Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN PRAKTKUM

KOMUNIKASI FARMASI

“ Pelayanan Swamedikasi dan PIO “

DISUSUN OLEH : LIRA RAHMA DONA

NIM : 220101134

KELAS : C

Dosen pembimbing : Apt. Kiki Amalia, M.farm

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pencernaan (1)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnypenyakit di masyarakat
tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk
mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya.
(Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada dasarnya,
swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter (OTC),
perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan umum,
seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting untuk diingat
bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan dalam beberapa
kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak dilakukan dengan bijak.
Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama untuk kondisi yang lebih
serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung (Anonimc , 2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.2. Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan, atau sistem pencernaan, adalah serangkaian organ dan struktur
dalam tubuh yang berfungsi untuk memproses makanan menjadi zat-zat yang dapat diserap
dan digunakan oleh tubuh. Proses pencernaan melibatkan pemecahan makanan menjadi
partikel-partikel kecil, pencampuran dengan enzim-enzim pencernaan, dan penyerapan
nutrisi ke dalam darah. Berikut adalah komponen-komponen utama dari saluran
pencernaan:

a. Mulut: Mulut adalah tempat dimulainya pencernaan. Di sini, makanan dicerna mekanis
oleh gigi dan dicairkan oleh air liur yang mengandung enzim-enzim pencernaan,
terutama amilase yang memecah karbohidrat.
b. Kerongkongan (Esophagus): Kerongkongan mengarahkan makanan dari mulut ke
lambung melalui gerakan peristaltik.
c. Lambung: Lambung adalah organ pencernaan yang mengandung asam lambung dan
enzim pencernaan lainnya. Di sini, makanan dicerna lebih lanjut dan berubah menjadi
massa semi-cair yang disebut kima.
d. Duodenum, Jejunum, dan Ileum: Di usus halus, pencernaan makanan mencapai
puncaknya dan nutrisi diserap ke dalam darah melalui dinding usus. Duodenum,
jejunum, dan ileum adalah bagian-bagian utama dari usus halus.
e. Usus Besar (Kolon): Usus besar menyerap air dan elektrolit dari sisa-sisa pencernaan,
membentuk tinja, dan menyimpannya sebelum dikeluarkan melalui anus.
f. Rektum: Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan yang menyimpan tinja
sebelum dikeluarkan dari tubuh.
g. Anus: Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya tinja dari tubuh.
h. Hati dan Pankreas: Hati menghasilkan empedu, yang membantu dalam pencernaan
lemak. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan dan hormon, seperti insulin.

Proses pencernaan melibatkan kerjasama antara organ-organ ini, dan setiap bagian
memiliki peran khusus dalam mengolah makanan dan menyerap nutrisi. Pemahaman yang
baik tentang fungsi saluran pencernaan penting untuk menjaga kesehatan dan nutrisi tubuh.

2.3. Diare

Diare adalah kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan frekuensi buang air
besar (BAB), biasanya disertai dengan konsistensi tinja yang lebih cair.

Gejala:
1. Tinja encer atau berair.
2. Frekuensi BAB yang meningkat.
3. Kram perut.
4. Mual atau muntah.
5. Dehidrasi akibat kehilangan cairan yang cepat.
Penyebab:
1. Infeksi bakteri, virus, atau parasit.
2. Intoleransi makanan.
3. Sindrom usus iritabel (IBS).
Pengelolaan:
1. Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
2. Mengonsumsi makanan ringan dan mudah dicerna.
3. Pengobatan dapat diberikan sesuai dengan penyebab yang mendasari.

2.4. Konstipasi
Konstipasi terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan atau jarang buang air besar,
dan tinja cenderung keras dan sulit dikeluarkan.
Gejala:
1. Kesulitan buang air besar.
2. Rasa ketidaknyamanan atau kembung.
3. Tinja keras atau kering.
4. Sensasi tidak selesai setelah buang air besar.
5. Mungkin disertai dengan rasa penuh atau kenyang.
Penyebab:
1. Kurangnya serat dalam diet.
2. Kurangnya cairan.
3. Kurangnya aktivitas fisik.
Pengelolaan:
1. Meningkatkan asupan serat dalam makanan.
2. Minum banyak air.
3. Menjaga aktivitas fisik yang cukup.
4. Menggunakan laksatif atau obat pencahar jika diperlukan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 1

Nyonya sister 35 tahun datang ke apotek untuk membeli obat yang dapat mengatasi
keluhan anaknya 3 tahun 5 bulan yaitu diare sejak kemarin akibat makan makanan pedas
konsistensi bab cair dan frekuensi bab 4 kali sehari tidak ada demam dan BAB tidak
berdarah anaknya juga terlihat lemas sepertinya dehidrasi nyonya sister juga ingin
membeli obat untuk mengatasi susah BAB yang sudah 3 hari pasien ingin membeli obat
yang cepat berefek.

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 01
Nama Pasien : ny. Sister dan anak
Usia Pasien : dewasa dan 3 tahun 5 bulan P/L
Keluhan Pasien : Diare dan konstipasi
Informasi Pasien : pasien anak : anak usia 3,5 tahun dengan kondisi diare
(Riwayat alergi, sudah 4 hari bab cair, diare akibat makanan pedas, bab
pengobatan, obat yang tidak berdarah, tidak demam dan tidak ada alergi obat dan
telah digunakan)
makanan tertentu.

Pasien dewasa : susah bab ( konstipasi ) tidak ada alergi


obat dan makanan tertentu
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Guanistrep sirup.
Komposisi : kaolin dan pektin
2. Oralit
Dextrosa anhidrat, natrium klorida, natrium sitrat dihidrat, kaolin klorida
3. Dulcolax suppositoria
Komposisi : bisacodyl 10 mg
Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :
1. Nama obat : guanistrep sirup

Komposisi obat : kaolin pektin

Aturan pakai : 3 x sehari 5ml

Cara penggunaan : diminum

Terapi non-farmakologi : Hindari penyebab diare seperti makanan terlalu


pedas, asam dan selalu menjaga kebersihan cuci
tangan setiap akan makan dan setelah dari toilet,
makan-makanan yang bergizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Nama obat : Oralit


Komposisi obat : Dextrosa anhidrat, natrium klorida, natrium sitrat
dihidrat, kaolin klorida.
Aturan pakai : 200 ml diminum secara bertahap selama 3 jam
Cara penggunaan :1 bungkus serbuk dilarutkan dalam 200 ml air matang
hangat lalu minum
Terapi non-farmakologi : mengonsumsi banyak air putih dan istirahat yang
cukup
3. Nama obat : Dulcolax suppositoria
Komposis obat : bisacodyl 10 mg
Aturan pakai : 1 x sehari pada malam hari
Cara penggunaan : dimasukan lewat rektal
Terapi non-farmakologi; meningkatkan Kesehatan, minum air putih yang
banyak, menjaga kebutuhan serat harian, olahraga
yang teratur.
3.2.PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami diare, dehidrasi dan terlihat
lemas dan konstipasi
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : diare, dehidrasi dan konstipasi
Characteristic : terlihat tampak lemas dikarenakan dehidrasi
History : tidak ada penanganan sebelumnya
Onset : 3 hari yang lalu
Location : saluran pencernaan
Aggriting factor : makanan yang teralalu pedas dan asam, makanan yang tidak sehat
Remmiting factor : meningkatkan Kesehatan, menjaga kebutuhan serat harian.
Medication : guanistrep sirup, oralit, Dulcolax suppositoria
Alergi : -
Coexisting : tidak parah
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke


apotek untuk membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang anak usia
3,5 tahun yang mengalami diare tidak demam dan tidak berdarah namun
tampak lemas dan untuk obatnya direkomendasikan obat guanistrep sirup
untuk meredakan diarenya dan oralit untuk mengembalikan cairan tubuh nya
yang hilang akibat dehidrasi. Dan untuk pasien dewasa yang berusia 35 tahun
dengan keluhan susah bab selama 3 hari dan direkomendasikan obat Dulcolax
suppositoria.
BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pencernaan (2)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnya penyakit di
masyarakat tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong
masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga
efisien dalam hal biaya. (Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada dasarnya,
swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter (OTC),
perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan umum,
seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting untuk diingat
bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan dalam beberapa
kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak dilakukan dengan bijak.
Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama untuk kondisi yang lebih
serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung. (Anonimc , 2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.2. Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan, atau sistem pencernaan, adalah serangkaian organ dan struktur
dalam tubuh yang berfungsi untuk memproses makanan menjadi zat-zat yang dapat diserap
dan digunakan oleh tubuh. Proses pencernaan melibatkan pemecahan makanan menjadi
partikel-partikel kecil, pencampuran dengan enzim-enzim pencernaan, dan penyerapan
nutrisi ke dalam darah. Berikut adalah komponen-komponen utama dari saluran
pencernaan:

i. Mulut: Mulut adalah tempat dimulainya pencernaan. Di sini, makanan dicerna mekanis
oleh gigi dan dicairkan oleh air liur yang mengandung enzim-enzim pencernaan,
terutama amilase yang memecah karbohidrat.
j. Kerongkongan (Esophagus): Kerongkongan mengarahkan makanan dari mulut ke
lambung melalui gerakan peristaltik.
k. Lambung: Lambung adalah organ pencernaan yang mengandung asam lambung dan
enzim pencernaan lainnya. Di sini, makanan dicerna lebih lanjut dan berubah menjadi
massa semi-cair yang disebut kima.
l. Duodenum, Jejunum, dan Ileum: Di usus halus, pencernaan makanan mencapai
puncaknya dan nutrisi diserap ke dalam darah melalui dinding usus. Duodenum,
jejunum, dan ileum adalah bagian-bagian utama dari usus halus.
m. Usus Besar (Kolon): Usus besar menyerap air dan elektrolit dari sisa-sisa pencernaan,
membentuk tinja, dan menyimpannya sebelum dikeluarkan melalui anus.
n. Rektum: Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan yang menyimpan tinja
sebelum dikeluarkan dari tubuh.
o. Anus: Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya tinja dari tubuh.
p. Hati dan Pankreas: Hati menghasilkan empedu, yang membantu dalam pencernaan
lemak. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan dan hormon, seperti insulin.

Proses pencernaan melibatkan kerjasama antara organ-organ ini, dan setiap bagian
memiliki peran khusus dalam mengolah makanan dan menyerap nutrisi. Pemahaman yang
baik tentang fungsi saluran pencernaan penting untuk menjaga kesehatan dan nutrisi tubuh.

2.3. Gastritis

Gastritis adalah istilah medis yang mengacu pada peradangan pada lapisan dinding
lambung. Lapisan ini disebut mukosa, dan peradangan dapat terjadi sebagai respons
terhadap berbagai faktor. Sebagian besar kasus gastritis bersifat sementara dan dapat
diatasi dengan perubahan gaya hidup, pengelolaan stres, atau penggunaan obat-obatan
yang diresepkan.
Beberapa penyebab umum gastritis meliputi:
1. Infeksi bakteri: Infeksi Helicobacter pylori adalah penyebab umum gastritis kronis.
2. Penggunaan obat-obatan: Beberapa jenis obat, seperti NSAIDs (antiinflamasi
nonsteroid), aspirin, atau kortikosteroid, dapat merangsang peradangan pada dinding
lambung.
3. Konsumsi alkohol: Alkohol dapat merusak lapisan lambung dan menyebabkan
peradangan.
4. Stres: Kondisi stres yang kronis juga dapat berkontribusi pada perkembangan gastritis.
5. Asam lambung yang berlebihan: Produksi asam lambung yang berlebihan dapat
merusak lapisan lambung.
6. Gejala gastritis termasuk nyeri atau ketidaknyamanan di bagian atas perut, mual,
muntah, dan perasaan kenyang setelah makan.

Penanganan gastritis melibatkan identifikasi dan penanganan penyebabnya. Dokter


dapat meresepkan obat-obatan seperti antasida, penghambat reseptor H2, atau penghambat
pompa proton untuk mengurangi produksi asam lambung. Penghindaran faktor pemicu,
seperti obat-obatan yang memicu gastritis atau alkohol, juga dapat membantu dalam
pengelolaan kondisi ini. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika
Anda mengalami gejala gastritis untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rencana
perawatan yang sesuai.

2.4.Penyakit kulit

Penyakit yang disebabkan oleh jamur yang dapat tumbuh pada pakaian atau kain
yang lembab atau basah adalah infeksi jamur kulit tertentu. Salah satu contoh umumnya
adalah tinea versicolor. Tinea versicolor disebabkan oleh jamur Malassezia, yang dapat
berkembang subur di lingkungan yang lembap. Gejala tinea versicolor melibatkan
perubahan warna kulit, seperti bercak putih, kemerahan, atau coklat yang dapat muncul di
berbagai bagian tubuh. Bercak ini biasanya lebih terlihat setelah paparan sinar matahari
karena jamur menghambat pigmentasi normal kulit.

Namun, perlu dicatat bahwa tinea versicolor umumnya bukan penyakit yang sangat
serius dan dapat diobati dengan antijamur topikal atau obat oral yang diresepkan oleh
dokter. Pengobatan melibatkan penggunaan sampo, krim, atau lotion antijamur untuk
menghilangkan infeksi jamur dan mencegah kekambuhan. Untuk mencegah infeksi jamur
seperti tinea versicolor, penting untuk menjaga kebersihan dan kekeringan pakaian.
Pastikan pakaian dicuci dan dikeringkan dengan baik, hindari memakai pakaian yang
lembap terlalu lama, dan gunakan pakaian yang longgar agar kulit dapat bernapas dengan
baik. Jika Anda mencurigai adanya infeksi kulit atau memiliki gejala yang tidak biasa pada
kulit setelah kontak dengan pakaian yang lembap atau basah, disarankan untuk
berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 2

Nyonya Silvia 38 tahun datang ke apotek ingin membeli obat untuk dirinya Nyonya ria
mengeluhkan nyeri pada bagian atas perut disertai rasa mual dan kembung hal tersebut
dikeluhkannya setelah nyonya Silvia melewati jam makan siang dikarenakan
kesibukannya yang padat sehingga juga membuat pandangannya terasa seperti berputar-
putar pasien juga ingin membeli obat untuk gatal jamur di kakinya karena sering kena
air cucian

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 02
Nama Pasien : ny. Silvia
Usia Pasien : dewasa usia 38 tahun P/L
Keluhan Pasien : Diare dan konstipasi
Informasi Pasien : Pasien nyeri pada bagian atas perut disertai rasa mual dan
(Riwayat alergi, kembung. Dikarenakan melewati jam makan siang
pengobatan, obat yang dikarenakan kesibukannya yang padat sehingga juga
telah digunakan)
membuat pandangannya terasa berputar-putar. Pasien juga
ingin membeli obat untuk gatal jamur dikakinya, karena
sering kena air cucian.
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Antasida doen
Komposisi : alumuniun hidroksida 200mg dan magnesium hidroksida 200mg
2. Fungiderm
Komposisi : chlortrimazole 1 %

Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :


1. Nama obat : antasida doen

Komposisi obat : alumuniun hidroksida 200mg dan magnesium


hidroksida 200mg

Aturan pakai : 1-2 tablet sehari

Cara penggunaan : diminum

Terapi non-farmakologi : makan tepat waktu, istirahat yang cukup, makan-


makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan jangan terlali stress

2. Nama obat : fungiderm


Komposisi obat : cholrtrimazole 1 %
Aturan pakai : 3 x sehari
Cara penggunaan : oleskan sebanyak 1 ruas jari pada bagian yang
terkena jamur 3 x sehari selama 14 hari secara
teratur
Terapi non-farmakologi : menjaga kebersihan kaki Nama obat :
3.2.PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami maag / gastritis dan jamur
pada kaki
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : maag / gastritis dan jamur pada kaki
Characteristic : mual pada saat tertentu (telat makan)
History : tidak ada penanganan sebelumnya
Onset : saat btelat makan
Location : saluran pencernaan
Aggriting factor : telat makan dan terlalu stress
Remmiting factor : pola makan teratur, menghindari stress dan makanan pedas dan
asam
Medication : antasida doen dan fungiderm
Alergi : -
Coexisting : tidak parah
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang Pasien nberumur 38 tahun dengan
keluhan nyeri pada bagian atas perut disertai rasa mual dan kembung. Dikarenakan
melewati jam makan siang dikarenakan kesibukannya yang padat sehingga juga membuat
pandangannya terasa berputar-putar, untuk obatnya direkomendasikan adalah antasida
doen, obat ini untuk mengatasi gastritis yang dialami pasien karena mengandung
alumunium hidroksida dan magnesiun hidroksida. Pasien juga ingin membeli obat untuk
gatal jamur dikakinya, karena sering kena air cucian, obat yang direkomendasikan adalah
fungiderm obat ini mengandung chlortrimazole 1% untuk mengatasi infeksi jamur yang
terdapat pada kakinya.
BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pernafasan (3)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnypenyakit di masyarakat
tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk
mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya.
(Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada dasarnya,
swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter (OTC),
perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan umum,
seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting untuk diingat
bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan dalam beberapa
kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak dilakukan dengan bijak.
Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama untuk kondisi yang lebih
serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung (Anonimc , 2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.2.Saluran pernafasan

Saluran pernapasan adalah sistem organ yang terlibat dalam proses pertukaran gas
antara tubuh dan lingkungan, khususnya pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Saluran
pernapasan mencakup serangkaian organ dan struktur yang membawa udara dari luar tubuh
ke dalam paru-paru, dan sebaliknya. Berikut adalah komponen utama Proses pernapasan
melibatkan inspirasi (menghirup udara bersih) dan ekspirasi (mengeluarkan udara kaya
karbon dioksida). Pertukaran gas terjadi di alveoli, di mana oksigen diserap oleh darah dan
karbon dioksida dibuang melalui ekspirasi.

Anatomi Saluran Pernapasan:

• Hidung dan Mulut: Fungsi sebagai pintu masuk udara ke dalam tubuh.
• Farings (Tenggorokan): Bagian dari saluran pernapasan yang
menghubungkan hidung dan mulut dengan laring.
• Laring (Kantong Suara): Terlibat dalam produksi suara dan berfungsi
sebagai penutup saat menelan untuk mencegah makanan masuk ke saluran
pernapasan.
• Trakea (Saluran Napas): Saluran udara yang mengarah ke paru-paru.
• Paru-paru:Bronkus dan Bronkiolus: Saluran yang membawa udara ke dalam
dan keluar dari paru-paru.
• Alveoli: Kantung udara kecil di ujung bronkiolus di mana terjadi pertukaran
gas antara udara dan darah.

Fungsi Saluran Pernapasan:

• Pertukaran Gas: Proses di mana oksigen diambil dari udara dan karbon
dioksida dikeluarkan dari darah.
• Respirasi: Proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
• Sistem Pernapasan dan Sistem Sirkulasi:
• Keterkaitan dengan Jantung: Cara di mana sistem pernapasan bekerja
bersama dengan sistem sirkulasi untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi ke
seluruh tubuh.

Gangguan dan Penyakit Saluran Pernapasan:

• Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA): Misalnya, pilek, flu, sinusitis.


• Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB): Misalnya, bronkitis,
pneumonia.
• Penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis): Merupakan kondisi
kronis yang membatasi aliran udara ke dalam dan keluar dari paru-paru.
• Asthma: Gangguan di mana saluran pernapasan menyempit dan
menghasilkan lendir berlebihan.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Saluran Pernapasan:

• Kebiasaan Merokok: Merupakan faktor risiko utama untuk banyak penyakit


pernapasan.
• Polusi Udara: Dampaknya terhadap kesehatan saluran pernapasan.
• Faktor Lingkungan: Pajanan terhadap alergen atau zat iritan.

Perawatan dan Pencegahan:


• Swamedikasi dan Pengobatan: Penggunaan obat-obatan untuk meredakan
gejala atau mengatasi masalah pernapasan.
• Imunisasi: Pencegahan melalui vaksinasi, seperti vaksin influenza atau
vaksin pneumonia.

2.3. Batuk berdahak dan pilek

Batuk berdahak dan pilek sering kali merupakan gejala umum infeksi saluran
pernapasan atas, seperti flu atau pilek biasa. Kondisi ini dapat disebabkan oleh virus atau
bakteri. Berikut adalah beberapa informasi umum terkait dengan batuk berdahak dan pilek:
1. Batuk Berdahak:
• Penyebab: Batuk berdahak biasanya disebabkan oleh iritasi atau infeksi pada
saluran pernapasan. Lendir yang diproduksi oleh selaput lendir bertujuan untuk
membersihkan dan melindungi saluran pernapasan dari benda asing atau
mikroorganisme.
• Gejala: Batuk produktif dengan keluarnya lendir atau dahak. Ini adalah respons
normal tubuh untuk mengeluarkan zat berbahaya atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi.
• Penanganan: Minum banyak cairan, istirahat, dan menggunakan obat batuk
ekspektoran (yang membantu mengeluarkan dahak) dapat membantu meredakan
gejala.
2. Pilek:
• Penyebab: Pilek umumnya disebabkan oleh infeksi virus, terutama rhinovirus.
Virus ini menyerang selaput lendir di saluran pernapasan atas.
• Gejala: Hidung tersumbat atau berair, bersin-bersin, tenggorokan sakit, dan
kadang-kadang demam ringan.
• Penanganan: Istirahat, minum banyak cairan, dan penggunaan obat pereda gejala
seperti dekongestan atau antihistamin dapat membantu mengurangi
ketidaknyamanan.

Kapan Harus Mencari Bantuan Medis:


• Jika gejala tidak membaik dalam beberapa hari atau memburuk.
• Jika terdapat kesulitan bernapas atau nyeri dada.
• Jika disertai demam tinggi yang tidak merespons obat penurun demam.
• Jika terdapat lendir berwarna hijau atau kekuningan yang tebal.

Pencegahan:
• Cuci tangan secara teratur.
• Hindari menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.
• Tutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk.
• Hindari kontak dekat dengan orang yang sakit.
Penting untuk diingat bahwa batuk dan pilek umumnya merupakan respons tubuh
terhadap infeksi virus dan dapat membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun,
jika gejala berlanjut atau memburuk, sebaiknya konsultasikan dengan profesional
kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut. Jika disebabkan oleh bakteri, dokter mungkin
meresepkan antibiotik, tetapi antibiotik tidak efektif untuk infeksi virus.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 3

Nyonya Yuli datang ke apotek untuk membeli obat untuk anaknya usia anaknya 7 tahun
Nyonya Yuli mengatakan bahwa anaknya sejak kemarin mengalami batuk pilek bersin-
bersin namun tidak demam dahaknya seperti susah keluar di tenggorokan semalam sudah
diberikan sanmol sirup 5 mili sebanyak 2 kali namun keluhan belum berkurang pasien
juga ingin membeli vitamin untuk anaknya agar tidak mudah sakit

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 03
Nama Pasien : ny. Yuli dan anaknya
Usia Pasien : anak usia 7 tahun P/L
Keluhan Pasien : batuk berdahak, pilek dan bersin-bersin
Informasi Pasien : Pasien mengalami batuk, pilek bersin-bersin, namun
(Riwayat alergi, tidak demam. Dahaknya seperti susah keluar di
pengobatan, obat yang tenggorokan dan pasien ingin membeli obata vitamin
telah digunakan)
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Actifed plus ekspectoran
Komposisi : triprolidine hcl 1,25 mg
Pseudoefedrine 30 mg
Guafhenisine 100 mg
2. Stimuno sirup
Komposisi : ekstrak phylantusnitris 25 mg

Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :


1. Nama obat : Actifed plus ekspectoran
Komposisi obat : triprolidine hcl 1,25 mg, Pseudoefedrine 30 mg,
Guafhenisine 100 mg

Aturan pakai : ½ sendok takar 3x sehari

Cara penggunaan : diminum sebelum/setelah makan

Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi


untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
minum air putih yang cukup

2. Nama obat : stimuno sirup


Komposisi obat : ekstrak phylantusnitris
Aturan pakai : 1-3 x sehari 1 sendok takar (5ml)
Cara penggunaan : diminum setelah makan
Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan minum
air putih yang cukup
3.2.PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami batuk berdahak, pilek
bersin-bersin namun tidak demam. Dahaknya seperti susah keluar di tenggorokan dan
pasien ingin membeli obata vitamin
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : batuk berdahak, pilek bersin-bersin namun tidak demam
Characteristic : dahak susah keluar
History : sudah ada penanganan sudah diberikan sanmol sirup 5 mg sebanyak 2x
Onset : sejak kemarin
Location : saluran pernafasan
Aggriting factor : makanan yang tidak sehat
Remmiting factor : pola makan teratur, istirahat yang cukup,perbanyak minum air
putih
Medication : Actifed plus ekspectoran dan stimuno sirup
Alergi : -
Coexisting : tidak parah
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang Pasien mengalami batuk, pilek
bersin-bersin, namun tidak demam. Dahaknya seperti susah keluar di tenggorokan dan
direkomendasikan obat obat Actifed plus ekspectoran untuk membantu mengeluarkan
dahak , mengatasi pilek dan bersin-bersin dikarenakan mengandung triprolidine,
pseudoefedrine, dan guafhenisine. dan pasien ingin membeli obat vitamin yaitu
direkomendasikan stimuno sirup yang berguna utnuk menjaga kekebalan tubuh anak.
BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pernafasan (4)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnypenyakit di masyarakat
tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk
mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya.
(Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada dasarnya,
swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter (OTC),
perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan umum,
seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting untuk diingat
bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan dalam beberapa
kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak dilakukan dengan bijak.
Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama untuk kondisi yang lebih
serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung (Anonimc , 2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.4.Saluran pernafasan

Saluran pernapasan adalah sistem organ yang terlibat dalam proses pertukaran gas
antara tubuh dan lingkungan, khususnya pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Saluran
pernapasan mencakup serangkaian organ dan struktur yang membawa udara dari luar tubuh
ke dalam paru-paru, dan sebaliknya. Berikut adalah komponen utama Proses pernapasan
melibatkan inspirasi (menghirup udara bersih) dan ekspirasi (mengeluarkan udara kaya
karbon dioksida). Pertukaran gas terjadi di alveoli, di mana oksigen diserap oleh darah dan
karbon dioksida dibuang melalui ekspirasi.

Anatomi Saluran Pernapasan:

• Hidung dan Mulut: Fungsi sebagai pintu masuk udara ke dalam tubuh.
• Farings (Tenggorokan): Bagian dari saluran pernapasan yang
menghubungkan hidung dan mulut dengan laring.
• Laring (Kantong Suara): Terlibat dalam produksi suara dan berfungsi
sebagai penutup saat menelan untuk mencegah makanan masuk ke saluran
pernapasan.
• Trakea (Saluran Napas): Saluran udara yang mengarah ke paru-paru.
• Paru-paru:Bronkus dan Bronkiolus: Saluran yang membawa udara ke dalam
dan keluar dari paru-paru.
• Alveoli: Kantung udara kecil di ujung bronkiolus di mana terjadi pertukaran
gas antara udara dan darah.

Fungsi Saluran Pernapasan:

• Pertukaran Gas: Proses di mana oksigen diambil dari udara dan karbon
dioksida dikeluarkan dari darah.
• Respirasi: Proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
• Sistem Pernapasan dan Sistem Sirkulasi:
• Keterkaitan dengan Jantung: Cara di mana sistem pernapasan bekerja
bersama dengan sistem sirkulasi untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi ke
seluruh tubuh.

Gangguan dan Penyakit Saluran Pernapasan:

• Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA): Misalnya, pilek, flu, sinusitis.


• Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB): Misalnya, bronkitis,
pneumonia.
• Penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis): Merupakan kondisi
kronis yang membatasi aliran udara ke dalam dan keluar dari paru-paru.
• Asthma: Gangguan di mana saluran pernapasan menyempit dan
menghasilkan lendir berlebihan.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Saluran Pernapasan:

• Kebiasaan Merokok: Merupakan faktor risiko utama untuk banyak penyakit


pernapasan.
• Polusi Udara: Dampaknya terhadap kesehatan saluran pernapasan.
• Faktor Lingkungan: Pajanan terhadap alergen atau zat iritan.

Perawatan dan Pencegahan:


• Swamedikasi dan Pengobatan: Penggunaan obat-obatan untuk meredakan
gejala atau mengatasi masalah pernapasan.
• Imunisasi: Pencegahan melalui vaksinasi, seperti vaksin influenza atau
vaksin pneumonia.

1.3. asma

Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan
peradangan dan penyempitan saluran udara. Penderitanya, yang disebut asmatik, mungkin
mengalami serangan asma yang dapat membuat sulit bagi mereka untuk bernapas. Kondisi
ini bersifat meradang dan dapat bersifat kronis, dengan gejala yang bervariasi dari ringan
hingga berat.
Gejala Asma:
• Batuk: Batuk, terutama malam hari atau dini hari, dapat menjadi salah satu gejala
utama.
• Sesak Nafas: Penderitanya merasa kesulitan bernapas atau sesak nafas.
• Dada Berdengung atau Nyeri: Penderitanya mungkin merasakan berdengung atau
nyeri di dada selama serangan asma.
• Napas Bersiul (Wheezing): Bunyi bersiul atau mengi saat bernapas adalah tanda
umum serangan asma.
• Pilek atau Batuk Kering: Gejala ini dapat terjadi sebelum serangan asma atau
selama periode tertentu.
Penyebab Asma:
• Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan asma dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk mengembangkan penyakit ini.
• Faktor Lingkungan: Pajanan terhadap alergen seperti serbuk sari, bulu hewan, debu
rumah, polusi udara, atau infeksi virus dapat memicu serangan asma.
• Aspek Predisposisi dan Lingkungan: Beberapa faktor lingkungan, seperti merokok
selama kehamilan atau paparan asap rokok di lingkungan anak-anak, dapat
meningkatkan risiko asma.

Obat Pengendali (Controller Medications):


• Inhaled Corticosteroids (ICS): Mengurangi peradangan dan membantu mencegah
serangan.
• Long-Acting Beta-Agonists (LABA): Membantu membuka saluran udara.
• Leukotriene Modifiers: Mengurangi reaksi peradangan.
• Immunomodulators: Menyesuaikan respons sistem kekebalan tubuh.
Obat Pengecualian (Reliever Medications):
• Short-Acting Beta-Agonists (SABA): Dibutuhkan saat serangan asma akut untuk
meredakan gejala dengan cepat.
• Anticholinergics: Membantu merelaksasi otot saluran udara.
Alat Bantu Napas:
• Inhaler atau Nebulizer: Digunakan untuk memberikan obat-obatan langsung ke
saluran pernapasan.
Pengelolaan Gaya Hidup:
• Mengidentifikasi dan menghindari pemicu asma.
• Menjaga kebersihan udara di dalam rumah.
• Rutin berolahraga (sesuai dengan kemampuan dan rekomendasi dokter).
• Mendukung kebiasaan hidup sehat.
Asma bersifat kronis, dan pengobatan yang efektif dapat membantu mengelola
gejala dan mencegah serangan asma. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk
diagnosis yang tepat dan rencana pengelolaan yang sesuai dengan kebutuhan individu.

2.4. batuk berdahak


Batuk berdahak dan pilek sering kali merupakan gejala umum infeksi saluran
pernapasan atas, seperti flu atau pilek biasa. Kondisi ini dapat disebabkan oleh virus atau
bakteri. Berikut adalah beberapa informasi umum terkait dengan batuk berdahak dan pilek:
1. Batuk Berdahak:
• Penyebab: Batuk berdahak biasanya disebabkan oleh iritasi atau infeksi pada
saluran pernapasan. Lendir yang diproduksi oleh selaput lendir bertujuan untuk
membersihkan dan melindungi saluran pernapasan dari benda asing atau
mikroorganisme.
• Gejala: Batuk produktif dengan keluarnya lendir atau dahak. Ini adalah respons
normal tubuh untuk mengeluarkan zat berbahaya atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi.
• Penanganan: Minum banyak cairan, istirahat, dan menggunakan obat batuk
ekspektoran (yang membantu mengeluarkan dahak) dapat membantu meredakan
gejala.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 4

saudara Deni 25 tahun mengeluhkan sesak nafas sesak timbul saat udara dingin dan
terkena debu sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas posisi selain sesak nafas terdapat
gejala batuk berdahak encer berwarna putih dan tidak ada darah serta kepala terasa
pusing keluhan tersebut dialaminya kurang lebih 6 jam lalu pasien juga mengeluhkan
tidak nafsu makan

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 04
Nama Pasien : tn. denny
Usia Pasien : Dewasa Usia 25 tahun P/L
Keluhan Pasien : Asma dan batuk berdahak
Informasi Pasien : Pasien mengalami sesak nafas, sesak timbul saat udara
(Riwayat alergi, pengobatan, dingin dan terkena debu, sesak tidak dipengaruhi oleh
obat yang telah digunakan) aktivitas posisi, selain itu terdapat batuk berdahak encer
berwarna putih tidak berdarah serta kepala terasa pusing,
dan pasien juga tidak nafsu makan.
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Lasal ekspectoran sirup
Komposisi : salbutamol
Guafhenisine
2. Vitamin B kompleks
Komposisi : vitamin B1,B2,B6, Calsium penthotenote
3. Ibuprofen tablet
Komposisi : ibuprofen
Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :

1. Nama obat : lasal ekspectoran sirup


Komposisi obat : salbutamol dan guafenisin

Aturan pakai : 2-3 x sehari 2-4 sendok takar (5 ml)

Cara penggunaan : diminum 1 jam sebelum makan /2 jam setelah


makan

Terapi non-farmakologi : hindari pemicu asama seperti debu dan polusi


udara, melakukan olahraga teratur dan
menciptakana lingkungan bersih dan menjaga
kebersihan rumah istirahat yang cukup, makan-
makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan minum air putih yang cukup

2. Nama obat : vitamin B complex IPI


Komposisi obat : vitamin B1, B2, B6, Calsiun phentatonate
Aturan pakai : 1 x sehari 1 sendok takar (5ml)
Cara penggunaan : diminum setelah makan
Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan minum
air putih yang cukup

3. Nama obat : ibuprofen tablet


Komposisi obat : ibuprofen
Aturan pakai : 3-4 x sehari 200-800 mg
Cara penggunaan : diminum setelah makan
Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup dan di tempat yang redup,
makan-makanan yang bergizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan minum air
putih yang cukup
3.2.PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami sesak nafas, sesak timbul
saat udara dingin dan terkena debu, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas posisi, selain
itu terdapat batuk berdahak encer berwarna putih tidak berdarah serta kepala terasa
pusing, dan pasien juga tidak nafsu makan.
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : asma, batuk berdahak, dan kepala pusing
Characteristic : sesak timbul saat udara dingin dan terkena debu, sesak tidak
dipengaruhi oleh aktivitas posisi, selain itu terdapat batuk berdahak encer berwarna
putih tidak berdarah serta kepala terasa pusing, dan pasien juga tidak nafsu makan.
History : belum ada penanganan sebelumnya
Onset : sejak 6 jam yang lalu
Location : saluran pernafasan
Aggriting factor : debu dan udara dingin
Remmiting factor : pola makan teratur, istirahat yang cukup,perbanyak minum air
putih
Medication : lasal ekspectoran, vitamin B complex IPI, ibuprofen
Alergi : -
Coexisting : tidak parah
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang Pasien mengalami sesak nafas, sesak
timbul saat udara dingin dan terkena debu, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas posisi
dan direkomendasikan, selain itu terdapat batuk berdahak encer berwarna putih tidak
berdarah obat lasal ekspectoran sirup untuk membantu sesak nafas yang dialami karena
obat ini mengandung salbutamol dan mengandung guafenisin untuk meredakan batuk
berdahaknya, serta kepala terasa pusing maka direkomendasikan obat ibuprofen untuk
mengatasi keluhan tersebut, dan pasien juga tidak nafsu makan maka direkomendasikan
obat vitamin B complex IPI.
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan informasi obat (5)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian


informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit (Menkes, 2014). Informasi obat terkait dengan
kegiatan edukasi dan konseling, sehingga keduanya harus diperhatikan oleh seorang
apoteker. Apoteker yang efektif harus mampu memotivasi pasien untuk belajar dan
berpartisipasi aktif dalam regimen terapinya (Kurniawan dan Chabib, 2010). Terdapat data
yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30% sampai 50% dari pasien yang
menerima obat. Penyebabnya antara lain berkisar dari kurangnya edukasi, terkait dengan
terapi sampai kondisi keuangan pasien yang menyebabkan terapinya terhenti (Kurniawan
dan Chabib, 2010).

Ketidakpatuhan dalam pengobatan dapat menyebabkan antara lain kesalahan dalam


penilaian efektifitas obat, uji diagnostik tambahan, perubahan atau penggantian obat, dan
perawatan di rumah sakit yang sebenarnya tidak diperlukan (Murtasid et al, 2011).
Keterlibatan pasien anak dalam penyuluhan sangat penting, waktu yang tepat adalah
dimulai pada usia 8 sampai 10 tahun (Aslam et al, 2003). Informasi obat biasanya berupa
data tertulis yang kurang sesuai untuk dibaca anak-anak. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kerjasama anak dalam kepatuhan minum obat, antara lain formulasi,
penampilan obat, dan kemudahan cara penggunaan. Kepatuhan anak tergantung tingkat
pemahaman akan tingkat keparahan penyakit anak oleh orang tua atau pengasuhnya.
Pemberian obat pada anak harus dipertimbangkan waktunya terkait waktu tidur yang lebih
banyak dan waktu sekolah (Aslam et al, 2003).

Pemberian informasi obat kepada pasien diberikan oleh Apoteker dan atau Tenaga
Teknis Kefarmasian merupakn bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO), adapun fungsi
pemberian informasi obat yaitu supaya pasien lebih memahami tentang terapi yang
diperoleh, dengan begitu dapat meningkatkan kesadaran pasien akan kepatuhan minum
obat. Ada beberapa aspek dalam pemberian informasi obat yaitu meliputi meliputi dosis,
bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmako kinetik,
farmakologi, terapeutik danalternative, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, inteaksi , stabilitas, ketersediaan, harga ,sifat Fisika atau kimia
dari obat dan lain-lain (Oktawilova et al., 2019)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Pengertian pelayanan informasi obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker


dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran


kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
dokumentasi pelayanan Informasi Obat:

• Topik Pertanyaan
• Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan
• Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
• Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi,
apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium)
• Uraian pertanyaan
• Jawaban pertanyaan
• Referensi
• Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon)
• Data Apoteker/Petugas Farmasi yang memberikan Pelayanan Informasi Obat

2.2. Salep Mata

Salep mata adalah jenis obat topikal yang dirancang khusus untuk digunakan di
sekitar mata. Salep ini dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah mata, seperti
peradangan, infeksi, atau kondisi mata kering. Komposisi salep mata dapat bervariasi
tergantung pada tujuan penggunaannya, dan umumnya mengandung zat aktif seperti
antibiotik, kortikosteroid, atau bahan lain yang dapat membantu mengatasi masalah mata
tertentu. Penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan dan resep dokter saat
menggunakan salep mata.

Salep mata dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti:


• Antibiotik Mata: Mengandung agen antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri di
sekitar mata.
• Kortikosteroid Mata: Mengandung zat antiinflamasi untuk mengurangi peradangan dan
iritasi pada mata.
• Salep Mata Kombinasi: Menggabungkan beberapa jenis bahan aktif untuk mengatasi
masalah mata yang kompleks, seperti infeksi yang disertai inflamasi.
• Salep Mata Lubrikan: Digunakan untuk melembabkan mata kering dan mengurangi
gejala mata kering.Antivirus Mata: Untuk mengatasi infeksi mata yang disebabkan
oleh virus.
• Antiglaukoma Mata: Untuk menurunkan tekanan dalam mata pada kasus glaukoma.

Setiap jenis salep mata memiliki indikasi, kontraindikasi, dan efek samping yang
berbeda. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis sebelum menggunakan
salep mata dan mengikuti petunjuk penggunaan yang tepat. Informasi lebih lanjut dapat
diperoleh melalui konsultasi dengan dokter atau petunjuk yang disertakan pada kemasan
salep mata.

2.3. Tetes Mata

Tetes mata adalah bentuk obat topikal yang diberikan langsung ke mata dalam
bentuk cairan. Obat ini dapat berupa larutan atau suspensi yang dirancang untuk meresap
ke dalam mata dan memberikan efek terapeutik. Tetes mata digunakan untuk berbagai
tujuan, termasuk melembabkan mata kering, mengatasi infeksi mata, meredakan iritasi,
menurunkan tekanan mata pada kasus glaukoma, atau mengobati gejala alergi mata.
Penting untuk mengikuti petunjuk dokter atau petunjuk pada kemasan saat menggunakan
tetes mata guna memastikan penggunaan yang benar dan efektif.

Beberapa kategori tetes mata meliputi:

• Tetes Mata Lubrikan: Digunakan untuk melembabkan mata kering dan meredakan
gejala mata yang terasa kering atau perih.
• Tetes Mata dengan Zat Antibakteri: Mengandung bahan aktif yang dapat membantu
mengatasi infeksi bakteri di mata.
• Tetes Mata dengan Antihistamin: Untuk meredakan gejala alergi mata, seperti gatal,
berair, atau kemerahan.
• Tetes Mata dengan Antiglaukoma: Digunakan untuk menurunkan tekanan di dalam
mata, membantu mengelola kondisi glaukoma.
• Tetes Mata Kombinasi: Menggabungkan beberapa jenis bahan aktif untuk mengatasi
masalah mata yang kompleks, seperti infeksi yang disertai alergi.
• Tetes Mata Tetes Kering: Dirancang khusus untuk membantu orang yang mengalami
sindrom mata kering.
• Tetes Mata Tetes Merah Mata: Mengandung zat yang dapat meredakan mata merah
dan iritasi.

2.4. Tetes Telinga

Tetes telinga adalah bentuk obat yang diberikan ke dalam telinga dalam bentuk
cairan. Biasanya, tetes telinga digunakan untuk mengatasi masalah telinga seperti
penumpukan lilin, infeksi telinga bagian luar (otitis eksterna), atau kondisi lain yang
memerlukan penanganan lokal. Tetes telinga dapat mengandung berbagai jenis bahan aktif,
seperti antibiotik, antijamur, atau bahan lain yang sesuai dengan kondisi medis yang
dihadapi. Penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang benar dan berkonsultasi
dengan profesional medis sebelum menggunakan tetes telinga untuk memastikan
penggunaan yang tepat dan efektif.

beberapa komponen-komponen dari tetes telinga

• Tetes Telinga untuk Membersihkan Lilin Telinga: Mengandung bahan yang membantu
melunakkan dan membersihkan lilin telinga yang berlebihan.
• Tetes Telinga Antibiotik: Digunakan untuk mengatasi infeksi telinga dan mengandung
agen antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.
• Tetes Telinga Antijamur: Mengandung bahan aktif antijamur untuk mengatasi infeksi
jamur pada telinga.
• Tetes Telinga Kombinasi: Berisi beberapa bahan aktif yang dapat mengatasi masalah
telinga yang kompleks, seperti infeksi bakteri dan jamur bersamaan.
• Tetes Telinga Antiinflamasi: Mengandung zat antiinflamasi untuk meredakan
peradangan pada telinga.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 5

Seorang ibu datang ke apotek ingin membeli obat yang ada di resep untuk anaknya ibu
tersebut juga menyampaikan keluhan yang dia rasakan berupa rasa gatal di lubang
telinga sepertinya ada kotoran telinga yang sulit dikeluarkan berharap ada obat yang
dapat mengatasi keluhannya.

Resep dokter

dr. Cheryl akido.SpM


Jalan sukabangun II sukarami 30151
SIP : 223/III/STR/2023

Palembang, 30 november 2023


R/ Kloraphenikol tts Fls 1
S2.dd.2 gtt OS
R/ Kloraphenikol Oculentum Tube 1
S1dd OS

Pro : an zen Akmal 5 tahun

3.1 HASIL DAN PEMBAHASAN

DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PIO

Tanggal : 25 januari 2024 waktu : 12.00 metode : lisan


1. Identitas penanya
Nama : ibu zen akmal
Status : keluarga pasien
2. Data pasien
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin :laki-laki
Kehamilan : tidak
Menyusui : tidak
3. Pertanyaan
Jenis pertanyaan
Interaksi Obat Penggunaan Terapeutik
Cara Ketersediaan Obat
Pemakaian
Dosis Farmakokinetika
Stabilitas Farmakodinamika
Efek Samping Lain-Lain :

Uraian pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana interaksi obat khloraphenikol dan obat lain ?
2. Jelaskan bagaimana dosis dari kedua obat tersebut ?
3. Bagaimana efek samping dari kedua obat tersebut ?
4. Bagaimana stabilitas dari kedua obat tersebut ?
5. Jelaskan bagaimana penggunaan kedua obat tersebut ?
4. Jawaban

1. Interaksi obat salep mata dan tetes mata dapat berinteraksi dengan obat lain
beritahu dokter semua obat dan suplemen dan yang Anda gunakan

2. dosis dan aturan pakai tetes telinga vital dewasa 2 tetes 3 kali sehari diteteskan
ke dalam rongga telinga selama 7 hari dosis dan aturan pakai salep mata satu
kali sehari oleskan pada mata, kloraphenikol tetes mata dosis dua kali sehari dua
tetes pada mata
3. efek samping tetes telinga iritasi ringan pada telinga, salep mata reaksi alergi
dan reaksi iritasi lokal berupa rasa terbakar pada mata dan tetes mata reaksi
alergi dan reaksi tekanan pada mata

4. stabilitas tetes telinga disimpan dalam tempat kering dan sejuk terhindar dari
cahaya matahari salep mata disimpan pada tempat sejuk dan kering terhindar
dari matahari dan tetes mata disimpan pada suhu ruang kering dan sejuk
terhindar dari matahari

cara pemakaian tetes telinga

1. hangatkan tetes telinga dengan cara digenggam dengan telapak tangan atau
ketiak untuk beberapa menit jangan menggunakan air panas dan keran karena
suhunya tidak stabil
2. kepala dimiringkan ke samping atau berbaring dengan posisi telinga ke atas
3. tarik daun telinga sampai lubang telinga terbuka lebar
4. teteskan sesuai dosis 2 kali sehari
5. tunggu 5 menit sebelum meneteskan ke telinga satunya

cara pemakaian salep mata

1. cuci tangan terlebih dahulu


2. jung salep jangan tersentuh endapan
3. kepala sedikit mendongak
4. pegang tube dengan satu tangan dan tarik ke kelopak mata bagian bawah
5. oleskan sejumlah dosis yang telah ditentukan
6. tutup mata selama 2 menit
7. bersihkan kelebihan salep dengan tisu
8. bersihkan tepi tubuh dengan tisu bersih

cara penggunaan kloraphenikol tetes mata

1. minta anak bersandar dan kepala lurus


2. mata anak dalam keadaan tertutup
3. teteskan sesuai dosis pada sudut mata
4. jaga kepala agar tetap tegak
5. bersihkan cairan yang berlebihan

5.Referensi
Book pharmakologi and drug notes 2023 edition
Moh anes 2015 ilmu meracik obat ( teori dan pratikum )
6. penyampaian jawaban : segera/dalam 24 jam/lebih dari 24 jam
Tenaga teknis kefarmasian yang menjawab :
Lira rahma dona tanggal: 25 januari 2024
Waktu : 12.00
Metode jawaban : lisan/ tertulis /telepon/ dan lain-lain
Pemberi informasi Penerima
informasi

( Lira Rahma Dona ) Ibu Pasien


BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat dan menebus obat. Dokter meresepkan obat yaitu tetes mata kloraphrnikol
dan salep mata kloraphenikol dan pasien juga ingin membeli obat untuk keluhannya yaitu
terasa gatal di telinga yang disebabkan oleh kotoran telinga yang susah keluar dan saya
selaku apoteker merekomendasikan obat tets telinga vital ear drop, obat ini berguna untuk
mengatasi kotoran yang asusah keluar dari telinga pasien. Salep mata adalah jenis obat
topikal yang dirancang khusus untuk digunakan di sekitar mata. Salep ini dapat digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah mata, seperti peradangan, infeksi, atau kondisi mata
kering. Tetes mata adalah bentuk obat topikal yang diberikan langsung ke mata dalam
bentuk cairan. Obat ini dapat berupa larutan atau suspensi yang dirancang untuk meresap
ke dalam mata dan memberikan efek terapeutik. Tetes mata digunakan untuk berbagai
tujuan, termasuk melembabkan mata kering, mengatasi infeksi mata, meredakan iritasi,
Tetes telinga adalah bentuk obat yang diberikan ke dalam telinga dalam bentuk cairan.
Biasanya, tetes telinga digunakan untuk mengatasi masalah telinga seperti penumpukan
lilin, infeksi telinga bagian luar (otitis eksterna), atau kondisi lain yang memerlukan
penanganan lokal.
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan informasi obat (6)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian


informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit (Menkes, 2014). Informasi obat terkait dengan
kegiatan edukasi dan konseling, sehingga keduanya harus diperhatikan oleh seorang
apoteker. Apoteker yang efektif harus mampu memotivasi pasien untuk belajar dan
berpartisipasi aktif dalam regimen terapinya (Kurniawan dan Chabib, 2010). Terdapat data
yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30% sampai 50% dari pasien yang
menerima obat. Penyebabnya antara lain berkisar dari kurangnya edukasi, terkait dengan
terapi sampai kondisi keuangan pasien yang menyebabkan terapinya terhenti (Kurniawan
dan Chabib, 2010).

Ketidakpatuhan dalam pengobatan dapat menyebabkan antara lain kesalahan dalam


penilaian efektifitas obat, uji diagnostik tambahan, perubahan atau penggantian obat, dan
perawatan di rumah sakit yang sebenarnya tidak diperlukan (Murtasid et al, 2011).
Keterlibatan pasien anak dalam penyuluhan sangat penting, waktu yang tepat adalah
dimulai pada usia 8 sampai 10 tahun (Aslam et al, 2003). Informasi obat biasanya berupa
data tertulis yang kurang sesuai untuk dibaca anak-anak. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kerjasama anak dalam kepatuhan minum obat, antara lain formulasi,
penampilan obat, dan kemudahan cara penggunaan. Kepatuhan anak tergantung tingkat
pemahaman akan tingkat keparahan penyakit anak oleh orang tua atau pengasuhnya.
Pemberian obat pada anak harus dipertimbangkan waktunya terkait waktu tidur yang lebih
banyak dan waktu sekolah (Aslam et al, 2003).

Pemberian informasi obat kepada pasien diberikan oleh Apoteker dan atau Tenaga
Teknis Kefarmasian merupakn bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO), adapun fungsi
pemberian informasi obat yaitu supaya pasien lebih memahami tentang terapi yang
diperoleh, dengan begitu dapat meningkatkan kesadaran pasien akan kepatuhan minum
obat. Ada beberapa aspek dalam pemberian informasi obat yaitu meliputi meliputi dosis,
bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmako kinetik,
farmakologi, terapeutik danalternative, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, inteaksi , stabilitas, ketersediaan, harga ,sifat Fisika atau kimia
dari obat dan lain-lain (Oktawilova et al., 2019)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Pengertian pelayanan informasi obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker


dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran


kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
dokumentasi pelayanan Informasi Obat:

• Topik Pertanyaan
• Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan
• Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
• Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi,
apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium)
• Uraian pertanyaan
• Jawaban pertanyaan
• Referensi
• Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon)
• Data Apoteker/Petugas Farmasi yang memberikan Pelayanan Informasi Obat

2.2. Turbuhiler

PPOK dan Asma adalah penyakit yang berbeda namun memiliki pengobatan yang
hampir sama. Pengobatannya dapat diberikan dalam berbagai cara, yaitu dihirup,
diminum atau suntik. Keuntungan utama dari terapi inhalasi (dihirup) adalah obat
disampaikan langsung ke dalam saluran udara dengan cara dihirup, sehingga
menghasilkan efek obat yang lebih tinggi dengan risiko jauh lebih sedikit efek samping
sistemik (diminum atau suntik).
Turbuhaler merupakan Jenis inhaler yang berisi bubuk kering atau Dry Powder
Inhaler (DPI). Pasien cukup melakukan hirupan yang cepat dan dalam untuk menarik
obat dari dalam alat ini. Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik
masuk ke paru-paru saat menarik napas (inspirasi). Penggunaan inhaler jenis DPI (Dry
Powder Inhaler) ini tidak memerlukan spacer sebagai alat bantu, sehingga lebih praktis
untuk pasien.

Langkah-langkah Penggunaan Turbuhaler :

• Putar dan buka tutupnya, posisikan turbuhaler tegak lurus sambil memutar pegangan
dan putar kembali sampai terdengar klik.
• Bernapas dengan pelan.
• Meletakan mouthpiece diantara gigi tanpa menutup bibir sehingga mouthpiece tertutup
rapat.
• Tarik napas dengan kuat dan dalam dan tahan 5 – 10 detik.
• Keluarkan turbuhaler dari mulut, bersihkan bagian mouthpiece dengan tisu kering,
• kemudian tutup kembali turbuhaler.
• Berkumur setelah menggunakan turbuhaler.

Kesalahan Umum Pada Penggunaan Turbuhaler

• Tidak menggunakan turbuhaler dengan teknik yang benar.


• Tidak mengeluarkan nafas terlebih dahulu, cara menghirup pelan dan lemah.
• Tidak menahan nafas setelah menghirup obat.
• Tidak berkumur setelah menggunakan turbuhaler.
• Tidak membersihkan bagian mouthpiece setelah digunakan.
• Tidak memberikan jeda waktu dari satu semprotan ke semprotan berikutnya, dan tidak
menyimpan turbuhaler dengan benar.

2.3 inhiler
Inhaler merupakan alat medis yang sering digunakan untuk menangani asma.
Inhaler memudahkan obat untuk masuk ke paru-paru. Ketahui 4 jenisnya di sini.Inhaler
atau merupakan alat medis yang digunakan untuk membantu pasien asma menghirup
obat. Tujuan penggunaan inhaler agar obat asma lebih mudah masuk ke paru-
paru.Inhaler membantu mengendurkan otot-otot yang mengencang di sekitar saluran
pernapasan. Alat ini juga membantu membuka jalan napas dan memungkinkan lebih
banyak udara masuk dan keluar melalui paru-paru. Dengan demikian, proses
pernapasan menjadi lebih mudah. Salah satu kondisi medis yang memerlukan bantuan
inhaler adalah asma. Kondisi ini menyebabkan gejala berupa batuk, mengi, hingga
kesulitan bernapas. Pengidap asma menggunakan inhaler karena saluran napasnya
menghasilkan lendir serta menyebabkan pembengkakan dan penyempitan.

1. Inhaler Dosis Terukur

Inhaler dosis terukur atau metered dose inhaler (MDI) menggunakan propelan
untuk mendorong obat ke luar dari tabung inhaler. Obat di dalamnya berbentuk aerosol.
Jenis inhaler untuk asma ini dapat digunakan ketika kondisi gangguan pernapasan
tersebut kambuh. Caranya, masukkan inhaler ke dalam mulut. Tutup bibir Anda dengan
rapat. Lalu tekan inhaler, sambil menarik napas secara perlahan melalui mulut.Obat
MDI akan langsung masuk ke saluran napas, dan meredakan gejala asma. Ketika
menggunakan inhaler dosis terukur, penting untuk mencatat dosis obat yang telah Anda
hirup. Hal ini dapat diketahui melalui meteran yang umumnya disertakan di belakang
perangkat.Meteran tersebut juga membantu Anda mengetahui kapan waktu yang tepat
untuk mengganti inhaler.

2. Inhaler Serbuk Kering

Inhaler serbuk kering atau dry powder inhaler (DPI) dapat mendistribusikan obat
tanpa bantuan propelan. Obat dalam perangkat ini dapat dihirup secara langsung
menggunakan tarikan napas yang dalam dan cepat. Partikel obat DPI sendiri berbentuk
serbuk berukuran sangat kecil dan tidak basah layaknya inhaler dosis terukur sehingga
dapat mencapai saluran udara terdalam. Bagi beberapa orang, alat ini mungkin lebih
praktis dibandingkan inhaler dosis terukur. Namun karena membutuhkan kekuatan
napas, alat ini sulit digunakan beberapa pasien, terutama yang mengalami serangan
asma mendadak

3. Soft Mist Inhaler

Berdasarkan Allergy Asthma Network, soft mist inhaler (SMI) bekerja


menggunakan obat berbentuk aerosol yang bergerak lambat. Karena memasuki paru-
paru lebih lambat, ada lebih banyak obat yang berpeluang masuk ke paru-paru pasien
Obat di dalam SMI didesain lebih mudah dihirup dibandingkan dengan inhaler dosis
terukur. Untuk menghirupnya, Anda juga harus menghirup napas secara mendalam.

4. Nebulizer

Ada beberapa hal yang akan dipertimbangkan dokter ketika merekomendasikan


inhaler untuk pengidap asma. Dokter dapat mempertimbangkan usia, kemampuan
kognitif, dan koordinasi gerak tubuh pasien dalam menggunakan inhaler.Karena hal
ini, dokter merekomendasikan pengidap asma berusia di bawah usia 5 tahun
menggunakan inhaler berjenis nebulizer. Nebulizer merupakan inhaler yang
memungkinkan pasien memperoleh dosis obat serupa satu kali tarikan napas.Obat
tersebut dihirup melalui masker atau corong khusus yang terhubung dengan kompresor
udara, wadah obat cair, dan tabung nebulizer. “Nebulizer bekerja mengubah obat-
obatan yang berbentuk cair menjadi gas atau uap. Sehingga obatnya menjadi lebih
mudah masuk ke paru-paru.” Perangkat ini tersedia dalam bentuk tenaga baterai
maupun listrik. Kendati memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan inhaler
genggam, nebulizer ideal digunakan orang yang tidak dapat mengoperasikan inhaler,
seperti anak usia di bawah 5 tahun. Setiap jenis inhaler untuk asma punya kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Adapun efektivitasnya sangat tergantung dengan
seberapa banyak obat yang masuk ke dalam paru-paru.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 6

Seorang pasien datang ke apotek dengan membawa resep dari dokter pasien tersebut
baru pertama kali menggunakan obat dalam bentuk inhaler Jelaskan cara penggunaan
obat tersebut.

Resep dokter

dr. Cleon akido.SpPD


Jalan sukabangun II sukarami 30151
SIP : 223/III/STR/2023

Palembang, 30 november 2023


R/ Symbicort 160/4,5 Fls 1
S1.dd.1
R/ Ventolin inhaler
S1dd OS

Pro : Nyonya marisa ana

3.1 HASIL DAN PEMBAHASAN

DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PIO

Tanggal : 25 januari 2024 waktu : 12.00 metode : lisan


5. Identitas penanya
Nama : ny. Marisa ana
Status : pasien/keluarga pasien/petugas kesehatan
6. Data pasien
Umur : -
Jenis kelamin : perempuan
Kehamilan : ya/tidak
Menyusui : ya/tidak
7. Pertanyaan
Jenis pertanyaan
Interaksi Obat Penggunaan Terapeutik
Cara Ketersediaan Obat
Pemakaian
Dosis Farmakokinetika
Stabilitas Farmakodinamika
Efek Samping Lain-Lain :

Uraian pertanyaan
1. Jelaskan cara pemakaian obat inhaler dan turbuhaler ?
2. Jelaskan bagaimana dosis dari kedua obat tersebut ?
3. Bagaimana efek samping dari kedua obat tersebut ?
4. Bagaimana stabilitas dari kedua obat tersebut ?
5. Jawaban

cara penggunaan symbicore

1. tuberhiler lepaskan tutup tubuh healer tarik ke atas

2. tekan tebuiler ke kanan dan ke kiri dengan cepat sampai bunyi klik

3. keluarkan atau buang nafas

4. letakkan tubuh iler antara mulut dan bibir condongkan kepala ke belakang
5. hisap obat dengan menarik nafas kuat

6. keluarkan nafas kurang lebih 10 detik kemudian nafas perlahan

7. tutup kembali tubuh iler

8. untuk menghindari sariawan kumur-kumur

dosis dan aturan pakai : dihisap dua kali sehari 3

stabilitas obat : simpan pada suhu 30 derajat Celcius jauhkan dari anak-anak

Efek samping : suara serak

cara penggunaan ventolin inhaler

1. cuci tangan dahulu


2. posisi badan berdiri duduk
3. buka penutup inhiler dengan posisi mulut inhaler di bawah
4. kocok inhaler terlebih dahulu
5. miringkan sedikit kepala ke belakang lalu tarik nafas dan hembuskan
6. masukan inhiler antara gigi dan tutup mulut hingga rapat
7. tekan inhaler dengan cepat
8. tarik napas segera setelah obat tersemprotkan
9. lalu nafas seperti biasa 2-3 detik
10. tahan nafas 10 detik agar obat masuk ke paru-paru
11. tunggu 30 sampai 60 detik untuk mengambil hisapan kedua

Dosis dan aturan pakai di hisap dua kali sehari

Stabilitas simpan pada suhu ruang

Efek Samping sakit kepala dan kram otot


5.Referensi
Book pharmakologi and drug notes 2023 edition
Madscape
7. penyampaian jawaban : segera/dalam 24 jam/lebih dari 24 jam
Tenaga teknis kefarmasian yang menjawab :
Lira rahma dona tanggal: 27 januari 2024
Waktu : 12.00
Metode jawaban : lisan/ tertulis /telepon/ dan lain-lain
Pemberi informasi Penerima
informasi

( Lira Rahma Dona ) Ibu Pasien


BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat dan menebus obat atas keluhan yang dialami, dokter meresepkan turbuhaler
Symbicort dan inhaler Ventolin obat ini untuk membantu mengatasi asma yang di derita
pasien. Turbuhaler merupakan Jenis inhaler yang berisi bubuk kering atau Dry Powder
Inhaler (DPI). Pasien cukup melakukan hirupan yang cepat dan dalam untuk menarik obat
dari dalam alat ini. Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik masuk ke
paru-paru saat menarik napas (inspirasi). Inhaler merupakan alat medis yang sering
digunakan untuk menangani asma. Inhaler memudahkan obat untuk masuk ke paru-paru.
Ketahui 4 jenisnya di sini.Inhaler atau merupakan alat medis yang digunakan untuk
membantu pasien asma menghirup obat.
BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pernafasan (7)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnypenyakit di masyarakat
tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk
mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya.
(Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada dasarnya,
swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter (OTC),
perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan umum,
seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting untuk diingat
bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan dalam beberapa
kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak dilakukan dengan bijak.
Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama untuk kondisi yang lebih
serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung (Anonimc , 2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.2. Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan, atau sistem pencernaan, adalah serangkaian organ dan struktur
dalam tubuh yang berfungsi untuk memproses makanan menjadi zat-zat yang dapat diserap
dan digunakan oleh tubuh. Proses pencernaan melibatkan pemecahan makanan menjadi
partikel-partikel kecil, pencampuran dengan enzim-enzim pencernaan, dan penyerapan
nutrisi ke dalam darah. Berikut adalah komponen-komponen utama dari saluran
pencernaan:

• Mulut: Mulut adalah tempat dimulainya pencernaan. Di sini, makanan dicerna mekanis
oleh gigi dan dicairkan oleh air liur yang mengandung enzim-enzim pencernaan,
terutama amilase yang memecah karbohidrat.
• Kerongkongan (Esophagus): Kerongkongan mengarahkan makanan dari mulut ke
lambung melalui gerakan peristaltik.
• Lambung: Lambung adalah organ pencernaan yang mengandung asam lambung dan
enzim pencernaan lainnya. Di sini, makanan dicerna lebih lanjut dan berubah menjadi
massa semi-cair yang disebut kima.
• Duodenum, Jejunum, dan Ileum: Di usus halus, pencernaan makanan mencapai
puncaknya dan nutrisi diserap ke dalam darah melalui dinding usus. Duodenum,
jejunum, dan ileum adalah bagian-bagian utama dari usus halus.
• Usus Besar (Kolon): Usus besar menyerap air dan elektrolit dari sisa-sisa pencernaan,
membentuk tinja, dan menyimpannya sebelum dikeluarkan melalui anus.
• Rektum: Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan yang menyimpan tinja
sebelum dikeluarkan dari tubuh.
• Anus: Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya tinja dari tubuh.
• Hati dan Pankreas: Hati menghasilkan empedu, yang membantu dalam pencernaan
lemak. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan dan hormon, seperti insulin.

Proses pencernaan melibatkan kerjasama antara organ-organ ini, dan setiap bagian
memiliki peran khusus dalam mengolah makanan dan menyerap nutrisi. Pemahaman yang
baik tentang fungsi saluran pencernaan penting untuk menjaga kesehatan dan nutrisi tubuh.

2.3. Konstipasi
Konstipasi terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan atau jarang buang air besar,
dan tinja cenderung keras dan sulit dikeluarkan.
Gejala:
6. Kesulitan buang air besar.
7. Rasa ketidaknyamanan atau kembung.
8. Tinja keras atau kering.
9. Sensasi tidak selesai setelah buang air besar.
10. Mungkin disertai dengan rasa penuh atau kenyang.
Penyebab:
4. Kurangnya serat dalam diet.
5. Kurangnya cairan.
6. Kurangnya aktivitas fisik.
Pengelolaan:
5. Meningkatkan asupan serat dalam makanan.
6. Minum banyak air.
7. Menjaga aktivitas fisik yang cukup.
Menggunakan laksatif atau obat pencahar jika diperlukan
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 7

Tuan RR datang ke apotek dengan keluhan sudah beberapa hari susah BAB ingin
membeli obat untuk melancarkan BAB tuan RR menginginkan obat yang tidak diminum
pasien khawatir dengan keluhan yang dirasakannya berharap ada cara yang dapat
dilakukan untuk menghindari keluhan susah BAB tersebut.

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 07
Nama Pasien : tn. RR
Usia Pasien : dewasa P/L
Keluhan Pasien : konstipasi
Informasi Pasien : tidak ada alergi obat dan makanan tertentu
(Riwayat alergi,
pengobatan, obat yang
telah digunakan)
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Dulcolax suppositoria
Komposisi : bisacodyl 10 mg

Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :


1. Nama obat : Dulcolax suppositoria
Komposis obat : bisacodyl 10 mg
Aturan pakai : 1 x sehari pada malam hari
Cara penggunaan : dimasukan lewat rektal
Terapi non-farmakologi; meningkatkan Kesehatan, minum air putih yang
banyak, menjaga kebutuhan serat harian, olahraga
yang teratur.

6.2. PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami konstipasi


Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : konstipasi
Characteristic : susah untuk bab
History : tidak ada penanganan sebelumnya
Onset : beberapa hari yang lalu
Location : saluran pencernaan
Aggriting factor : makanan yang teralalu pedas dan asam, makanan yang tidak sehat
Remmiting factor : meningkatkan Kesehatan, menjaga kebutuhan serat harian.
Medication : Dulcolax suppositoria
Alergi : -
Coexisting : tidak parah
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke


apotek untuk membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu Tuan RR datang ke
apotek dengan keluhan sudah beberapa hari susah BAB ingin membeli obat untuk
melancarkan BAB tuan RR menginginkan obat yang tidak diminum pasien khawatir
dengan keluhan yang dirasakannya berharap ada cara yang dapat dilakukan untuk
menghindari keluhan susah BAB tersebut dan direkomendasikan obat Dulcolax
suppositoria.
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan informasi obat (8)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian


informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit (Menkes, 2014). Informasi obat terkait dengan
kegiatan edukasi dan konseling, sehingga keduanya harus diperhatikan oleh seorang
apoteker. Apoteker yang efektif harus mampu memotivasi pasien untuk belajar dan
berpartisipasi aktif dalam regimen terapinya (Kurniawan dan Chabib, 2010). Terdapat data
yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30% sampai 50% dari pasien yang
menerima obat. Penyebabnya antara lain berkisar dari kurangnya edukasi, terkait dengan
terapi sampai kondisi keuangan pasien yang menyebabkan terapinya terhenti (Kurniawan
dan Chabib, 2010).

Ketidakpatuhan dalam pengobatan dapat menyebabkan antara lain kesalahan dalam


penilaian efektifitas obat, uji diagnostik tambahan, perubahan atau penggantian obat, dan
perawatan di rumah sakit yang sebenarnya tidak diperlukan (Murtasid et al, 2011).
Keterlibatan pasien anak dalam penyuluhan sangat penting, waktu yang tepat adalah
dimulai pada usia 8 sampai 10 tahun (Aslam et al, 2003). Informasi obat biasanya berupa
data tertulis yang kurang sesuai untuk dibaca anak-anak. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kerjasama anak dalam kepatuhan minum obat, antara lain formulasi,
penampilan obat, dan kemudahan cara penggunaan. Kepatuhan anak tergantung tingkat
pemahaman akan tingkat keparahan penyakit anak oleh orang tua atau pengasuhnya.
Pemberian obat pada anak harus dipertimbangkan waktunya terkait waktu tidur yang lebih
banyak dan waktu sekolah (Aslam et al, 2003).

Pemberian informasi obat kepada pasien diberikan oleh Apoteker dan atau Tenaga
Teknis Kefarmasian merupakn bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO), adapun fungsi
pemberian informasi obat yaitu supaya pasien lebih memahami tentang terapi yang
diperoleh, dengan begitu dapat meningkatkan kesadaran pasien akan kepatuhan minum
obat. Ada beberapa aspek dalam pemberian informasi obat yaitu meliputi meliputi dosis,
bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmako kinetik,
farmakologi, terapeutik danalternative, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, inteaksi , stabilitas, ketersediaan, harga ,sifat Fisika atau kimia
dari obat dan lain-lain (Oktawilova et al., 2019)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2. Pengertian pelayanan informasi obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker


dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran


kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
dokumentasi pelayanan Informasi Obat:

• Topik Pertanyaan
• Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan
• Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
• Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi,
apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium)
• Uraian pertanyaan
• Jawaban pertanyaan
• Referensi
• Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon)
• Data Apoteker/Petugas Farmasi yang memberikan Pelayanan Informasi Obat

2.2. Diabetes Militus

Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang membuat kadar gula darah meningkat akibat
kelainan pada kemampuan tubuh untuk menggunakan hormon insulin. Diabetes tipe 2
merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi. Insulin adalah hormon yang
membantu gula darah (glukosa) masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi
energi. Hormon ini diproduksi oleh pankreas ketika seseorang makan. Pada diabetes
tipe 2, tingginya kadar gula darah terjadi akibat resistensi insulin, yaitu kondisi sel
ketika tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin dengan baik.
Di seluruh dunia, diperkirakan 1 dari tiap 11 orang dewasa terkena diabetes. Dari
jumlah tersebut, 90 persen di antaranya menderita diabetes tipe 2. Selain orang dewasa,
diabetes tipe 2 juga bisa diderita anak-anak dan remaja.

Penyebab dan Gejala Diabetes Tipe 2, Penyakit diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh
tidak mampu menggunakan insulin dengan normal. Ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk terkena diabetes tipe 2, yaitu:

• Faktor genetik atau keturunan

• Berat badan berlebih atau obesitas

• Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula dan


karbohidrat simpleks

• Kurang beraktivitas fisik dan berolahraga

• Kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi atau polycystic ovarian syndrome
(PCOS)

Pasien diabetes tipe 2 dapat mengalami berbagai gejala, misalnya luka sulit
sembuh, penglihatan kabur, dan mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki. Namun,
gejala-gejala tersebut butuh waktu lama untuk muncul. Pada beberapa kasus, kondisi
ini bahkan bisa tidak disadari sampai terjadi komplikasi. Pengobatan dan Pencegahan
Diabetes Tipe 2. Metode untuk menangani diabetes tipe 2 meliputi penerapan pola
hidup dan pola makan sehat, serta pemberian obat atau insulin. Sambil tetap menjalani
pengobatan, pasien perlu menjalani tes gula darah dan pemeriksaan kesehatan rutin.

Diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat berikut:

• Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang


• Memilih makanan tinggi serat, rendah lemak dan rendah kalori
• Menghindari konsumsi makanan yang mengandung gula dan lemak tinggi
• Berolahraga rutin
• Menjaga berat badan ideal

Selain melakukan beberapa upaya di atas, pasien yang berisiko tinggi terkena
diabetes tipe 2 juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Komplikasi Diabetes Tipe 2

• Penyakit jantung
• Stroke
• Gangguan penglihatan (retinopati diabetik)
• Gagal ginjal
• Luka diabetik (ulkus diabetik)
• Penyakit Alzheimer
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 6

Seorang pasien datang ke apotek dengan membawa resep dari dokter pasien tersebut
didiagnosa diabetes militus tipe 2 baru pertama menggunakan obat insulin pen. Pasien
khawatir terhadap tidak dapat menggunakan obat tersebut.

Resep dokter

dr. Cleon akido.SpPD


Jalan sukabangun II sukarami 30151
SIP : 223/III/STR/2023

Palembang, 30 november 2023


R/ Levemir flexpen
S1.dd.10 ui
R/ metformin 500 mg
S2.dd 1 tab

Pro : laura

3.1 HASIL DAN PEMBAHASAN

DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PIO

Tanggal : 31 januari 2024 waktu : 08.00 metode : lisan/tertulis/telepon/lain=lain


8. Identitas penanya
Nama : laura
Status : pasien/keluarga pasien/petugas kesehatan
9. Data pasien
Umur : -
Jenis kelamin : perempuan
Kehamilan : ya/tidak
Menyusui : ya/tidak
10. Pertanyaan
Jenis pertanyaan
Interaksi Obat Penggunaan Terapeutik
Cara Ketersediaan Obat
Pemakaian
Dosis Farmakokinetika
Stabilitas Farmakodinamika
Efek Samping Lain-Lain :

Uraian pertanyaan
1. Jelaskan cara pemakaian obat insulin pen Levemir dan metformin ?
2. Jelaskan bagaimana dosis dari kedua obat tersebut ?
3. Bagaimana efek samping dari kedua obat tersebut ?

4. Jawaban

Levemir flexpants cara pemakaian

1. lepaskan tutup insulin pasang jarum pada pen apabila belum terpasang
2. hilangkan kertas pembungkus pada jarum serta memutar jarum ke arah yang
tepat
3. pastikan memeriksa apakah masih ada sisa udara di dalam pen
4. mengaktifkan tombol dosis insulin dan memutar dosis sesuai yang dosis atau
takaran pasien
5. pilih lokasi pada bagian tubuh yang akan disuntikkan pada bagian bawah lemak
subkutan di bawah perut dan lipatan perut paha luar dan lengan atas
6. memulai suntikan dengan mencubit lokasi yang akan disuntikkan lalu secara
perlahan-lahan menekan dengan 4 jari dalam pen insulin dan memastikan
dengan menghitung selama 10 detik untuk insulin terserap masuk dan tidak ada
sisa

dosis satu kali sehari 10 unit

efek samping hippoglikemia

Metformin cara penggunaan

diminum bersamaan dengan makan

dosis 2 kali sehari 1 tablet

efek samping gangguan saluran pencernaan

5.Referensi
IAI 2021 Informasi spealis obat (ISO) volume 53
madscape
8. penyampaian jawaban : segera/dalam 24 jam/lebih dari 24 jam
Tenaga teknis kefarmasian yang menjawab :
Lira rahma dona tanggal: 27 januari 2024
Waktu : 12.00
Metode jawaban : lisan/ tertulis /telepon/ dan lain-lain
Pemberi informasi Penerima
informasi

( Lira Rahma Dona ) Ibu Pasien


BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat dan menebus obat atas keluhan yang dialami, dokter meresepkan turbuhaler
Symbicort dan inhaler Ventolin obat ini untuk membantu mengatasi asma yang di derita
pasien. Turbuhaler merupakan Jenis inhaler yang berisi bubuk kering atau Dry Powder
Inhaler (DPI). Pasien cukup melakukan hirupan yang cepat dan dalam untuk menarik obat
dari dalam alat ini. Zat aktifnya dalam bentuk serbuk kering yang akan tertarik masuk ke
paru-paru saat menarik napas (inspirasi). Inhaler merupakan alat medis yang sering
digunakan untuk menangani asma. Inhaler memudahkan obat untuk masuk ke paru-paru.
Ketahui 4 jenisnya di sini.Inhaler atau merupakan alat medis yang digunakan untuk
membantu pasien asma menghirup obat.
BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan informasi obat (8)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian


informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit (Menkes, 2014). Informasi obat terkait dengan
kegiatan edukasi dan konseling, sehingga keduanya harus diperhatikan oleh seorang
apoteker. Apoteker yang efektif harus mampu memotivasi pasien untuk belajar dan
berpartisipasi aktif dalam regimen terapinya (Kurniawan dan Chabib, 2010). Terdapat data
yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30% sampai 50% dari pasien yang
menerima obat. Penyebabnya antara lain berkisar dari kurangnya edukasi, terkait dengan
terapi sampai kondisi keuangan pasien yang menyebabkan terapinya terhenti (Kurniawan
dan Chabib, 2010).

Ketidakpatuhan dalam pengobatan dapat menyebabkan antara lain kesalahan dalam


penilaian efektifitas obat, uji diagnostik tambahan, perubahan atau penggantian obat, dan
perawatan di rumah sakit yang sebenarnya tidak diperlukan (Murtasid et al, 2011).
Keterlibatan pasien anak dalam penyuluhan sangat penting, waktu yang tepat adalah
dimulai pada usia 8 sampai 10 tahun (Aslam et al, 2003). Informasi obat biasanya berupa
data tertulis yang kurang sesuai untuk dibaca anak-anak. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kerjasama anak dalam kepatuhan minum obat, antara lain formulasi,
penampilan obat, dan kemudahan cara penggunaan. Kepatuhan anak tergantung tingkat
pemahaman akan tingkat keparahan penyakit anak oleh orang tua atau pengasuhnya.
Pemberian obat pada anak harus dipertimbangkan waktunya terkait waktu tidur yang lebih
banyak dan waktu sekolah (Aslam et al, 2003).

Pemberian informasi obat kepada pasien diberikan oleh Apoteker dan atau Tenaga
Teknis Kefarmasian merupakn bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO), adapun fungsi
pemberian informasi obat yaitu supaya pasien lebih memahami tentang terapi yang
diperoleh, dengan begitu dapat meningkatkan kesadaran pasien akan kepatuhan minum
obat. Ada beberapa aspek dalam pemberian informasi obat yaitu meliputi meliputi dosis,
bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmako kinetik,
farmakologi, terapeutik danalternative, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, inteaksi , stabilitas, ketersediaan, harga ,sifat Fisika atau kimia
dari obat dan lain-lain (Oktawilova et al., 2019)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian pelayanan informasi obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker


dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.

Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran


kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
dokumentasi pelayanan Informasi Obat:

• Topik Pertanyaan
• Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan
• Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
• Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi,
apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium)
• Uraian pertanyaan
• Jawaban pertanyaan
• Referensi
• Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon)
• Data Apoteker/Petugas Farmasi yang memberikan Pelayanan Informasi Obat

2.2. pelayanan informasi obat komunikasi dengan dokter

Farmasis dapat memberikan informasi obat kepada pasien saat pengambilan obat
di apotek. Dokter dan farmasis dapat berkoordinasi untuk memastikan pasien
memahami dosis yang benar, cara penggunaan, dan potensi efek samping.

Pemantauan Efek Samping:

Dokter dapat berkomunikasi dengan farmasis untuk memonitor efek samping yang
mungkin muncul pada pasien. Farmasis dapat memberikan umpan balik terkait
pengalaman pasien dengan obat tertentu.
Perubahan Dosis atau Obat:

Jika ada perubahan dalam rencana pengobatan, dokter dapat memberi tahu farmasis
dan sebaliknya.Farmasis dapat membantu memastikan bahwa pasien menerima
informasi yang konsisten mengenai perubahan dosis atau obat.

Pemahaman Formularium:

Dokter dan farmasis dapat berkomunikasi mengenai formularium, daftar obat yang
disetujui dan direkomendasikan oleh suatu lembaga atau instansi kesehatan. Kerjasama
ini dapat membantu memastikan bahwa resep yang diberikan sesuai dengan pedoman
dan kebijakan yang berlaku.

Edukasi bersama:

Dokter dan farmasis dapat bekerja sama untuk memberikan edukasi kepada pasien
tentang penggunaan obat, kepatuhan, dan pentingnya mengikuti instruksi pengobatan.

Kerjasama erat antara dokter dan farmasis sangat penting untuk mencapai hasil
terbaik dalam pengobatan pasien. Komunikasi yang baik akan membantu memastikan
bahwa pengobatan yang diresepkan sesuai dengan kebutuhan pasien dan aman untuk
digunakan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus 9

Seorang dokter datang ke sebuah ruang view untuk menanyakan mengenai salah satu
obat yang akan diresepkan kepada seorang pasien yang sedang ia tangani pasien tersebut
memiliki keluhan sesak nafas hasil rontgen menunjukkan adanya penggumpalan di paru
atau emboli paru dan demam dokter tersebut akan merencanakan pemberian terapi obat
warparin dan ibuprofen namun sebelum memberikan resep dokter tersebut menanyakan
beberapa hal kepada petugas bio antara lain

1. apakah kedua obat tersebut dapat diberikan secara bersamaan ?


2. apakah resiko pendarahan dapat muncul dari penggunaan kedua obat tersebut ?
3. penggunaan dosis yang seharusnya diberikan untuk kedua obat tersebu?
4. adakah terapi non farmakologi yang dapat mendukung penggunaan obat tersebut
?

3.1 HASIL DAN PEMBAHASAN

DOKUMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PIO

Tanggal : 1 februari 2024 waktu : 12.00 metode : lisan/tertulis/telepon/lain=lain


11. Identitas penanya
Nama : -
Status : pasien/keluarga pasien/petugas kesehatan
12. Data pasien
Umur : -
Jenis kelamin : -
Kehamilan : ya/tidak
Menyusui : ya/tidak
13. Pertanyaan
Jenis pertanyaan
Interaksi Obat Penggunaan Terapeutik
Cara Ketersediaan Obat
Pemakaian
Dosis Farmakokinetika
Stabilitas Farmakodinamika
Efek Samping Lain-Lain :

Uraian pertanyaan

1. apakah kedua obat tersebut dapat diberikan secara bersamaan ?


2. apakah resiko pendarahan dapat muncul dari penggunaan kedua obat tersebut ?
3. penggunaan dosis yang seharusnya diberikan untuk kedua obat tersebu?
4. adakah terapi non farmakologi yang dapat mendukung penggunaan obat
tersebut ?
5. Jawaban

1. tidak ada oba satu tidak obat warfari dan ibuprofen tidak boleh diberikan
bersamaan karena obat ini akan meningkatkan risiko pendarahan pada saluran
cerna endapan efek samping ibuprofen seperti usus peptikum dan perforasi
saluran pencernaan

2. iya dapat muncul yaitu pendarahan pada lambung jika diberikan secara
bersamaan

3. dosis awal warfarin 3 sampai 4 MG per hari tergantung hasil tes darah saat
evaluasi rutin dewasa 200-400 MG 1 sampai 2 kali sehari ibuprofen

4. terapi non farmakologi

1. hindari duduk terlalu lama

2. minum air putih yang cukup


3. makan makanan yang bergizi

4. olahraga jangan terlalu berat

warfarin

1. dosis dan aturan pakai

dosis awal 5 sampai 10 mg per hari selama 1 sampai 2 hari pertama

dosis perawatan 3 sampai 9 MG per hari

2. efek samping mual muntah rambut rontok tubuh mudah memar

3. Interaksi obat peningkatan resiko terjadinya pendarahan jika digunakan


keunggulan lain seperti aspirin selectoksin ibuprofen

4. stabilitas disimpan pada suhu ruang terlindung dari sinar matahari

ibuprofene

1. dosis dan aturan pakai

dewasa anak lebih dari 12 tahun 200-400/4-6 jam 1 kali sehari

anak-anak lebih dari 6 bulan 12 tahun 4 sampai 10 mg atau milligram BB per


hari 6-8 jam

2. efek samping perut kembung diare sakit kepala


3. interaksi obat peningkatan resiko terjadinya pendarahan saluran cerna jika
digunakan bersamaan aspirin warfarin heparin atau obat kortikosteroid

4. stabilitas disimpan pada suhu ruang terhindar paparan sinar matahari

5.Referensi
Book pharmakologi and drug notes 2023
madscape
9. penyampaian jawaban : segera/dalam 24 jam/lebih dari 24 jam
Tenaga teknis kefarmasian yang menjawab :
Lira rahma dona tanggal: 1 februari024
Waktu : 12.00
Metode jawaban : lisan/ tertulis /telepon/ dan lain-lain
pembahasan
Jadi hasil dari percakapan apoteker dan dokter pasien tersebut tidak berubah
mengkonsumsi obat tersebut secara bersamaan karena akan mengakibatkan resiko
pendarahan lambung jika tidak boleh untuk demam pada pasien itu sendiri dengan
wallpaper untuk dewasa karena jika pun diberi obat penurun demam yang mengandung
parasetamol tetap tidak tidak bisa karena menurut jurnal nasional health pemberian
paracetamol dan warfarin dapat menyebabkan pendarahan dan anemia tetapi ternyata
setelah dicari jurnal di beberapa website ternyata boleh pemberian obat tersebut
ibuprofen obat yang mengandung paracetamol hanya saja di jeda 1 sampai 3 jam setelah
pemakaian warfarin jika demam sudah turun maka berhenti mengkonsumsi ibuprofen
hanya fokus pada warfarinnya saja
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa hasil dari percakapan apoteker dan
dokter, pasien tersebut tidak berubah mengkonsumsi obat tersebut secara bersamaan
karena akan mengakibatkan resiko pendarahan lambung jika tidak boleh untuk demam
pada pasien itu sendiri dengan wallpaper untuk dewasa karena jika pun diberi obat penurun
demam yang mengandung parasetamol tetap tidak tidak bisa karena menurut jurnal
nasional health pemberian paracetamol dan warfarin dapat menyebabkan pendarahan dan
anemia tetapi ternyata setelah dicari jurnal di beberapa website ternyata boleh pemberian
obat tersebut ibuprofen obat yang mengandung paracetamol hanya saja di jeda 1 sampai 3
jam setelah pemakaian warfarin jika demam sudah turun maka berhenti mengkonsumsi
ibuprofen hanya fokus pada warfarinnya saja

Anda mungkin juga menyukai