Anda di halaman 1dari 23

KASUS TUTOR 1

Mr Ruslan adalah seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat merokok seratus bungkus per-tahun,
menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Sekitar dua tahun lalu pasien menemukan bercak
keperakan di lidahnya tetapi tidak segera mencari pertolongan medis. Dia terus merokok dan
menggunakan tembakau kunyah. Gejala yang muncul: Sekitar enam bulan yang lalu pasien mencari
pertolongan medis setelah ia mengalami gejala berikut: Perasaan ada sesuatu yang tersangkut di
tenggorokan. Kesulitan mengunyah atau menelan. Kesulitan menggerakkan lidah. Kesulitan
mengartikulasikan kata-kata, dan Lidah mati rasa.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik ditemukan adanya karsinoma skuamosa oral dari dua
pertiga anterior lidah dan dasar mulut yang sayangnya telah menjalar ke kelenjar getah bening. Ia
dirawat dengan bedah reseksi lidah luas, reseksi tulang dan jaringan lunak. Keganasan cancer ini
berkembang pesat meskipun telah diobati dan mengakibatkan nekrosis jaringan yang luas yang
mengakibatkan gejala yang mengganggu seperti : hipernasitas dan kehilangan lidah yang membuat
ucapan sama sekali tidak bisa dipahami. Kehilangan gigi secara ekstensif ditambah dengan hilangnya
fungsi lidah sehingga sangat sulit untuk menelan. Kerusakan wajah yang parah, Ulkus rongga mulut
nekrotik yang tidak sembuh-sembuh menyebabkan bau tak sedap yang parah. Sakit wajah.

Pada awalnya, gejala yang di alami pasien cukup terkontrol dengan baik dengan terapi obat Metadon
(50 mg tiga kali sehari), morfin sulfat drift (50 mg setiap empat jam,) untuk mengatasi rasa sakit dan,
berdasarkan "sesuai kebutuhan", haloperidol (0,5 mg setiap enam jam) untuk mual dan muntah,
lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kecemasan, dan pasien menunjukkan respon cukup baik
dengan rejimen ini selama beberapa minggu, tetapi seiring berkembangnya penyakit, rasa sakitnya
memburuk akibat nekrosis jaringan lokal yang luas yang berpuncak pada saat masuk ke rumah sakit
untuk mengontrol gejala. Setelah masuk rumah sakit, banyak intervensi dicoba sebagai upaya untuk
meredakan rasa sakit Mr. ruslan termasuk: konversi dari metadon oral menjadi infus morfin subkutan
berkelanjutan (6 mg / jam) pasien terkontrol anestesi (PCA) dari morfin sulfat infus 2 mg setiap 15
menit sesuai kebutuhan lorazepam (0,5mg setiap 4 jam); gel metronidazol dioleskan ke jaringan yang
mengalami ulserasi di wajah (untuk mengontrol infeksi lokal dan dengan demikian bau tak sedap)
oksigen melalui kanula hidung; dan kipas angin lembut bertiup di wajahnya. Sayangnya, tidak ada
pengobatan yang dapat meringankan atau mengurangi rasa sakitnya yang parah.

STEP 1

KATA SULIT

1. Hipernasitas
Adalah Suara yang menyerupai suara sengau.
2. Morfin sulfat drif
Morfin adalah obaat yang di gunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga nyeri berat -obat
ini mengubah carah tubuh meredakan rasa sakit.
3. Reseksi
Reseksi merupakan tidakan bedah yang di lakukan untuk mengankat seebagian dari organ
tertentu
4. Metadon
Adalah Obat yang di gunakan untu meringankan rasa sakit yang di akibatkan oleh cidera atau
obat opioit sintetik yang di gunakan pengobatan pada pasie kecaduan dari pengguna golongan
opioid
5. Ulserasi
Adalah Keadaan jaringan terauma mulut yang terjadi karna terdapat infeksi. Alserasi di bagi
menjadi 2 Yaitu:
a. ulserasi akut adalah Bisa di sebabkan oleh trauma sikat gigi,tergigi dan sebagiannya dan
bila di biaran saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari
b. ulserasi kronik adalah Akan sulit sembuh jika di biaran tanpa di beri tindakan apa-apa
6. Metronidazole
Adalah obat antibiotik yang di gunakan untuk mengobati peyakit yang di sebabkan oleh infeksi
bakteri di bagian perut, vagina, kulit,sendi, hati, saluran pernapasan dll.
7. Rejimen
Merupakan komposisi jenis jjumlah dan frekuensi pemberian obat sebagai terapi pengobatan.
8. Karsinoma skuamosa
Adalah Salah satu kangker kuit yang menyerang sel skuamosa yaitu sel yang meembentuk
lapisan tengah dan luar kulit, umumnya menyerang bagian tubuh yang terpapar matahari
antaralain wajah, leher tangan dan kaki.

STEP II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa intervensi yang di lakukan untuk mengurangi keluhan klien?


2. Sebagai petugas kesehatan bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut?
3. Apa tindakan fokus perawat yang harus di tangani pada kasus tersebut ?
4. Selain terapi dalam kasus adakah terapi yang dapat di lakukan ?
5. Apa saja factor resiko pada pasien tersebut?
6. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada kasus tersebuat ?
7. Berdasarkan keadaan pasien apakah tepat di lakukan perawatan paliatif ?
8. Apa perinsip pelayanan paliatif pada pasien cencer ?
9. Mengapa perlu di lakukan anastesi PCA?
STEP III

KLASIFIKASI MASALAH

1. Terapi Obatan yang dapat di berikan:


 Perawatan nyeri
 Perawatan paliatif
2. Fisik, dengan pengobatan, respon obat yang diberikan pada pasien, Psikologis dengan
memberikan pengertian kepada keluarga dan pasien mengenai penyakitnya dan juga
memberikan motivasi, Dukungan Sosial dengan memberikan support system keluarga,
Lingkungan dengan menyediakan lingkungan yang nyaman seperti memberikan kipas angin
dengan lembut meniup wajahnya.
3. Dengan Paliatif cere Yang berfokus pada pengurangan rasa sakit dan Pemulihan pasien.
4. Terapi karsinoma sel skuaosa dapat melibatkan satu atau beberapa terapi sekaligus seperti
pembedahan, radioterapi dan kemoterapi
5. Faktor resiko yang dapat terjadi diantaranya resiko menurunnya sistem kekebalan tubuh pada
pasien, Orang yang mulai memasukin lanjut usia makin rentan trhadap penyakit tersebut dan
laki laki memiliki persentase lebih besar terkena dibanding perempuan menambahkan pengaruh
individu yang meningkatkan kerentanan lingkungan, psikologi.
6. Diagnose keperawatan yang muncul:
a. Nyeri akut
b. Gaguan komunikasi ferbal
c. Kerusakan interasi kulit
d. Gangguan tidur
e. Resiko infeksi
f. Ketidakseimbangan nutrisi
7. Pada kasus pasien tersebt Sudah tepat di lakukan perawatan paliatif karna pada kasus terdapat
indikasi “tidak ada pengobatan yang dapat meringankan atau mengurangi rasa sakit yang
parah” indikasi ini lah yang mengharuskan psien mendapatkan perawatan paliatif
8. Prinsip pelayanan paliatif care:
a. Tidak mempercepat atau menudah kematian
b. menghilangkan nyeri atau keluahan lain
c. menjaga keseimbangan psikhososiospiritual
d. mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
e. membantu mengatasi masa dukacita dalam keluarga
f. meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kemmatian proses yang wajar.

9. Perlu dilakukan anastesi PCA karena Memiliki kandungan yang cocok menanggulangi
nyeri,munta dan mual pada pasien. Dan Keuntungannya yaitu analgesia yang di kendalikan
pasien termasuk penghilang rasa sakit dan mengontor nyeri serta PCA yang cepat untuk
menangankan nyeri seperti pada saat melakukan fisio terapi.
STEP IV
MIND MAPPING

Mr.Ruslan
58 Tahun

Penderita penyakit paru obstruktif

Gejala

Perasaan ada sesuatu yang tersangut di tenggorokan. Kesulitan


mengunyah atau menelan. Kesulitan menggerakan lidah,
kesulitan mengartikulasikan kata – kata, dan lidah mati rasa

Pemeriksaan Diagnostik

Di temukan ada karsinoma skuamosa oral dari dua pertiga


anterior lidah dan dasar mulut

Hipernasitas dan kehilangan lidah yang membuat ucapan sama sekali tidak bisa
di pahami, kehilangan gigi secara ekstensif di tambah dengan hilangnya fungsi
lidah sehingga sangat sulit untuk menelan, kerusakan wajah yang parah, ulkus
rongga mulut, nekrotik ang tidak sembuh-sembuh menyebabkan bau tak sedap
yang parah, sakit wajah
Karsinoma Skuoamosa &
Perawatan Paliatif Care

STEP V
( KARSINOMA SEL SKUAMOSA )
A. Definisi Karsinoma Sel skuamosa
Squamous Cell Carcinoma atau disebut juga Karsinoma Sel Skuamosa merupakan
kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis terlihat sebagai plak keratosis,
ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.
Karsinoma sel skuamosa  merupakan salah satu jenis kanker yang berasal dari lapisan
tengah epidermis.  Jenis kanker ini menyusup ke jaringana bawah kulit ( dermis ) . kulit yang
terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau berkerompeng dan mendatar, kadang
menyerupai bercak dan psoriasis, dermatitis atau infeksi jamur. ( Price Sylvia,2005)
Squamous Cell Carcinoma atau disebut juga Karsinoma Sel Skuamosa merupakan
kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis terlihat sebagai plak keratosis,
ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.
Squamous Cell Carsinoma merupakan kanker kulit yang tumbuh cukup lambat. Tidak
seperti jenis kanker kulit lainnya, ia dapat menyebar ke jaringan, tulang, dan kelenjar getah
bening di dekatnya, di mana hal itu mungkin menjadi sulit untuk diobati. Sekitar 90% kanker
mulut adalah SCC, yang biasanya terlihat pada batas lateral lidah, orofaring, dan dasar mulut,
seperti lesi merah (eritroplakia), lesi putih (leukoplakia), atau campuran keduanya
(eritroleukoplakia) dengan ulkus.

B. Etiologi karsinoma sel skuamosa


penyebab pasti belum diketahui secara jelas, tetapi terdapat beberapa factor resiko yang terkat
dengan perkembangan karsinoma sel skuamosa meliputi hal-hal berikut:
1. Factor Genetik : seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker memiliki
resiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar yang tidak memiliki riwayat
keluarga menderita kanker.
2. Usia tua lebih dari 50 tahun
3. Jenis kelamin laki laki. Jenis laki laki lebih cenderung mengalami karsinoma sel skuamosa
disbanding wanita, karena pajanan terhadap UV lebih besar.
4. Kulit putih terang, rambut pirang atau cokelat tertang, mata hijau, biru atau abu-abu.
5. Kulit yang mudah mengalami luka bakar akibat sinar matahari ( jenis Fitzpatrick 1 dan 2)
6. Geografi ( lebih dekat ke katulistiwa )
7. Paparan sinar uv matahari dengan kumulatif tinggi
8. Paparan karsinogen kimia
9. Infeksi human papilloma virus ( hpv )

Beberapa faktor etiologi dari oral squamous cell carcinoma adalah:


1. Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di Amerika Serikat
berhubungan dengan penggunaan tembakau yaitu termasuk merokok dan mengkonsumsi
alkohol. Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki
resiko.
yang lebih tinggi daripada digunakan secara terpisah. Merokok cerutu dan
merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker
mulut dibandingkan dengan merokok kretek.
2. Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan terjadinya
kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di lingkungan antara lain, seperti
cool tar, polycylic aromatic hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit, dan
nitrosamin.
3. Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker mulut adalah
candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan penyakit speckled
leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan Winter pada tahun 1965. Beberapa
studi menunjukkan bahwa, sekitar 739% dari leukoplakia dijumpai adanya candida
hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan berubah menjadi kanker.
4. Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kanker. Defisiensi
dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe dilaporkan mempunyai
hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin tersebut mempunyai efek
antioksidan. Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia. Radiasi sinar ultraviolet
adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima dan Nagasaki
Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi kanker kelenjar ludah pada
orang yang selamat setelah terkena radiasi bom atom pada periode antara 1957-1970,
terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak terkena radiasi.
5. Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker memiliki
risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang tidak memiliki
riwayat keluarga menderita kanker.
6. Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi kanker pada
pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti pada penderita
transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor pada pasien yang
mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan
selain disebabkan kerusakan genetik juga disebabkan oleh penuaan, obat-obatan, infeksi
virus.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Medawati. (2013), Pembengkakan atau ulkus yang teraba, rasa nyeri pada lidah,
warna putih atau merah pada lidah, rasa nyeri menyebar ke leher atau telinga, terdapat
pembengkakan di leher dan meraskan kesukaran atau rasa nyeri pada waktu menelan.
Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa meliputi:
1. Eksofitik (pembentuk massa)
Pertumbuhan eksofitik (lesi superfisial) dapat berbentuk bunga kol atau papiler, dan
mudah berdarah
2. Endophytic (berlubang dan ulserasi).
Untuk pertumbuhan endofitik biasanya terdapat batas tegas antara lesi dan jaringan
normal invasinya dapat merusak tulang yang dapat menyebabkan nyeri dan penampakan
pada radiografnya adalah radiolucency yang hampir sama dengan penyakit
osteomyelitis.Penampakan klinis berupa ulser dengan diameter kurang dari 2 cm,
kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus dan
memperlihatkan elevasi yang minimal. Karakteristik dari lesi karsinoma yang berlubang
dengan dasar merah dan ditutupi oleh krusta karena hiposalivasi
3. Leukoplakia (bercak putih)
4. Erythroplakia (bercak merah)
5. Erythroleukoplakia (kombinasi bercak merah dan putih)
Sedangkan menurut Van Zyl (2012), gambaran klinis dari squamous cell carcinoma
seperti (Zyl, 2012):
1. Leukoplakia (bercak putih), eritroplakia (bercak merah), eritroleukoplakia (kombinasi
bercak merah dan putih).
2. Pertumbuhan eksofitik (lesi superfisial) dapat berbentuk bunga kol atau papiler, dan
mudah berdarah. Sedangakn untuk pertumbuhan endofitik biasanya terdapat batas tegas
antara lesi dan jaringan normal, invasinya dapat merusak tulang yang dapat
menyebabkan nyeri dan penampakan pada radiografnya adalah radiolusen.
3. Ulser dengan ukuran 1-2cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai
komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi yang minimal, biasanya
terdapat pada bagian bawah bibir.
4. Terdapat lesi luas pada dorsum lidah yang bersifat hyperkeratosis dan memiliki
permukaan yang kasar.
5. Karakteristik dari lesi karsinoma adalah berwarna merah dan ditutupi oleh krusta karena
hiposalivasi. Karsinoma sel skuamosa rongga mulut yang telah berinfiltrasi sampai ke
jaringan ikat hanya menyebabkan sedikit perubahan pada permukaan, tetapi timbul
sebagai daerah yang berbatas tegas dengan hilangnya mobilitas jaringan.
D. Patofisiologi
Robbins dan Cotran (2009) menyebutkan sembilan puluh lima persen semua jenis kanker
oral merupakan karsinoma skuamosa; penyakit kanker ini secara khas didiagnosis pada usia
antara 56 dan 70 tahun dan paling sering ditemukan pada dasar mulut,lidah, palatum mole,
serta bagian pangkal lidah. Lesi dapat menonjol, keras, berulkus, atau veruksa; secara
histologik, kanker tersebut merupakan karsinoma skuamosa yang tipikal dengan berbagai
diferensiasi. Kanker ini cenderung mengadakan infiltrasi lokal sebelum bermetastasis,
khususnya ke limfonodi , paru-paru, hati, dan tulang. Prognosis yang paling baik terlihat
pada lesi bibir dan yang paling buruk pada dasar mulut serta bagian pangkal lidah (angka
kelangsungan hidup 5 tahun adalan 20-30%).
Patogenesis:
1. Tembakau dan alkohol merupakan korelasi yang paling sering ditemukan para perokok
menghadapi risiko 15 kali lipat lebih besar (daripada bukan perokok) untuk mengalami
keganasan.
2. Human papillomavirus (HPV) tipe 6, 16, dan 18 turut terlibat pada 10% hingga 15%.
3. Kebiasaan mengunyah gambir atau menyirih marupakan merupakan penyebab penting di
India dan sebagian negara Asia.
4. Faktor genetik dapat ikut memainkan peranan (delesi pada kromosom 18q, 10q, 8q, dan
3q turut terkait.
Prof. dr. Win de Jong menyebutkan resiko meningkat akibat alkohol dan tembakau
dan faktor penyebab lain yang ikut berperan. Misalnya rangsangan kronis pada selaput
lendir karena kurangnya kebersihan mulut dan gigi-geligi atau gigi palus yang longgar.
Gejala pertamanya seperti pada sebagian besar keganasan, adalah penyimpangan yang
tidak terasa nyeri, tidak menyebabkan kesulitan, dan sesuatu yang dapat diremehkan.
Lama kelamaan terjadi sebuah borok kecil dan kemudian borok yang cukup luas. Sebuah
bengkakkecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan gidak terasa nyeri, serta agak
tersembunyi I belakang tepi rahang, dapat merupakan penyebaran kelenjar limfe. Untuk
menentukan diagnosisnya senantiasa diperlukan: anamnesis, pemeriksaan mulut,
perabaan, dan biopsy. Penyimpangan praganas yang terjadi di selaput lendir mulut
disebut leukoplakia, berupa daerah agak putih dengan permukaan agak kasar yang
muncul di tepi lidah, di sebelah dalam pipi atau di tempat lain di mulut. Pada stadium ini,
dapat ditangani secara memadai tanpa banyak kesulitan. Terapi bedah radikal dahulu
27
disebut komandoreseksi karena diperluakna seorang komandan yaitu salah seorang
anggota tim, yang menjaga agar seluruh tim selama proses pembedahan (bedah kepala,
leher, rahang, dan rekonstruktif) tetap berada pada arah yang benar. Ini disebabkan pada
suau reseksi radikal, sering juga diperlukan pemotongan rahang dan atau pembuangan
lidah. Angka harapan hidup lima tahunannya antara 40-50 persen.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI dapat digunakan untuk menentukan batas
dan ukuran tumor serta keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar getah
bening lebih dari satu sentimeter dapat dideteksi pada pemeriksaan CT scan. Pemeriksaan
CT scan juga dapat mendeteksi penjalaran karsinoma lidah ke tulang berupa nekrosis
tulang, sedangkan MRI dapat mendeteksi luasnya suatu massa pada jaringan lunak.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis jauh adalah
foto toraks dan pemeriksaan fungsi hati.
F. Penatalaksanaan
Saat ini perawatan kanker rongga mulut masih menggunakan cara yang konvensial,
seperti keoterapi, radioterapi, imunoterapi, pembedahan dan terapi kombinasi. Perawatan
secara konvensional belum menunjukkan peningkatan lamanya hidup penderita secara
signifikan, oleh sebab itu diperlukan strategi terapi baru untuk menghambat pertumbuhan sel
kanker secara efektif dan efisien tanpa efek samping yang besar.
Terapi karsinoma sel skuamosa dapat melibatkan satu atau beberapa terapi sekaligus,
terdiri dari: pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Lokasi dan luas dari lesi berpengaruh
dalam pemilihan terapi yang tepat. Terapi yang paling sering digunakan adalah terapi
menggunakan radioterapi. Kanker rongga mulut pada lidah mempunyai invasi lokal dan
metastasis regional yang tinggi ke limfonodi servikal, dan sering menyebabkan rekurensi
local.
1. Pembedahan
a. Tumor primer
b. Tumor leher
2. Radioterapi
Karsinoma lidah dapat dilakukan dengan terapi radiasi eksternal maupun radiasi
internal. Sebelum radioterapi harus diperhatikan higiene rongga mulut yang baik dengan
membersihkan atau mencabut gigi yang karies, mencegah dan mengeliminasi sumber
infeksi dari dental.
3. Kombinasi pembedahan dan radioterapi
Terapi kombinasi pembedahan dan radioterapi memberikan hasil terapi yang lebih
baik untuk karsinoma lidah stadium III dan IV. Terapi kombinasi dilakukan dengan 2
cara yaitu terapi kombinasi terencana dan terapi kombinasi tanpa rencana. :
a. Terapi kombinasi terencana dilakukan pembedahan untuk mengambil semua tumor
yang nampak dan teraba sampai 1–2 cm dari tepi tumor yang merupakan jaringan
normal. Selanjutnya dilakukan radioterapi untuk eradikasi tumor residu secara
mikroskopik.
b. Terapi kombinasi tanpa rencana dilakukan sebagai terapi kuratif dan belum ada
kesepakatan tentang waktu untuk dilakukan radioterapi. Keuntungan pemberian
radioterapi preoperatif adalah sel kanker pada tepi tumor menjadi inaktif,
radioterapi menyebabkan sklerosis dan menyumbat aliran kelenjar getah bening
serta mengurangi penyebaran karsinoma saat pembedahan. Tetapi radioterapi
preoperatif menyebabkan gangguan penyembuhan luka seperti fistula
orofaringokutan, luka yang mengelupas serta ruptur vaskuler. Saat ini ada
kecenderungan untuk melakukan pembedahan terlebih dahulu dan selanjutnya
diberikan radioterapi. Keuntungan pendekatan ini adalah morbiditas operasi dapat
dikurangi dan kerugiannya adalah apabila terjadi komplikasi pembedahan maka
pemberian radioterapi menjadi terlambat dan tidak efektif.
4. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan pada karsinoma stadium lanjut dan sebagai terapi paliatif
pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen yang digunakan adalah
cisplatin dan 5-fluorouracil.

29
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA SEL SUKAMOSA ORAL

A. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor rekam medic,
tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama : nyeri saat menelan atau massa yang tidak sembuh.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran
pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk mengidentifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan yang diajukan mencakup :
 Memar dan aktivitas flossing
 Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
 Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah atau
tenggorok
 Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial
 Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
 Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
 Masukan makanan yang dicerna setiap hari
 Penggunaan alkohol dan tembakau
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tumor atau kanker sebelumnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor atau kanker pada mulut.
6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada rongga
mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal berikut :
 Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna
abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan pasien kanker
rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau keadaan prakanker mulut,
seperti leukoplakia, eritoplakia, submukus fibrosisi dan lain-lain.
 Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar, ulserasi,
asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari keganasan diawalai
ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus tidak sembuh selama dua
minggu maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses
keganasan. Tanda lain dari ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang
tidak sakit, tepi bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih
keras) dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan
karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan endofitik.
 Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal, lunak, fluktuan
atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak
menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan berwarna
merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus, dan
memeperlihatkan evelasi yang minimal.
 Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan sempurna
 Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe

31
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)


berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi
kerusakan pada sistem anatomi
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi
fisologis ditandai dengan susahnya berbicara
C. Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs

Domain 2. Nutrition

Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi
1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil:
nutrisi
Nutritional Status (1004)
2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
1. Asupan nutrisi atau intoleransi terhadap makanan
3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
2. Asupan makanan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition

Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
keperawatan selama 2x24 jam
1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
kemampuan menelan klien dapat
output, turgor kulit, membran mukosa)
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
Swallowing Status (1010) 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
1. Kemampuan menelan untuk secara bertahap meningkatkan
2. Produksi saliva konsistensi makanan pasien.

3. Waktu reflek menelan 4. Membantu pasien untuk menempatkan


makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)

1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,


atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,
memeriksa residu lambung, atau mendengarkan
udara yang disuntikkan sementara dan ditarik
sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi
4. Pantau status cairan dan elektrolit

5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan


kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali

seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or
use a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit

keperawatan selama 2x24 jam (4976)


komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar
1. Menggunakan bahasa dan huruf, kode tangan atau gerakan
berbicara lainnya, dan komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan

3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi


untuk menyusun rencana komunikasi
efektif

Anda mungkin juga menyukai