Anda di halaman 1dari 8

GASTROENTERITIS

No. Dokumen : SOP/UKP/


No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 20 Mei 2020
Halaman : 1/2

UPT PUSKESMAS Dr.YOZA FADHILA


KARANG DAPO NIP.198604262015042002

: -
1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung
dan usus halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi
3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari
disebut kronis. WHO (World Health Organization)
mendefinisikan diare akut sebagai diare yang biasanya
berlangsung selama 3 – 7 hari tetapi dapat pula berlangsung
sampai 14 hari.

- Anamnesis

Pasien datang ke dokter karena buang air besar (BAB)


lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat
disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung),
mual dan muntah serta tenesmus.

Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang


besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari
usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga erat
terjadi infeksi.

Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari


sumber yang kurang higienenya, GE dapat disebabkan oleh
infeksi. Riwayat bepergian ke daerah dengan wabah diare,
riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi), konsumsi
makanan iritatif, minum jamu, diet cola, atau makan obat-
obatan seperti laksatif, magnesium hidroklorida, magnesium
sitrat, obat jantung quinidine, obat gout (kolkisin), diuretika
(furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat), insektisida,
kafein, metil xantine, agen endokrin (preparat pengantian
tiroid), misoprostol, mesalamin, antikolinesterase dan obat-
obat diet perlu diketahui.

Pada pasien anak ditanyakan secara jelas gejala diare:

1. Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya diare


berlangsung, kapan diare muncul (saat neonatus, bayi,
atau anak-anak) untuk mengetahui, apakah termasuk
diare kongenital atau didapat, frekuensi BAB,
konsistensi dari feses, ada tidaknya darah dalam tinja

2. Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare

3. Gejala penyerta: sakit perut, kembung, banyak gas,


gagal tumbuh.

4. Riwayat bepergian, tinggal di tempat penitipan anak


merupakan risiko untukdiare
- Pemeriksaan Fisik
1. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan,
suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan
serta tekanan darah.
2. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata,
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
3. Pernapasan yang cepat indikasi adanya asidosis
metabolik.
4. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat
hipokalemia.
5. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.
6. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat
ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.
Subyektif dengan menggunakan kriteria. Pada anak
menggunakan kriteria WHO 1995.
- Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair
lebih dari 3 kali sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan
tanda-tanda hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB).
Untuk diagnosis defenitif dilakukan pemeriksaan penunjang.
- Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa
Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat
dengan sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare,
sehingga jarang diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Terapi dapat diberikan dengan
1. Memberikan cairan dan diet adekuat
a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang
adekuat untuk rehidrasi.
b. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase
transien.
c. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau
kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan
sekresi usus.
d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak
mengandung gas, dan mudah dicerna.
2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikan obat
antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk
terapi definitif.
Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada
pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif,
traveller’s diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: pada GE
akibat infeksi diberikan antibiotik atau antiparasit, atau
antijamur tergantung penyebabnya.
Obat antidiare, antara lain:
1. Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur opium.
2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan
disentri yang disertai demam, dan penggunaannya harus
dihentikan apabila diare semakin berat walaupun
diberikan terapi.
3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien
immunokompromais, seperti HIV, karena dapat
meningkatkan risiko terjadinya bismuth encephalopathy.
4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2 tablet/ hari
atau smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer
sampai diare stop.
5. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase: Racecadotril
3x1
Antimikroba, antara lain:
1. Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari
selama 5- 7 hari, atau
2. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160/800 2x 1 tablet/hari.
3. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia,
Metronidazol dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/
hari selama 7 hari.
4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan
dengan etiologi
- Edukasi
Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada
keluarga untuk membantu asupan cairan. Edukasi juga
diberikan untuk mencegah terjadinya GE dan mencegah
penularannya.
Kriteria Rujukan
1. Tanda dehidrasi berat
2. Terjadi penurunan kesadaran
3. Nyeri perut yang signifikan
4. Pasien tidak dapat minum oralit
5. Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas
pelayanan

- Pasien diwajibkan memakai masker dan mencuci tangan


sebelum masuk puskesmas.

- Perawat dan dokter memakai APD level 1 (masker bedah,


baju scrub (pakaian jaga), sarung tangan lateks, pelindung
wajah (face shield)).

- Ada sekat pembatas transparan antara perawat dan pasien


pada saat melakukan pengukuran tanda-tanda vital
( tekanan darah, pemeriksaan nadi, dan pemeriksaan jumlah
napas).
- Ada sekat pembatas transparan antara dokter dan pasien
pada saat melakukan anamnesis.
: Agar petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat
2. Tujuan
pada pasien gastro enteritis
:
3. Kebijakan

: 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 02.


4. Referensi
02 / Menkes / 514 / 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
2. Petunjuk teknis pelayanan Puskesmas pada masa pandemi COVID
– 19 Direktorat pelayanan kesehatan primer
3. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan
2020
: 1. Perawat memanggil pasien
5. Langkah-
2. Perawat mempersilahkan pasien duduk dengan nyaman
langkah
3. Perawat malaksanakan pengkajian awal untuk pasien baru dan kajian ulang
untuk pasien kunjungan ulang.
4. Perawat melakukan anamnesa sesuai keluhan pasien
5. Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital (kesadaran, Tekanan
darah, Pemeriksaan napas, Suhu, dan Pemeriksaan nadi)
6. Perawat menimbang berat badan pasien
7. Perawat mempersilahkan pasien masuk keruang periksa dokter
8. Dokter melakukan anamnesis
9. Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
10.Dokter melakukan penegakan diagnosis.
11.Dokter menuliskan hasil pemeriksaan kedalam Rekam Medis Pasien
12.Dokter memberikan Konseling dan Edukasi mengenai gastro
enteritis kepada pasien dan menulisnya dalam rekam medis.
13.Dokter memberikan penatalaksanaan gastro enteritis yang dituliskan dalam
Rekam Medis dan resep.
14.Dokter memberikan resep kepada pasien.
15.Perawat mempersilahkan pasien mengambil obat di apotek.
:  Ruang pendaftaran
1. Unit Terkait
 Ruang poliumum
 Apotek
:
2. Dokumentasi
Terkait
: No Yang diubah Isi perubahan Tgl mulai diberlakukan
3. Rekaman
Historis
Perubahan
4. Diagnosa
Asma
5. Diagnosa banding
a. Pneumotoraks
b. Pneumomediastinum
c. Gagal napas
6. Terapi/ tatalaksana/KIE
a. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk
beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit (apakah membaik
atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat obatan dan
mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
b. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat asma
c. Pola hidup sehat

7. Bagan Alir
Petugas melakukan anamnesa
pasien

Petugas melakukan pemeriksaan klinis

Pemeriksaan Penunjang

Petugas menegakkan diaqnosa

Pengobatan

8. Hal-hal yang -
perlu di
perhatikan
9. Unit terkait  Ruang pemeriksaan
 Ruang farmasi
 Rumah sakit rujukan
10. Dokumen -
Terkait

11. Rekaman
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Historis
Diberlakukan
Perubahan

2/2
3/2

Anda mungkin juga menyukai