiksa meliputi
hepar, ginjal, paru, otak, getah lambung, urine, darah, dan cairan empedu. .Cairan
empedu dan urine secara khusus sangat penting pada kasus- kasus kematian akibat
pemakaian opiate. Rambut dan kuku kadang- kadang perlu diperiksa untuk pemeriksaan
toksikologi lain. Usapan mukosa hidung kadang- kadang dapat menunjukkan bekas
hisapan pada pemakaian kokain maupun heroin (Knight, 1996).

17
2.2.5. Pemeriksaan Pada Kematian Akibat Pemakaian Opioid (Morfin atau
Heroin)
A. Pemeriksaan luar
Tanda- tanda yang khas sukar didapat, namun masih ada beberapa petunjuk
yang dapat dipakai sebagai acuan membuat kesimpulan sebab kematian.
1. Needle marks
Lokasi : fossa ante cubiti, lengan atas, dan punggung tangan dan kaki. Tempat
lain adalah leher, dibawah lidah, perineal, dan pada perempuan disekitar papilla
mamae. Needle marks yang masih baru sering disertai tanda- tanda perdarahan
sub kutan, perivenous, yaitu kalau dipencet akan keluar cairan serum atau darah.
Pada kasus ketagihan, banyak terdapat bekas suntikan yang lama berupa
jaringan parut titik- titik sepanjang lintasan vena dan disebut “intravenous
mainline tracks”. Kadang – kadang untuk menyamarkan needle marks itu
ditutup dengan gambaran tattoase. Juga dapat ditemukan abses, granuloma atau
ulkus, yang mana cara ini sering didapatkan pada korban yang melakukannya
dengan cara suntikan subkutan. Dengan demikian efek toksikologinya
diperlama, artinya efek kenikmatannya menjadi lebih tahan lama. Pada mereka
inilah sering diketemukan adanya tanda- tanda abses dan lain sebagainya.
Bagaimana kalau tidak terdapat tanda bekas suntikan? Bisa saja hal ini terjadi,
sebab mungkin sekali korban menggunakan cara lain, misalnya denngan
menghirup bau morfin, atau merokok dengan campuran heroin. Oleh karena itu
dalam pemeriksaan toksikologi perlu diambil sediaan usap ingus (nasal swab).
2. Hipertrofi kelenjar getah bening regional.
Pada korban yang sering menyuntik lengannya maka sering terdapat hipertrofi
kelenjar getah bening di regio aksiler.Hal ini merupakan ‘Drain phenomenon’.
Biasanya karena jarum suntikannya tidak steril. Dengan pemeriksaan PA tampak
hipertrofi dan hyperplasia limfositik.
3. Gelembung-gelembung pada kulit
Sering terdapat pada telapak tangan/kaki, dan hal ini sering dilakukan untuk
suntikan dalam jumlah besar (overdosis). Harus dibedakan dengan intoksikasi
gas CO dan barbiturate.
4. Tanda mati lemas

18
Keluarnya busa putih dan halus dari lubang hidung dan mulut yang makin lama
tampak kemerahan karena adanya proses autolisis. Tanda ini dianggap sebagai
tanda terjadinya edema pulmonum. Juga terdapat tanda sianosis pada muka,
kuku, ujung-ujung jari, dan bibir. Juga ada tanda perdarahan (bintik-bintik
perdarahan) pada kelopak mata. Bahkan pada keracunan dengan membau dapat
ditemukan perforasi pada septum nasi.

B. Pemeriksaan Dalam Paru-paru


1. Perubahan akut : Mulai saat suntikan terakhir sampai dengan saat
kematian. Adapun perubahan awal yang terjadi adalah :
a) Dari 0 sampai 3 jam. Hanya terdapat edema dan kongesti sel-sel mononuclear
atau makrofag pada dinding alveoli. PA : Paru-paru tampak voluminous,
kadang-kadang bagian posterior lebih padat sehingga tak ada krepitasi. Bagian
anterior tampak ada emfisema yang difus dengan terdapat benda-benda asing
yang terisap di dalam bronkus. Tampak ada kongesti, edema dengan sel-sel
mononuclear dalam alveoli.
b) Dari 3 sampai 12 jam pertama. Terdapat narcotic lungs (siegel). Tanda ini amat
bermakna ( 25 % kasus). Secara makroskopis tampak paru sangat mngembang
(over inflated). Trakea tertutup busa halus. Pada permukaan paru-paru dan
penampangnya tampak gambaran lobuler akibat adanya bermacam-macam
tingkat aerasi (atelaksi adalah aerasi yang normal, amat mengembang, dan
emfisma), kongesti, dan terdapat perdarahan di beberapa tempat terutama di
bagian belakang dan bawah (posterior dan inferior). Secara PA, tampak sel-sel
makrofag, perdarahan alveolar, intrabronkhiolar, subpleural, dan sel-sel
polimorfonuklear. Dapat ditemukan juga aspirat di daalm traktus respiratorius.
Sering berupa susu, karena susu sering dianggap antidotum opiate.
c) Dari 12 sampai 24 jam. Proses pneumoniasis tampak lebih rata, tampak sel-sel
PMN. Sedangkan proses lanjut yang dapat terjadi adalah apabila interval > 24
jam. Akan tampak pneumonia lobularis diffusa, tampak kecoklatan dan granula.
2. Perubahan kronis.
Terdapat perubahan berupa pneumonia granulosis vascular. Akibat tanda
adanya reaksi talk (magnesium silikat, filter untuk natkotika). Talk ini juga dapat

19
masuk bersama narkotik saat disuntikkan. Kristal-kristal ini dapat dilihat dengan
mikroskop polarisasi, berwarna putih, bening atau kekuningan, dan terdapat
garis refraksi. Granuloma-granuloma ini bisa dilihat dalam vascular,
perivascular, atau di dalam alveolus.

C. Pemeriksaan Hati
Perubahan ini nampak lebih jelas pada korban yang sudah lama
menyandu. Terdapat pengumpulan limfosit, sel-sel PMN, dan beberapa sel-sel
narkotika. Juga nampak fibrosis jaringan, dan adanya sel-sel ductus biliaris yang
mengalami proliferasi. Terdapat 4 kelainan :
1. Hepatitis agresif kronika : tandanya ada pembentukan septa.
2. Hepatitis persisten kronika : adanya infiltrasi sel radang didaerah portal
3. Hepatitis reaktif kronika.
4. Perlemakan hati.

D. Getah Bening
Lokasi pemeriksaan terutama di daerah portal hepatic, yaitu di sekitar
kaput pankreas dan duktus kholedocus. Makin berat menyandunya, makin
banyak kelainannya.
a. Makroskopis : tampak pembesaran
b. Mikroskopis : tampak adanya hyperplasia dan hipertropi limfosit.

E. Pemeriksaan toksikologi
1. Urin, cairan empedu, dan jaringan temapt suntikan.
2. Darah dan isi lambung, diperiksa bila keracunanya peroral.
3. Nasal swab, kalau diperkirakan melalui cara membau dan menghirup
4. Barang bukti lainnya.

20
2.3. Kunjungan UKS
Menurut John Biddulph dan John Stace (1999: 388 - 389), hal-hal yang
dilakukan dalam kunjungan sekolah adalah sebagai berikut :
a. Membicarakan rencana kunjungan ke sekolah dengan Kepala Sekolah satu
minggu sebelumnya. Mintalah Kepala Sekolah memberitahu orang tua bahwa
Petugas UKS akan mengunjungi anak-anak mereka.
b. Memperkenalkan diri petugas pada saat datang. Jika mungkin, dapat
berkeliling sekolah bersama Kepala Sekolah. Lakukan pengamatan
menyeluruh, terutama penyediaan air, pembuangan sampah dan ventilasi.
c. Menanyakan Kepala Sekolah tentang masalah kesehatan yang ada.
menanyakan apakah ada anak-anak sekolah yang perlu diperiksa.
d. Bercakap-cakap dengan para murid. Mungkin petugas tidak dapat
berbicara dengan seluruh anak. Bicarakan hal-hal yang berkaitan dengan apa
yang diamati di sekolah. Kemudian menyiapkan untuk berbicara tentang salah
satu dari hal-hal tersebut.
e. Membicarakan dengan Kepala Sekolah apa yang sudah dilihat. Bicarakan
tentang kepentingan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan.
f. Mengusahakan mendorong Kepala Sekolah untuk meneruskan program
pendidikan kesehatan yang sudah dilaksanakan, didukung oleh praktek
misalnya, memeriksa kesehatan perorangan, kebiasaan mencuci tangan,
penggunaan kakus yang benar, dan lain-lain.
g. Menawarkan bantuan untuk perbaikan yang diperlukan dan bantuan
kepada Kepala Sekolah dalam usahanya memperoleh dana dan bahan.
h. Melakukan tindak lanjut (follow-up), dengan mengatur tanggal yang
tepat, dalam satu atau dua bulan mendatang, bersama kepala sekolah, kapan
petugas akan datang kembali ke sekolah.

2.4. Pengelolaan UKS


Dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, prinsip pengelolaan yang
digunakan diantaranya mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah, kegiatan
yang terintegrasi, melaksanakan rujukan serta kerjasama. Kerjasama tim di tingkat
Puskesmas sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program usaha kesehatan

21
sekolah, kerjasama ini terdiri dari beberapa program yang terlibat didalamnya
diantaranya dokter, perawat komunitas, petugas gigi, ahli gizi, petugas sanitasi, petugas
posyandu dan tenaga kesehatan lainnya yang dikoordinir oleh Kepala Puskesmas (Zein,
2008).
Dukungan yang diberikan dalam pengelolaan program usaha kesehatan sekolah
oleh tenaga kesehatan Puskesmas mencakup melakukan pengembangan program baik
yang dilakukan secara rutin maupun program tambahan, ikut berpartisipasi langsung
dalam setiap pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan sekolah disetiap sekolah serta
kegiatan pada waktu tertentu seperti perlombaan sekolah sehat, HUT kemerdekaan,
Hardiknas, Hari Kesehatan Nasional dan lain-lain (Sujudi, 2004).

2.5. Peran Petugas Kesehatan


Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik sedini mungkin serta menciptakan lingkungan yang sehat, dibutuhkan peran
petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan upaya kesehatan dasar
dalam pelaksanan program usaha kesehatan sekolah (Supari, 2008). Petugas kesehatan
puskesmas memiliki peran masing-masing dalam pelaksanaan program usaha kesehatan
sekolah ini. Tenaga dokter/dokter umum disamping bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program juga ikut terlibat dalam pelaksanaan program seperti penyuluhan
dan pelatihan guru usaha kesehatan sekolah, pelatihan dokter kecil serta skrening
kesehatan (Murid, 2009). Perawat komunitas melaksanakan perannya dengan
melaksanakan skrening kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan
minor dengan memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan
keluarganya dan juga aktif dalam mengidentifikasi anak-anak yang mempunyai masalah
kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada dan menyangkut anak-anak
usia sekolah, seperti memberikan libur pada siswa karena adanya penyakit menular,
kutu, kudis atau parasit lain. Disamping itu perawat juga berperan sebagai konsultan
terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya
memberikan pengajaran di sekolah Usaha kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan oleh
dokter gigi dan perawat gigi melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi gangguan kesehatan gigi dan
mulut serta mempertinggi kesadaran kelompok masyarakat tentang pentingnya

22
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan
dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut serta perawatannya secara rutin untuk anak
sekolah (Nugrahani, 2008).
Petugas kesehatan lain yang juga terlibat dalam program usaha kesehatan
sekolah ini adalah ahli gizi, berperan memberikan pendidikan tentang gizi dan makanan.
Penyuluhan tentang gizi dan makan ini merupakan cara yang sangat efektif untuk
mencegah foodborne illnes, karena anak tidak hanya belajar tentang keamanan makanan
mereka sendiri, tetapi juga menyampaikan kebutuhan mereka akan higiene makanan
kapada orang tua dengan anggota keluarga lainnya. Peran lain dari petugas ahli gizi
adalah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS), penimbangan berat
badan serta memberikan pengetahuan kepada guru usaha kesehatan sekolah tentang
keamanan makanan dan pengolahan makan yang sehat (Motarjemi, 2004). Tenaga
sanitasi dan petugas kesehatan lainnya memiliki peran dan tanggungjawab masing-
masing sesuai dengan bidang dan keahliannya (Depkes, 2004).

23
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Persiapan
Pre-planning kegiatan penyuluhan tentang mengenali Bahaya Narkoba bagi Remaja
di SMA Global Prima Medan telah dibuat dan dikonsultasikan oleh pembimbing
sebelum kegiatan dilaksanakan. Selain itu, pihak sekolah juga telah ditemui untuk
meminta izin melakukan kegiatan penyuluhan 3 hari sebelum kegiatan. Hal ini
dilakukan agar persiapan dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Koordinasi dengan pihak sekolah juga dilakukan dengan melakukan kerjasama
mengenai persiapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Penyaji hanya mempersiapkan
poster dan leaflet untuk menampilkan penyuluhan.
3.2. Pelaksanaan
Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba bagi Remaja di SMA Global Prima Medan, Jl.
Brigjen Katamso No. 282-283 telah dilakukan pada hari Selasa, 05 Juni 2018. Acara
penyuluhan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB selama ± 30 menit. Siswa/i SMA yang
hadir mengikuti penyuluhan sebanyak 40 orang. Penyajian materi dilaksanakan dengan
tampilan poster dan leaflet setelah itu dilakukan sesi tanya jawab.
3.3. Hasil
a. Siswa/i mengikuti kegiatan penyuluhan dengan antusias.
b. Siswa/i telah mengetahui arti dari Narkoba
c. Siswa/i telah jenis-jenis dari Narkoba
d. Siswa/i telah mengenali bahaya dari penggunaan narkoba.

24
Tabel 3.4. Laporan Kegiatan Penyuluhan
POKOK BAHASAN Bahaya Narkoba
PELAKSANA Dokter Muda Kedokteran UNPRI Medan
berjumlah 4 orang
SASARAN Siswa/i SMA Global Prima Kelas X, Jl.
Brigjen Katamso No. 282-283 Medan
WAKTU 10.00 s/d 10.30 WIB
HARI/TANGGAL PENYULUHAN Selasa, 05 Juni 2018
TEMPAT Ruang kelas SMA Global Prima Kelas X, Jl.
Brigjen Katamso No. 282-283 Medan
JUMLAH PESERTA 40 orang
Alat dan Sarana :
Poster 1 Buah
Leaflet 20 Lembar

RESPON PESERTA Kegiatan ini dilakukan di SMA Global Prima


Kelas X, Jl. Brigjen Katamso No. 282-283
Medan. Peserta pada penyuluhan ini adalalah
berjumlah 40 siswa/i. Respon peserta terhadap
materi yang disampaikan cukup antusias, hal
ini dapat dilihat dari aktivitas peserta dimana
para peserta memberikan umpan balik pada
setiap komunikasi yang kami lakukan kepada
peserta dan pada saat kuis dilakukan para
peserta cukup antusias untuk menjawab
pertanyaan yang kami berikan.
MASALAH/KENDALA  Siswa/siswi masih mengalami kesulitan untuk
mengenali beberapa jenis narkoba
PEMECAHAN MASALAH  Penyaji memperlihatkan beberapa jenis
narkoba ke siswa dengan bantuan handphone
genggam secara bergantian diluar poster dan
leaflet

25
METODE PENYULUHAN 1. Ceramah
2. Tanya jawab
MEDIA PENYULUHAN Poster dan Leaflet

DAFTAR HASIL DISKUSI DAN TANYA JAWAB PESERTA


PENYULUHAN
Metode diskusi yaitu tanya jawab seperti kuis, jika peserta mau mencoba
menjawab dan bertanya akan diberi hadiah oleh penyaji.
1. Penyaji : kakak mau kasih pertanyaan, yang bisa jawab nanti diberi hadiah ya..
“siapa yang tahu ada berapa pembagian narkoba sebutkan?”
Jawaban peserta :
(anak laki-laki 1) : ada 3, yaitu : narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

2. Penyaji : “siapa yang tahu dampak penggunaan narkoba?”


Jawaban peserta :
(anak perempuan 1) : sering sakit kepala, mual, muntah, gangguan mental, bisa
menyebabkan kerusakan pada mata, juga pada hati dan otak.

26
DOKUMENTASI KEGIATAN

27
28

Anda mungkin juga menyukai