Anda di halaman 1dari 67

SISTEM INTEGUMEN

OLEH : WASIJATI

1
2
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak


paling luar. Luas kulit orang dewasa kurang
lebih 1.5 – 2 m² dengan berat kira – kira 15%
dari berat badan. Ketebalan kulit bervariasi
tergantung dari tempat \ daerah tubuh,
berkisar antara 0.1 mm – 1 mm.
3
ANATOMI KULIT
Secara Makroskopis
Anatomi dan fisiologi kulit berbeda – beda,
tergantung dari letak dan fungsinya. Perbedaan
tersebut antara lain
• Tebal – Tipisnya kulit : daerah yang paling tebal
pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling
tipis pada daerah penis.
• Kasar – lembutnya kulit
• Daya elastisitas
• Jumlah dan macam – macam adneksa ( bagian –
bagian lain ) kulit : misalnya kelenjar sebasea
paling banyak terdapat di kulit kepala.
4
Secara Mikroskopis
Kulit tersusun dari tiga lapisan, yaitu
A. Epidermis
–  Adalah bagian terluar kulit.
– Tersusun dari jaringan epitel skuamosa yang mengalami
keratinisasi (proses pertumbuhan sampai kemudian
dilepaskan).
– Tidak memiliki pembuluh darah.
– Terdiri atas 5 lapisan, yaitu :
• Stratum basalis ( germinativum ) : pembelahan sel yang
cepat berlangsung pada lapisan ini.
• Stratum spinosum
• Stratum granulosum
• Stratum lusidum
• Stratum korneum
5
6
Stratum Korneum (lapisan tanduk)
• Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas
beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati. Tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air.
• Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup.
• Pertambahan usia menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih
lambat, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, sehingga lapisan
tanduk menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal dan timbul
bercak-bercak putih karena melanosit  bekerja scr lambat serta
penyebaran melanin yang tidak merata.
• Lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air
dari lapisan kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan
turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup
besar.
7
Stratum Lusidum
• Disebut juga lapisan barrier, terdapat
langsung di bawah lapisan korneum,
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang berubah menjadi
protein yang disebut eleidin.
• Proses keratinisasi bermula dari lapisan
bening.

8
• Stratum granulosum / Lapisan Granular
– Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan
yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya,
berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak
paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
• Stratum spinosum / lapisan Malphigi
– Lapisan epidermis yang paling tebal
– Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena
ada proses mitosis. Bentuk sel berkisar antara bulat ke
bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah
permukaan kulit makin besar ukurannya.
– Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen dan inti terletak ditengah
– Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon
– respon antigen kutaneus.
9
Stratum Basale (Stratum Germinativum)
• Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh
satu baris sel silinder dengan kedudukan tegak lurus
terhadap permukaan dermis .
• Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
• Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Sel-sel
epidermis bertambah banyak dan sel-sel tadi bergeser
ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel
tanduk
•  Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel yang
membentuk melanin berfungsi melindungi kulit dari
sinar matahari.

10
– sel epidermis tersusun dari sel – sel :
• Keratinosit : Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena
keratinocytes selalu mengelupas pada permukaaan epidermis,
maka harus selalu digunakan. Pergantian dilakukan oleh
aktivitas mitosis dari lapisan basal (di malam hari).
• Melanosit (sistem pigmen) : Didapat dari ujung saraf,
memproduksi pigment melanin yang memberikan warna coklat
pada kulit.
• Sel Merkel (sistem saraf): Banyak terdapat pada daerah kulit
yang sedikit rambut (fingertips, oral mucosa, daerah dasar
folikel rambut). Menyebar di lapisan stratum basal yang banyak
mengandung keratinocytes.
• Sel Langerhans (sistem imun) : Merupakan sel yang
mengandung antibodi. Fungsi dari langerhans cells adalah
untuk responisasi terhadap imun karena mempunyai antibodi.

11
EPIDERMIS
Lanjutan

– Dilihat dari segi fungsinya epidermis merupakan jaringan


dengan 3 zona fungsional, yaitu :
• Zona Proliferasi (pembentukan sel baru \
Epidermopoiesis) : stratum basalis
• Zona Diferensiasi (memiliki fungsi yang lebih spesifik) dan
maturasi sel : stratum spinosum, stratum granulosum
• Zona Fungsional (pembentukan lapisan tanduk dan
pengguguran sel) : stratum lusidum, stratum korneum
– Keseluruhan lapisan epidermis akan diganti setiap 15 – 30
hari.

12
B. Dermis
– Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis.
– Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
• Pars papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Pada telapak
tangan dan kaki jumlah papilla sangat banyak dan tinggi.
Kegunaan guratan tangan adalah untuk mempermudah
penggenggaman.
• Pars Retikulare : bagian dibawahnya yang menonjol ke arah
subkutan. Tersusun dari jaringan ikat ireguler yang rapat,
kolagen dan serat elastik. Sejalan dengan penambahan
usia, deteriorasi (kemunduran fungsi organ secara
progresif) normal pada simpul kolagen dan serat elastik
mengakibatkan pengeriputan kulit.
13
DERMIS
Lanjutan
― Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan akar rambut.
― Dermis sering disebut sebagai “ kulit sejati “.
― Komponen dermis :
1. Sel – sel
• Fibrosit / master cell : membentuk komponen serabut dan
matrix ( struktur yang akan berkembang ).
• Histiocyt : sel makrofag
• Mastosit : mengeluarkan heparin dan histamin  penting
pada saat terjadi erythema, urticaria.
• Sel Reticulum  kolagen imatur
2. Serabut \ jaringan ikat : Collagen, Elastin, Reticilin
3. Matrix / bahan dasar (al : mucopolisacharida)
14
C. Sub Kutis
• Merupakan lapisan kulit paling dalam. Jaringan sub kutis atau hipodermis
adalah jaringan adiposa.
• Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening.
• Sel lemak
– Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa
– Lapisan terdalam banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan
banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai
cadangan makanan
• Vaskularisasi : Dikulit diatur oleh 2 pleksus:
– Pleksus superfisialis
– Pleksus profunda
•  Fungsi : sebagai bantalan antara lapisan kulit dengan struktur internal
(otot, tulang), memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh
dan penyekatan panas tubuh.
15
Bagian Bagian Dari Kulit
KUKU
• Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang
menebal.
• Bagian kuku terdiri dari:
 Matriks kuku : merupakan pembentuk jaringan kuku
yang baru
 Dinding kuku (nail wall) : merupakan lipatan-
lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas
 Dasar kuku (nail bed) : merupakan bagian kulit yang
ditutupi kuku
 Alur kuku (nail grove) : merupakan celah antar
dinding dan dasar kuku
 Akar kuku (nail root) : merupakan bagian proksimal
kuku
 Lempeng kuku (nail plate) : merupakan bagian
tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku
16
 Lunula : merupakan bagian lempeng kuku
yang berwarna putih didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh
kulit
 Eponikium (kutikula) : merupakan dinding
kuku bagian proksima, kulit arinya menutupi
bagian permukaan lempeng kuku
 Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit
ari dibawah kuku yang bebas (free edge)
menebal
• Pertumbuhan rata-rata 1 mm/minggu.
• Pembaruan total kuku jari tangan : 170 hari dan
kuku kaki: 12-18 bulan.

17
18
Lanjutan Bagian – bagian Yang Lain Dari Kulit
RAMBUT
• Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal
dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
• Terdapat 2 jenis rambut:
– Rambut terminal (dapat panjang dan pendek)
– Rambut velus (pendek, halus dan lembut).
• Penampang Rambut
Penampang rambut terdiri atas:
– Kutikula: terdiri atas lapisan keratin
– Korteks: terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan
saling berdekatan. lapisan ini mengandung pigmen
– Medula: terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin,
badan lemak, dan rongga udara. rambut velus tidak mempunyai
medula
19
Fungsi Rambut
• Melindungi kulit dari pengaruh buruk
• Alis mata melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata
• Bulu hidung (vibrissae) : Menyaring udara
• Berfungsi sebagai pengatur suhu
• Pendorong penguapan keringat
• Berfungsi sebagai pengatur suhu
• Bulu kemaluan  antara lain:
– Pertanda dari  proses kematangan seksual seseorang
– Dapat  Mengurangi gesekan saat berhubungan intim
– Pada bulu kemaluan terdapat banyak  kelenjar apocrine yang
berfungsi mengeluarkan feromon, yang baunya dapat menarik lawan
jenis .

20
Tiga Fase Pertumbuhan Rambut
• Fase pertumbuhan (Anagen)
– Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru
mendorong sel-sel lebih tua ke atas. rambut dikulit kepala
tumbuh dengan kecepatan tumbuh kira – kira 0.4 mm per hari.
• Fase Peralihan (Katagen)
– Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar
folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan
bagian di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan
sehingga terbentuk gada (club). berlangsung 2-3 minggu
• Fase Istirahat(Telogen)
– Berlangsung ± 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50-100
lembar rambut rontok dalam tiap harinya.

Pada satu saat 90% seluruh rambut mengalami fase anagen dan
10% sisanya dalam fase telogen. 
21
22
Lanjutan Bagian – bagian Yang Lain Dari Kulit
• Kelenjar Keringat ( glandula sudorifera )
Terbagi menjadi dua jenis berdasarkan struktur dan lokasinya, yaitu :
– Kelenjar ekrin : terletak dangkal di dermis, menyebar ke seluruh tubuh
terutama pada telapak tangan, telapak kaki, aksila dan dahi. Sekresi
dari kelenjar ini encer dan banyak mengandung air sehingga membantu
dalam pendinginan evaporatif tubuh untuk mempertahankan suhu
tubuh.
– Kelenjar apokrin : terletak lebih dalam dan berukuran lebih besar dari
ekrin. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, terdapat di daerah
aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelj. Apokrin akan menjadi aktif
pada masa pubertas. Apokrin mengeluarkan sekresi yang lebih kental
dari ekrin , berwarna keruh seperti susu dan apabila diuraikan oleh
bakteri akan menghasilkan bau ketiak yang khas. Kelenjar apokrin yang
khusus : kelenjar seruminosa terdapat di telinga luar untuk
memproduksi serumen.
–  Keringat mengandung : air, elektrolit, asam laktat dan glukosa dengan
ph sekitar 4 – 7.
23
Lanjutan Bagian – bagian Yang Lain Dari Kulit

• Kelenjar minyak ( glandula sebasea )


Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali
telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini biasanya
terdapat disamping akar rambut dan muaranya
terdapat pada lumen akar rambut. kelenjar sebasea
mengeluarkan sebum, yaitu campuran dari lemak,
zat lilin, minyak dan pecahan – pecahan sel yang
berfungsi sebagai emolien atau pelembut kulit dan
merupakan suatu barier terhadap evaporasi. Zat ini
juga memiliki aktivitas bakterisida.

24
25
FUNGSI KULIT
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik
atau mekanis (tekanan, gesekan, tarikan), gangguan kimiawi
(zat – zat kimia yang bersifat iritan : lisol, asam), gangguan
termal (panas dan dingin), gangguan dari mikroorganisme yang
dapat menyebabkan infeksi. Mencegah keluarnya cairan yang
berlebihan dari tubuh, menyerap berbagai senyawa lipid , vit.
Adan D yang larut lemak dan memproduksi melanin mencegah
kerusakan kulit dari sinar UV.
2. Fungsi Absorbsi
Stratum korneum memiliki kemampuan menyerap air
(contoh : terjadi pembengkakan kulit setelah berendam),
mencegah kehilangan air dan elektrolit serta mempertahankan
kelembaban.
26
FUNGSI KULIT
Lanjutan
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar – kelenjar kulit mengeluarkan zat – zat yang tidak
berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung – ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis sehingga dapat mendeteksi sensasi yang berkaitan
dengan suhu, tekanan, sentuhan, nyeri, dll. Saraf – saraf sensori
tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh ( termoregulasi )
Pembuluh darah dan kelenjar keringat dalam kulit berfungsi untuk
mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.
• Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena
adanya pembuluh darah, kelenjar keringat dan otot – otot di
bawah kulit.
27
PENGKAJIAN
PADA SISTEM INTEGUMEN

28
PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
• Keluhan yang membawa klien untuk mencari
pertolongan, seperti : Rasa gatal dan rasa nyeri, Keluhan
kosmetik : bercak – bercak hitam / putih / merah
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
 Harus jelas jenis penyakit : akut, sub akut, kronis atau
kronis residif. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
:
– Kapan pertama kali mengetahui masalah kulit.
– Apakah pernah terjadi sebelumnya.
– Apakah ada gejala yang lain.
29
ANAMNESA
Lanjutan

− Dimana tempat yang pertama kali terkena.


− Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika
muncul untuk pertama kalinya.
− Dimana dan berapa cepat penyebarannya.
− Apakah terdapat rasa gatal, terbakar, kesemutan atau
seperti ada yang merayap.
− Apakah ada gangguan kemampuan untuk merasa.
− Apakah masalah tersebut menjadi bertambah parah
pada waktu dan musim tertentu.
− Bagaimana kelainan tersebut berawal.
30
ANAMNESA
Lanjutan
− Apakah ada riwayat : asma, biduran, ekzema atau alergi.
− Apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah kulit.
− Apakah masalah tersebut muncul sesudah makan makanan
tertentu.
− Obat – obatan apa yang sedang digunakan.
− Obat – obat apa ( oral atau topikal ) yang sudah dipakai untuk
mengatasi masalah tersebut.
− Produk kosmetik yang digunakan.
− Pekerjaan klien.
− Apakah lingkungan disekitar tempat tinggal terdapat
tanaman, hewan atau zat – zat kimia yang dapat
mencetuskan masalah ini.
31
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status Internus / Generalis
• Keadaan Umum, Kesadaran, Keadaan Gizi, Tanda
Vital, Jantung, Paru, Abdomen, KGB, dll.
• Hal ini penting karena penyakit kulit dapat
merupakan manivestasi dari penyakit – penyakit
dalam, seperti : DM, kelainan di hepar, kelainan
vaskuler, dll.
b. Status Dermatologis
• Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit
termasuk membran mukosa, kulit kepala dan
kuku. Inspeksi dan palpasi merupakan prosedur
utama yang digunakan dalam memeriksa kulit.
32
PEMERIKSAAN FISIK STATUS DERMATOLOGIS
Lanjutan
• Inspeksi :
– Tampilan umum kulit :
Warna dan vaskularitas : warna kulit bervariasi tergantung dari
rasnya. Warna kebiruan pada sianosis menunjukkan hipoksia
seluler, ikterus  (kuning) berhubungan dengan kenaikan kadar
billirubin serum, efek vasodilatasi pada demam, sengatan matahari
dan inflamasi menimbulkan bercak merah muda atau kemeraha
pada kulit, pucat merupakan keadaan tidak adanya atau
berkurangnya tonus serta vaskularitas kulit.
– Kondisi kelainan /lesi : Lokasi, Distribusinya (generalisata /
terbatas), Simetris atau tidak, Besarnya kelainan, Bentuk
/konfigurasi kelainan, Warna dari kelainan tersebut
– Apakah ada kelainan – kelainan lain di selaput lendir, rambut, kuku
dan KGB.
33
PEMERIKSAAN FISIK STATUS DERMATOLOGIS
Lanjutan

• Palpasi :
– Suhu setempat dan kelembaban : hangat, lembab / kering.
– Tekstur kulit : halus / kasar.
– Tekstur kelainan : teraba lunak, berisi cairan, keras, padat,
dapat digerakkan atau terfiksasi.
– Turgor kulit
– Edema yang mungkin terjadi
– Elastisitas kulit
– Nyeri tekan.
– Indurasi.

34
MENGKAJI LESI KULIT

Lesi  karakteristik yang paling menonjol pada


kelainan kulit yang diklasifikasikan sbb :
•Lesi Primer : merupakan lesi inisial dan
karakteristik penyakit itu sendiri.
•Lesi Sekunder : terjadi akibat sebab – sebab
eksternal seperti garukan, trauma, infeksi atau
perubahan yang disebabkan oleh
penyembuhan luka.

35
MACAM-MACAM LESI
a. Lesi Primer
1. Makula / bercak
• Ukuran makula kurang dari 1 cm
• Ukuran bercak lebih dari 1 cm
• Rata, tidak teraba dan warna kulit berubah (warnanya
dpt berubah menjadi coklat, putih, coklat kekuningan,
ungu dan merah), Contoh : petekie, vitiligo, ekimosis.

36
LESI PRIMER
Lanjutan
2. Nodul (Tumor)
– Nodul : 0,5 – 2 cm
– Tumor : lebih dari 2 cm
– Masa yang menonjol, teraba dan padat, contoh : nodul
(suntikan yg tidak diserap dg baik), tumor (karsinoma)

37
LESI PRIMER
Lanjutan
3. Vesikel / Bulla
– Vesikel : kurang dari 0,5 cm
– Bulla : lebih dari 0,5 cm
– Massa yg menonjol dan teraba yg mengandung cairan
serous, contoh : vesikel (herpes simplex, varisela, luka
bakar derajat dua / lepuh), Bulla (dermatitis kontak).

38
LESI PRIMER
Lanjutan
4. Urtika
– Massa yg menonjol dg batas yg tidak jelas
– Ukuran dan warna bervariasi, contoh : Urtikaria, gigitan
serangga.

39
LESI PRIMER
Lanjutan

5. Pustula
– Vesikel / Bulla yg berisi pus, contoh Akne, furunkel,
impetigo.

40
b. Lesi Sekunder
1. Erosi
• Hilangnya lapisan epidermis / superfisialis
• Tidak meluas ke lapisan dermis
• Daerah yg cekung dan basah, contoh : vertikel yg
ruptur, bekas garukan

41
LESI SEKUNDER
Lanjutan

2. Ulkus
– Kehilangan kulit meluas melampaui jaringan epidermis
– Perdarahan dan pembentukan jaringan sikatrik dpt
terjadi, contoh : Ulkus Dekubitus

42
LESI SEKUNDER
Lanjutan
3. Fissura
– Retakan linear pd kulit
– Dpt meluas ke dlm dermis, contoh : bibir atau tangan yg
pecah-pecah, fisura anal

43
LESI SEKUNDER
Lanjutan
4. Skuama (sisik)
– Pembentukan skuama
terjadi sekunder
akibat proses
deskuamasi epitel yg
mati
– Skuama dpt melekat
pd permukaan kulit
– Warna bervariasi
(keperakan, putih)
– Tekstur bervariasi
(tebal, halus), contoh :
Psoriasis, kulit kering.
44
LESI SEKUNDER
Lanjutan
5. Krusta (kerak)
– Residu serum, darah
atau pus yg
mengering pd
permukaan kulit
– Krusta yg melebar
dan melekat disebut
scab
– Contoh : residu yg
tertinggal sesudah
ruptur vesikel.

45
LESI SEKUNDER
Lanjutan
6. Parut (Sikatrik)
– Bekas pd kulit yg
tertinggal sesudah luka
atau lesi mengalami
kesembuhan
– Menggambarkan
pergantian oleh jaringan
ikat dari jaringan yg
cidera
– Jaringan parut yg muda
: merah/ungu
– Jaringan parut yg masak
: putih / mengkilap
– Contoh : insisi bedah
atau luka yg sembuh

46
LESI SEKUNDER
Lanjutan

7. Keloid
– Jaringan sikatrik yg
mengalami hipertropi
– Terjadi sekunder akibat
pembentukan kolagen
yg berlebihan selama
proses penyembuhan
– Menonjol, ireguler dan
berwarna merah,
contoh : Keloid pd luka
insisi bedah
47
LESI SEKUNDER
Lanjutan
8. Atropi
– Gambaran epidermis yg
tipis, kering dan
transparan
– Hilangnya garis-garis pd
permukaan kulit
– Terjadinya sekunder akibat
hilangnya kolagen dan
elastin
– Pembuluh darah yg ada
dibawahnya dpt terlihat,
contoh : kulit yg menua
48
LESI SEKUNDER
Lanjutan

9. Likenifikasi
– Kulit yg menebal dan
menjadi kasar
– Garis-garis kulit
semakin nyata
– Dapat terjadi
sekunder akibat
gesekan, iritasi atau
garukan yg berulang-
ulang, contoh :
Dermatitis kontak

49
MACAM-MACAM LESI KULIT VASCULAR
1. Petekie
– Makula yg merah atau
ungu dan berbentuk
bulat
– Berukuran kecil : 1 – 2
mm
– Terjadi sekunder akibat
ekstravasasi darah
– Berkaitan dg
kecenderungan
perdarah pd kulit

50
MACAM-MACAM LESI KULIT VASCULAR
Lanjutan

2. Ekimosis
– Lesi berbentuk makula yg bunder atau ireguler
– Lebih besar dari petekie
– Warna bervariasi dan berubah : hitam, kuning dan hijau
– Terjadi sekunder akibat ekstravasasi darah
– Berkaitan dg trauma, kecenderungan berdarah

51
MACAM-MACAM LESI KULIT VASCULAR
Lanjutan
3. Spider Angioma
– Lesi arteriole yang
berwarna merah
– Memiliki badan ditengah
dg cabang-cabang yg
menyebar
– Terlihat pd wajah, leher,
lengan dan badan
– Menjadi pucat ketika
ditekan
– Berkaitan dg penyakit
hepar, kehamilan dan
defisiensi vitamin B
52
MACAM-MACAM LESI KULIT VASCULAR
Lanjutan
4. Telangiektasis (venous star)
– Bentuk bervariasi : mirip
laba-laba atau bintang
– Berwarna kebiruan atau
merah
– Tidak memucat ketika
ditekan
– Terlihat pd tungkai, dada pd
bagian anterior
– Terjadi sekunder akibat
dilatasi superfisialis
pembuluh darah vena dan
kapiler
53
Yang harus dikaji dari lesi adalah :
• Tipe lesi ( primer / sekunder ), distribusi,
tekstur, bentuk serta tepinya, ukuran besar
lesi, warna dan bentuk lesi.

54
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KULIT
1. Biopsi kulit : dilakukan
lewat eksisi dengan
skalpel atau penusukan
dengan alat khusus (skin
punch) yang akan
mengambil sedikit bagian
tengah jaringan. Biopsi
dilakukan terhadap nodul
kulit yang asalnya tidak
jelas dan untuk
memastikan diagnosis
yang tepat.

55
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KULIT
Lanjutan

2. Imunofluoresensi ( IF ) : Untuk
mengidentifikasi lokasi suatu reaksi imun.
Pemeriksaan IF mengkombinasikan antoigen
/ antibodi dengan zat warna flurokrom.
3. Patch Test ( percobaan tempel ) : Digunakan
untuk mendeteksi adanya hipersensitivitas
terhadap suatu bahan yang kontak dengan
kulit

56
Hasil :
• Reaksi + lemah : kemerahan (eritema), tonjolan halus atau gatal-gatal 
• Reaksi + sedang : Ada bullae halus (pelepuhan) papula, dan gatal yang
hebat 
• Reaksi + kuat : adanya bullae, nyeri serta ulserasi (luka)

57
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KULIT
Lanjutan

4. Pengerokan kulit : digunakan untuk


membantu memastikan diagnosis infeksi
jamur atau ragi. Sampel dikerok dari lokasi
lesi jamur yang dicurigai.
5. Pemeriksaan Apus Tzanck : untuk membantu
diagnosis infeksi kulit karena virus ( herpes
zoster/ simpleks, varisela,dll ). Sampel
diambil dari sekret lesi dioleskan pada slide
kaca, diwarnai dan diperiksa.
58
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KULIT
Lanjutan

6. Pemeriksaan cahaya
Wood (sinar hitam) :
tes dilakukan
menggunakan lampu
khusus yang
menghasilkan sinar
berwarna ungu gelap,
digunakan untuk
membedakan lesi
epidermis / dermis,
lesi hipopigmentasi /
hiperpigmentasi.

59
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KULIT
Lanjutan

7. Pembuatan Foto Klinis


: dibuat untuk
memperlihatkan sifat
serta luasnya kelainan
kulit dan digunakan
untuk menetukan
perbaikan.

60
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
perubahan pada fungsi barier kulit
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri / gatal yang berhubungan
dengan adanya lesi.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang
berhubungan dengan pruritus.
4. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan
penampakan kulit yang tidak bagus.
5. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan primer.
6. Kurangnya pengetahuan tentang program terapi yang
berhubungan dengan kurangnya informasi.
61
PENATALAKSANAAN GANGGUAN KULIT
• Asuhan keperawatan klien dengan gangguan kulit mencakup
penggunaan obat – obat topikal serta sistemik, kompres basah,
kompres khusus lainnya dan terapi rendaman.
• Tujuan Utama :
– Mencegah kerusakan pada kulit yang sehat.
Dapat dilakukan dengan cara al : membasahi kasa kompres
sebelum dilepaskan, melepas kasa kompres dengan perlahan
– lahan, dll.
– Mencegah infeksi sekunder.
Melakukan perawaan dengan tehnik aseptik dan steril.
– Meredakan proses inflamasi
Dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres basah
(untuk lesi basah), salep,dll.
62
Balutan Untuk Gangguan Kulit
1. Balutan basah
– Kompres basah dapat dilakukan untuk lesi inflamasi yang
akut maupun kronis dan mengeluarkan sekret, bisa
menggunakan cairan steril atau non steril (bersih)
tergantung keadaannya, dan dapat dilakukan secara terbuka
(harus sering diganti ) atau tertutup (lebih jarang diganti).
– Manfaat kompres basah :
• Mengurangi inflamasi  menimbulkan konstriksi
pembuluh darah.
• Membersihkan kulit dari eksudat, krusta dan skuama.
• Mempertahankan drainase pada daerah yang terinfeksi.
• Meningkatkan proses penyembuhan  lingkungan yang
lembab menunjang proses granulasi.
63
2. Balutan Oklusif : Balutan yang dipakai untuk
menutup obat topikal yang sudah dioleskan
pada lesi.
3. Mandi Terapeutik ( Balneoterapi )
Mandi terapeutik digunakan jika lesi
mengenai daerah kulit yang luas. Terapi ini
dilakukan untuk menghilangkan krusta,
skuama serta obat lama dan untuk
meredakan inflamasi serta rasa gatal yang
menyertai.

64
4. Terapi Intralesi : Penyuntikan suspensi obat yang steril
kedalam / tepat dibawah lesi.
5.  Obat – obat Sistemik
Obat sistemik digunakan untuk terapai jangka panjang bagi
dermatitis kontak atau pengobatan jangka panjang
dermatosis kronik.

Obat – Obat Topikal


• Losion : meiliki dua tipe yaitu suspensi yang terdiri atas
serbuk dalam air ( perlu dikocok sblm digunakan ) dan
larutan jernih. Berfungsi untuk menyejukkan dan
mengeringkan.
• Bedak : memiliki bahan dasar talk, zink, oksida, bentonit atau
pati jagung. Berfungsi untuk mempertahankan kelembaban
kulit dan mengurangi gesekan antar permukaan kulit.
65
Obat – Obat Topikal
Lanjutan

• Krim : suspensi minyak dalam air atau atau emulsi ait dalam
minyak dengan unsur – unsur untuk mencegah pertumbuhan
bakteri serta jamur. Berfungsi untuk mempertahankan air /
memberikan efek pelembab dan emolien.
• Gel : emulsi semi solit yang menjadi cair ketika dioleskan pada
kulit.
• Pasta : campuran bedak dengan salep dan digunakan pada
keadaan inflamasi. Memiliki efek mengeringkan dan sangat
baik sebagai sawar pelindung.
• Salep : bersifat menahan kehilangan air dan melumas serta
melindungi kulit
• Preparat spray da aerosol : digunakan untuk lesi yang luas.

66
67

Anda mungkin juga menyukai