KASUS II
KEPERAWATAN KELUARGA
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
2021
STEP 1 ( KATA SULIT )
1. Deformitas
Deformitas adalah perubahan bentuk tubuh sebagian/umum yang tadinya bentuk normal
menjadi abnormal.
2. tofus subkutan
Yaitu muncul benjolan pada sendi yang disebut tofus. Tofus gout subkutan dapat
ditemukan di seluruh tubuh: di jari tangan, pergelangan, telinga, lutut, siku.
3. Laju sedimentasi eritrosit
Adalah salah satu bagian dari tes hematologi atau pemeriksaan darah untuk mengukur
berapa lama waktu yang dibutuhkan sel darah merah untuk menggumpal atau mengendap
kedasar tabung reaksi kaca
4. cairan synovial
Cairan sinovial atau cairan sendi merupakan cairan kental yang berfungsi untuk
melumasi sendi-sendi tubuh sehingga mudah bergerak . Cairan sinovial atau cairan sendi
merupakan cairan kental yang berfungsi untuk melumasi sendi-sendi tubuh sehingga
mudah bergerak. Analisis cairan sinovial dapat dilakukan pada seseorang yang
mengalami gangguan sendi agar dapat diketahui penyebabnya.
5. tofi kristal urat monosodium
bermakna "batu") adalah deposit kristal asam urat, dalam bentuk kristal monosodium
urate, yang diderita orang yang mengalami hiperurikemia (kandungan asam urat yang
tinggi di dalam darah) dalam waktu yang panjang
Tofi Kristal urat monosodium adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat
(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami serangan akut atau timbul di
sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon.
6. Mikroskopik
Mikroskopik adalah keadaan suatu objek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
karena ukurannya sangat kecil. Biasanya digunakan alat bantu untuk melihat objek
tersebut, yaitu mikroskop.
7. uremi
aadalah berlebihnya kadar urea dalam darah , kondisi berbahaya yang terjadi ketika ginjal
tidak lagi menyaring dengan baik
uremi : keadaan ginjal tidak dapat menyaring urin secara baik. Uremi adalah Kondisi
berupa abnormal tingginya kadar produk limbah dalam darah.
8. Masa tofaseus
Tofaseus adalah Benjolan pada sekitar sendi akibat nyeri yang biasanya berasal dari
asam urat.
1. Pada kasus dijelaskan ny. S malas berobat dam minum obat. Bagaimana cara perawat
meyakinkan ny. S agar rajin minum obat ?
2. Terapi herbal untuk menurunkan asam urat pasien ?
3. Perawatan diri pada px. Gout ?
4. Tipe keluarga ny. S ?
5. strategi yg dilakukan perawat dalam menangani pasien asam urat ?
6. Apakah ada hubungan antara as. Urat dg riwayat hipertensi ?
7. Kadar asam urat urine kadang meningkat dan menurun, apakah penyebabnya?
8. Apakah tugas tahap perkembangan lansia ? Apakah pada kasus sudah terpenuhi?
9. Pola diet yg tepat untuk ny.s?
1. Tindakan yg dapat dilakukan perawat pada pasien agar tetap mau meminum obat :
Melakukan tanya jawab yang bersifat motivasi
Memberikan edukasi secara spesifik dan menjelaskan tentang konsekuensi
ketidakpatuhan
Memberikan edukasi terhadap pemberian regimen (alasan dibutuhkannya
pengobatan, mendiskusikan jadwal terapi dengan gaya hidup pasien, yang
dilakukan pasien ketika lupa minum obat atau terlambat, efek samping yang
mungkin terjadi, efek serius yang terjadi yang harus dihindari)
Memberikan kesempatan pada pasien untuk menjelaskan kembali edukasi yang
telah dilakukan
Melakukan edukasi kepada keluarga dekat pasien.
Memberikan pendekatan yang lembut dan persuasif biasanya lebih bisa diterima
daripada dengan pemaksaan
memotivasi, membantu pasien yang enggan bangun dari tempat tidur atau
membujuk pasien untuk meminum obat. Jika motivasi dan perhatian tersebut
diberikan secara personal, intens dan hangat, dapat dipastikan pasien akan luluh.
diskusi bersama, hal tersebut dapat memunculkan pilihan lain dan menentukan
rehabilitasi, namun diperlukan kewaspadaan. Menjadi tenaga kesehatan
profesional berarti siap.
2. terapi herbal :
Terapi Herbal : jahe, kunyit, kembang sepatu, brotowali
Terapi herbal menggunakan daun salam ynag diklaim mampu meredakan asam
urat meski tidak terlalu signifikan. Sudah dilakukan penelitian pada tikus
menunjukkan ekstrak etanol dari daun salam dapat menurunkan kadar asam urat
Kayu manis
Ekstrak kulit batang kayu manis mengandung tanin dan flavonoid. Senyawa aktif
tersebutlah yang berperan menghambat produksi asam urat dalam tubuh.Obat
herbal kayu manis untuk obat asam urat bisa Anda buat sendiri di rumah. Berikut
bahan dan cara membuat obat herbal kayu manis sebagai obat asam urat yang
dikutip dari buku berjudul Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2.
3. perawatan diiri :
Perawatan diri pasien gout :
membatasi makanan tinggi purin
membatasi konsumsi alkohol dan minuman atau pun makanan mengandung
fruktosa
memperbanyak minum air
melakukan olahraga dengan rutin
menghentikan kebiasaan merokok
4. Tipe keluarga Ny. S
Tipe keluarga : Keluarga usia lanjut pada tahap eldery age.
ederly old or middle aged
5. Strategi yg dilakukan perawat dlm menangani pasien asam urat.
Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi dan sangat
berguna untuk memperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Selain
itu olahraga memberikan efek menghangatkan tubuh sehingga mencegah pengendapan
asam urat pada ujung-ujung tubuh yang dingin karena kurang mendapat pasokan darah.
Lakukan olahraga yang teratur berupa latihan pelemasan untuk sendi dan otot-otot dan
melakukan senam (Sustrani, Alam, Hadibroto, 2007 ). Seseorang yang menginginkan
dirinya dalam kondisi sehat mempunyai keinginan selalu patuh terhadap anjuran petugas
pelayanan kesehatan.
Medikasi .Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik), Allopurinol untuk menekan
atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan
Perawatan. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan herring,
kacang kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo, Anjurkan asupan rendah protein dan
rendah lemak.
6. hubugan hipertensi dengan asam urat.
Ada, karena kadar asam urat yang tinggi merupakan salah satu faktor yang berkontribusi
terhadap munculnya hipertensi dikarenakan beberapa mekanisme berikut:
Asam urat bisa mengaktivasi sistem renin angiotensin yang berperan dalam
meningkatkan tekanan darah. Penderita asam urat biasanya menjalani pola hidup
sedenter, pola makan yang kurang baik, malas berolahraga, merokok, atau mengkonsumsi
alkohol. Kesemua faktor ini juga merupakan faktor risiko munculnya hipertensi. Baik
hyperuricemia maupun hipertensi sama-sama memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh
faktor genetik.
Pada penderita hipertensi, terjadi penyumbatan kristal asam urat dalam pembuluh darah
menyebabkan ginjal beralih fungsi untuk menurunkan tekanan darah sehingga terjadi
peningkatan kadar asam urat dalam darah
7. penyebab kadar asam urat tidak stabil
Dampak dari kadar asam urat tinggi bisa menyebabkan peradangan pada sendi
alias penyakit asam urat.
Penyebabnya :
a. Gangguan metabolisme purin bawaab
b. Aktifitas enzim berlebih
Hiperurisemia juga bisa timbul akibat terjadinya aktivitas berlebih enzim
fosforbosil pirofosfat sintetase.
Produksi asam urat berlebih bisa juga disebabkan oleh kelainan hatediter,
pembawa sifat, gen atay turunan.
c. Konsumsi obat tertentu
Konsumsi obat tertentu seperti pirazinamid (obat anti tuberkulosis), obat
diuretik atu HCT dan salisilat dapat menyebabkan pembuangan asam urat
sangat berkurang
beberapa penyebab asam urat tinggi
a. Gangguan metabolisme purin
b. Aktivitas berlebih enzim
Menurut saya, tugas belum terpenuhi pada masalah adaptasi terhadap perubahan fungsi
fisik. :
Berobat ke RS
Keluhan
riwayat kesehatan Ny.S, sulit tidur karena nyeri yang mengganggu, rata2 skala nyeri
berada sedang, pada waktu tertentu, berada pada skala nyeri Berat (antara 6,7-8), TB =
160 cm, BB = 42 kg
Tampak deformitas dan tofus subkutan
Terjadi penimbunan Kristal asam urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal
Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal
Miroskopik adanya Kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosis
Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
Kadar asam urat urine kadang normal, ada juga yg meningkat
Analisis cairan synovial dari sendi terinflamasi atau tofi Kristal urat monosodium
Sinar x sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang serta perubahn sendi.
Selain itu pasien juga memiliki riwayat Hipetensi,
Ny.S mengatakan capek saya Minum Obat, bolak balik ke RS tidak sembuh juga,.
Tidak ada diet khusus,
kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh suami kadang dikirim oleh anaknya,
higiene Pribadi Ny.S masih mampu melakukannya secara mandiri
STEP V ( KERJA MANDIRI )
Asuhan keluarga pada usia lanjut dengan masalah gout artritis
KONSEP KELUARGA USIA LANJUT DENGAN MASALAH GOUT ATHRITIS
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat (gout) di dalam darahpada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl dan pada wanita kurang dari 6mg/dl. Dan apabila konsentrasi asam
urat dalam serum lebih besardari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau
penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat
mengendap dalam sendi, akan terjadi respons inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya
serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang-ulang, penumpukan kristal
monosodium urat yang dinamakan thopiakan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu
jari kaski, tangan dan telinga. Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder
dapat menimbulkan Nefrolitiasi surat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis.
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik, menunjukkan
bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflasi. Kristal
monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan immunoglobulin yang terutama berupa
1gG. Dimana igG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian dapat
memperlihatkan aktifitas imunologik.
Kondisi asam urat yang meningkat dalam tubuh menyebabkan terjadi penumpukan
asam urat pada jaringan yang kemudian akan membentuk kristal urat yang ujungnya tajam
seperti jarum, memacu terjadinya respon inflamasi dan diteruskan dengan serangan gout.
Penumpukan asam urat dapat menimbulkan kerusakan hebat pada sendi dan jaringan lunak
dan dapat menyebabkan nefrolithiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal
kronisjika tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan segera (Kertia, 2009).
Menurut Michael A. Charter gout memiliki 4 tahapan klinis, yaitu :
a) Stadium I : Kadar asam urat darah meningkat tapi tidak menunjukkan gejala atau
keluhan (hiperurisemia asimtomatik)
b) Stadium II : Terjadi pembengkakan dan nyeri pada sendi kaki, sendi jari tangan,
pergelangan tangan dan siku (acut arthritis gout).
c) Stadium III : Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu
kurang dari 1 tahun jika tidak diobati (intercritical stadium).
d) Stadium IV : Timbunan asam urat terus meluas selama beberapa tahun jika tidak
dilakukan pengobatan, hal ini dapat menyebabkan nyeri, sakit, kaku serta
pembengkakan sendi nodular yang besar (cronic gout).
5. Tanda dan Gejala
Gejala gout arthritis Gout arthritis memiliki tanda dan gejala tertentu dan hampir
pasti terjadi pada penderita, yaitu : terjadinya peradangan dan nyeri pada sendi secara
maksimal selama sehari, sejumlah sendi meradang (oligoarthritis), adanya hiperurisemia
atau kadar asam urat yang berlebih didalam darah, terdapat kristal asam urat yang khas di
dalam cairan sendi, serangan unilateral di satu sisi pada sendi pertama, terutama pada
sendi ibu jari, sendi terlihat kemerahan, terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi,
namun tidak ditemukan bakteri pada saat serangan atau inflamasi. Gejala lain yang
muncul ialah suhu badan meningkat (demam), kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang
serta jantung berdebar tidak normal (Fitriana, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah di gunakan untuk diagnosis hiperurisemia,
sedangkan pemeriksaan urin untuk melihat ekskresi urat dan mendeteksi batu ginjal. Kadar
normal asam urat dalam darah adalah 2 sampai 6 mg/dL untuk perempuan dan 3 sampai
7,2 mg/dL untuk laki-laki. Bagi yang berusia lanjut kadar tersebut lebih tinggi. Rata-rata
kadar normal asam urat adalah 3.0 sampai 7,0 mg/dl. Bila kadar asam urat darah lebih dari
7,0 mg/dl dapat menyebabkan serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl dapat
menyebabkan terjadinya batu ginjal. Sebelum pemeriksaan di anjurkan puasa selama
kurang lebih 4 jam sebelumnya. Juga tidak boleh menggunakan obatobatan tertentu yang
dapat mempengaruhi hasil, yaitu: diuretika, etambutol, vinkristin, pirazinamid, tiazid,
analgetik, vitamin C dan levodopan, begitupun makanan tertentu yang kaya purin
(Iskandar, 2012).
7. Pengobatan
Pengobatan untuk asam urat /gout dapat dikelompokkan menjadi 3 cara, yaitu :
a) Pengobatan Medis : menggunakan obat-obat kimia, cara ini dapat dilakukan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengobatan jangka pendek adalah dengan
pemberian obat anti nyeri yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghilangkan bengkak. Sedangkan pengobatan jangka panjang dilakukan dengan
pemberian obat yang berfungsi menghambat xanthine oxidase.
b) Pengobatan Non Medis : menjalankan pola hidup sehat yang bertujuan untuk mencegah
dan mengobati penyakit asam urat. Cara ini dapat dilakukan melalui : diet makanan,
yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi purin dan disetai dengan pola
hidup sehat dengan cara melakukan olah raga secara teratur (Wijayakusuma, 2007)
c) Pengobatan Herbal : memanfaatkan tanaman obat yang mempunyai khasiat anti
inflamasi seperti : kunyit, sambiloto dan daun sendok atau tanaman obat yang
mempunyai khasiat penghilang rasa sakit (analgesik) seperti : sandiguri dan biji adas.
8. Pencegahan
Selain dengan cara mengobati, salah satu cara mengatasi penyakit asam urat adalah
dengan mengatur makanan yang boleh dimakan (diet), dengan syarat diet sebagai berikut
ini:
a) Mengurangi konsumsi karbohidrat (zat gula)
b) Menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, seperti:
Jerohan: hati, limpa, babat, usus, paru otak, jantung
Sari laut: udang, kerang, kepiting
Makanan kaleng: ikan sarden
Ekstrak daging: kaldu
Unggas: bebek, angsa, burung dara, ayam
Buah-buahan: durian, alpokat, nanas, melinjo, dan empingmelinjo
c) Menghindari alkohol: bir, wiski, anggur, tape, brem
d) Membatasi konsumsi lemak jenuh dan tidak jenuh (santan, daging berlemak, mentega,
dan masakanan yang menggunakan minyak)
e) Olah raga rutin minimal 3 kali dalam 1 minggu
f) Minum air putih minimal 8 gelas sehari atau 2 liter air mineral
9. Faktor resiko
Menurut Fitriana (2015), faktor resiko yang mempengaruhi gout arthritis adalah :
a. Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki untuk
pertama kalinya pada usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan gout
arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat
menopause. Wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu
proses pengeluaran asam urat melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat
terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
wanita memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi purin yang berlebih
Konsumsi purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar asama urat di dalam
darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.
d. Konsumsi alcohol
e. Penyakit dan obat-obatan
C. KONSEP DASAR LANSIA
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stresfisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang
yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017). Kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun, mengalami
penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seorang diri.
2. Klasifikasi lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1. Young old(usia 60-69 tahun)
2. Middle age old(usia 70-79tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old-old(usia 90 tahun ke atas
3. Karakteristik lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017);Darmojo & Martono (2006) yaitu :
a. Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun(Ratnawati, 2017).2)
b. Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya,
ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan
(Ratnawati,2017).
c. Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari
status perkawinannyasebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %).
Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04
%dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada
82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan
yangberstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya
kawin lagi (Ratnawati, 2017).
d. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usiasehat berkualitas adalah proses
penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera
sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat.
e. Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan
lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai
tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih
baik (Darmojo & Martono, 2006).
f. Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurutPusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang
semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya
bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.
Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi,
artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati, 2017).
4. Perubahan pada Lanjut UsiaMenurut Potter & Perry (2009)proses menua mengakibatkan
terjadinya banyak perubahan pada lansiayang meliputi :
a. Perubahan fisikologis
Perubahan fisiologis pada lansia bebrapadiantaranya,kulit kering, penipisan
rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleksbatuk, pengeluaran lender,
penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat
patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi
kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor,dan lingkungan.
b. Penurunan fungsi
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit
dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia.Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan
dan perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk
menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL
merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
c. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif memiliki Gejala seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa danberhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses
penuaan yang normal.
d. Perubahan psikososial
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-
masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
Kehilangan teman/kenalan atau relasi
Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
2. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
3. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
4. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
5. Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
6. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
7. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
keluarga.
8. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri)
5. Permasalahn lanjut usia
a) Masalah ekonomi
Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena memiliki
penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak memiliki pensiun, akan
membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi tanggungan anggota
keluarga (Suardiman, 2011).
b) Masalah sosial
masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota
keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan
perasaan kesepian, terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga
perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).
c) masalah kesehatan
d) Masalah psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
sehingga membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal
itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti,
kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat, atau trauma psikis.(Kartinah,
2008).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Lansia Dengan Gout
1. Pengkajian
a. Data Umum
1) Meliputi nama keluarga, umum, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis kelamin, tanggal lahi atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing- masing anggota keluarga, dan genogram (genogram
keluarga dalam tiga generasi)
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa
keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan.
4) Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti.
5) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Slain itu,
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta baramng- barang yang dimiliki oleh keluarga
seperti jumlah pendapatan perbulan, sumber pendapatan perbulan, jumlah
pengeluaran perbulan, bagaimana keluaga mengatur pendapatan dan
pengeluarannya.
6) Aktifitas rekreasi keluarga, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga
pergi bersasma-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain
itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
b. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tuga
sperkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti meliputi
riwayat penyakit keturunan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keluarga orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
kedua orang tua. Pengkajian Lingkungan
c. Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah
untuk tempat tinggal.Gambaran kondisi rumah meliputi tata ruang dan penggunaan ruang
tersebut. Kebersihan dan sanitasi rumah
Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, apakah keluarga tinggal di daerah ini, atau
apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah- pindah tempat tinggal.
Meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga, sumber
dukungan dari anggota keluarga, jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki
keluarga.
h. Struktur Keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga , Keputusan dalam keluarga, model dan kekuasaan yang
digunakan keluarga dalam membuat keputusan.
3. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing- masing anggota keluarga, baik
secara formal maupun informal.
i. Struktur nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut
keluarga dengan kelompok atau komunitasi
j. Fungsi Keluarga. Meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan(
riwayat kesehatan keluarga dan cara pencegahan penyakit) dan fungsi reproduksi.
k. Stres dan koping
1. Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
2. Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
l. Kemampuan dalam keluarga berespons terhadap situasi atau stresor, mengkaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi stresor.
1. Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
2. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan
m. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua naggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
n. Harapan Keluarga
Pola akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
b. Diagnosa 2
Tujuan : keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita asam urat setelah tiga kali kunjungan ke rumah
Intervensi :
b. Diagnosa 2 :
Tindakan keperawatan :
2. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olahraga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita asam urat Mengajarkan cara
menangani asam urat dengan non- farmakologi, mengajarkan membuat minuman
herbal daun salam yang di rebus
5. Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil maka perlu disusun renca
baruyang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkintidak dapat dilakukan dalam satu
kali kunjungan keluarga, oleh karena itu kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat
adalah :
1. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit asam urat
2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan asam
urat.
3. Keluarga dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan dengan pembuatan air rebusan
daun salam terkait dengan penanganan non farmakologi.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KASUS
1. Pengkajian
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. X
2. Umur : Tidak terkaji.
3. Pendidikan : Tidak terkaji.
4. Pekerjaan : Tidak terkaji.
5. Alamat Rumah : Tidak terkaji.
6. Komposisi Keluarga : ……………………………
D. Pengkajian lingkungan
21. Perumahan
a. Jenis bangunan :
Tidak terkaji.
b. Jenis lantai :
Tidak terkaji.
c. Jumlah Ruangan :
Tidak terkaji.
d. Ventilasi Ruangan :
Tidak terkaji.
25. Jamban / WC
a. Jenis WC keluarga yang digunakan : Tidak terkaji.
b. Status jamban / WC yang digunakan : Tidak terkaji.
c. Apakan WC / jamban sesuai dengan syarat kesehatan : Tidak terkaji.
d. Lain-lain :
E. Struktur keluarga
28. Pola komunikasi keluarga :
Tidak terkaji.
29. Struktur keluarga :
Tidak terkaji.
30. Pembagian peran dalam keluarga :
- Tn. X berperan sebagai seorang suami yang menafkahi keluarganya.
- Ny. S berperan sebagai istri.
31. Nilai dan norma yang dianut keluarga :
Tidak terkaji.
F. Fungsi Keluarga
32. Fungsi afektif :
Tidak terkaji.
33. Fungsi reproduksi :
Tidak terkaji.
34. Fungsi sosialisasi :
Tidak terkaji..
35. Fungsi ekonomi :
Sumber penghasilan keluarga Tn. X dan Ny. S digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
36. Fungsi perawatan keluarga :
Keluarga mengetahui bahwa Ny. S menderita asam urat. Namun, karena lelah Ny. S
jarang lagi mau berobat ke RS. Ny. S mengatakan bahwa ia cape minum obat dan
bolak-balik ke RS tidak kunjung sembuh.
G. Stress dan Koping Keluarga
37. Stressor jangka panjang dan pendek :
- Jangka Pendek : Ny. S stres terhadap penyakitnya tidak sembuh juga
walaupun bolak-balik ke RS.
- Jangka Panjang : Tidak terkaji.
38. Strategi koping yang digunakan :
Tidak terkaji.
39. Strategi adaptasi disfungsional :
Tidak terkaji.
H. Pengkajian Fisik
Kombinasi metode sistem dan head to toe, terutama pada anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, pedoman pengkajian lihat pengkajian fisik umum.
Tanda-Tanda Vital (TTV) dan antropometri :
- Tn. X : Tidak terkaji.
- Ny. S : TD = 170/100 mmHg,N = 90 x/menit, RR = 23 x/menit, S = 38 0C, BB =
42 kg, TB = 160 cm.
Pemeriksaan fisik
Nama
Kepala Mata Hidung Mulut Leher Dada Perut Etremitas
Tn. X Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak terkaji.
terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji.
Ny. S Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sendi sedikit
terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. terkaji. membesar,
tidak
simetris,
nyeri
dengan
skala 7.
I. Harapan Keluarga:
Tidak terkaji.
J. Catatan Tambahan :
Tidak terkaji.
.
(___________________)
Nim:
1. Data Subjektif : Nyeri akut pada Ny. S Nyeri akut pada Ny. S b.d
- Ny. S mengeluh sulit penyakit asam urat.
tidur karena nyeri yang
mengganggu.
- Ny. S mengeluh
persendiannya sakit bila
digerakkan.
- Skala nyeri 7
Data Objektif :
- TD : 170/100 mmHg
- S : 380C
2 Data Subjektif : Hambatan mobilitas fisik
Hambatan mobilitas fisik
- Ny. S mengeluh badan Ny. S Ny. S b.d penurunan
tidak dapat digerakkan, fungsi akibat penyakit
persendian bengkak. yang diderita.
Data Objektif :
- Sendi Ny. S sedikit
membesar.
- Sendi Ny. S tidak
simetris.
3 Data Subjektif : Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan Ny. S
- Menurut suaminya (Tn.
X), karena lelah Ny. S
jarang lagi mau berobat
ke RS.
- Ny. S mengatakan cape
minum obat, bolak-balik
ke RS tidak sembuh juga.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI KEPERAWATAN