Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTKUM

KOMUNIKASI FARMASI

“ Pelayanan Swamedikasi dan PIO “

DISUSUN OLEH : LIRA RAHMA DONA

NIM : 220101134

KELAS : C

Dosen pembimbing : Apt. Kiki Amalia, M.farm

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pencernaan (1)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnypenyakit di masyarakat
tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk
mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal
biaya. (Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada
dasarnya, swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter
(OTC), perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan
umum, seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting
untuk diingat bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan
dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak
dilakukan dengan bijak. Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama
untuk kondisi yang lebih serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung (Anonimc , 2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.2. Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan, atau sistem pencernaan, adalah serangkaian organ dan struktur
dalam tubuh yang berfungsi untuk memproses makanan menjadi zat-zat yang dapat
diserap dan digunakan oleh tubuh. Proses pencernaan melibatkan pemecahan makanan
menjadi partikel-partikel kecil, pencampuran dengan enzim-enzim pencernaan, dan
penyerapan nutrisi ke dalam darah. Berikut adalah komponen-komponen utama dari
saluran pencernaan:

a. Mulut: Mulut adalah tempat dimulainya pencernaan. Di sini, makanan dicerna


mekanis oleh gigi dan dicairkan oleh air liur yang mengandung enzim-enzim
pencernaan, terutama amilase yang memecah karbohidrat.
b. Kerongkongan (Esophagus): Kerongkongan mengarahkan makanan dari mulut ke
lambung melalui gerakan peristaltik.
c. Lambung: Lambung adalah organ pencernaan yang mengandung asam lambung dan
enzim pencernaan lainnya. Di sini, makanan dicerna lebih lanjut dan berubah menjadi
massa semi-cair yang disebut kima.
d. Duodenum, Jejunum, dan Ileum: Di usus halus, pencernaan makanan mencapai
puncaknya dan nutrisi diserap ke dalam darah melalui dinding usus. Duodenum,
jejunum, dan ileum adalah bagian-bagian utama dari usus halus.
e. Usus Besar (Kolon): Usus besar menyerap air dan elektrolit dari sisa-sisa pencernaan,
membentuk tinja, dan menyimpannya sebelum dikeluarkan melalui anus.
f. Rektum: Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan yang menyimpan tinja
sebelum dikeluarkan dari tubuh.
g. Anus: Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan yang berfungsi sebagai
tempat keluarnya tinja dari tubuh.
h. Hati dan Pankreas: Hati menghasilkan empedu, yang membantu dalam pencernaan
lemak. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan dan hormon, seperti insulin.

Proses pencernaan melibatkan kerjasama antara organ-organ ini, dan setiap bagian
memiliki peran khusus dalam mengolah makanan dan menyerap nutrisi. Pemahaman
yang baik tentang fungsi saluran pencernaan penting untuk menjaga kesehatan dan nutrisi
tubuh.

2.3. Diare

Diare adalah kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan frekuensi buang air
besar (BAB), biasanya disertai dengan konsistensi tinja yang lebih cair.

Gejala:
1. Tinja encer atau berair.
2. Frekuensi BAB yang meningkat.
3. Kram perut.
4. Mual atau muntah.
5. Dehidrasi akibat kehilangan cairan yang cepat.
Penyebab:
1. Infeksi bakteri, virus, atau parasit.
2. Intoleransi makanan.
3. Sindrom usus iritabel (IBS).
Pengelolaan:
1. Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
2. Mengonsumsi makanan ringan dan mudah dicerna.
3. Pengobatan dapat diberikan sesuai dengan penyebab yang mendasari.

2.4. Konstipasi
Konstipasi terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan atau jarang buang air besar,
dan tinja cenderung keras dan sulit dikeluarkan.
Gejala:
1. Kesulitan buang air besar.
2. Rasa ketidaknyamanan atau kembung.
3. Tinja keras atau kering.
4. Sensasi tidak selesai setelah buang air besar.
5. Mungkin disertai dengan rasa penuh atau kenyang.
Penyebab:
1. Kurangnya serat dalam diet.
2. Kurangnya cairan.
3. Kurangnya aktivitas fisik.
Pengelolaan:
1. Meningkatkan asupan serat dalam makanan.
2. Minum banyak air.
3. Menjaga aktivitas fisik yang cukup.
4. Menggunakan laksatif atau obat pencahar jika diperlukan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 01
Nama Pasien : ny. Sister dan anak
Usia Pasien : dewasa dan 3 tahun 5 bulan P/L
Keluhan Pasien : Diare dan konstipasi
Informasi Pasien : pasien anak : anak usia 3,5 tahun dengan kondisi diare
(Riwayat alergi, sudah 4 hari bab cair, diare akibat makanan pedas, bab
pengobatan, obat yang tidak berdarah, tidak demam dan tidak ada alergi obat
telah digunakan)
dan makanan tertentu.

Pasien dewasa : susah bab ( konstipasi ) tidak ada alergi


obat dan makanan tertentu
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Guanistrep sirup.
Komposisi : kaolin dan pektin
2. Oralit
Dextrosa anhidrat, natrium klorida, natrium sitrat dihidrat, kaolin klorida
3. Dulcolax suppositoria
Komposisi : bisacodyl 10 mg
Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :

1. Nama obat : guanistrep sirup

Komposisi obat : kaolin pektin

Aturan pakai : 3 x sehari 5ml

Cara penggunaan : diminum

Terapi non-farmakologi : Hindari penyebab diare seperti makanan terlalu


pedas, asam dan selalu menjaga kebersihan cuci
tangan setiap akan makan dan setelah dari
toilet, makan-makanan yang bergizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Nama obat : Oralit


Komposisi obat : Dextrosa anhidrat, natrium klorida, natrium sitrat
dihidrat, kaolin klorida.
Aturan pakai : 200 ml diminum secara bertahap selama 3 jam
Cara penggunaan :1 bungkus serbuk dilarutkan dalam 200 ml air
matang hangat lalu minum
Terapi non-farmakologi : mengonsumsi banyak air putih dan istirahat yang
cukup
3. Nama obat : Dulcolax suppositoria
Komposis obat : bisacodyl 10 mg
Aturan pakai : 1 x sehari pada malam hari
Cara penggunaan : dimasukan lewat rektal
Terapi non-farmakologi; meningkatkan Kesehatan, minum air putih yang
banyak, menjaga kebutuhan serat harian, olahraga
yang teratur.

3.2. PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami diare, dehidrasi dan
terlihat lemas dan konstipasi
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : diare, dehidrasi dan konstipasi
Characteristic : terlihat tampak lemas dikarenakan dehidrasi
History : tidak ada penanganan sebelumnya
Onset : 3 hari yang lalu
Location : saluran pencernaan
Aggriting factor : makanan yang teralalu pedas dan asam, makanan yang tidak sehat
Remmiting factor : meningkatkan Kesehatan, menjaga kebutuhan serat harian.
Medication : guanistrep sirup, oralit, Dulcolax suppositoria
Alergi : - Coexisting : tidak parah

BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke


apotek untuk membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang anak
usia 3,5 tahun yang mengalami diare tidak demam dan tidak berdarah namun
tampak lemas dan untuk obatnya direkomendasikan obat guanistrep sirup
untuk meredakan diarenya dan oralit untuk mengembalikan cairan tubuh nya
yang hilang akibat dehidrasi. Dan untuk pasien dewasa yang berusia 35
tahun dengan keluhan susah bab selama 3 hari dan direkomendasikan obat
Dulcolax suppositoria.
BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pencernaan (2)

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Anonimb , 2006).
Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai
penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan
yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus
selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim,
2008). Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang
cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnya penyakit di
masyarakat tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong
masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga
efisien dalam hal biaya. (Anonim, 2006).

Swamedikasi merujuk pada praktik mandiri seseorang dalam mengelola dan


merawat kesehatannya sendiri tanpa bantuan langsung dari profesional kesehatan.
Pendekatan ini melibatkan pemahaman diri terhadap gejala, penggunaan informasi
kesehatan yang tersedia, dan pengambilan keputusan terkait perawatan diri. Pada
dasarnya, swamedikasi dapat mencakup penggunaan obat-obatan over-the-counter
(OTC), perubahan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga, dan teknik manajemen stres.
Swamedikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk kondisi kesehatan ringan dan
umum, seperti pilek, sakit kepala ringan, atau gangguan pencernaan. Namun, penting
untuk diingat bahwa swamedikasi bukanlah solusi untuk setiap kondisi kesehatan, dan
dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan risiko yang tidak diinginkan jika tidak
dilakukan dengan bijak. Konsultasi dengan profesional kesehatan tetap penting, terutama
untuk kondisi yang lebih serius atau kronis.

Dalam pengenalan swamedikasi, edukasi masyarakat tentang bagaimana membuat


keputusan yang cerdas terkait kesehatan mereka sendiri dan kapan mencari bantuan
profesional dapat membantu menciptakan pemahaman yang seimbang tentang peran
swamedikasi dalam pemeliharaan kesehatan pribadi. Salah satu penyakit yang sering
dilakukan swamedikasi yaitu penyakit maag. Sebagian besar sakit maag ternyata bukan
disebabkan oleh kerusakan pada organ lambung. (Anonimc , 2010).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.2. Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan, atau sistem pencernaan, adalah serangkaian organ dan struktur
dalam tubuh yang berfungsi untuk memproses makanan menjadi zat-zat yang dapat
diserap dan digunakan oleh tubuh. Proses pencernaan melibatkan pemecahan makanan
menjadi partikel-partikel kecil, pencampuran dengan enzim-enzim pencernaan, dan
penyerapan nutrisi ke dalam darah. Berikut adalah komponen-komponen utama dari
saluran pencernaan:
i. Mulut: Mulut adalah tempat dimulainya pencernaan. Di sini, makanan dicerna
mekanis oleh gigi dan dicairkan oleh air liur yang mengandung enzim-enzim
pencernaan, terutama amilase yang memecah karbohidrat.
j. Kerongkongan (Esophagus): Kerongkongan mengarahkan makanan dari mulut ke
lambung melalui gerakan peristaltik.
k. Lambung: Lambung adalah organ pencernaan yang mengandung asam lambung dan
enzim pencernaan lainnya. Di sini, makanan dicerna lebih lanjut dan berubah menjadi
massa semi-cair yang disebut kima.
l. Duodenum, Jejunum, dan Ileum: Di usus halus, pencernaan makanan mencapai
puncaknya dan nutrisi diserap ke dalam darah melalui dinding usus. Duodenum,
jejunum, dan ileum adalah bagian-bagian utama dari usus halus.
m. Usus Besar (Kolon): Usus besar menyerap air dan elektrolit dari sisa-sisa pencernaan,
membentuk tinja, dan menyimpannya sebelum dikeluarkan melalui anus.
n. Rektum: Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan yang menyimpan tinja
sebelum dikeluarkan dari tubuh.
o. Anus: Anus adalah lubang di ujung saluran pencernaan yang berfungsi sebagai
tempat keluarnya tinja dari tubuh.
p. Hati dan Pankreas: Hati menghasilkan empedu, yang membantu dalam pencernaan
lemak. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan dan hormon, seperti insulin.

Proses pencernaan melibatkan kerjasama antara organ-organ ini, dan setiap bagian
memiliki peran khusus dalam mengolah makanan dan menyerap nutrisi. Pemahaman
yang baik tentang fungsi saluran pencernaan penting untuk menjaga kesehatan dan nutrisi
tubuh.

2.3. Gastritis

Gastritis adalah istilah medis yang mengacu pada peradangan pada lapisan
dinding lambung. Lapisan ini disebut mukosa, dan peradangan dapat terjadi sebagai
respons terhadap berbagai faktor. Sebagian besar kasus gastritis bersifat sementara dan
dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup, pengelolaan stres, atau penggunaan obat-
obatan yang diresepkan.
Beberapa penyebab umum gastritis meliputi:
1. Infeksi bakteri: Infeksi Helicobacter pylori adalah penyebab umum gastritis kronis.
2. Penggunaan obat-obatan: Beberapa jenis obat, seperti NSAIDs (antiinflamasi
nonsteroid), aspirin, atau kortikosteroid, dapat merangsang peradangan pada dinding
lambung.
3. Konsumsi alkohol: Alkohol dapat merusak lapisan lambung dan menyebabkan
peradangan.
4. Stres: Kondisi stres yang kronis juga dapat berkontribusi pada perkembangan
gastritis.
5. Asam lambung yang berlebihan: Produksi asam lambung yang berlebihan dapat
merusak lapisan lambung.
6. Gejala gastritis termasuk nyeri atau ketidaknyamanan di bagian atas perut, mual,
muntah, dan perasaan kenyang setelah makan.

Penanganan gastritis melibatkan identifikasi dan penanganan penyebabnya.


Dokter dapat meresepkan obat-obatan seperti antasida, penghambat reseptor H2, atau
penghambat pompa proton untuk mengurangi produksi asam lambung. Penghindaran
faktor pemicu, seperti obat-obatan yang memicu gastritis atau alkohol, juga dapat
membantu dalam pengelolaan kondisi ini. Penting untuk berkonsultasi dengan
profesional kesehatan jika Anda mengalami gejala gastritis untuk mendapatkan diagnosis
yang tepat dan rencana perawatan yang sesuai.

2.4. Penyakit kulit

Penyakit yang disebabkan oleh jamur yang dapat tumbuh pada pakaian atau kain
yang lembab atau basah adalah infeksi jamur kulit tertentu. Salah satu contoh umumnya
adalah tinea versicolor. Tinea versicolor disebabkan oleh jamur Malassezia, yang dapat
berkembang subur di lingkungan yang lembap. Gejala tinea versicolor melibatkan
perubahan warna kulit, seperti bercak putih, kemerahan, atau coklat yang dapat muncul di
berbagai bagian tubuh. Bercak ini biasanya lebih terlihat setelah paparan sinar matahari
karena jamur menghambat pigmentasi normal kulit.

Namun, perlu dicatat bahwa tinea versicolor umumnya bukan penyakit yang
sangat serius dan dapat diobati dengan antijamur topikal atau obat oral yang diresepkan
oleh dokter. Pengobatan melibatkan penggunaan sampo, krim, atau lotion antijamur
untuk menghilangkan infeksi jamur dan mencegah kekambuhan. Untuk mencegah infeksi
jamur seperti tinea versicolor, penting untuk menjaga kebersihan dan kekeringan pakaian.
Pastikan pakaian dicuci dan dikeringkan dengan baik, hindari memakai pakaian yang
lembap terlalu lama, dan gunakan pakaian yang longgar agar kulit dapat bernapas dengan
baik. Jika Anda mencurigai adanya infeksi kulit atau memiliki gejala yang tidak biasa
pada kulit setelah kontak dengan pakaian yang lembap atau basah, disarankan untuk
berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk diagnosis dan perawatan yang tepat.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 02
Nama Pasien : ny. Silvia
Usia Pasien : dewasa usia 38 tahun P/L
Keluhan Pasien : Diare dan konstipasi
Informasi Pasien : Pasien nyeri pada bagian atas perut disertai rasa mual
(Riwayat alergi, dan kembung. Dikarenakan melewati jam makan siang
pengobatan, obat yang dikarenakan kesibukannya yang padat sehingga juga
telah digunakan)
membuat pandangannya terasa berputar-putar. Pasien
juga ingin membeli obat untuk gatal jamur dikakinya,
karena sering kena air cucian.
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Antasida doen
Komposisi : alumuniun hidroksida 200mg dan magnesium hidroksida 200mg
2. Fungiderm
Komposisi : chlortrimazole 1 %

Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :

1. Nama obat : antasida doen

Komposisi obat : alumuniun hidroksida 200mg dan magnesium


hidroksida 200mg

Aturan pakai : 1-2 tablet sehari


Cara penggunaan : diminum

Terapi non-farmakologi : makan tepat waktu, istirahat yang cukup, makan-


makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan jangan terlali stress

2. Nama obat : fungiderm


Komposisi obat : cholrtrimazole 1 %
Aturan pakai : 3 x sehari
Cara penggunaan : oleskan sebanyak 1 ruas jari pada bagian yang
terkena jamur 3 x sehari selama 14 hari secara
teratur
Terapi non-farmakologi : menjaga kebersihan kaki Nama obat
:

3.3. PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami maag / gastritis dan
jamur pada kaki
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : maag / gastritis dan jamur pada kaki
Characteristic : mual pada saat tertentu (telat makan)
History : tidak ada penanganan sebelumnya
Onset : saat btelat makan
Location : saluran pencernaan
Aggriting factor : telat makan dan terlalu stress
Remmiting factor : pola makan teratur, menghindari stress dan makanan pedas dan
asam
Medication : antasida doen dan fungiderm
Alergi : -
Coexisting : tidak parah
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang Pasien nberumur 38 tahun dengan
keluhan nyeri pada bagian atas perut disertai rasa mual dan kembung. Dikarenakan
melewati jam makan siang dikarenakan kesibukannya yang padat sehingga juga membuat
pandangannya terasa berputar-putar, untuk obatnya direkomendasikan adalah antasida
doen, obat ini untuk mengatasi gastritis yang dialami pasien karena mengandung
alumunium hidroksida dan magnesiun hidroksida. Pasien juga ingin membeli obat untuk
gatal jamur dikakinya, karena sering kena air cucian, obat yang direkomendasikan adalah
fungiderm obat ini mengandung chlortrimazole 1% untuk mengatasi infeksi jamur yang
terdapat pada kakinya.
BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pernafasan (3)

2.1. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).
2.2. Saluran pernafasan

Saluran pernapasan adalah sistem organ yang terlibat dalam proses pertukaran gas
antara tubuh dan lingkungan, khususnya pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Saluran
pernapasan mencakup serangkaian organ dan struktur yang membawa udara dari luar
tubuh ke dalam paru-paru, dan sebaliknya. Berikut adalah komponen utama Proses
pernapasan melibatkan inspirasi (menghirup udara bersih) dan ekspirasi (mengeluarkan
udara kaya karbon dioksida). Pertukaran gas terjadi di alveoli, di mana oksigen diserap
oleh darah dan karbon dioksida dibuang melalui ekspirasi.

Anatomi Saluran Pernapasan:

 Hidung dan Mulut: Fungsi sebagai pintu masuk udara ke dalam tubuh.
 Farings (Tenggorokan): Bagian dari saluran pernapasan yang
menghubungkan hidung dan mulut dengan laring.
 Laring (Kantong Suara): Terlibat dalam produksi suara dan berfungsi
sebagai penutup saat menelan untuk mencegah makanan masuk ke saluran
pernapasan.
 Trakea (Saluran Napas): Saluran udara yang mengarah ke paru-paru.
 Paru-paru:Bronkus dan Bronkiolus: Saluran yang membawa udara ke
dalam dan keluar dari paru-paru.
 Alveoli: Kantung udara kecil di ujung bronkiolus di mana terjadi
pertukaran gas antara udara dan darah.

Fungsi Saluran Pernapasan:

 Pertukaran Gas: Proses di mana oksigen diambil dari udara dan karbon
dioksida dikeluarkan dari darah.
 Respirasi: Proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
 Sistem Pernapasan dan Sistem Sirkulasi:
 Keterkaitan dengan Jantung: Cara di mana sistem pernapasan bekerja
bersama dengan sistem sirkulasi untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi
ke seluruh tubuh.

Gangguan dan Penyakit Saluran Pernapasan:

 Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA): Misalnya, pilek, flu, sinusitis.


 Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB): Misalnya, bronkitis,
pneumonia.
 Penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis): Merupakan kondisi
kronis yang membatasi aliran udara ke dalam dan keluar dari paru-paru.
 Asthma: Gangguan di mana saluran pernapasan menyempit dan
menghasilkan lendir berlebihan.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Saluran Pernapasan:

 Kebiasaan Merokok: Merupakan faktor risiko utama untuk banyak


penyakit pernapasan.
 Polusi Udara: Dampaknya terhadap kesehatan saluran pernapasan.
 Faktor Lingkungan: Pajanan terhadap alergen atau zat iritan.

Perawatan dan Pencegahan:

 Swamedikasi dan Pengobatan: Penggunaan obat-obatan untuk meredakan


gejala atau mengatasi masalah pernapasan.
 Imunisasi: Pencegahan melalui vaksinasi, seperti vaksin influenza atau
vaksin pneumonia.

2.3. Batuk berdahak dan pilek

Batuk berdahak dan pilek sering kali merupakan gejala umum infeksi saluran
pernapasan atas, seperti flu atau pilek biasa. Kondisi ini dapat disebabkan oleh virus atau
bakteri. Berikut adalah beberapa informasi umum terkait dengan batuk berdahak dan
pilek:
1. Batuk Berdahak:
 Penyebab: Batuk berdahak biasanya disebabkan oleh iritasi atau infeksi pada
saluran pernapasan. Lendir yang diproduksi oleh selaput lendir bertujuan untuk
membersihkan dan melindungi saluran pernapasan dari benda asing atau
mikroorganisme.
 Gejala: Batuk produktif dengan keluarnya lendir atau dahak. Ini adalah respons
normal tubuh untuk mengeluarkan zat berbahaya atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi.
 Penanganan: Minum banyak cairan, istirahat, dan menggunakan obat batuk
ekspektoran (yang membantu mengeluarkan dahak) dapat membantu meredakan
gejala.
2. Pilek:
 Penyebab: Pilek umumnya disebabkan oleh infeksi virus, terutama rhinovirus.
Virus ini menyerang selaput lendir di saluran pernapasan atas.
 Gejala: Hidung tersumbat atau berair, bersin-bersin, tenggorokan sakit, dan
kadang-kadang demam ringan.
 Penanganan: Istirahat, minum banyak cairan, dan penggunaan obat pereda gejala
seperti dekongestan atau antihistamin dapat membantu mengurangi
ketidaknyamanan.

Kapan Harus Mencari Bantuan Medis:


 Jika gejala tidak membaik dalam beberapa hari atau memburuk.
 Jika terdapat kesulitan bernapas atau nyeri dada.
 Jika disertai demam tinggi yang tidak merespons obat penurun demam.
 Jika terdapat lendir berwarna hijau atau kekuningan yang tebal.

Pencegahan:
 Cuci tangan secara teratur.
 Hindari menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.
 Tutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk.
 Hindari kontak dekat dengan orang yang sakit.
Penting untuk diingat bahwa batuk dan pilek umumnya merupakan respons tubuh
terhadap infeksi virus dan dapat membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Namun, jika gejala berlanjut atau memburuk, sebaiknya konsultasikan dengan
profesional kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut. Jika disebabkan oleh bakteri, dokter
mungkin meresepkan antibiotik, tetapi antibiotik tidak efektif untuk infeksi virus.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 03
Nama Pasien : ny. Yuli dan anaknya
Usia Pasien : anak usia 7 tahun P/L
Keluhan Pasien : batuk berdahak, pilek dan bersin-bersin
Informasi Pasien : Pasien mengalami batuk, pilek bersin-bersin, namun
(Riwayat alergi, tidak demam. Dahaknya seperti susah keluar di
pengobatan, obat yang tenggorokan dan pasien ingin membeli obata vitamin
telah digunakan)
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Actifed plus ekspectoran
Komposisi : triprolidine hcl 1,25 mg
Pseudoefedrine 30 mg
Guafhenisine 100 mg
2. Stimuno sirup
Komposisi : ekstrak phylantusnitris 25 mg

Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :


1. Nama obat : Actifed plus ekspectoran
Komposisi obat : triprolidine hcl 1,25 mg, Pseudoefedrine 30 mg,
Guafhenisine 100 mg

Aturan pakai : ½ sendok takar 3x sehari

Cara penggunaan : diminum sebelum/setelah makan

Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup, makan-makanan yang


bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan minum air putih yang cukup

2. Nama obat : stimuno sirup


Komposisi obat : ekstrak phylantusnitris
Aturan pakai : 1-3 x sehari 1 sendok takar (5ml)
Cara penggunaan : diminum setelah makan
Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup, makan-makanan yang
bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan minum air putih yang cukup

3.2. PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami batuk berdahak, pilek
bersin-bersin namun tidak demam. Dahaknya seperti susah keluar di tenggorokan
dan pasien ingin membeli obata vitamin
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : batuk berdahak, pilek bersin-bersin namun tidak demam
Characteristic : dahak susah keluar
History : sudah ada penanganan sudah diberikan sanmol sirup 5 mg sebanyak 2x
Onset : sejak kemarin
Location : saluran pernafasan
Aggriting factor : makanan yang tidak sehat
Remmiting factor : pola makan teratur, istirahat yang cukup,perbanyak minum air
putih
Medication : Actifed plus ekspectoran dan stimuno sirup
Alergi : -
Coexisting : tidak parah

BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang Pasien mengalami batuk, pilek
bersin-bersin, namun tidak demam. Dahaknya seperti susah keluar di tenggorokan dan
direkomendasikan obat obat Actifed plus ekspectoran untuk membantu mengeluarkan
dahak , mengatasi pilek dan bersin-bersin dikarenakan mengandung triprolidine,
pseudoefedrine, dan guafhenisine. dan pasien ingin membeli obat vitamin yaitu
direkomendasikan stimuno sirup yang berguna utnuk menjaga kekebalan tubuh anak.
BAB I

PENDAHULUAN

Swamedikasi saluran pernafasan (4)

2.4. Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk


penyakit ringan, seperti demam, nyeri, pusing, diare, influenza, maagh, cacingan, diare,
penyakit kulit, dan lain-lain. Pelayanan obat non resep atau pelayanan swamedikasi
dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat untuk
penyakit ringan dengan memilihkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Trasisional. Dalam penatalaksanaan swamedikası, masyarakat
memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication
error), penyalahgunaan obat (drug abuse) dan kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
Tenaga kefarmasian sebagai salah satu profesi kesehatan dapat berperan menjadi pemberi
informasi (drug informer), khususnya untuk obat- obatan yang digunakan dalam
swamedikasi.

Penyakit serius seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
infeksi, gangguan jiwa dan kanker tidak boleh dilakukan swamedikasi. Keluhan-keluhan
ringan yang dapat dilakukan pengobatan sendiri pada umumnya gangguan tersebut dapat
sembuh dengan sendiri tanpa penggunaan obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi
adalah obat tanpa resep (OTR), meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang
dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter, obat bebas
terbatas (obat yang aman apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan
yang terdapat pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa
pengawasan).

2.5. Saluran pernafasan

Saluran pernapasan adalah sistem organ yang terlibat dalam proses pertukaran gas
antara tubuh dan lingkungan, khususnya pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Saluran
pernapasan mencakup serangkaian organ dan struktur yang membawa udara dari luar
tubuh ke dalam paru-paru, dan sebaliknya. Berikut adalah komponen utama Proses
pernapasan melibatkan inspirasi (menghirup udara bersih) dan ekspirasi (mengeluarkan
udara kaya karbon dioksida). Pertukaran gas terjadi di alveoli, di mana oksigen diserap
oleh darah dan karbon dioksida dibuang melalui ekspirasi.

Anatomi Saluran Pernapasan:

 Hidung dan Mulut: Fungsi sebagai pintu masuk udara ke dalam tubuh.
 Farings (Tenggorokan): Bagian dari saluran pernapasan yang
menghubungkan hidung dan mulut dengan laring.
 Laring (Kantong Suara): Terlibat dalam produksi suara dan berfungsi
sebagai penutup saat menelan untuk mencegah makanan masuk ke saluran
pernapasan.
 Trakea (Saluran Napas): Saluran udara yang mengarah ke paru-paru.
 Paru-paru:Bronkus dan Bronkiolus: Saluran yang membawa udara ke
dalam dan keluar dari paru-paru.
 Alveoli: Kantung udara kecil di ujung bronkiolus di mana terjadi
pertukaran gas antara udara dan darah.

Fungsi Saluran Pernapasan:

 Pertukaran Gas: Proses di mana oksigen diambil dari udara dan karbon
dioksida dikeluarkan dari darah.
 Respirasi: Proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
 Sistem Pernapasan dan Sistem Sirkulasi:
 Keterkaitan dengan Jantung: Cara di mana sistem pernapasan bekerja
bersama dengan sistem sirkulasi untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi
ke seluruh tubuh.

Gangguan dan Penyakit Saluran Pernapasan:

 Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA): Misalnya, pilek, flu, sinusitis.


 Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB): Misalnya, bronkitis,
pneumonia.
 Penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis): Merupakan kondisi
kronis yang membatasi aliran udara ke dalam dan keluar dari paru-paru.
 Asthma: Gangguan di mana saluran pernapasan menyempit dan
menghasilkan lendir berlebihan.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Saluran Pernapasan:

 Kebiasaan Merokok: Merupakan faktor risiko utama untuk banyak


penyakit pernapasan.
 Polusi Udara: Dampaknya terhadap kesehatan saluran pernapasan.
 Faktor Lingkungan: Pajanan terhadap alergen atau zat iritan.

Perawatan dan Pencegahan:

 Swamedikasi dan Pengobatan: Penggunaan obat-obatan untuk meredakan


gejala atau mengatasi masalah pernapasan.
 Imunisasi: Pencegahan melalui vaksinasi, seperti vaksin influenza atau
vaksin pneumonia.

1.3. asma

Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan
peradangan dan penyempitan saluran udara. Penderitanya, yang disebut asmatik,
mungkin mengalami serangan asma yang dapat membuat sulit bagi mereka untuk
bernapas. Kondisi ini bersifat meradang dan dapat bersifat kronis, dengan gejala yang
bervariasi dari ringan hingga berat.
Gejala Asma:
 Batuk: Batuk, terutama malam hari atau dini hari, dapat menjadi salah satu gejala
utama.
 Sesak Nafas: Penderitanya merasa kesulitan bernapas atau sesak nafas.
 Dada Berdengung atau Nyeri: Penderitanya mungkin merasakan berdengung atau
nyeri di dada selama serangan asma.
 Napas Bersiul (Wheezing): Bunyi bersiul atau mengi saat bernapas adalah tanda
umum serangan asma.
 Pilek atau Batuk Kering: Gejala ini dapat terjadi sebelum serangan asma atau
selama periode tertentu.
Penyebab Asma:
 Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan asma dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk mengembangkan penyakit ini.
 Faktor Lingkungan: Pajanan terhadap alergen seperti serbuk sari, bulu hewan,
debu rumah, polusi udara, atau infeksi virus dapat memicu serangan asma.
 Aspek Predisposisi dan Lingkungan: Beberapa faktor lingkungan, seperti
merokok selama kehamilan atau paparan asap rokok di lingkungan anak-anak,
dapat meningkatkan risiko asma.

Obat Pengendali (Controller Medications):


 Inhaled Corticosteroids (ICS): Mengurangi peradangan dan membantu mencegah
serangan.
 Long-Acting Beta-Agonists (LABA): Membantu membuka saluran udara.
 Leukotriene Modifiers: Mengurangi reaksi peradangan.
 Immunomodulators: Menyesuaikan respons sistem kekebalan tubuh.
Obat Pengecualian (Reliever Medications):
 Short-Acting Beta-Agonists (SABA): Dibutuhkan saat serangan asma akut untuk
meredakan gejala dengan cepat.
 Anticholinergics: Membantu merelaksasi otot saluran udara.
Alat Bantu Napas:
 Inhaler atau Nebulizer: Digunakan untuk memberikan obat-obatan langsung ke
saluran pernapasan.
Pengelolaan Gaya Hidup:
 Mengidentifikasi dan menghindari pemicu asma.
 Menjaga kebersihan udara di dalam rumah.
 Rutin berolahraga (sesuai dengan kemampuan dan rekomendasi dokter).
 Mendukung kebiasaan hidup sehat.
Asma bersifat kronis, dan pengobatan yang efektif dapat membantu mengelola
gejala dan mencegah serangan asma. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk
diagnosis yang tepat dan rencana pengelolaan yang sesuai dengan kebutuhan individu.

2.4. batuk berdahak


Batuk berdahak dan pilek sering kali merupakan gejala umum infeksi saluran
pernapasan atas, seperti flu atau pilek biasa. Kondisi ini dapat disebabkan oleh virus atau
bakteri. Berikut adalah beberapa informasi umum terkait dengan batuk berdahak dan
pilek:
1. Batuk Berdahak:
 Penyebab: Batuk berdahak biasanya disebabkan oleh iritasi atau infeksi pada
saluran pernapasan. Lendir yang diproduksi oleh selaput lendir bertujuan untuk
membersihkan dan melindungi saluran pernapasan dari benda asing atau
mikroorganisme.
 Gejala: Batuk produktif dengan keluarnya lendir atau dahak. Ini adalah respons
normal tubuh untuk mengeluarkan zat berbahaya atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi.
 Penanganan: Minum banyak cairan, istirahat, dan menggunakan obat batuk
ekspektoran (yang membantu mengeluarkan dahak) dapat membantu meredakan
gejala.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

FORM SWAMEDIKASI
No Kasus : 04
Nama Pasien : tn. denny
Usia Pasien : Dewasa Usia 25 tahun P/L
Keluhan Pasien : Asma dan batuk berdahak
Informasi Pasien : Pasien mengalami sesak nafas, sesak timbul saat udara
(Riwayat alergi, dingin dan terkena debu, sesak tidak dipengaruhi oleh
pengobatan, obat yang telah aktivitas posisi, selain itu terdapat batuk berdahak encer
digunakan)
berwarna putih tidak berdarah serta kepala terasa
pusing, dan pasien juga tidak nafsu makan.
Obat yang direkomendasikan (sertakan nama zat aktif dari setiap obat)
1. Lasal ekspectoran sirup
Komposisi : salbutamol
Guafhenisine
2. Vitamin B kompleks
Komposisi : vitamin B1,B2,B6, Calsium penthotenote
3. Ibuprofen tablet
Komposisi : ibuprofen

Informasi yang disampaikan kepada pasien (saat penyerahan obat) :

1. Nama obat : lasal ekspectoran sirup


Komposisi obat : salbutamol dan guafenisin

Aturan pakai : 2-3 x sehari 2-4 sendok takar (5 ml)

Cara penggunaan : diminum 1 jam sebelum makan /2 jam setelah


makan

Terapi non-farmakologi : hindari pemicu asama seperti debu dan polusi


udara, melakukan olahraga teratur dan
menciptakana lingkungan bersih dan menjaga
kebersihan rumah istirahat yang cukup, makan-
makanan yang bergizi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan minum air putih yang
cukup

2. Nama obat : vitamin B complex IPI


Komposisi obat : vitamin B1, B2, B6, Calsiun phentatonate
Aturan pakai : 1 x sehari 1 sendok takar (5ml)
Cara penggunaan : diminum setelah makan
Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup, makan-makanan yang
bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan minum air putih yang cukup

3. Nama obat : ibuprofen tablet


Komposisi obat : ibuprofen
Aturan pakai : 3-4 x sehari 200-800 mg
Cara penggunaan : diminum setelah makan
Terapi non-farmakologi : istirahat yang cukup dan di tempat yang redup,
makan-makanan yang bergizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan minum air
putih yang cukup

3.3. PEMBAHASAN

Quikly and accurately acces the patient : pasien mengalami sesak nafas, sesak timbul
saat udara dingin dan terkena debu, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas posisi,
selain itu terdapat batuk berdahak encer berwarna putih tidak berdarah serta kepala
terasa pusing, dan pasien juga tidak nafsu makan.
Est : pasien menjadi kandidat perawatan mandiri
SCHOLAR
Symptom : asma, batuk berdahak, dan kepala pusing
Characteristic : sesak timbul saat udara dingin dan terkena debu, sesak tidak
dipengaruhi oleh aktivitas posisi, selain itu terdapat batuk berdahak encer berwarna
putih tidak berdarah serta kepala terasa pusing, dan pasien juga tidak nafsu makan.
History : belum ada penanganan sebelumnya
Onset : sejak 6 jam yang lalu
Location : saluran pernafasan
Aggriting factor : debu dan udara dingin
Remmiting factor : pola makan teratur, istirahat yang cukup,perbanyak minum air
putih
Medication : lasal ekspectoran, vitamin B complex IPI, ibuprofen
Alergi : -
Coexisting : tidak parah
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang ke apotek untuk
membeli obat atas keluhan yang dialami yaitu seorang Pasien mengalami sesak nafas,
sesak timbul saat udara dingin dan terkena debu, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas
posisi dan direkomendasikan, selain itu terdapat batuk berdahak encer berwarna putih
tidak berdarah obat lasal ekspectoran sirup untuk membantu sesak nafas yang dialami
karena obat ini mengandung salbutamol dan mengandung guafenisin untuk meredakan
batuk berdahaknya, serta kepala terasa pusing maka direkomendasikan obat ibuprofen
untuk mengatasi keluhan tersebut, dan pasien juga tidak nafsu makan maka
direkomendasikan obat vitamin B complex IPI.

Anda mungkin juga menyukai