Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Dasar

A. Definisi

Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan superficial (Muttaqin dan Kumala, 2011).
Gastroenteritis akut yang ditandai dengan diare dan beberapa kasus didertai dengan muntah yang
berakibat hilangnya cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Beta dan Linda, 2009)

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3x/hari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendirdan darah yang berlangsung kurang dari satu
minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali perhari,
keadaan ini tidak dapat disebut diare tetapi masih bersifat fisiologis/normal, selama berat badan
bayi meningkat normal. Hal tersebut tidak tergolong diare tetapi merupakan intoleransi laktosa
sebagai akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna

B. Etiologi

Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-kuman patogen telah dapat
diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80 % pada kasus yang datang disarana kesehatan dan
sekitar 50 % kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25
jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama
timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut
oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory. Hampir sekitar 70%-90% penyebab
dari diare sudah dapat dipastikan. Secara garis besar penyebab diare dikelompokkan menjadi
penyebab langsung atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya
diare. Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi (secretory diarrhoea)
dan diare osmotis (osmotic diarrhea). Diare sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain
(Sodikin, 2011):

a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti keadaan gizi / gizi buruk,
hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi).

b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (seperti
keracunan makanan, makanan yang pedas atau terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup),
gangguan saraf, hawa dingin atau alergi, dan sebagainya.

c. Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang 36 mengakibatkan berlipat


gandanya bakteri atau flora usus dan jamur (terutama Candida).

d. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori
protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dan bayi baru lahir.

C. Patofisiologi

Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung,
meliputi :
(1) kerusakan mukosa barrier yang menyebabkan difusi balik ion H+meningkat;

(2) perfusi mukosa lambung yang terganggu; dan

(3) jumlah asam lambung yang tinggi (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin dan Kumala 2011).

Faktor- faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya, stress fisik akan menyebabkan
perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbuk daerah-daerah infark kecil; selain itu sekresi
asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien strees fisik biasanya tidak terganggu
(Muttaqin & Kumala, 2009). Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat
asimtomatik. Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan mukus. Proteksi lapisan
ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus
bakteri ke lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel epithelial lambung
dan terjadi adhesi (pelengketan) sehingga menghasilkan respons peradangan melalui pengaktifan
enzim untuk mengaktifkan IL-8. Hal tersebut 37 menyebabkan fungsi barier lambung terganggu dan
terjadilah gastroenteristis akut (Santacroce, 2008 dalam Muttaqin & Kumala, 2009). Widagdo (2011)
menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara fekal oral bersama makanan dan minuman, dari
beberapa ditularkan secara airborne yaitu norovirus, Virus penyebab diare secara selektif
menginfeksi dan merusak sel-sel di ujung jonjot yang rata disertai adanya sebukan sel radang
mononuclear pada lamina propania sedang pada mukosa lambung tidak terdapat perubahan
walaupun penyakit dikenal sebagai gastroenteristis. Gambaran patologi tidak berkorelasi dengan
gejala klinik, dan terlihat perbaikan proses sebelum gejala klinik hilang. Kerusakan akibat virus
tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air dan garam berkurang dan terjadi perubahan
keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi dari cairan usus, serta aktivitas disakaridase menjadi
berkurang dan terjadilah malabsorpsi karbohidrat terutama laktosa. Faktor penyebab
gastroenteristis virus lebih banyak mengenai bayi dibandingkan dengan anak besar adalah fungsi
usus berkurang, imunitas spesifik kurang, serta menurunnya mekanisme pertahanan spesifik seperti
asam lambung dan mukus. Enteritis virus juga meningkatkan permiabilitas terhadap makromolekul
di dalam usus dan ini diperkirakan sebagai penyebab meningkatnya resiko terjadinya alergi
makanan. Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.

C. Klasifikasi Diare
Pembagian diare menurut lamanya diare.
(1). Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
(2). Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.
(3). Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

E. Manifestasi Klinis

1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair/encer, kadang mengandung darah/lender

2. Muntah

3. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi

a. Dehidrasi Ringan

BB menurun 3% - 5% dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50ml/kg BB


b. Dehidra Sedang

BB menurun 6%-8% dengan volume cairan yang hilang 50 – 90 ml/kg BB

c. Dehidrasi Berat

BB menurun lebih dari 10% dengan volume cairan yang hilang sama dengan/lebih dari 100ml/kg BB.

4. demam

5. Anoreksia

6. Lemah, pucat, gelisah

7. Perubahan TTV meningkat (suhu)

8. Kram abdominal

F. komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipoglikemi

4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa

5. Hypokalemia dengan gejala (hipotonik otot, lemah, bradikardi, meteorismus)

6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutisi energy protein akibat muntah dan diare jika lama/kronik

F. Penatalaksanaan

1, Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. 4 hal penting yang perlu diperhstiksn :

a. jenis cairan ( oral seperti oralit dan parenteral seperti NaCl, isotonic infus)
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang iberikan sesuai jumlah cairan yang dikeluarkan
c. Jalan masuk atau cara pemberian
d. Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama selanjutnya dilakukan penilaian kembali status dehidrasi untuk
menghitung kebutuhan cairan
2. Identifikasi penyebab diare
3. Terapi sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti motilitas dan sekresi usus, anti
emetic

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab lain
diare akut atau pada penderita dehidrasi berat
1) darah : DL, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotic
2) Urin : UL, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotic
3) Tinja
- pemeriksaan mikrokopis bertujuan untuk mencari lekosit yang memberikan gambaran
penyebab diare
- Pemeriksaan makrokopis
Perlu dilakukan pada semua penderita diare

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan secara sistematik dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien
(setiadi, 2012:10).

1. Identitas
Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat asal, suku bangsa,nama orang tua, pekerjaan orang
tua dan penghasilan
2. Keluhan utama
Biasanya pasien mengalami BAB > 3x/hari dan cair. Apabila diare berlangsung < 14 hari disebut
diare akut, jika > 14 hari disebut diare persisten.
3. Riwayat kesehatan sekarang
- Biasanya bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat,nafsu makan
berkurang/tidak ada, juga bias disertai muntah
- Tinja makin cair, mungkin disertai lendir/darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan
karena bercampur dengan empedu
- Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasidan sifatnya makin lama
makin asam
- Gejala muntah dapat terjadi sebelum/sesudah diare
- Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai
tampak
- Deurisis : terjadi oliguria (<1ml/kgBB/jam) bila terjadi dehidrasi
4. Riwayat Kesehatan Masa lalu
- Adanya riwayat alergi terhadap makanan/obat obatan, makanan basi merupakan salah satu
factor penyebab diare
- Riwayat minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol susu, tidak mencuci
tangan setelah BAB, dan tidak mencuci tangan setelah menjamah makanan
- Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak < 2 tahun, biasanya adalag batuk, panas,
pilek dan kejangyang terjadi sebelumnya
5. Riwayat Kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnyayang dapat menular ke anggota
keluarga lainnya
6. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare meliputi :
- Pemberian Asi yang penuh pada anak usia 4 – 6 bulansangat mengurangi resiko diare dan
infeksi yang serius
- Pemberian susu formula apakan dibuat menggunakan air masakdan dibe`rikan dengan
botol/dot, karena botol yang tidak bersih akan menimbulkan pencemaran
- Perasaan haus , anak yang diare tanpa dehidrasi ringan ayau sedang. Pada anak dengan
dehidrasi berat, anak tidak bias minum
7. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
@ Diare tanpa dehidrasi : baik dan sadar
@ Diare dehidrasi ringan/sedang : gelisah/rewel
@ Diare drhidrasi berat : lesu, lunglai/tidak sadar
- Berat badan
Anak yang mengalami dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan
Presentasi kehilangan berat badan berdasarkan tingkat dehidrasi

Tingkat dehidrasi Bayi Anak


Ringan 5% (50ml/kg) 3% (30ml/kg)
Sedang 5% - 10% ( 50 – 100ml/kg) 6% (60ml/kg)
Berat 10% - 15% ( 100 – 150 9% (90ml/kg)
ml/kg)

Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1. Kepala
Anak < 2 tahun yang mengalami dehidrasi ubun ubunnya biasanya cekung
2. Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal, apabila
mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung, sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung
3. Hidung
Biasanya tidak ada kelainan /gangguan pada hidung, tidak ada sianosis, tidak ada perbafasan
cuping hidung
4. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga
5. Mulut dan Lidah
- Diare dengan dehidrasi ringan, mulut dan lidah basah
- Diare dengan dehidrasi sedang, mulut dan lidah kering
- Diare dengan dehidrasi berat, mulut dan lidah sangat kering
6. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid
7. Thorax
- Jantung
@ Inspeksi : tidak ditemukan kelainan
@ Auskultasi : pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, dengan dehidrasi
ringan/sedang denyut jantung normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat
biasanya mengalami takhikardi dan bradikardi
- Paru-paru
Pernafasan pada diare tanpa dehidrasi biasanya normal, diare dehidrasi ringan/sedang
pernafasan normal hingga lemah, sedang diare dengan dehidrasi berat pernafasannya
dalam
8. Abdomen
- Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, kram
- Palpasi
Turgor kulit pada diare tanpa dehidrasi baik, pada anak dehidrasi ringan kembali <2
detik,pada anak dehidrasi berat kembali > 2 detik
- Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat

Pemeriksaan Fisik Persistem

1. Sistem pernafasan
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal frermitus sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
2. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : pucat, tidak ada clubbing finger
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, CRT < 3 detik
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 tunggal
3. System persyarafan
Inspeksi : tingkat kesadaran, GCS
Palpasi : adakah anesthesia/parase
4. System genitouria
Inspeksi : bentuk kelamin normal, bersih/kotor, jumlah urin, warna urin
Palpasi : adakah nyeri tekan
5. System pencernaan
Inspeksi : frekuensi defekasi, konsistensi feses, adakah lender/darah/berbusa
Palpasi : adakah nyeri tekan pada perut
Perkusi : adakah kembung
Auskultasi : adakah hyperperistaltic
6. System muskuloskletal dan integument
Inspeksi : tidak ada fraktur/dislokasi, kulit bersih/kotor
Palpasi : akral hangat/dingin, turgor kulit < 3 detik, kulit lembab/kering
7. Sistem pengindraan
- Mata
Pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva merah muda, sklera putih
-Hidung
Normal, tidak secret, penciuman tajam
- Telinga
Bentuk telinga normal,tidak ada kelainan, pendenmgaran normal
- Pengecap
Ketajaman perasa normal
- Peraba
Normal
8. System endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis
9. Ekstrimitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi CRT normal, akral teraba hangat, sedang dehidrasi ringan
CRT kembali < 2 detik, akral dingin,. Pada anak dengan dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik,
akral dingin dan sianosis.
10. Genetalia
Anak dengan diare akan sering BAB. Yang perlu diperhatikan adakah iritasipada anus.

B. diagnose Keperawatan

1. Ansientas

2. Diare

3. Gangguan integritas kulit

4. Defisit nutrisi

5. Gangguan pertukaran gas

6. Resiko syok

7. Hipovolemi

C. Intervensi Keperawatan

Suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang apa yang
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan dan siapa yang melakukan (dermawan, 2013)

Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


Diare b.d proses infeksi Setelah dilakukan intervensi 1. identifikasi penyebab diare
keperawatan, maka eliminasi 2. identifikasi riwayat
fekal membaik dengan k/h: pemberian makanan
a.kontrol mengeluarkan feses 3. monitor warna, volume,
meningkat frekuensi dan konsistensi tinja
b. keluhan defikasi lama dan 4. monitor tanda dan gejala
sulit menurun hypovolemi
c. mengejan saat defikasi 5. monitor jumlah pengeluaran
menurun diare
d. konsistensi feses meningkat 6. monitor iritasi/ulserasi kulit
e. frekuensi defikasi membaik di daerah perianal
f. peristaltic usus membaik 7. berikan asupan cairan oral
8. anjurkan makan porsi kecil
tapi sering secara bertahap
9. kolaborasi pemberian
antispasmodic, anti motilitas
dan pengeras feses

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan sebuah tindakan/proses gagasan yang sudah disusun dengan begitu
cermat dan detail. Implementasi ini umumnya sudah dianggap permanen

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan suatu proses identifikasi kegiatan/program yang dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai

Anda mungkin juga menyukai