Anda di halaman 1dari 19

GASTROENTERITIS

Kelompok 1

Alda Kurnia Febriyanti (12201002)


Arsya Azlya Hasibuan (12201006)
Fathya Kamilah Gusdifara (12201009)
Putri Aprilia Setya Y (12201021)
Richa Hastuti (12201022)
Salsabila Rahmadina (12201027)
Selvya Martshanda (12201036)
Syabilla A’raaf Putri P (12201032)
APA ITU GASTROENTERITIS ?
A. DEFINISI

Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau setengah cair,
dengan demikian kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya.

Gastroenteritis dapat terjadi pada siapa saja, baik dewasa maupun anak- anak, namun
bayi dan anak-anak lebih mudah terkena diare. Perkembangan sistem pencernaan pada
bayi dan anak-anak belum sempurna sehingga lebih mudah terserang virus penyebab
gastroenteritis.
ETIOLOGI
1. Faktor infeksi   3. Faktor makanan

• Infeksi internal: Makanan yang


menyebababkan diare
infeksi bakteri, infeksi
makanan yang adalah
virus,infeksi parasit
makanan beracun ,basi
protozoa dan jamur.
mentah dan kurang
Infeksi Prenteral:
matang
infeksi luar alat
pencernaan makanan.

2.Faktor Malabsorpsi 4. Faktor psikologis


 Malabsorpsi karbohidrat
Misal : Rasa takut, cemas
Malabsorpsi lemak
dan stres
Malabsorpsi protein.
PATOFISIOLOGI
proses terjadinya gastroenteritis
dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan factor infeksi, proses
ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang
masuk kedalam saluran
pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang
dapat menurunkan daerah
permukaan usus.
Komplikasi
Menurut (Ngastiyah,2014) komplikasi yang terjadi akibat gastroenteritis:
 
- Dehidrasi (ringan, sedang, berat).
- Rejatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah
mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
- Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
elektrokardiogram).
- Hipoglikemia.
- Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisensi enzim lactase.
- Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
- Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan gastroenteritis jika lama atau kronik).
Penatalaksanaan
Menurut kemenkes RI 2011 (dalam Tami,2011) prinsip tatalaksana gastroenteritis pada balita
adalah Lintas Gastroenteritis (Lima Langkah Tuntaskan Gastroenteritis), yang di dukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi
gastroenteritis tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan
gastroenteritisdan mencegah anak kekurangan gizi akibat gastroenteritis juga menjadi cara untuk
mengobati gastroenteritis.

Adapun program lintas gastroenteritis yaitu :


1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian minum dan makanan
4. Antibiotic selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh.
1. Rehidrasi oral

-Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian
mengganti kekurangan cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
-Keuntungan dari rehidrasi oral di Rumah Sakit pada gastroenteritis akut dapat menghemat cairan intravena.

2. Pemberian Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh, zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric
Oxide synthase), dimana eksresi enzim ini meningkat selama gastroenteritis dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Berdasarkan bukti ini semua anak gastroenteritis harus diberi zinc segera saat anak mengalami gastroenteritis, dosis
pemberian zinc pada balita :
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun gastroenteritis sudah berhenti.

3. Pemberian dietetic dan meneruskan ASI

Makanan harus di teruskan bahkan ditingkatkan selama gastroenteritis untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi
agar pemberian diet pada anak dengan gastroenteritis akut dapat memenuhi tujuannya
4. Medikmentosa

Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus,
termasuk gastroenteritis berat dengan panas

5. Nasehat kepada orang tua/pengasuh

Menurut (kemenkes RI,2011) ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat dirumah.
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : Gastroenteritis labih sering, muntah berulang,
sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah.
Pemeriksaan penunjang

Menurut (Padila,2013) pemeriksaan diagnostik :

 Pemeriksaan tinja Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus
darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika gastroenteritis berhubungan
dengan penyakit usus halus. Jika kadar glukosa tinja rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare
bersifat tidak menular.
 Pemeriksaan darah Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum, kreatinin dan berat jenis plasma.
Penurunan pH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak
cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
 Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
Pengobatan

Jika diperlukan, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh
gastroenteritis. Jenis obat yang diberikan adalah:

 Antibiotik, seperti amoxicillin, jika gastroenteritis disebabkan oleh infeksi bakteri.


 Antijamur, seperti nystatin, untuk menangani gastroenteritis yang disebabkan infeksi jamur.
 Loperamide, untuk meredakan diare.

Penderita perlu menjalani perawatan di rumah sakit jika mengalami dehidrasi yang cukup parah. Perawatan ini
bertujuan untuk mengganti cairan tubuh dan nutrisi yang hilang, melalui pemberian cairan infus.
Lanjutan

Penanganan Gastroenteritis pada anak

Jika anak Anda mengalami muntah atau diare, biarkan pencernaannya beristirahat sejenak selama 15-20 menit.
Setelah itu, berikan minum secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan cairan dan mencegah dehidrasi. Jenis
cairan yang diberikan dapat berupa air putih, larutan oralit, atau ASI jika anak Anda masih bayi.

Langkah penanganan lain yang dapat dilakukan adalah:

• Berikan makanan dengan tekstur halus dan mudah dicerna, seperti roti, kentang, atau pisang.
• Jangan memberikan anak Anda makanan atau minuman yang mengandung susu atau tinggi gula, seperti es
krim, soda, dan permen.
• Jangan memberikan anak Anda obat diare yang dijual bebas tanpa resep, kecuali atas anjuran dokter.
Pemberian obat sakit perut anak jenis apa pun sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian

1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama
3) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) faktor penyebab, apakah karena makan, alergi, infeksi sekunder,
psikologis, dll.
4) Persepsi Kesehatan
5) Nutrisi Metabolisme
6) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pemeriksaan Fisik

- BB/TB (status nutrisi)


- TTV (Nadi Meningkat > 120 menunjukkan tanda-tanda syok hipovolemik)
- Tanda- tanda dehidrasi ( ubun-ubun cekung, turgor kulit jelek, bibir kering, lemah, kejang-
kejang).
Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan tubuh output berlebih


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh mual, muntah dan intake tidak adekuat.
3. Gangguan rasa nyaman hipertermi.
4. Kerusakan integritas kulit iritasi rectal karena diare.
5. Resiko infeksi peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen.
Kekurangan Volume Cairan Tubuh Berhubungan dengan Output Berlebih.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan


keperawatan diharapkan Intervensi :
kekurangan volume cairan 1. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI.
elektrolit dapat terpenuhi. 2. Anjurkan orangtua untuk memberikan oralit
sedikit-sedikit tapi sering.
Kriteria Hasil : 3. Ajarkan orang tua cara membuat LGG (Larutan
-Input dan output cairan elektrolit Gula Garam).
seimbang. 4. Kolaborasi dengan tim medis untuk memasang
- Menunjukkan membran mukosa infus kristaloid (RL).
lembab dan turgor jaringan 5. Monitor tetesan infus/jam.
normal. 6. Anjurkan banyak minum air putih.
Evaluasi

1. Kebutuhan volume cairan klien kembali normal.


2. Klien tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi.
3. Klien tidak merasa hipertermi.
4. Klien mendapatkan perawatan yang sesuai dengan umur anak dan porsi prosedur yang dibutuhkan.
5. Klien tidak mengalami komplikasi atas perawatan yang telah dilakukan.
6. Klien mengalami kesembuhan yang progresif.
7. Klien dapat kembali beraktivitas, tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai