Anda di halaman 1dari 43

LOGBOOK

KASUS II

KEPERAWATAN KELUARGA

“Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Gout”

Dosen Pengampu :

Ns. Yuliana, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

GENDIS KLARAPUTRI ( G1B118063 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
STEP 1 ( KATA SULIT )

1. Deformitas
Deformitas adalah perubahan bentuk tubuh sebagian/umum yang tadinya bentuk normal
menjadi abnormal.
2. tofus subkutan
Yaitu muncul benjolan pada sendi yang disebut tofus. Tofus gout subkutan dapat
ditemukan di seluruh tubuh: di jari tangan, pergelangan, telinga, lutut, siku.
3. Laju sedimentasi eritrosit
Adalah salah satu bagian dari tes hematologi atau pemeriksaan darah untuk mengukur
berapa lama waktu yang dibutuhkan sel darah merah untuk menggumpal atau mengendap
kedasar tabung reaksi kaca
4. cairan synovial
Cairan sinovial atau cairan sendi merupakan cairan kental yang berfungsi untuk
melumasi sendi-sendi tubuh sehingga mudah bergerak . Cairan sinovial atau cairan sendi
merupakan cairan kental yang berfungsi untuk melumasi sendi-sendi tubuh sehingga
mudah bergerak. Analisis cairan sinovial dapat dilakukan pada seseorang yang
mengalami gangguan sendi agar dapat diketahui penyebabnya.
5. tofi kristal urat monosodium
bermakna "batu") adalah deposit kristal asam urat, dalam bentuk kristal monosodium
urate, yang diderita orang yang mengalami hiperurikemia (kandungan asam urat yang
tinggi di dalam darah) dalam waktu yang panjang
Tofi Kristal urat monosodium adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat
(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami serangan akut atau timbul di
sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon.
6. Mikroskopik
Mikroskopik adalah keadaan suatu objek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
karena ukurannya sangat kecil. Biasanya digunakan alat bantu untuk melihat objek
tersebut, yaitu mikroskop.
7. uremi
aadalah berlebihnya kadar urea dalam darah , kondisi berbahaya yang terjadi ketika ginjal
tidak lagi menyaring dengan baik
uremi : keadaan ginjal tidak dapat menyaring urin secara baik. Uremi adalah Kondisi
berupa abnormal tingginya kadar produk limbah dalam darah.
8. Masa tofaseus
Tofaseus adalah Benjolan pada sekitar sendi akibat nyeri yang biasanya berasal dari
asam urat.

STEP 2 ( KLASIFIKASI MASALAH )

1. Pada kasus dijelaskan ny. S malas berobat dam minum obat. Bagaimana cara perawat
meyakinkan ny. S agar rajin minum obat ?
2. Terapi herbal untuk menurunkan asam urat pasien ?
3. Perawatan diri pada px. Gout ?
4. Tipe keluarga ny. S ?
5. strategi yg dilakukan perawat dalam menangani pasien asam urat ?
6. Apakah ada hubungan antara as. Urat dg riwayat hipertensi ?
7. Kadar asam urat urine kadang meningkat dan menurun, apakah penyebabnya?
8. Apakah tugas tahap perkembangan lansia ? Apakah pada kasus sudah terpenuhi?
9. Pola diet yg tepat untuk ny.s?

STEP 3 ( IDENTIFIKASI MASALAH )

1. Tindakan yg dapat dilakukan perawat pada pasien agar tetap mau meminum obat :
 Melakukan tanya jawab yang bersifat motivasi
 Memberikan edukasi secara spesifik dan menjelaskan tentang konsekuensi
ketidakpatuhan
 Memberikan edukasi terhadap pemberian regimen (alasan dibutuhkannya
pengobatan, mendiskusikan jadwal terapi dengan gaya hidup pasien, yang
dilakukan pasien ketika lupa minum obat atau terlambat, efek samping yang
mungkin terjadi, efek serius yang terjadi yang harus dihindari)
 Memberikan kesempatan pada pasien untuk menjelaskan kembali edukasi yang
telah dilakukan
 Melakukan edukasi kepada keluarga dekat pasien.
 Memberikan pendekatan yang lembut dan persuasif biasanya lebih bisa diterima
daripada dengan pemaksaan
 memotivasi, membantu pasien yang enggan bangun dari tempat tidur atau
membujuk pasien untuk meminum obat. Jika motivasi dan perhatian tersebut
diberikan secara personal, intens dan hangat, dapat dipastikan pasien akan luluh.
 diskusi bersama, hal tersebut dapat memunculkan pilihan lain dan menentukan
rehabilitasi, namun diperlukan kewaspadaan. Menjadi tenaga kesehatan
profesional berarti siap.
2. terapi herbal :
 Terapi Herbal : jahe, kunyit, kembang sepatu, brotowali
 Terapi herbal menggunakan daun salam ynag diklaim mampu meredakan asam
urat meski tidak terlalu signifikan. Sudah dilakukan penelitian pada tikus
menunjukkan ekstrak etanol dari daun salam dapat menurunkan kadar asam urat
 Kayu manis
 Ekstrak kulit batang kayu manis mengandung tanin dan flavonoid. Senyawa aktif
tersebutlah yang berperan menghambat produksi asam urat dalam tubuh.Obat
herbal kayu manis untuk obat asam urat bisa Anda buat sendiri di rumah. Berikut
bahan dan cara membuat obat herbal kayu manis sebagai obat asam urat yang
dikutip dari buku berjudul Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2.
3. perawatan diiri :
Perawatan diri pasien gout :
 membatasi makanan tinggi purin
 membatasi konsumsi alkohol dan minuman atau pun makanan mengandung
fruktosa
 memperbanyak minum air
 melakukan olahraga dengan rutin
 menghentikan kebiasaan merokok
4. Tipe keluarga Ny. S
 Tipe keluarga : Keluarga usia lanjut pada tahap eldery age.
 ederly old or middle aged
5. Strategi yg dilakukan perawat dlm menangani pasien asam urat.
Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi dan sangat
berguna untuk memperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Selain
itu olahraga memberikan efek menghangatkan tubuh sehingga mencegah pengendapan
asam urat pada ujung-ujung tubuh yang dingin karena kurang mendapat pasokan darah.
Lakukan olahraga yang teratur berupa latihan pelemasan untuk sendi dan otot-otot dan
melakukan senam (Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007 ). Seseorang yang menginginkan
dirinya dalam kondisi sehat mempunyai keinginan selalu patuh terhadap anjuran petugas
pelayanan kesehatan.
Medikasi .Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik), Allopurinol untuk menekan
atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan
Perawatan. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan herring,
kacang kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo, Anjurkan asupan rendah protein dan
rendah lemak.
6. hubugan hipertensi dengan asam urat.
Ada, karena kadar asam urat yang tinggi merupakan salah satu faktor yang berkontribusi
terhadap munculnya hipertensi dikarenakan beberapa mekanisme berikut:
Asam urat bisa mengaktivasi sistem renin angiotensin yang berperan dalam
meningkatkan tekanan darah. Penderita asam urat biasanya menjalani pola hidup
sedenter, pola makan yang kurang baik, malas berolahraga, merokok, atau mengkonsumsi
alkohol. Kesemua faktor ini juga merupakan faktor risiko munculnya hipertensi. Baik
hyperuricemia maupun hipertensi sama-sama memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh
faktor genetik.
Pada penderita hipertensi, terjadi penyumbatan kristal asam urat dalam pembuluh darah
menyebabkan ginjal beralih fungsi untuk menurunkan tekanan darah sehingga terjadi
peningkatan kadar asam urat dalam darah
7. penyebab kadar asam urat tidak stabil
 Dampak dari kadar asam urat tinggi bisa menyebabkan peradangan pada sendi
alias penyakit asam urat.
Penyebabnya :
a. Gangguan metabolisme purin bawaab
b. Aktifitas enzim berlebih
Hiperurisemia juga bisa timbul akibat terjadinya aktivitas berlebih enzim
fosforbosil pirofosfat sintetase.
Produksi asam urat berlebih bisa juga disebabkan oleh kelainan hatediter,
pembawa sifat, gen atay turunan.
c. Konsumsi obat tertentu
Konsumsi obat tertentu seperti pirazinamid (obat anti tuberkulosis), obat
diuretik atu HCT dan salisilat dapat menyebabkan pembuangan asam urat
sangat berkurang
 beberapa penyebab asam urat tinggi
a. Gangguan metabolisme purin
b. Aktivitas berlebih enzim

8. tugas tahap perkembangan


Tugas tahap perkembangan lansia :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan fisik/fungsinya, kehilangan pasangan, teman, dll.
c. Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan “ Life Review.

Menurut saya, tugas belum terpenuhi pada masalah adaptasi terhadap perubahan fungsi
fisik. :

 Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan : untuk kebutuhan hidup


terpenuhi dengan gaji pensiun suami Ny. s dan ternak ayam kampung yang dijual
sedangkan mempertahankan kehidupan Ny. S tidak mau berobat karena capek
bolak balik puskesmas
 Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun : pendapatannya didapat dari
gaji pensiun suami Ny. s dan ternak ayam kampung yang dijual
 Mempertahankan hubungan perkawinan : masih mempertahankan karena Ny. S
masih tinggal bersama suaminya
 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan : Suami Ny. S masih hidup dan
tinggal bersama Ny. S
 Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi : untuk antara orang tua dan anak
masih ada karena kadang dimasakin oleh anak tetapi untuk cucu tidak terkaji
dalam kasus

9. Pola diet Ny. S :


 Diet rendah purin.
 Rekomendasi minuman dan makanan diet rendah purin
 makanan dan minuman rendah purin yang sebaiknya dikonsumsi, antara lain:
a. Karbohidrat dari roti gandum utuh, beras merah
b. Susu rendah lemak dan yogurt
c. Buah dan sayuran
d. Kacang-kacangan dan biji-bijian
e. Telur tidak berlebihan
f. Ayam, daging sapi tanpa lemak, ayam dengan porsi empat sampai enam ons
per hari
g. Makanan kaya vitamin C seperti jeruk, nanas, stroberi, paprika, tomat, dan
alpukat
h. Minum cairan terutama air putih 8-16 cangkir per hari
i. Minum kopi atau asupan berkafein tak lebih dari tiga cangkir per hari
j. Pola diet rendah purin memang bukan obat untukpenyakit ini, tapi untuk
menjaga pola makan yang pas untuk menghindari pantangan asam urat yang
bisa mencegah serangan terjadinya penyakit asam urat ini
STEP IV (MIND MAPPING )
Ny. S umur 67

tinggal bersama suaminya, semua anak Ny.S


sudah menikah dan tidak tinggal satu rumah,.

Berobat ke RS

Keluhan

 badan pasien tidak dapat digerakkan,


 persendian bengkak,dan sakit bila digerakkan,
 saat ini Tanda-tanda vital Ny S : TD = 170/100 mmHg,N = 90
x/menit, RR = 23 X/menit, S = 380C, skala nyeri 7, sendi sedikit
membesar tidak simetris

 riwayat kesehatan Ny.S, sulit tidur karena nyeri yang mengganggu, rata2 skala nyeri
berada sedang, pada waktu tertentu, berada pada skala nyeri Berat (antara 6,7-8), TB =
160 cm, BB = 42 kg
 Tampak deformitas dan tofus subkutan
 Terjadi penimbunan Kristal asam urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal
 Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal
 Miroskopik adanya Kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosis
 Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
 Kadar asam urat urine kadang normal, ada juga yg meningkat
 Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi Kristal urat monosodium
 Sinar x sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang serta perubahn sendi.
 Selain itu pasien juga memiliki riwayat Hipetensi,

 Ny.S mengatakan capek saya Minum Obat, bolak balik ke RS tidak sembuh juga,.
 Tidak ada diet khusus,
 kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh suami kadang dikirim oleh anaknya,
 higiene Pribadi Ny.S masih mampu melakukannya secara mandiri
STEP V ( KERJA MANDIRI )
Asuhan keluarga pada usia lanjut dengan masalah gout artritis
KONSEP KELUARGA USIA LANJUT DENGAN MASALAH GOUT ATHRITIS

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga
(Friedman, 2010).
Sedangkan menurut pakar konseling keluarga, sayekti,(Hernilawati, 2013)
menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan
anatara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anaknya sendiri
atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdidri daari kepala keluarga dan beberapa oraang berkumpul serta
tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan
(Hernilawati,2013)
2. Tipe Keluarga
Menurut friedman, 2010 pembagian tipe tergantung pada konteks keilmuan dan
orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family)
adalaah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu anak yang diperoleh dari
keturunaannya atau keduanya .
b. Keluarga besar (axtended family)
adalah keluarga inti yang ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek, nenek, bibi, paman).
c. Keluarga Adopsi
sebuah cara lain untuk membentuk keluarga dengan menyerahkan secara sah tanggung
jawab sebagai orangtua seterusnya dari orangtua kandung ke orangtua adopsi dengan
menimbulkan suatu keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak.
Universitas Sumatera Utara.
d. Keluarga Asuh
Sebuah layanan kesejahteraan anak yaitu anak ditempatkan dirumah terpisah dari salah
satu orang tua atau kedua orang tua kandung untuk menjaminkeamanan dan
kkesejahteraan fisik serta emosional mereka.
e. Keluarga orangtua Tunggal
keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala rumah f. Dewasa Lajang yang tinggal
sendiri
f. Keluarga dengan Orang Tua Tiri
keluarga yang menikah lagi yang dapat terbentuk atau tanpa anak dan keluarga yang
terbentuk kembali.
g. Keluarga binuklir keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan
anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah inti maternal dan
paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan
dalam setiap rumah tangga.
h. Cohabiting Family pasangan kumpul kebo
i. Keluarga Homo Seksual dua atau lebih individu yang berbagai orientasi seksual yang
sama atau minimal ada satu orang homoseksual yang memelihara anak
3. Ciri – Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi
Menurut Makhfludi, Efendy (2009) Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi,
dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing,
sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam
mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing-masing. Sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa
semena-mena tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga Makhfludi, Efendy (2009).
c. Perbedaan dan kekhususan.
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya.
Peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang merawat anak-anak.

4. Bentuk- Bentuk Keluarga


a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti : keluarga yang terdiri atas ayah ibu dan anak
2) Pasangan inti : keluarga yang terdiri atas suami dan istri saja
3) Keluarga dengan orang tua tunggal satu orang sebagai kepala keluarga, biasanya
bagian dari konsekuensi perceraian
4) Lajang yang tinggal sendirian
5) Keluarga besar yang mencakup tiga generasi
6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia
7) Jaringan keluarga besar
b. Keluarga non-tradisional
1) Pasangan yang memiliki Anak tanpa menikah
2) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
3) Keluarga homoseksual (gay dan atau lesbian)
4) Keluarga komuni: keluarga dengan lebih dari satu pasang monogami dengan anak-
anak secara bersama-sama menggunakan fasilitas serta sumber-sumber yang ada.

5. Peran dan Fungsi Keluarga


Menurut Ali, Z (2010) keluarga memiliki peran formal dalam keluarga tersebut,
yaitu:
a. Peran sebagai ayah.
Ayah sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai pencari
nafkah, pendidikan, pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga,
anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungan.
b. Peran sebagai ibu
ibu sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus
rumah tangga sebagia pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan salah
satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota kelompok masyarakat dan
lingkungan disamping dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
c. Peran sebagai anak.
Anak melaksankan peran psikososial sesuai tingkat perkembangannya, baik fisik,
mental, sosial, dan spiritual.
Adapun fungsi keluarga menurut Hernilawati (2013) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih tempat utuk
kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan kemampuan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi .
f. Fungsi pendidikan adalah keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan biasanya.
g. Fungsi religius adalah keluarga merupakan tempat untuk belajar tentang agama daan
mengamalkan ajaran keagamaan
h. Fungsi rekreasi adalah keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketengangan akibat berada di luar rumah.

6. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Usia Lanjut


Tahapan ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu
pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik pendapatan.
c. Memepertahankan keabraban pasangan suami-istri dan saling merawat.
d. Mempertahaankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian

7. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut


Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting dalam konsep
keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami setiap tahap perkembannganya
yaitu menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa
pensiun, mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan kematian
dengan tentram (Mubarak, 2006).
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi dari caeter dan
McGoldrik (1988 ), Duval dan Miller (1985)

B. KONSEP GOUT ATHRITIS


1. Pengertian gout arthritis
Gout arthritis adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah yang dipakai
untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi
asam urat (hiperurisemia) (Misnadiarly, 2007). Menurut Fitriana (2015).
Gout athritis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kelainan pada metabolisme
dengan gejala adanya peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah.
Gout merupakan sekelompok penyakit heterogen yang terjadi akibat deposisi kristal
monosodium urat (MSU) pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat pada cairan
ekstraseluler. Dasar gangguan metabolik Gout adalah hiperuisemia yaitu kadar asam urat
(menurut Council For International Organisation of Medical Sciences/CIOMS) untuk pria
> 7 mg/dl dan untuk wanita > 6 mg/dl; sedangkan menurut Roche kadar normal untuk pria
sekitar 3,4 – 7,0 mg/dl dan untuk wanita 2,4 – 5,7 mg/dl (Ongkowijaya, 2009).
2. Etiologi gout arthritis
Gout dapat disebabkan karena penggunaan obat diuretik dalam jangka waktu yang
lama bagi penderita hipertensi, karena obat-obatan tertentu (termasuk aspirin), atau
mengkonsumsi makanan yang tinggi protein disebut purin yang menghasilkan
monosodium urat (MSU) ketika matabolisme. Gout biasanya muncul secara alami, namun
satu dari tiga kasus memiliki kecenderungan mewarisi: tubuh menghasilkan terlalu sedikit
enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme monosodium urat (MSU), adanya gangguan
pada fungsi ginjal yang dapat mencegah pengeluaran serum MSU yang berlebih, dan
tubuh memproduksi purin dalam jumlah yang banyak. Serangan sering diakibatkan karena
mengkonsumsi alkohol, obat salisilat, seperti aspirin dan NSAIDs yang dapat
menghambat pemulihan dengan merusak pengeluaran MSU ( monosodium urat ) dari
darah. Faktor resiko lainnya termasuk obesitas, lemak darah, kanker, obat kemoterapi,
serta sel sabit atau anemia hemolitik lainnya (Weatherby dan Leonid, 1999).
3. Klasifikasi
Penggolongan gout didasarkan pada penyebabnya dibagi menjadi dua, yaitu gout
primer (produksi asam urat berlebihan atau ekskresinya berkurang) dan gout sekunder
(disebabkan oleh toksin atau obat yang mengakibatkan ekskresi asam urat menurun dan
mencetuskan serangan akut seperti obat-obatan golongan salisilat, diuretic dan timah).

4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat (gout) di dalam darahpada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl dan pada wanita kurang dari 6mg/dl. Dan apabila konsentrasi asam
urat dalam serum lebih besardari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau
penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat
mengendap dalam sendi, akan terjadi respons inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang-ulang, penumpukan kristal
monosodium urat yang dinamakan thopiakan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu
jari kaski, tangan dan telinga. Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder
dapat menimbulkan Nefrolitiasi surat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis.
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik, menunjukkan
bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflasi. Kristal
monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan immunoglobulin yang terutama berupa
1gG. Dimana igG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian dapat
memperlihatkan aktifitas imunologik.
Kondisi asam urat yang meningkat dalam tubuh menyebabkan terjadi penumpukan
asam urat pada jaringan yang kemudian akan membentuk kristal urat yang ujungnya tajam
seperti jarum, memacu terjadinya respon inflamasi dan diteruskan dengan serangan gout.
Penumpukan asam urat dapat menimbulkan kerusakan hebat pada sendi dan jaringan lunak
dan dapat menyebabkan nefrolithiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal
kronisjika tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan segera (Kertia, 2009).
Menurut Michael A. Charter gout memiliki 4 tahapan klinis, yaitu :
a) Stadium I : Kadar asam urat darah meningkat tapi tidak menunjukkan gejala atau
keluhan (hiperurisemia asimtomatik)
b) Stadium II : Terjadi pembengkakan dan nyeri pada sendi kaki, sendi jari tangan,
pergelangan tangan dan siku (acut arthritis gout).
c) Stadium III : Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu
kurang dari 1 tahun jika tidak diobati (intercritical stadium).
d) Stadium IV : Timbunan asam urat terus meluas selama beberapa tahun jika tidak
dilakukan pengobatan, hal ini dapat menyebabkan nyeri, sakit, kaku serta
pembengkakan sendi nodular yang besar (cronic gout).
5. Tanda dan Gejala
Gejala gout arthritis Gout arthritis memiliki tanda dan gejala tertentu dan hampir
pasti terjadi pada penderita, yaitu : terjadinya peradangan dan nyeri pada sendi secara
maksimal selama sehari, sejumlah sendi meradang (oligoarthritis), adanya hiperurisemia
atau kadar asam urat yang berlebih didalam darah, terdapat kristal asam urat yang khas di
dalam cairan sendi, serangan unilateral di satu sisi pada sendi pertama, terutama pada
sendi ibu jari, sendi terlihat kemerahan, terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi,
namun tidak ditemukan bakteri pada saat serangan atau inflamasi. Gejala lain yang
muncul ialah suhu badan meningkat (demam), kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang
serta jantung berdebar tidak normal (Fitriana, 2015).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah di gunakan untuk diagnosis hiperurisemia,
sedangkan pemeriksaan urin untuk melihat ekskresi urat dan mendeteksi batu ginjal. Kadar
normal asam urat dalam darah adalah 2 sampai 6 mg/dL untuk perempuan dan 3 sampai
7,2 mg/dL untuk laki-laki. Bagi yang berusia lanjut kadar tersebut lebih tinggi. Rata-rata
kadar normal asam urat adalah 3.0 sampai 7,0 mg/dl. Bila kadar asam urat darah lebih dari
7,0 mg/dl dapat menyebabkan serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl dapat
menyebabkan terjadinya batu ginjal. Sebelum pemeriksaan di anjurkan puasa selama
kurang lebih 4 jam sebelumnya. Juga tidak boleh menggunakan obatobatan tertentu yang
dapat mempengaruhi hasil, yaitu: diuretika, etambutol, vinkristin, pirazinamid, tiazid,
analgetik, vitamin C dan levodopan, begitupun makanan tertentu yang kaya purin
(Iskandar, 2012).
7. Pengobatan
Pengobatan untuk asam urat /gout dapat dikelompokkan menjadi 3 cara, yaitu :
a) Pengobatan Medis : menggunakan obat-obat kimia, cara ini dapat dilakukan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengobatan jangka pendek adalah dengan
pemberian obat anti nyeri yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghilangkan bengkak. Sedangkan pengobatan jangka panjang dilakukan dengan
pemberian obat yang berfungsi menghambat xanthine oxidase.
b) Pengobatan Non Medis : menjalankan pola hidup sehat yang bertujuan untuk mencegah
dan mengobati penyakit asam urat. Cara ini dapat dilakukan melalui : diet makanan,
yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi purin dan disetai dengan pola
hidup sehat dengan cara melakukan olah raga secara teratur (Wijayakusuma, 2007)
c) Pengobatan Herbal : memanfaatkan tanaman obat yang mempunyai khasiat anti
inflamasi seperti : kunyit, sambiloto dan daun sendok atau tanaman obat yang
mempunyai khasiat penghilang rasa sakit (analgesik) seperti : sandiguri dan biji adas.
8. Pencegahan
Selain dengan cara mengobati, salah satu cara mengatasi penyakit asam urat adalah
dengan mengatur makanan yang boleh dimakan (diet), dengan syarat diet sebagai berikut
ini:
a) Mengurangi konsumsi karbohidrat (zat gula)
b) Menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, seperti:
 Jerohan: hati, limpa, babat, usus, paru otak, jantung
 Sari laut: udang, kerang, kepiting
 Makanan kaleng: ikan sarden
 Ekstrak daging: kaldu
 Unggas: bebek, angsa, burung dara, ayam
 Buah-buahan: durian, alpokat, nanas, melinjo, dan empingmelinjo
c) Menghindari alkohol: bir, wiski, anggur, tape, brem
d) Membatasi konsumsi lemak jenuh dan tidak jenuh (santan, daging berlemak, mentega,
dan masakanan yang menggunakan minyak)
e) Olah raga rutin minimal 3 kali dalam 1 minggu
f) Minum air putih minimal 8 gelas sehari atau 2 liter air mineral
9. Faktor resiko
Menurut Fitriana (2015), faktor resiko yang mempengaruhi gout arthritis adalah :
a. Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki untuk
pertama kalinya pada usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan gout
arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat
menopause. Wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu
proses pengeluaran asam urat melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat
terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
wanita memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi purin yang berlebih
Konsumsi purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar asama urat di dalam
darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.
d. Konsumsi alcohol
e. Penyakit dan obat-obatan
C. KONSEP DASAR LANSIA
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stresfisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang
yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017). Kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun, mengalami
penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seorang diri.
2. Klasifikasi lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1. Young old(usia 60-69 tahun)
2. Middle age old(usia 70-79tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old-old(usia 90 tahun ke atas
3. Karakteristik lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017);Darmojo & Martono (2006) yaitu :
a. Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun(Ratnawati, 2017).2)
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya,
ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan
(Ratnawati,2017).
c. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari
status perkawinannyasebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %).
Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04
%dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada
82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan
yangberstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya
kawin lagi (Ratnawati, 2017).
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usiasehat berkualitas adalah proses
penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera
sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat.
e. Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan
lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai
tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih
baik (Darmojo & Martono, 2006).
f. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurutPusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang
semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya
bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.
Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi,
artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati, 2017).

4. Perubahan pada Lanjut UsiaMenurut Potter & Perry (2009)proses menua mengakibatkan
terjadinya banyak perubahan pada lansiayang meliputi :
a. Perubahan fisikologis
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapadiantaranya,kulit kering, penipisan
rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleksbatuk, pengeluaran lender,
penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat
patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor,dan lingkungan.
b. Penurunan fungsi
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit
dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia.Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan
dan perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk
menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL
merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
c. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif memiliki Gejala seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa danberhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses
penuaan yang normal.
d. Perubahan psikososial
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-
masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
 Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
 Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
 Kehilangan teman/kenalan atau relasi
 Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
2. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
3. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
4. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
5. Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
6. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
7. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga.
8. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri)
5. Permasalahn lanjut usia
a) Masalah ekonomi
Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki
penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan
membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota
keluarga (Suardiman, 2011).
b) Masalah sosial
masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota
keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan
perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga
perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).
c) masalah kesehatan
d) Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal
itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti,
kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis.(Kartinah,
2008).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Lansia Dengan Gout

1. Pengkajian

a. Data Umum

1) Meliputi nama keluarga, umum, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis kelamin, tanggal lahi atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing- masing anggota keluarga, dan genogram (genogram
keluarga dalam tiga generasi)

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.

4) Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti.

5) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Slain itu,
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta baramng- barang yang dimiliki oleh keluarga
seperti jumlah pendapatan perbulan, sumber pendapatan perbulan, jumlah
pengeluaran perbulan, bagaimana keluaga mengatur pendapatan dan
pengeluarannya.

6) Aktifitas rekreasi keluarga, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga
pergi bersasma-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain
itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tuga
sperkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti meliputi
riwayat penyakit keturunan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keluarga orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
kedua orang tua. Pengkajian Lingkungan

c. Karakteristik rumah

Gambaran tipe tempat tinggal, apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah
untuk tempat tinggal.Gambaran kondisi rumah meliputi tata ruang dan penggunaan ruang
tersebut. Kebersihan dan sanitasi rumah

d. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal Karakteristik demografi di


lingkungan komunitas dan lembaga pelayanan kesehatan, pendidikan dan sosial yang
terdapat dalam lingkungan dan komunitas tersebut. Serta transportasi umum yang dapat
di akses oleh komunitas dan lingkungan tersebut.

e. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, apakah keluarga tinggal di daerah ini, atau
apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah- pindah tempat tinggal.

f. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan waktu yang


digunakan keluarga yang ada

g. Sistem pelindung keluarga

Meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga, sumber
dukungan dari anggota keluarga, jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki
keluarga.

h. Struktur Keluarga

1. Pola-pola komunikasi keluarga, Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota


keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga , Keputusan dalam keluarga, model dan kekuasaan yang
digunakan keluarga dalam membuat keputusan.
3. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing- masing anggota keluarga, baik
secara formal maupun informal.
i. Struktur nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut
keluarga dengan kelompok atau komunitasi
j. Fungsi Keluarga. Meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan(
riwayat kesehatan keluarga dan cara pencegahan penyakit) dan fungsi reproduksi.
k. Stres dan koping
1. Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
2. Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
l. Kemampuan dalam keluarga berespons terhadap situasi atau stresor, mengkaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi stresor.
1. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
2. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan
m. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua naggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
n. Harapan Keluarga
Pola akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah


dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi- fungsi
keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana
perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan
bersama- sama keluarga, berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.Komponen
diagnosa keperawatan meliputi problem, etiologi, dan sign atau tanda yang selanjutnya.
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit asam urat.
b. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asam urat berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan asam
urat.

3. Tahap Perencanaan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang di rencanakan
perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan atau
masalah keperawatan yang telah di identifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas
akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta menyelesaikan masalah.
a. Diagnosa 1
Tujuan : keluarga mengenal masalah penyakit asam urat setelah dua kali kunjungan
kerumah
Intervensi :

1. Jelaskan arti penyakit asam urat

2. Diskusikan tanda- tanda dan penyebab penyakit asam urat

3. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan

b. Diagnosa 2

Tujuan : keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita asam urat setelah tiga kali kunjungan ke rumah
Intervensi :

1. Jelaskan pada keluarga cara- cara pencegahan penyakit asam urat


2. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olahraga
khususnya untuk keluarga yang menderita penyakit asam urat
3. Ajarkan anggota keluarga untuk penanganan asam urat secara non- farmakologi,
ajarkan membuat minuman herbal dari daun salam yang direbus.

4. Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat.
a. Diagnosa 1 :
Tindakan keperawatan :

1. Menjelaskan arti penyakit asam urat

2. Mendiskusikan tanda- tanda dan penyebab asam urat

3. Menanyakan kembali apa yang sudah didiskusikan

b. Diagnosa 2 :

Tindakan keperawatan :

1. Menjelaskan pada keluarga cara- cara pencegahan asam urat

2. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olahraga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita asam urat Mengajarkan cara
menangani asam urat dengan non- farmakologi, mengajarkan membuat minuman
herbal daun salam yang di rebus

5. Tahap Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil maka perlu disusun renca
baruyang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkintidak dapat dilakukan dalam satu
kali kunjungan keluarga, oleh karena itu kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.

Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat
adalah :
1. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit asam urat
2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan asam
urat.
3. Keluarga dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan dengan pembuatan air rebusan
daun salam terkait dengan penanganan non farmakologi.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS

1. Pengkajian
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. X
2. Umur : Tidak terkaji.
3. Pendidikan : Tidak terkaji.
4. Pekerjaan : Tidak terkaji.
5. Alamat Rumah : Tidak terkaji.
6. Komposisi Keluarga : ……………………………

No Nama Umur JK Pendidikan Pekerjaan Hub. Dgn Imunisasi Ket


KK
1 Tn. X Tdk tkj L Tdk tkj Pensiunan Suami Tdk tkj -
2 Ny. S 67 tahun P Tdk tkj Tdk tkj Istri Tdk tkj -
3
4
5
6
7

7. Riwayat kesehatan keluarga


Susunan anggota keluarga genogram : Tidak terkaji.
Keterangan : Seorang pasien wanita (Ny. S) umur 67 tahun tinggal bersama suaminya,
semua anak Ny.S sudah menikah dan tidak tinggal satu rumah.
 Riwayat Kesehatan Sekarang :
Ny. S mengeluh sulit tidur karena nyeri yang mengganggu, rata-rata skala nyeri
berada sedang. Namun pada waktu tertentu berada pada skala nyeri berat (antara
6,7-8).
 Riwayat Kesehatan Dahulu:
-
- Ny. S dulu sering berobat ke RS maupun Puskesmas dengan keluhan badan
tidak dapat digerakkan, persendian bengkak, dan sakit bila digerakkan.
- Ny. S pernah dirawat di RS (1 tahun yg lalu), dengan hasil pemeriksaan yang
pernah dilakukan:
- Tampak deformitas dan tofus subkutan.
- Terjadi penimbunan Kristal asam urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal.
- Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal.
- Miroskopik adanya Kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosis.
- Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
- Kadar asam urat urine kadang normal, ada juga yg meningkat.
- Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi Kristal urat
monosodium.
- Sinar x sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang serta
perubahn sendi.
- Selain itu pasien juga memiliki riwayat hipretensi.
8. Tipe keluarga :
Keluarga lansia dengan eldery age.
9. Suku / bangsa :
Tidak terkaji / Indonesia.
10. Agama :
Tidak terkaji.
11. Status sosial ekonomi :
Keluarga Ny. S termasuk dalam kategori kelas menengah (middle class). Tn. X (suami
Ny. S) memiliki gaji pensin dan ternak ayam kampung yang dapat dijual. Terkadang
mereka juga mendapat kiriman uang dari atau belanja dapur dari anaknya.
12. Aktivitas reaksi keluarga :
Tidak terkaji.
B. Riwayat dan Tahapan Keluarga
13. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dalam masa pensiun dan lansia.
14. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Adaptasi dengan perubahan / penurunan fungsi tubuh.
Kendala :
Rasa lelah/bosan untuk berobat.
15. Riwayat kesehatan keluarga inti :

Peny. Kelg/ Keadaan 6 bulan terahir Yankes yg


No Nama Sehat Sakit Ket
keturunan digunakan
1 Tn. X Tdk tkj Tdk tkj Tdk tkj Tdk tkj -
2 Ny. S Asam urat  BPJS -
3
4
5
6
7
Masalah kesehatan keluarga saat ini yang menonjol :
Asam urat (gout).
C. Kebiasaan Anggota Keluarga
16. Nutrisi
a. Pola makan :
Tidak terkaji.
b. Jenis makanan :
- Makanan pokok :
Tidak terkaji.
- Lauk pauk :
Tidak terkaji.
- Buah-buahan :
Tidak terkaji.
Lain-lain : Ny. S mengatakan makan apa yang ada, kadang masak sendiri, kadang
dimasakin dengan anak, kadang diberi lauk dengan tetangga, dan tidak ada diet
khusus yang dijalani.
c. Makanan selingan :
Tidak terkaji.
d. Makanan pantangan :
Tidak terkaji.
e. Cara mengelola makanan :
Tidak terkaji.
f. Cara Menyajikan makanan :
Tidak terkaji.
Masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga : Tidak terkaji.
Tidak terkaji.
17. Pola istirahat
a. Waktu istirahat / tidur :
Tidak terkaji.
b. Lama istirahat / tidur :
Tidak terkaji. Namun pada kasus, Ny. S mengatakan sulit tidur karena nyeri yang
mengganggu.
Masalah dalam pemenuhan istirahat / tidur :
Gangguan pola istirahat tidur.
18. Pola Eliminasi
a. BAB :
- Tn. X : … x / hari tidak terkaji.
- Ny. S : … x / hari tidak terkaji.
b. BAK :
- Tn. X : … x / hari tidak terkaji.
- Ny. S : … x / hari tidak terkaji.
Masalah dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi :
Tidak terkaji.
19. Aktivitas olah raga
a. Apakah keluarga senang olah raga :
Tidak terkaji.
b. Jenis olah raga :
Tidak terkaji.
c. Kapan olah raga dilakukan :
Tidak terkaji.

20. Hygiene keluarga


(Kebutuhan hygiene pribadi, Ny. S masih mampu melakukan sendiri).
a. Kebiasaan mandi :
- Tn. X : … x / hari tidak terkaji.
- Ny. S : … x / hari tidak terkaji.
b. Menggosok gigi :
- Tn. X : … x / hari tidak terkaji.
- Ny. S : … x / hari tidak terkaji.
c. Mencuci rambut :
- Tn. X : … x / hari tidak terkaji.
- Ny. S : … x / hari tidak terkaji.
d. Mengganti pakaian :
- Tn. X : … x / hari tidak terkaji.
- Ny. S : … x / hari tidak terkaji.
Masalah hygiene keluarga: Tidak terkaji.

D. Pengkajian lingkungan
21. Perumahan
a. Jenis bangunan :
Tidak terkaji.
b. Jenis lantai :
Tidak terkaji.
c. Jumlah Ruangan :
Tidak terkaji.
d. Ventilasi Ruangan :
Tidak terkaji.

22. Sarana air bersih


a. Sumber air minum :
Tidak terkaji.
b. Jarak sumber air bersih dengan septitank :
Tidak terkaji.
c. Keadaan fisik air yang digunakan :
Tidak terkaji.
Masalah sarana air bersih : Tidak terkaji.

23. Air limbah


a. Tempat pembuangan air limbah :
Tidak terkaji.
b. Apakah pembuangan air limbah sesuai dengan syarat kesehatan :
Tidak terkaji.
c. Lain-lain :

24. Pengelolaan sampah


a. Tempat pembuangan sampah keluarga : Tidak terkaji.
b. Kondisi tempat sampah : Terbuka/ tertutup : Tidak terkaji.
c. Pengelolaan sampah keluarga : Tidak terkaji.

25. Jamban / WC
a. Jenis WC keluarga yang digunakan : Tidak terkaji.
b. Status jamban / WC yang digunakan : Tidak terkaji.
c. Apakan WC / jamban sesuai dengan syarat kesehatan : Tidak terkaji.
d. Lain-lain :

26. Kandang ternak


a. Apakah keluarga memiliki kandang ternak :
Ya, Tn. X memiliki kandang ternak ayam kampung.
b. Apakah ada aturan / kesepakatan penduduk setempat :
Tidak terkaji.
c. Kebersihan kandang : Tidak terkaji.
Lain-lain: .………………………………

27. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


a. Lingkungan fisik setempat :
Tidak terkaji.
b. Apakah ada aturan / kesempatan penduduk setempat :
Tidak terkaji.
c. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan :
Tidak terkaji.

E. Struktur keluarga
28. Pola komunikasi keluarga :
Tidak terkaji.
29. Struktur keluarga :
Tidak terkaji.
30. Pembagian peran dalam keluarga :
- Tn. X berperan sebagai seorang suami yang menafkahi keluarganya.
- Ny. S berperan sebagai istri.
31. Nilai dan norma yang dianut keluarga :
Tidak terkaji.
F. Fungsi Keluarga
32. Fungsi afektif :
Tidak terkaji.
33. Fungsi reproduksi :
Tidak terkaji.
34. Fungsi sosialisasi :
Tidak terkaji..
35. Fungsi ekonomi :
Sumber penghasilan keluarga Tn. X dan Ny. S digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
36. Fungsi perawatan keluarga :
Keluarga mengetahui bahwa Ny. S menderita asam urat. Namun, karena lelah Ny. S
jarang lagi mau berobat ke RS. Ny. S mengatakan bahwa ia cape minum obat dan
bolak-balik ke RS tidak kunjung sembuh.
G. Stress dan Koping Keluarga
37. Stressor jangka panjang dan pendek :
- Jangka Pendek : Ny. S stres terhadap penyakitnya tidak sembuh juga
walaupun bolak-balik ke RS.
- Jangka Panjang : Tidak terkaji.
38. Strategi koping yang digunakan :
Tidak terkaji.
39. Strategi adaptasi disfungsional :
Tidak terkaji.

H. Pengkajian Fisik
Kombinasi metode sistem dan head to toe, terutama pada anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, pedoman pengkajian lihat pengkajian fisik umum.
Tanda-Tanda Vital (TTV) dan antropometri :
- Tn. X : Tidak terkaji.
- Ny. S : TD = 170/100 mmHg,N = 90 x/menit, RR = 23 x/menit, S = 38 0C, BB =
42 kg, TB = 160 cm.

Pemeriksaan fisik
Nama
Kepala Mata Hidung Mulut Leher Dada Perut Etremitas
Tn. X Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terkaji.
terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji.

Ny. S Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sendi sedikit
terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. membesar,
tidak
simetris,
nyeri
dengan
skala 7.

I. Harapan Keluarga:
Tidak terkaji.
J. Catatan Tambahan :
Tidak terkaji.
.

Tanda Tangan Mahasiswa

(___________________)
Nim:

FORMAT ANALISA DATA

No Data Penunjang Masalah Keperawatan Diagnosa Keperawatan

1. Data Subjektif : Nyeri akut pada Ny. S Nyeri akut pada Ny. S b.d
- Ny. S mengeluh sulit penyakit asam urat.
tidur karena nyeri yang
mengganggu.
- Ny. S mengeluh
persendiannya sakit bila
digerakkan.
- Skala nyeri 7
Data Objektif :
- TD : 170/100 mmHg
- S : 380C
2 Data Subjektif : Hambatan mobilitas fisik
Hambatan mobilitas fisik
- Ny. S mengeluh badan Ny. S Ny. S b.d penurunan
tidak dapat digerakkan, fungsi akibat penyakit
persendian bengkak. yang diderita.
Data Objektif :
- Sendi Ny. S sedikit
membesar.
- Sendi Ny. S tidak
simetris.
3 Data Subjektif : Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan Ny. S
- Menurut suaminya (Tn.
X), karena lelah Ny. S
jarang lagi mau berobat
ke RS.
- Ny. S mengatakan cape
minum obat, bolak-balik
ke RS tidak sembuh juga.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan penyakit asam urat


b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi akibat penyakit
yang diderita

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan Menunjukkan toleransi nyeri Manajemen nyeri


dengan penyakit asam berbeda pada setiap individu
urat dan mugkin bervariasi pada satu a. Kaji intensitas lokasi
individu dalam suatu yang nyeri
berbeda. b. Ajarkan metode distraksi
selama nyeri akut yang
Kriteria hasil: bukan merupakan
a. Individu akan mengenai tindakan pereda
mengungkapkan kepuasan nyeri noninpasif dan
setelah pemberian tindakan keefektifan kepada
pereda nyeri individu.
b. Menyebutkan faktor yang c. Perawatan mengenai
dapat meningkatkan nyeri kompres panas, efek
c. Menyebutkan intervensi terapeutiknya, dan kapan
yang efektif diindikasikannya
d. Menyampaikan bahwa d. Gali pengetahuan dan
orang lain memvalidasi kepercayaan pasien
nyeri yang sedang dialami. mengenai nyeri.
e. Mampu mengontrol nyeri e. Gali bersama pasien
(tahu penyebab nyeri, faktor yang dapat
mampu menggunakan menurunkan atau
tehnik nonfarmakologi mempererat nyeri
untuk mengurangi nyeri, f. Ajarkan metode
mencari bantu nonfarmakologi untuk
f. Melaporkan bahwa nyeri menurunkan nyeri
berkurang dengan g. Gunakan metode
manajemen nyeri penilaian yang sesuai
g. Mampu mengenali nyeri dengan tahapan
( skala, intensitas, frekuensi perkembangan untuk
dan tanda nyeri) memonitor perubahan
nyeri
h. Gunakan tenik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
i. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
j. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
2. Hambatan mobilitas fisik Tujuan a. Monitoring vital sign
berhubungan dengan 1. Tujuan jangka panjang: sebelum atau sesudah
penurunan fungsi akibat Dapat tergaganggunya latihan dan lihat respon
penyakit yang diderita kemampuan bergerak secara pasien saat Latihan
sengaja di dalam b. Konsultasikan dengan
lingkungan terapi fisik tentang
2. Tujuan jangka pendek: rencana ambulasi sesuai
Klien mampu menyadari dengan kebutuhan
keterbatasan gerak, serta c. Bantu klien untuk
mengatur keengganan untuk menggunakan tongkat
begerak. saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Kriteria Hasil : d. Kaji adanya gangguan
cara berjalan atau tehnik
a. Klien meningkat dalam berjalan yang baik atau
aktivitas fisik mendemonstrasikan cara
b. Mengerti tujuan dari berjalan yang baik.
peningkatan mobilitas e. Bantu klien untuk
c. Menunjukkan status yang bangkit ke posisi duduk
adekuat dengan indikator: secara perlahan
d. Melakukan langkah- Anjurkan latihan
langkah untuk ambulasi dengan
pengamanan untuk jalanjalan yang sering
meminimalkan dan singkat (sedikitnya
kemungkinan cedera. tiga kali sehari), dengan
Rencana Tindakan R dampingan jika kondisi
e. Membervalisasikan klien tidak stabil.
perasaan dalam f. Terapi latihan aktifitas
peningkatan kekuatan dan mobilitas fisik
kemmapuan berpindah ekstremitas misalnya
f. Memperagakan latihan ROM pasif atau
penggunaan alat bantu ROM aktif(frekuensi
untuk mobilisasi disesuaikan dengan
kondisi klien):
g. Lakukan ROM aktif
pada ekstremitas yang
sakit. Lakukan latihan
secara perlahan guna
memberi kesempatan
h. Untuk mencegah
ketegangan pada
persendian dan jaringan
klien.
i. Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi.
j. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
k. Latihan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
adls secara mandiri
sesuai kemampuan
l. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan adls
m. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z.2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC


Hernilawati.2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As-
Salam
Muhlisisn, A. 2012.Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen publishing
Friedman.2010. Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC
Budiyanto, dr. Hasan. (2002). Mengenal Penyakit Asam Urat. Jakarta: Pustaka Jaya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Mengenal Gout Artritis, (Online), (http://
depkes.co.id/goutartritis.html) diakses tanggal 20 Mei 2013
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik, Edisi
5. Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http: //agungy.blogspot.com/2007/06/memahami-asam-urat-dan-ginjal.html
http: //www.bintangmawar.net, diakses tanggal 20 Mei 2013
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC

Anda mungkin juga menyukai