Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTKUM

KOMUNIKASI FARMASI

“ Pelayanan Swamedikasi dan PIO “

DISUSUN OLEH : LIRA RAHMA DONA

NIM : 220101134

KELAS : C

Dosen pembimbing : Apt. Kiki Amalia, M.farm

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnypenyakit di masyarakat
tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk
mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal
biaya. Berkenaan dengan hal tersebut, swamedikasi menjadi alternatif yang diambil
masyarakat (Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada
dasarnya, swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter
(OTC), perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan
umum, seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting
untuk diingat bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan
dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak
dilakukan dengan bijak. Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama
untuk kondisi yang lebih serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung. Pola makan yang tidak teratur, stres dan
kecemasan lebih dominan menyebabkan maag terutama di kota besar seperti Jakarta.
(Anonimc , 2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. PENGERTIAN SWAMEDIKASI

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

1.2. SALURAN PENCERNAAN

Saluran pencernaan, atau sistem pencernaan, adalah serangkaian organ dan struktur
dalam tubuh yang berfungsi untuk memproses makanan menjadi zat-zat yang dapat
diserap dan digunakan oleh tubuh. Proses pencernaan melibatkan pemecahan makanan
menjadi partikel-partikel kecil, pencampuran dengan enzim-enzim pencernaan, dan
penyerapan nutrisi ke dalam darah. Berikut adalah komponen-komponen utama dari
saluran pencernaan:

a. Mulut: Mulut adalah tempat dimulainya pencernaan. Di sini, makanan dicerna


mekanis oleh gigi dan dicairkan oleh air liur yang mengandung enzim-enzim
pencernaan, terutama amilase yang memecah karbohidrat.
b. Kerongkongan (Esophagus): Kerongkongan mengarahkan makanan dari mulut ke
lambung melalui gerakan peristaltik.
c. Lambung: Lambung adalah organ pencernaan yang mengandung asam lambung dan
enzim pencernaan lainnya. Di sini, makanan dicerna lebih lanjut dan berubah menjadi
massa semi-cair yang disebut kima.
d. Duodenum, Jejunum, dan Ileum: Di usus halus, pencernaan makanan mencapai
puncaknya dan nutrisi diserap ke dalam darah melalui dinding usus. Duodenum,
jejunum, dan ileum adalah bagian-bagian utama dari usus halus.
e. Usus Besar (Kolon): Usus besar menyerap air dan elektrolit dari sisa-sisa pencernaan,
membentuk tinja, dan menyimpannya sebelum dikeluarkan melalui anus.
f. Rektum: Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan yang menyimpan tinja
sebelum dikeluarkan dari tubuh.
g. Anus: Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan yang berfungsi sebagai
tempat keluarnya tinja dari tubuh.
h. Hati dan Pankreas: Hati menghasilkan empedu, yang membantu dalam pencernaan
lemak. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan dan hormon, seperti insulin.

Proses pencernaan melibatkan kerjasama antara organ-organ ini, dan setiap bagian
memiliki peran khusus dalam mengolah makanan dan menyerap nutrisi. Pemahaman
yang baik tentang fungsi saluran pencernaan penting untuk menjaga kesehatan dan nutrisi
tubuh.

1.3. DIARE

Diare adalah kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan frekuensi buang air
besar (BAB), biasanya disertai dengan konsistensi tinja yang lebih cair.

Gejala:

1. Tinja encer atau berair.


2. Frekuensi BAB yang meningkat.
3. Kram perut.
4. Mual atau muntah.
5. Dehidrasi akibat kehilangan cairan yang cepat.

Penyebab:

1. Infeksi bakteri, virus, atau parasit.


2. Intoleransi makanan.
3. Sindrom usus iritabel (IBS).

Pengelolaan:

1. Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.


2. Mengonsumsi makanan ringan dan mudah dicerna.
3. Pengobatan dapat diberikan sesuai dengan penyebab yang mendasari.

1.4. KONSTIPASI

Konstipasi terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan atau jarang buang air besar,
dan tinja cenderung keras dan sulit dikeluarkan.

Gejala:

1. Kesulitan buang air besar.


2. Rasa ketidaknyamanan atau kembung.
3. Tinja keras atau kering.
4. Sensasi tidak selesai setelah buang air besar.
5. Mungkin disertai dengan rasa penuh atau kenyang.

Penyebab:

1. Kurangnya serat dalam diet.


2. Kurangnya cairan.
3. Kurangnya aktivitas fisik.

Pengelolaan:

1. Meningkatkan asupan serat dalam makanan.


2. Minum banyak air.
3. Menjaga aktivitas fisik yang cukup.
4. Menggunakan laksatif atau obat pencahar jika diperlukan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 01
Nama Pasien : ny. Sister dan anak
Usia Pasien : dewasa dan 3 tahun 5 bulan P/L
Keluhan Pasien : Diare dan konstipasi
Informasi Pasien : pasien anak : anak usia 3,5 tahun dengan kondisi diare
(Riwayat alergi, sudah 4 hari bab cair, diare akibat makanan pedas, bab
pengobatan, obat yang tidak berdarah, tidak demam dan tidak ada alergi obat dan
telah digunakan)
makanan tertentu.

Pasien dewasa : susah bab ( konstipasi ) tidak ada alergi


obat dan makanan tertentu
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Guanistrep sirup.
a. Komposisi : kaolin dan pektin
2. Oralit
a. Komposisi : larutan gula dan garam
3. Dulcolax suppositoria
a. Komposisi : bisacodyl 10 mg

Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :


1. Nama obat : guanistrep sirup

Komposisi obat : kaolin pektin

Aturan pakai : 3 x sehari 5ml

Cara penggunaan : diminum

Terapi non-farmakologi : Hindari penyebab diare seperti makanan terlalu


pedas, asam dan selalu menjaga kebersihan cuci
tangan setiap akan makan dan setelah dari toilet,
makan-makanan yang bergizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Nama obat : Oralit

Komposisi obat : Dextrosa anhidrat, natrium klorida, natrium sitrat


dihidrat, kaolin klorida.

Aturan pakai : 200 ml diminum secara bertahap selama 3 jam

Cara penggunaan : 1 bungkus serbuk dilarutkan dalam 200 ml air


matang hangat lalu minum

Terapi non-farmakologi : mengonsumsi banyak air putih dan istirahat yang


cukup

3. Nama obat : Dulcolax suppositoria

Komposis obat : bisacodyl 10 mg

Aturan pakai : 1 x sehari pada malam hari

Cara penggunaan : dimasukan lewat rektal

Terapi non-farmakologi; meningkatkan Kesehatan, minum air putih yang


banyak, menjaga kebutuhan serat harian, olahraga
yang teratur.

Dialog Komunikasi sesuai kasus yang didapatkan Ketika pratikum, cantumkan no kasus,
nama obat yang diberikan dan kandungan, jumlah, informasi kepada pasie

Ttk : selamat pagi bu, perkenalkan saya Lira Rahma selaku ttk di apotik matahari ini,
apa ada yang bisa saya bantu bu ?

P : saya ingin membeli obat untuk saya dan anak saya mbak.

Ttk : baiklah ibu, bolehkah saya meminta waktu ibu untuk bertanya mengenai keluhan
yang anak ibu dan ibu rasakan?

P : anak saya berumur 3,5 tahun

Anda mungkin juga menyukai