Anda di halaman 1dari 39

AGREGAT

ANAK
USIA
SEKOLAH

76
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular masih menjadi salah satu masalah besar di bidang
kesehatan terutama di Indonesia. Menurut Kemenkes RI (2014), penyakit ISPA
merupakan salah satu penyakit menular penyebab utama kunjungan pasien di
puskesmas (40-60%) dan rumah sakit (15-30%). Penyakit ISPA di Indonesia
menduduki peringkat ke-9 dari berbagai penyakit penyebab kematian tertinggi.
ISPA bisa menyerang berbagai usia, seringkali terjadi pada anak balita (1-5 tahun)
karena sistem daya tahan tubuhnya masih rendah. Pada periode ini didapatkan
banyak masalah kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak di kemudian
hari, meliputi kesehatan umum, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, serta
gangguan perilaku. Anak usia sekolah juga beresiko terserang penyakit karena
kurangnya kebersihan diri dan lingkungan serta menjaga pola makan yang sehat
(Chairunisa, 2015). Selain penyakit ISPA, penyakit lain yang seringkali di derita
anak usia sekolah adalah karies gigi. Hal ini dikarenakan anak – anak kurang
mengerti tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga anak
seringkali melupakan tentang cara menggosok gigi yang benar dan waktu yang
tepat untuk menggosok gigi.Di wilayah RW 3 Mulyorejo, dari door to door yang
sudah dilakukan orang tua menyatakan bahwa dalam 6 bulan terakhir anaknya
mengalami sakit ISPA dan karies gigi. ISPA yang terjadi di wilayah RW 3
kemungkinan penyebabnya rata-rata di setiap rumah jendelanya kurang, sebagian
besar pencahayaan kurang terang, dan jarak antar rumah saling berdekatan serta
beberapa ada yang menjadi satu sehingga menyebabkan lingkungan rumah
menjadi lembab, anak kurang menjaga kebersihan diri, anak kurang mendapat
sumber informasi terkait tentang kesehatan. Sebagian besar keluarga dengan anak
usia sekolah di RW III memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah.Sebagian
besar keluarga dengan anak usia sekolah bekerja wiraswasta. Data yang
didapatkan dari door to door dan winsheild survey terkait masalah kesehatan
tentang karies gigi disebabkan oleh berbagai hal yaitu anak-anak hanya
menggosok gigi semaunya (tidak rajin), dukungan dari orangtua yang kurang

77
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, keluarga juga tidak pernah
memeriksakan gigi dan mulut ke pelayanan kesehatan jika tidak ada keluhan dari
anak, pendidikan orang tua masih rendah (SD dan SMP) sehingga pengetahuan
tentang kesehatan kurang, ekonomi keluarga dengan anak usia sekolah termasuk
dalam tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Setelah melalui proses pengkajian data di RW 3 khususnya RT 01,02,dan 06


didapatkan data bahwa belum terdapat Pokjakes anak usia sekolah. Kegiatan rutin
yang dilakukan anak usia sekolah di wilayah RW 3 adalah mengaji di TPA setiap
hari senin sampai dengan jumat. Kegiatan yang terkait dengan kesehatan belum
pernah diadakan di wilayah RW 3.Hasil pengkajian pada tanggal 7-11 Maret 2016
yang dilakukan melalui door to door, windshield survey dan wawancara dengan
orang tua yang memiliki anak usia sekolah di wilayah RW 03 kelurahan
Mulyorejo, kecamatan Mulyorejo, kota Surabaya ada 88 anak. 69,3% mengatakan
dalam 6 bulan terakhir anaknya pernah sakit ISPA (pilek, batuk, serak, dan
demam), dan 52,3% yang mengalami karies gigi. Perilaku anak-anak tersebut saat
sakit ISPA tergolong rendah dibuktikan dengan 100% anak tetap bergaul dengan
teman-temannya tanpa menggunakan masker, dan 30,7% anak anak tidak rajin
menggosok gigi. Sebanyak 88 % anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap,
79,5 % anak usia sekolah dengan gizi baik, 18,4 % anak usia sekolah dengan gizi
cukup, 1,1 % anak usia sekolah dengan gizi kurang. Dari Hasil FGD yang
diadakan dengan mengundang 4 guru TPA yang ada di wilayah RW 3 Mulyorejo,
mereka mengatakan bahwa belum ada kader khusus yang menangani
permasalahan pada anak usia sekolah khususnya dalam lingkup kesehatan, belum
ada bentuk pelayanan kesehatan khusus yang diberikan pada anak usia sekolah,
kurangnya pengetahuan ibu dalam mencegah dan menangani secara mandiri anak
usia sekolah yang mengalami masalah kesehatan khususnya ISPA dan karies gigi,
kurangnya pendidikan kesehatan anak usia sekolah tentang perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS), serta kurangnya motivasi dan komitmen pada ibu dengan anak
usia sekolah untuk menjaga pola hidup sehat pada anak.

ISPA bisa menyerang anak usia sekolah karena kurangnya kebersihan diri
dan lingkungan serta menjaga pola makan yang sehat. Meskipun di wilayah RW 3

78
anak-anak seringkali mengalami ISPA ringan, tetapi hal tersebut dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar anak di sekolah dan berpotensi untuk menjadi
ISPA berat. Kematian dapat terjadi pada kasus ISPA berat yang menyerang paru-
paru disebut pneumonia. Karies gigi atau gigi berlubang merupakan penyakit
infeksi yang merusk struktur gigi. Salah satu penyebab penyakit ini adalah cara
menggosok gigi yang salah dan tidak rajin menggosok gigi. Jika penyakit ini
dibiarkan, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi,
berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian.
Promosi kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Promosi kesehatan berupaya
agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara
kesehatan, bagaimana menghindari atau mencegah hal – hal yang merugikan
kesehatan diri sendiri dan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika
sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).Dalam mencegah dan mengurangi
potensi komplikasi permasalahan kesehatan anak usia sekolah, perlu deteksi dini
gangguan kesehatan agar tidak berkembang menjadi masalah yang lebih berat.
Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan promosi kesehatan
dimana program ini akan meningkatkan pengetahuan anak usia sekolah tentang
pentingnya menjaga kesehatan diri sehingga diharapkan dapat mengurangi angka
kejadian ispa dan karies gigi, dapat memantau perkembangan, pertumbuhan dan
permasalahan anak usia sekolah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas khususnya kesehatan anak


usia sekolah diharapkan masyarakat RW 03 Kelurahan Mulyorejo Surabaya dapat
meningkatkan kemampuannya untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan anak usia sekolah yang optimal.

79
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas, masyarakat dapat:

1. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan anak usia sekolah secara


mandiri.
2. Mengerti dan memahami tentang perilaku hidup bersih dan sehat
3. Mengerti dan memahami tentang bahaya jajanan / makanan tidak sehat
4. Mengerti dan memahami tentang makanan sehat
5. Mengerti dan memahami tentang penyakit ISPA dan pencegahannya
6. Mengerti dan memahami tentang pendidikan seksual dini.
7. Mengerti dan memahami tentang manfaat dan cara cuci tangan yang benar.
8. Mengerti dan memahami tentang manfaat dan cara gosok gigi yang benar.

1.3 Manfaat Kegiatan


1.3.1 Bagi mahasiswa

1. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas pada anak usia sekolah


secara nyata.
2. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan
komunitas pada anak usia sekolah.
3. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika pada anak usia sekolah.
1.3.2 Bagi masyarakat
1. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit padaanak usia sekolah.
2. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan mamahami
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan
yang ada pada anak usia sekolah.
3. Anak usia sekolah mengetahui gambaran status kesehatan anaknya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

80
1.3.3 Bagi pendidikan
1. Salah satu indikator keberhasilan program studi ilmu keperawatan fakultas
keperawatan Universitas Airlangga Surabaya program profesi khususnya di
bidang keperawatan komunitas pada anak usia sekolah.
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktek
keperawatan komunitas pada anak usia sekolah selanjutnya.
1.3.4 Bagi profesi
1. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang professional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
2. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas pada anak usia
sekolah sehingga profesi mampu mengembangkannya.

1.4 Ruang Lingkup


Asuhan keperawatan komunitas ini dilaksanakan di RT 01, 02, dan 06 RW
03 Kelurahan Mulyorejo dalam masalah kesehatan anak usia sekolah.

1.5 Metode Pendekatan


Metode pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan penerapan
metode pendekatan pada guru TPA, keluarga dan masyarakat melalui asuhan
keperawatan profesional yang meliputi biologis, psikologis, sosial dan kultural
secara mandiri maupun kolaborasi lintas sektor.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dimulai pengkajian keperawatan, hasil analisis data,
penapisan masalah, penentuan prioritas diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi, evaluasi keperawatan dan simpulan.

81
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai, perhatianyang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006).Keperawatan komunitas sebagai suatu
bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara
aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak,
2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Irnanda, 2012).
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut(Irnanda, 2012):
a. Pelayanan keperawatan secara langsung terhadap individu, keluarga,
dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

82
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok.
Menurut Mubarak (2006) fungsi keperawatan komunitas yaitu:
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan
2.1.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas menurut Irnanda (2012)
adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

83
b. Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran
dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan
tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi
maupun secara sosial.
c. Kerjasama (partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

2.2 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health


Nursing)
2.2.1 Definisi
Perawatan Kesehatan Masyarakat sering disebut dengan PHN
(Public Health Nursing) namun pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut
CHN (Community Health Nursing). Perubahan istilah public menjadi
community, terjadi dibanyak negara karena istilah “public” sering kali di
hubungkan denganbantuan dana pemerintah (government subsidy atau
public funding), sementara keperawatan kesehatan masyarakat dapat
dikembangkan tidakhanya oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat
atau swasta, khususnyapada sasaran individu (UKP), contohnya perawatan
kesehatan individu dirumah (home health nursing).

84
Keperawatan kesehatan masyarakat adalahpelayanan keperawatan
profesional yang merupakan perpaduan antarakonsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan padaseluruh
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.Dalamupaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melaluipeningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) disemua tingkat
pencegahan dengan menjaminketerjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan kliensebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasipelayanan keperawatan (KepMenKes RI, 2006).
2.2.2 Tujuan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesianomor 279 tahun 2006, tujuan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat adalah meningkatkankemandirian masyarakat dalam
mengatasi masalah keperawatan kesehatanmasyarakat yang
optimal.Pelayanan keperawatan diberikan secara langsungkepada seluruh
masyarakat dalam rentang sehat–sakit denganmempertimbangkan
seberapa jauh masalah kesehatan masyarakatmempengaruhi individu,
keluarga, dan kelompok maupun masyarakat.
2.2.3 Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh
masyarakattermasuk individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi
termasuk kelompok/masyarakat penduduk di daerah kumuh, terisolasi,
berkonflik, dan daerahyang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan.Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dapat diberikan
secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yaitu:
a. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
yangmempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
b. Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung
padakeluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun
kronis.Peranhome care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam

85
merawat anggotakeluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah
kesehatan.
c. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)diberbagai
institusi pendidikan. Perawat sekolah melaksanakan program screening
kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan
d. Di tempat kerja/ industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan
kasuskesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home
industri/industri, pabrik dll.Melakukan pendidikan kesehatan untuk
keamanan dankeselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah
raga danpenanganan perokok serta pengawasan makanan.
e. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus
akut,penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
f. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan
kepadaindividu, kelompok masyarakat di pedesan, kelompok
terlantar.Pelayanankeperawatan yang dilakukan adalah pengobatan
sederhana, screeningkesehatan, perawatan kasus penyakit akut dan kronis,
pengelolaan danrujukan kasus penyakit.
g. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, pantiwreda,
dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau
lembagapemasyarakatan (Lapas).
h. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
1) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak,
lansiamendapat perlakukan kekerasan
2) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
3) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
4) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok
lansia,gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV, dan
WTS.

86
2.3 Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah menurut definisi WHO (2007) yaitu, golongan
anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak
yang berusia 7-12 tahun.Pada usia sekolah anak mencari jati diri dan akan
sangat mudah terpengaruh lingkungan, terutama teman sebaya yang
pengaruhnya sangat kuat seperti anak akan merubah perilaku dan kebiasaan
temannya, termasuk perubahan kebiasaan makan. Peranan orang tua sangat
penting.Selama pertengahan tahun masa kanak-kanak, dasar-dasar peran
dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Negara-
negara industri periode ini dimulai saat anak mulai masuk sekolah dasar
sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda akhir
masa kanak-kanak menengah. Tugas perkembangan pada masa anak usia
sekolah berfokus pada kemampuan fisik, kognitif, dan psikososial
(Gunarsah, 2008).
Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan
merupakan transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain ke
kehidupan belajar, dan bekerja terstruktur.Sekolah dan rumah
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.Hal ini membutuhkan
penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak harus belajar menghadapi
peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan teman sebaya.Orang
tua harus membiarkan anak-anak membuat keputusan menerima tanggung
jawab dan belajar dari pengalaman kehidupan (Gunarsah, 2008).

2.4 Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah


2.4.1 Pemberian Asupan Gizi Seimbang
Golongan umur ini sudah mempunyai daya tahan tubuh yang
cukup.Mereka jarang terjangkit infeksi atau penyakit gizi.Tetapi
kebutuhan nutrien justru bertambah, karena mereka sering melakukan
berbagai aktivitas, seperti bermain di luar rumah, olahraga, pramuka, dan
kegiatan sekolah lainnya.Kebutuhan energi pada golongan umur 10-12
tahun lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan

87
yang lebih pesat dan aktivitas yang lebih banyak.Sejak umur 10-12 tahun
kebutuhan energi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan.Selain
itu, anak perempuan yang sudah haid memerlukan tambahan protein dan
mineral besi (Markum, dkk, 2002).
Tujuan pemberian makan pada anak (Markum, dkk, 2002) adalah:
a. Memberikan nutrien yang cukup sesuai dengan kebutuhan, yang
dimanfaatkan untuk tumbuh kembang yang optimal, penunjang
berbagai aktivitas, dan pemulihan kesehatan setelah sakit.
b. Mendidik kebiasan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan,
belajar menyukai, memilih, dan menentukan jenis makanan yang
bermutu.
Jadwal pemberian makan merupakan kelanjutan dari jadwal masa
bayi dengan sedikit penyesuaian, menjadi sebagai berikut : 3 kali makan
utama (pagi, siang, dan malam/sore), diantaranya diberikan makanan kecil
atau jajanan, dan bila mungkin tambahan susu (Markum, dkk, 2002).
Secara lebih terinci jadwal yang dianjurkan adalah:

88
Keterangan :
1) Dapat diganti dengan makanan penukarnya seperti roti, jagung,
kentang, sagu.
2) Diartikan sumber protein hewani : daging, telur, hati, ikan laut,
ikan tawar.
3) Diartikan sumber protein nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan.
4) Dapat diganti dengan makanan penukar sebanyak 25 gram.
5) Berat biskuit “Regal” : 8-10 gr/buah. Berat biskuit “ Farley” : 15-
16 gr/buah
Urt : ukuran rumah tangga
G : gram
Jenis bahan makanan pokok untuk dihidangkan terdiri atas : 1)
Serealia, yang merupakan makanan pokok dan sumber kalori. Misalnya
tepung, beras, ubi, ketela, sagu, jagung. 2) Makanan asal hewan sebagai
lauk-pauk dan sumber protein hewan, seperti telur, daging, jeroan, ikan

89
tawar , ikan laut, dan daging unggas. 3) Sayuran sebagai lauk-pauk.
Misalnya kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, seperti kacang
hijau, kacang panjang, daun-daunan seperti bayam, kangkung, daun ketela,
kubis, dan umbi-umbian seperti wortel, bit (makanan yang telah diolah
menjadi tahu dan tempe). 4) Buah-buahan merupakan sumber vitamin A
dan vitamin C, seperti alpukat, nenas, pisang, jeruk, pepaya, dan mangga
(Markum, dkk, 2002).
Hardiansyah dan Tambunan (2004) mengartikan Angka
Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari
pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup
sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan.
Selanjutnya Angka Kecukupan Protein (AKP) dapat diartikan rata-rata
konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein yang hilang ditambah
sejumlah tertentu, agar mencapai hampir semua populasi sehat (97.5%) di
suatu kelompok umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh tertentu pada
tingkat aktivitas sedang. Angka kecukupan energi dan protein pada anak
usia sekolah dapat dilihat pada tabel.

2.4.2 Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut


Kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting karena gigi dan gusi
yang tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan,
dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya (Herijulianti, dkk, 2010).
Mulut merupakan suatu tempat yang sangat ideal bagi
perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan semburna, sisa

90
makanan yang terselip bersama bakteri akan bertambah banyak dan
membentuk koloni yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis, lengket, dan
tidak berwarna. Plak merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri
yang dapat memproduksi asam. Jika tidak disingkirkan dengan melakukan
penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email gigi
dan menyebabkan gigi berlubang (Ramadhan, 2010).

Dampak lainnya adalah:


a) Sakit gigi
b) Gusi berdarah dan bengkak
c) Karies gigi (gigi berlubang)
d) Nafas tidak segar/bau mulut
e) Gigi goyang
f) Gigi kuning
g) Gigi sensitif
h) Sariawan
i) Karang gigi
Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan gigi
(Ramadhan, 2010) di antaranya adalah:
a. Menggosok gigi minimal 2 kali sehari setiap pagi setelah sarapan dan
sebelum tidur
b. Sikat seluruh permukaan gigi dan sikatlah gigi selama 2 menit
c. Ganti sikat gigi setiap 3 bulan
d. Hindari kebiasaan makan makanan manis dan lengket diantara waktu
makan (missal permen coklat, soda, dll), serta makan makanan yang
mengandung asam (missal cuka, asam jawa, kunyit) karena dapat
mengikis lapisan email gigi.
e. Periksa rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

91
Cara menggosok gigi yang benar menurut Maulani, dkk (2005)
yaitu:
a. Pemilihan sikat gigi
1) Untuk anak pilih sikat gigi yang kecil baik tangkai maupun kepala
sikatnya, sehingga mudah dipegang dan tidak merusak gusi.
2) Bulu sikat jangan terlalu keras/terlalu lembut dan terlalu jarang.
Pilih yang bulu sikatnya lembut tapi cukup kuat untuk melepas
kotoran di gigi
3) Ujung kepala sikat menyempit hingga mudah dijangkau seluruh
bagian mulutnya
4) Ujung sikat gigi dan ujung bulu sikat sedekat mungkin, bila tidak
ujung sikat gigi sudah berada di bagian belakang namun bulu sikat
tidak menyentuh gigi. Sehingga terdapat bagian gigi yang tidak
tersikat. Ini biasa terjadi pada gigi geraham.

b. Cara menyikat gigi (Ramadhan, 2010)

1) Letakkan posisi sikat 45° terhadap gusi.


2) Gerakkan sikat dari arah gusi ke bawah untuk gigi rahang atas
(seperti mencungkil)
3) Gerakkan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah
4) Lalu lakukan gerakan memutar perlahan, dengan demikian plak
akan terlepas dari setiap gigi
5) Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta
permukaan dalam dan luar gigi dengan cara tersebut.

92
6) Sikat permukaan gigi geraham dari arah belakang ke depan
7) Sikat permukaan lidah agar makanan yang masih menempel dapat
hilang secara maksimal
8) Kumur sebanyak 2-3 kali untuk membilas seluruh permukaan
mulut yang telah disikat
Cara mencegahan sakit gigi:
1) Menggosok gigi yang benar
2) Bila ada gigi yang berlubang harus dirawat dengan benar. Pada
bagian gigi yang berlubang jangan ditusuk-tusuk dengan tusuk gigi
atau alat lainnya.
3) Jangan mengkonsumsi obat antibiotik tanpa resep dokter. Contoh:
CTM, ampicillin, amoxcilin.
4) Segera periksa ke dokter gigi

93
BAB 3
PENGKAJIAN KOMUNITAS
DI RW 3 KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN MULYOREJO
KOTA SURABAYA

3.1 Pengkajian Data Umum


Berdasarkan data pengkajian mahasiswa Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas di RW III (RT 1, 2, dan 6) Kelurahan Mulyorejo Kecamatan
Mulyorejo pada tanggal 7 – 11 Maret 2016 dan kegiatan Focused Group
Discusion (FGD) pada tanggal 15Maret 2016diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Winshieldsurvey di RW III Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan
Mulyorejo, Kota Surabaya tanggal 7 Maret 2016
Elemen Deskripsi
Perumahan, Lingkungan Bangunan :
Daerah RW III
Sebagian besar anak usia sekolah tinggal di rumah
permanen.
Arsitektur :
RW III
Bentuk rumah di wilayah RW III hampir sama antara
satu rumah dengan yang lain. Hampir semua
lantainya terbuat dari tegel, rata-rata di setiap rumah
terdapat jemdela, sebagian besar pencahayaan kurang
terang, dan jarak antar rumah saling berdekatan serta
beberapa ada yang menjadi satu.
Halaman :
RW III:
Sebagian besar rumah penduduk di wilayah RW III
(RT 1, RT 2, dan RW 6) tidak memiliki halaman
Lingkungan Terbuka Luas :
RW III
Tidak terdapat lahan kosong, hampir semua lahan
digunakan sebagai lahan perumahan.
Halaman di depan mushola banyak digunakan anak
usia sekolah untuk bermain
Halaman balai RW III biasa digunakan untuk
kegiatan Posyandu Lansia, Posyandu Balita, Senam
Lansia, Taman Kanak-kanak, tempat bermain anak
usia sekolah, dan kegiatan warga
Batas Wilayah Batas Daerah :
RW III:
Utara : RW 2
Timur : Makam Pedukuhan Kalijudan

94
Selatan : Makam Pedukuhan Ngembong
Barat : wilayah Mojoklangru
Tingkat Sosial Ekonomi Tingkat Sosial :
RW III:
Masyarakat di RW III mempunyai hubungan sosial
yang baik antar-tetangga, kegiatan warga dapat
berjalan.

Tingkat Ekonomi :
RW III:
Sebagian besar keluarga dengan anak usia sekolah di
RW III memiliki tingkat ekonomi menengah
kebawah.
Sebagian besar keluarga dengan anak usia sekolah
bekerja wiraswasta
Kebiasaan 1. Anak – anak menghabiskan waktu dari jam 06.30
– 12.00 WIB di sekolah masing - masing.
2. Anak usia sekolah di RW 3 menghabiskan waktu
luangnya setelah sekolah yaitu bermain dengan
teman-temannya, menonton TV, dan bermain
HP.
3. Saat sore hari senin – jumat anak usia sekolah
yang mengaji di mushola namun ada juga anak
usia sekolah yang laki-laki seringkali bermain di
warnet.
4. Malam hari anak usia sekolah menghabiskan
waktu untuk belajar, menonton TV, dan bermain
dengan teman - temannya.
Transportasi 1. Sebagian besar anak usia sekolah menggunakan
transportasi sepeda, dibonceng sepeda motor,dan
becak untuk menuju ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Kondisi jalan besar di RW III (RT 1, 2 dan 6)
terbuat dari paving, di beberapa bagian jalan
terdapat polisi tidur, gang-gang sempit berukuran
kurang lebih 1 – 2 meter yang hanya bisa dilalui
sepeda motor dan kendaraan kecil lain.
Fasilitas Umum Kesehatan :
Terdapat Puskesmas Mulyorejo sebagai puskesmas
induk, bidan praktik swasta.
Sekolah :
Terdapat PAUD dan TK
Agama :
Terdapat masjid dan mushola
Ekonomi :
Terdapat toko kebutuhan sehari-hari, bengkel,
pedagang kaki lima, pedagang kelililng, dan warung

95
makan
Agen-agen :
Air isi ulang dan minyak tanah
Lain-lain :
Poskamling, ponten umum, makam, lapangan
bulutangkis, BPS, dll.
Suku Bangsa Sebagian besar anak usia sekolah merupakan suku
Jawa
Agama Mayoritas anak usia sekolah beragama Islam
Health Morbidity Penyakit terbanyak yang terjadi pada anak usia
sekolah selama 6 bulan terakhir adalah ISPA dan
karies gigi.
Sarana Penunjang 1. Rata-rata mempunyai televisi, radio.
2. Media cetak yang dibaca oleh sebagian besar
masyarakat adalah koran dan majalah.
3. Sudah ada sumber air bersih yaitu PDAM dan
sumur. Air yang dikonsumsi warga untuk
kebutuhan makan dan minum ada yang
menggunakan PAM, dan juga air mineral.
4. Sumber penerangan menggunakan PLN
5. Sumber informasi kesehatan didapatkan anak usia
sekolah selama ini dari sekolah.

3.2 Data Sekunder


3.2.1 Proporsi Anak Usia Sekolah RW 03 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

41
47 Laki-laki
Perempuan

Gambar 3.1 Proporsi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin di RW


03 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya
pada tanggal 7-11 Maret 2016
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia sekolahpada
rentang usia 5-12 tahun berjenis kelamin laki-laki.Karena sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki, kegiatan yang sering dilakukan adalah pencak silat dan sepak
bola.

96
3.2.2 Proporsi Anak Usia Sekolah RW 03 Berdasarkan Status Gizi

Status Gizi
1

16
Baik
Cukup
71 Kurang

Gambar 3.2 Proporsi Anak Usia SekolahBerdasarkan Status Gizidi RW 03


Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya
pada tanggal 7-11 Maret 2016
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besaranak usia sekolah pada
rentang usia 5-12 tahun mempunyaistatus gizibaik dan hanya sebagian kecil
mempunyai gizi kurang.

3.2.3 Proporsi Anak Usia Sekolah RW 03 Berdasarkan Imunisasi

Imunisasi

10

Lengkap
Tidak Lengkap
78

Gambar 3.3 Proporsi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Imuniasidi RW 03


Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya pada
tanggal 7-11 Maret 2016

97
Gambar 3.3 menunjukkan bahwa sebagaian besar anak usia sekolah pada
rentang usia 5-12 tahun mempunyai status imunisasilengkap dan hanya sebagian
kecil yang status imunisasi tidak lengkap.

3.2.4 Proporsi Anak Usia Sekolah RW 03 Berdasarkan Kebiasaan Gosok

Gigi

Kebiasaan Gosok Gigi


0

27
Rajin
Tidak Rajin
61
Tidak Pernah

Gamba2r 3.4 Proporsi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Kebiasaan Gosok Gigidi
RW 03 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya
pada tanggal 7-11 Maret 2016
Gambar 3.4 menunjukkan bahwa sebagian besaranak usia sekolah pada
rentang usia 5-12 tahun mempunyaikebiasaan gosok gigiyang rajin dan sebagian
kecil mempunyai kebiasaan gosok gigi yang tidak rajin. Namun masih banyak
ditemukan anak usia sekolah yang mengalami karies gigi.

3.2.5 Proporsi Anak Usia Sekolah RW 03 Berdasarkan Kejadian Sakit Gigi

Kejadian Sakit Gigi

42
46 Ya
Tidak

98
Gambar 3.5 Proporsi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Kejadian Sakit Gigidi
RW 03 Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya
pada tanggal 7-11 Maret 2016

Gambar 3.5 menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia sekolah pada
rentang usia 5-12 tahun mengalamikejadian sakit gigidan sebagian kecil tidak
pernah mengalami sakit gigi. Pemeriksaan gigi yang tidak teratur dan pola makan
tidak sehat menjadi penyebab masalah gigi pada anak usia sekolah.

3.2.6 Proporsi Anak Usia Sekolah RW 03 Berdasarkan Kejadian ISPA

Kejadian ISPA

42
46 Ya
Tidak

Gambar 3.5 Proporsi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Kejadian ISPAdi RW 03


Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya pada
tanggal 7-11 Maret 2016

Gambar 3.5 menunjukkan bahwa sebagian besaranak usia sekolah pada


rentang usia 5-12 tahun mengalamikejadian ISPAdan hanya sebagian kecil tidak
pernah mengalami ISPA. Pola hidup tidak sehat menjadi faktor pemicu terjadinya
ISPA pada anak usia sekolah.

3.4 Data saat FGD

Tabel 3.2 Hasil Focus Group Discussion RW 03 Kelurahan Mulyorejo, Maret


2016
No Masalah POKJA Solusi yang sudah Rencana solusi
dilakukan
1 Kurangnya Belum pernah ada Mengadakan
pengetahuan ibu pendidikan penyuluhan
dalam mencegah kesehatan yang (pendidikan

99
dan menangani diberikan pada Ibu kesehatan) pada ibu
secara mandiri anak dengan anak usia terkait dengan
usia sekolah yang sekolah pencegahan dan
mengalami masalah penanganan anak
kesehatan dengan ISPA dan
khususnya ISPA Karies gigi
dan karies gigi
2 Kurangnya Sudah pernah Memberikan
pendidikan dilakukan tentang pelatihan cuci
kesehatan anak usia penyuluhan PHBS tangan pakai sabun
sekolah tentang namun masih belum dan gosok gigi serta
perilaku hidup termotivasi untuk mengadakan
bersih dan sehat melakukan dalam pelatihan dan lomba
(PHBS) kehidupan sehari- untuk membuat
hari makanan sehat pada
anak usia anak
sekolah
3 Kurangnya belum pernah Mengadakan lomba
pengetahuan anak dilakukan kegiatan kreasi makanan
tentang makanan tentang menghias sehat dan
sehat makanan sehat penyuluhan tentang
makanan sehat pada
anak usia sekolah
4 Kurangnya antusias ada kegiatan pencak Mengadakan lomba
anak terhadap silat dan sepak bola bercerita
permainan tapi tidak teratur menggunakan
tradisional dan puzzle tentang pola
edukatif hidup sehat
5 Anak lebih sering belum pernah ada Mengadakan
menghabiskan pendidikan penyuluhan
waktu di warnet dan kesehatan seksual mengenai
dikhawatirkan dini pada anak pendidikan seksual
melihat hal-hal yang dini pada anak
berbau negatif

100
BAB 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW 3 KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA

4.1 Analisa Data


Dari hasil pendataan, maka data-data yang ada dianalisa sebagai berikut :

Tabel 4.1 Analisa data asuhan keperawatan komunitas di RW 03 Kelurahan Mulyorejo, Maret 2016
Data Subyektif Data Obyektif Masalah Keperawatan
1. Guru TPA mengatakan anak-anak lebih suka 1. Ada 88 anak usia sekolah di wilayah Ketidakefektifan
bermain gadget dan pergi ke warnet. RW 03 dan hanya 11 anak yang pemeliharaan kesehatan
2. Guru TPAmengatakan anak yang suka bermain di mengunjungi taman baca. anak usia sekolah di RW 03
warnet, gadget, dan menonton TV bisa 2. Anak usia sekolah jarang terlihat kelurahan Mulyorejo
mengganggu kesehatan karena pola makan dan bermain di luar rumah, mayoritas berada
tidur yang tidak teratur. di dalam rumah menonton TV dan
3. Guru TPAmengatakan banyak ibu yang belum bermain gadget.
mengetahui tentang pemenuhan kesehatan gizi 3. Tampak ibu yang membiarkan anaknya
anak usia sekolah. jajan sembarangan
4. Guru TPAmenyarankan adanya tambahan 4. Kurangnya kesadaran ibu dalam
pengetahuan untuk konsumsi makanan/ jajanan pemberian makanan/ jajanan sehat untuk
sehat pada orang tua yang memiliki anak usia anak
sekolah. 5. Terdapat 61 anak yang mengalami ISPA
5. Beberapa orang tua mengatakan anak mereka suka dan 46 anak yang mengalami sakit gigi 6
jajan sembarangan dan gigi anak berlubang bulan terakhir.
6. Beberapa ibu mengatakan belum mengetahui 6. Ada 27 anak yang tidak rajin menggosok
mendetail tentang penanganan secara mandiri gigi

101
anak usia sekolah yang mengalami masalah 7. Ada 71 anak yang memiliki gizi baik, 16
kesehatan khususnya ISPA dan karies gigi anak yang memiliki gizi cukup, 1 anak
7. Beberapa ibu mengatakan anaknya pernah yang memiliki gizi kurang.
menderita batuk, pilek, dan sakit gigi.
8. Guru TPA mengatakan ibu-ibu mengerti tentang
pentingnya menggosok gigi namun masih
memiliki kemauan dan kedisiplinan yang rendah
9. Beberapa anak mengatakan pernah melihat video
porno bersama teman-temannya
10. Beberapa anak mengatakan bahwa mereka melihat
video porno tersebut diwarnet dan di vcd rumah
saat orangtua tidak berada dirumah

102
4.2 Penapisan Masalah

Dari hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun

penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Penapisan masalah asuhan keperawatan komunitas RW 03 Kelurahan Mulyorejo, Maret 2016
Diagnosa keperawatan Pentingnya penyelesaian Perubahan positif untuk Penyelesaian untuk
pada agregat Pokja anak masalah penyelesaian di peningkatan kualitas
usia sekolah 1 : rendah komunitas hidup
2 : sedang 0 : tidak ada 0 : tidak ada Total Score
3 : tinggi 1 : rendah 1 : rendah
2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Ketidakefektifan 3 3 3 9
pemeliharaan kesehatan
anak sekolah di RW 03
kelurahan Mulyorejo

1.3 Diagnosis Keperawatan

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah di RW 03 kelurahan Mulyorejo

103
BAB 5
RENCANA DAN STRATEGI POKJAKES ANAK USIA SEKOLAH
DI RW 3 KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA

5.1Intervensi Keperawatan untuk Pokja Anak Usia Sekolah

Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas. Dari diagnosa
tersebut, kami melakukan perencanaan bersama dengan seluruh penanggungjawab pokjakes dan menentukan sarana dan prasarana yang
akan digunakan untuk melaksanakan promosi kesehatan. Adapun perencanaan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Intervensi kperawatan asuhan keperawatan komunitas RW 03 Kelurahan Mulyorejo, Maret 2016
Diagnosa Rencana Tujuan Sasaran Waktu
Keperawatan Kegiatan Hari/Tanggal Tempat Intervensi PJ
Ketidakefekti 1. Penyuluhan Setelah dilakukan anak usia Jumat, 25 Musholla 1. Pilih kelompok sasaran dan Navira
fan tentang tindakan sekolah Maret 2016 Amanah rentang usia yang akan Chairunisa,
pemeliharaan pencegahan keperawatan diberikan pendidikan S.Kep
kesehatan ISPA komunitas 1x kesehatan mengenai ISPA,
anak usia 2. Penyuluhan dalam 1 minggu, Guru TPA Sabtu, 9 April Balai RW karies gigi, sarapan sehat, Navira
sekolah di tentang komunitas dapat dan anak 2016 3 Kel. dan pendidikan kesehatan Chairunisa,
RW III pencegahan memahami usia Mulyorejo seksual dini S.Kep
kelurahan karies gigi tentang sekolah 2. Bantu kelompok sasaran
Mulyorejo pentingnya dalam mengklarifikasi nilai
3. Penyuluhan pencegahan Ibu dan Kamis, 17 Balai RW dan kepercayaan tentang Zakiah Nur
tentang ISPA, karies gigi, anak usia Maret 2016 3 Kel. kesehatan. Suraya,
pendidikan mencegah sekolah Mulyorejo 3. Pilih cara yang tepat untuk S.Kep

104
kesehatan perilaku menarik atensi peserta
seksual dini menyimpang 4. Identifikasi faktor internal
seksual, serta dan faktor eksternal yang
menerapkan berpengaruh terhadap
4. Lomba kreasi sarapan sehat Anak usia Kamis, 31 Balai RW perilaku kesehatan Ragillia
sarapan sehat NOC Knowledge sekolah Maret 2016 3 Kel. 5. Identifikasi karakteristik Irena,
Health Mulyorejo target populasi terhadap S.Kep
Promotion: pendidikan kesehatan yang
5. Pelatihan cuci 1.Perilaku yang Anak usia Sabtu, 9 April Musholla akan diberikan Rizqi
tangan dan mempromosika sekolah 2016 Amanah 6. Gunakan teknik Amaliya.,S.
gosok gigi n kesehatan (3) demonstrasi untuk Kep
serta 2.Mencegah dan meningkatkan keahlian
pemeriksaan mengontrol 7. Libatkan individu, keluarga
gigi infeksi (3) dan kelompok masyarakat
Knowledge: dalam perencanaan dan
Heath Resources implementasi untuk
1. Strategi untuk modifikasi pola hidup sehat
mengakses
pelayanan
kesehatan (3)
Knowledge :
Health behavior
1. Praktik
pemenuhan
nutrisi sehat

1: tidak ada
pengetahuan

105
2: pengetahuan
terbatas
3: pengetahuan
sedang
4: pengetahuan
banyak
5 : pengetahuan
luas

106
BAB 6

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS (PELAKSANAAN KEGIATAN)

DI RW 3 KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA

Dalam kegiatan praktik profesi keperawatan komunitas ini, implementasi yang dapat kami laksanakan dengan hasil kesepakatan
pada perencanaan antara warga di RW 3 Kelurahan Mulyorejo Kota Surabaya dengan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya adalah sebagai berikut :
Diagnosa Kegiatan Pelak Sasaran Waktu Metode Materi Hambatan Solusi
sana Hari Tanggal
Ketidak Penyuluh Maha Kelas 3- Selasa 29 Maret Teams 1. Pengertian 1. Waktu 1. Koordinasi dengan
efektifan an siswa 6 SD RT 2016 Game ISPA pelaksanaan HE guru TPA untuk
pemeli tentang 1,2, dan Tourna 2. Penyebab saat peserta mengaji lebih awal,
haraan pencegah 6 RW 3 ment ISPA mengaji, lalu memberikan
kesehatan an ISPA 3. Tanda sehingga penyuluhan
anak usia gejala ISPA mengganggu
sekolah di 4. Cara waktu mengaji
RW III Penularan 2. Beberapa peserta 2. Membagi peserta
kelurahan ISPA mendominasi saat yang mendominasi
Mulyorejo 5. Pencegahan penyuluhan ke dalam kelompok
ISPA yang berbeda-beda
6. Etika Batuk
Penyuluh Maha Kelas 3- Rabu 30 Maret Puzzle 1. Pengertian 1. Waktu 1. Waktu mengaji
an siswa 6 SD RT 2016 berceri karies gigi pelaksanaan HE dimulai lebih awal

107
tentang 1,2, dan ta 2. Penyebab saat peserta lalu penyuluhan
karies 6 RW 3 karies gigi mengaji, dimulai
gigi dan 3. Tanda gejala sehingga
Guru karies gigi mengganggu
TPA 4. Pencegahan waktu mengaji
karies gigi 2. Tempat yang 2. Tempat penyuluhan
digunakan pindah ke balai RW
penyuluhan tidak 3
memadai
Penyuluh Maha Kelas 4- Kamis 7 April Ceram 1.Pengertian 1. Peserta dan ibu 1. Memaksimalkan
an siswa 6 SD RT 2016 ah dan pendidikan yang datang sedikit anak usia sekolah di
tentang 1,2, dan Tanya seks karena malam hari sekitar balai RW 3
pendidika 6 RW 3 jawab 2.Manfaat untuk datang saat acara
n dan Ibu pendidikan
kesehatan seks
seksual 3.Cara
dini mencegah
pelecehan
seksual pada
anak
Pelatihan Maha Kelas 1- Kamis 31 Maret Demon 1.Manfaat cuci 1. Fasilitas sarana 1. Menggunakan
cuci siswa 6 SD RT 2016 strasi tangan dan prasarana tidak tempat wudhu sebagai
tangan 1,2, dan dan gosok gigi memadai pengganti wastafel
dan 6 RW 3 Simulas 2. Waktu cuci 2. Anak tidak 2. Membeli sikat gigi
gosok i tangan dan membawa sikat untuk dibagikan kepada
gigi serta gosok gigi gigi anak
pemerik 3.Langkah
saan gigi langkah

108
dan mencuci
mulut tangan dan
gosok gigi

Lomba Maha Kelas 3- Ming 3 April Mono 1. Pengertian 1. Anak belum 1. Menjelaskan cara
kreasi siswa 6 SD RT gu 2016 poli sarapan pernah bermain bermain dan aturan
sarapan 1,2, dan dan sehat monopoli permainan serta
sehat 6 RW 3 simula 2. Manfaat menyediakan 2
si sarapan fasilitator di masing
sehat masing kelompok
3. Waktu 2. Siswa yang 2. Mengajak anak anak
sarapan datang sedikit lain secara personal
sehat karena hari libur
4. Komponen
sarapan
sehat

109
BAB 7

EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI WILAYAH RW 3 KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN MULYOREJO KOTA SURABAYA

Dalam kegiatan praktek profesi keperawatan komunitas dan keluarga ini sesuai hasil implementasi yang berhasil kami laksanakan
maka hal-hal yang dapat kami evaluasi adalah sebagai berikut:
Diagnosa Pencapaian NOC SOAP
Keperawatan
Komunitas
Ketidakefektifan NOC Knowledge Health Promotion:
pemeliharaan 1. Perilaku yang mempromosikan Subjektif:
kesehatan anak usia kesehatan (4) 1. Anak usia sekolah mengatakan sudah memahami terkait ISPA dan
sekolah di RW III cara mencegah penyakit ISPA
kelurahan 2. Anak usia sekolah dan guru mengatakan sudah memahami terkai
Mulyorejo karies gigi
3. Anak usia sekolah menjelaskan etika batuk yang benar
4. Anak usia sekolah dapat menjelaskan langkah-langkah cuci tangan
dan menggosok gigi yang benar
5. Anak usia sekolah mengatakan sudah memahami terkait sarapan
2. Mencegah dan mengontrol infeksi sehat
(3) 6. Anak usia sekolah dan ibu mengatakan sudah memahami terkait
pendidikan seksual dini

110
Objektif:
1. Anak usia sekolah dapat mempraktekkan etika batuk yang benar
2. Anak usia sekolah dapat mempraktekkan cara gosok gigi yang
Knowledge: Heath Resources benar
Strategi untuk mengakses pelayanan 3. Anak usia sekolah dapat mempraktekkan cara mencuci tangan
kesehatan (4) dengan benar
4. Anak usia sekolah dapat membuat menu sarapan sehat
5. Anak usia sekolah dapat mempraktekkan cara mencegah perilaku
penyimpangan seksual
Knowledge : Health behavior
Praktik pemenuhan nutrisi sehat (3) Analisis
Diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan anak
usia sekolah di RW III kelurahan Mulyorejo telah teratasi
1: tidak ada pengetahuan
2: pengetahuan terbatas Perencanaan:
3: pengetahuan sedang 1. Perlu diadakan kegiatan yang dapat mencakup seluruh anak usia
4: pengetahuan banyak sekolah dengan menyesuaikan waktu dan tempat sehingga tidak
5: pengetahuan luas mengganggu kegiatan yang ada di masyarakat
2. Perlu diadakan kegiatan yang melibatkan orang tua dan guru TPA
agar dapat mendukung perilaku kesehatan anak

111
BAB 8
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
Praktik profesi keperawatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa
Program Profesi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga di
RT 01, 02 dan 06 RW 03 Kelurahan Mulyorejo merupakan bentuk aplikasi
disiplin ilmu keperawatan keluarga dan komunitas.
Kegiatan praktik profesi keperawatan komunitas di RW 03 kelurahan
Mulyorejo yang dilaksanakan dibagi menjadi beberapa kelompok kerja kesehatan
(POKJAKES) salah satunya pokjakes AUS (Anak Usia Sekolah). Kegiatan yang
telah dilakukan pada POKJAKES AUS adalah penyuluhan tentang pencegahan
dan penanganan ISPA, penyuluhan tentang karies gigi, penyuluhan tentang
pendidikan seksual dini, pelatihan cuci tangan dan gosok gigi serta pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut dan lomba kreasi sarapan sehat.
Secara umum, praktik profesi keperawatan komunitas yang dilakukan oleh
mahasiswa berkerja sama dengan masyarakat di wilayah RW 03 Kelurahan
Mulyorejo serta kelompok kerja kesehatan pada khususnya, mendapatkan respon
yang cukup baik dari masyarakat. Terbukti dari ketertarikan dan antusiasme warga
yang cukup tinggi terhadap semua kegiatan POJAKES AUS. Semoga dengan
adanya praktik keperawatan komunitas dari Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga dapat lebih memotivasi warga untuk selalu meningktakan derajat
kesehatan diri sendiri, keluarga dan sekitar lingkungan khususnya pada anak usia
sekolah.
8.2 Saran
Adapun saran-saran yang ingin kami sampaikan kepada beberapa pihak antara
lain:
1. Pemberian arahan dan bimbingan yang intensif pada mahasiswa dengan
konsep bimbingan yang baku sebelum terjun ke masyarakat
2. Mahasiswa diharapkan lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal
serta ketrampilan tentang konsep keperawatan komunitas, sehingga kinerja

112
dalam melaksanakan praktik profeesi keperawatan komunitas dapat lebih
optimal
3. Perlu adanya pengembangan metode dan media baru untuk memberikan
pendidikan kesehatan terhadap anak usia sekolah yang lebih menarik
4. Perlu adanya kegiatan yang dapat menjangkau sasaran lebih banyak dan
melibatkan orangtua dan guru TPA
5. Diharapkan dapat terbentuk kader POKJAKES AUS di RW 03 sehingga dapat
meneruskan penyuluhan dan pendidikan kesehatan khususnya pada anak usia
sekolah serta melakukan deteksi adanya masalah kesehatn pada anak usia
sekolah, kemudian melakukan kerjasama dengan puskesmas dalam
menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ditemui.

113
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, GM, Butcher, HK, dan Dochterman, JM 2013, Nursing Interventions


Classification (NIC), Mosby Elsevier, Philadelphia
Gunarsah, Singgih 2008. Dasar dan Teori Perkembangan Anak Seri Psikologi.
Gunung Mulia, Jakarta.
Herijulianti, Eliza, dkk, 2010, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta.
Irnanda, Y 2012, Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Komunitas
pada Kader Posyandu di Wilayah Binaan Kelurahan Gedung Johor
Kecamatan Medan Johor, USU, Medan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI 2006, Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta.
Moorhead, S, Johnson, M, Maas, ML dan Swanson, E 2013, Nursing Outcomes
Classification (NOC), Mosby Elsevier, Philadelphia
Mubarak, dkk 2006, Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi, Salemba
Medika, Jakarta.
Ramadhan, Ardyan Gilang, 2010, Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukunè,
Jakarta.
Sumijatun, dkk 2006, Konsep Dasar Keperawatan Komunitas, EGC, Jakarta.

114

Anda mungkin juga menyukai