PENDAHULUAN
1
2
KONSEP DASAR
DIARE
A. Pengertian
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan
volume,keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih
dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari. ( Hidayat.,A. Aziz
Alimul, 2008 )
Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali
sehari atau lebih dalam 2 jam pertama, dengan temprature rectal diatas 38°c
(Nursalam,2005)
B. Jenis Diare
Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul (2008), jenis-jenis diare antara lain sebagai
berikut :
1. Diare Akut
Diare Akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu. Penyebabnya sebagai
berikut :
2. Diare Kronis
Pada diare kronis kejadiannya lebih kompleks. Diare kronis atau menetap
yang berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
3
b. Malabsorbsi kalori dan lemak
C. Etiologi
1. Faktor Infeksi
b. Infeksi parental yaitu infeksi pda bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti:transilofaringtis (radang tonsil), radang tenggorokan. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
4
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama
pada anak yang lebih besar.
5. Sanitasi lingkungan
Hygine dan sanitasi yang buruk, mempermudah penularan diare baik
melalui makanan, air minuman yang tercemar kuman penyebab maupun air
sungai.
6. Pendapatan keluarga
Keadaan ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan
berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena
ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka
terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Pada umumnya seoiang yang pendapatannya
tinggi dapat memenuhi kebutuhan dasar (basic need) sehari-hari seperti
sandang,pangan dan papan, sehingga keluarga yang sejahtera.
7. Faktor Gizi
Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lamanya diare dan
komplikasinya. Anak dengan status gizi kurang kalori protein akan
mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan diare mempercepat
proses ini. Pemberian ASI (Air susu ibu) serta makanan bergizi terbukti
meningkatkan daya tahan terhadap diare.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam ronga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
5
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertenu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menjadi berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare akut yang masuk jsad renik yang masih hidp ke dalam
usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu
berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik
mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan
lain-lain.
Sebagai akibat diare akut 3maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa.
E. Gejala
Menurut Nursalam (2005), gejala diare, anatara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan tinggi
2. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
3. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
4. Anus lecet
5. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Hipoglikemia (Penurunan kadar gula darah)
8. Dehidrasi (Kekurangan cairan)
6
F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak yang menderita diare menurut
Nursalam (2005), adalah :
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalsemi
4. Hipoglikemia
5. intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan defisiensi
enzim lactuse
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Memahami energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
G. Penatalaksanaan
Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul (2008), penatalaksanaan pada diare
antara lain adalah melakukan rehidrasi pada pasien. Tindakan rehidrasi ini
dilaksanakan berdasarkan tingkatan atau derajat dari dehidrasi. Pada dasarnya,
rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
2. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
3. Dehidrasi berat
a. Bayi baru lahir (BB 2-3 kg)
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250ml/kgBB/24 jam
b. Bayi Berat Lahir Rendah (BB<2kg)
Kebutuhan cairan 250ml/kgBB/24 jam, pemberian cairaj 4 glukosa 10%
+ 1 NaHCO3 1⁄2 %, dengan pemberian 4 jam pertama 25
ml/kgBB/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kgBB/20 jam
c. Usia 1 bulan – 2 tahun (BB 3-10 kg)
7
Cara pemberian adalah 1 jam pertama 40 ml/kgBB/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/menit dan 16 jam kemudian
125 ml/kgBB
d. Usia 2-5 tahun (BB 10-15 kg)
Cara pemberian adalah 1 jam pertama 30 ml/kgBB/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kgBB/menit dan 16 jam kemudian
125 ml/kgBB
e. Usia 5-10 tahun (BB 15-25 kg)
1) Melakukan penatalaksanaan atau observasi terhadap jumlah cairan
yang masuk dan keluar (mengukur status dehidrasi), seperti turgor
kulit,muntahan, membarane mukosa, berat badan, mata dan ubun-
ubun besar.
2) Memantau adanya tanda renjatan hipovolemik, seperti denyut
jantung atau nasi cepat tapi kecil dan kesadaran menurun.
3) Pantau adanya tanda asidosis metabolic.
4) Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang
menyebabkan kurangnya volume cairan, factor yang menyebabkan
terjadinya diare, dan lain-lain.
8
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan). Jakarta: Salemba Medika
http://www.astaqauliyah.com/blog/read/1895/artikel-kedokteran-patofisiologi-
gejala-klinik-dan-penatalksanaan-diare.html oleh Asri Tadda pada 15 juni
2010 diunduh pada tanggan 01 Oktober 2005 pukul 00.18 WITA
9
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
TAHUN 2015
PENGKAJIAN
IDENTITAS
a. Anak
Nama : By.N
Umur : 8 Bulan
B. Orang Tua
Istri Suami
Pendidikan : SD SMA
10
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
PROLOG
Pada tanggal 17 September 2015, pukul 22.00 WITA, inu beserta anak datang ke
RSUD Ulin Banjarmasin dan dirawat di IGD, Ibu mengatakan sejak 2 hari yang
lalu anak BAB cair berampas berwarna kuning, sejak tadi malam perut kembung
dan panas. Anak sudah dibawa berobat ke puskesmas, tetapi masih belum ada
perubahan. Di IGD, dapat terapi : infuse D5 1⁄ NS 10 tpm terpasang sejak pukul
4
23.00 WITA, Zinkid, oralit, Lacto B dan paracetamol. Taggal 18 September 2015
pukul 15.30 WITA, anak dipindahkan ke ruang Anak RSUD Ulin Banjarmasin,
infuse D5 1⁄4 NS 10 tpm botol ke 2 sisa 500 ml. Anak masih diberikan ASI, PASI
dan makanan tambahan lainnya.
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sejak pagi anaknya BAB cair bermpas berwarna kuning sebanyak
5 kali dan perut kembung.
DATA OBJEKTIF
Keadaan umum lemah, BB: 7,4 kg, PB: 67 cm, suhu: 36,6°C, Nadi: 96x/menit,
Respirasi: 40x/menit, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mulut dan
lidah kering, perut kembung, turgor kulit kembali agak lambat, ekstriminitas baik
tidak ada sianosis, akral hangat.
ANALISA
PLANNING
1. Memberikan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa: BB: 7,4 kg, PB: 67 cm,
suhu: 36,6°C, Nadi: 96x/menit, Respirasi: 40x/menit. Ibu mengerti
11
2. Observasi tanda-tanda vital
a. Jam : 16.00 WITA, suhu: 36,6°C, Nadi: 96x/menit, Respirasi: 40x/menit
b. Jam : 20.00 WITA, suhu: 36,4C, Nadi: 84x/menit, Respirasi: 44x/menit
3. Observasi intake dan ouput
a. Jam 16.10 WITA, intake: infuse D5 1⁄4 NS 10 tpm botol ke 2( tersisa 480 ml)
biscuit (1 kali, 2 biscuit), Output: BAB cair sedikit-sedikit (1 kali), BAK
beiringan dengan BAB (1 kali)
b. Jam 20.10 WITA, Intake infuse D5 1⁄4 NS 10 tpm botol ke 2( tersisa 360 ml)
ASI (2 kali) Output: BAB cair sedikit-sedikit (2 kali), BAK beiringan
dengan BAB (2 kali).
4. Memberikan KIE :
a. Memenuhi nutrisi anak, tetap berikan ASI,PASI,makanan lainnya (seperti:
biscuit,bubur nasi)
b. Memberikan Zinkid 20 mg, 2x1 hari
c. Memberikan oralit sebanyak 400 cc setiap BAB
d. Memberikan obat paracetamol sesuai dosis 0,6 ml jika anak panas (Jika lebih
dari 4 jam, anak masih panas, obat paracetamol boleh diberikan lagi) dan di
berikan kompres hangat (sesuai ketentuan bagian anak)
Ibu mengerti.
5. Memenuhi nutrisi anak :
Jam 16.30 WITA, bubur nasi, (anak menghabiskan separo dari porsi yang
diberikan.
6. Melanjutkan pemberian pengobatan :
a. Zinkid 2 x 1 hari 20 mg diberikan jam 16.00 WITA
b. Oralit 400 cc setiap BAB diberikan jam 16.00 WITA
Jam 17.30 WITA, jam 19.00 WITA
c. Infuse D5 1⁄4 NS 10 tetes per menit terpasang botol ke 2
12
KONSEP DASAR
OBSTIPASI PARSIAL
A. Pengertian Obstipasi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau
adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak
adanya pngeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam
pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya
obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu
obstipasi ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa
defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan.
Yang kemudian akan mengeluarkan tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal
ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam
dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih
keras.
B. Etiologi
1. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan
buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi,
makana kurang mengandung selulosa.
2. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan
myodem. Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid semua
proses metabolisme berkurang.
3. Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya
obstipasi terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan
keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2
tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa
nyeri, mereka cenderung tidak mau buang air besar selama beberapa hari,
13
bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan karena takut
mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa
hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih
terasa nyeri lagi, sehingga anak menjadi semakin malas buang aiar besar.
Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4. Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus
carcinoma colon dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air
besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang
mengalami trombosis.
5. Kelaina konjenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik
congenital (penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus mekonium
atau sumbatan mekonium.
Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan
mekonium dalam 36 jam pertama.
6. Penyebab lain
Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk
mendorong terjadinya peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau
sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.
D. Jenis Obstipasi
14
Obstipasi ada 2 macam :
a. Obstipasi Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus dan pada
pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika
obstruksi terdapat pada rectum
b. Obstipasi Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari,
tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan
obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
E. Majemen Terapi
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan :
1. Penilaian asupan makanan dan cairan
2. Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan
3. Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat
mempengaruhi pola defekasi bayi.
F. Penatalaksanaan
1. Mencari penyebab
2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
3. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah
dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan
rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://mail.google.com/mail/u/0/#inbox/FMfcgxvzKkmZhgdlrXWBXBlZPCdxn
dWV
16
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PENGKAJIAN
IDENTITAS
Nama bayi : F
17
PROLOG
ibu mengatakan BAB bayinya tidak keluar sejak 5 hari yang lalu.
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Tanda Vital :
Nadi : 120x/i
Suhu : 37,5ºC
Antropometri :
Lingkar kepala : 34 cm
Pemeriksaan Khusus
18
ikterus, tidak juling, bulu mata lengkap dan tidak
Mulut dan gigi : bibir dan lidah bersih, tidak stomatitis dan tidak
anemis.
Punggung dan pinggang : simetris, tidak ada spina bifida pada punggung
19
KONSEP DASAR
INFEKSI NEONATARUM
B. Etiologi
Menurut Dewi (2012) infeksi pada neonatus bisa melalui beberapa cara:
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Kuman
melewati plasenta dan mengadakan intervilositas masu ke vena umbilikalis
sampai ke janin. Kuman tersebut seperti : virus, rubella, poliomelisis,
koksakie, variola, dll. Spirokaeta, sifilis. Bakteri, jarang sekali kecuali
E.colli dan listeria.
2. Infeksi internatal
a. Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering
b. Partus yang lama
3. Infeksi post partum
Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril
20
4. Cross infection
Infeksi yang telah ada dirumah sakit
C. Pembagian infeksi
1. Infeksi dini
Terjadi 7 hari pertama kehidupan
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan
amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
2. Infeksi lanjutan/ nosokomial
Yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan di dapat dari
lingkungan pasca lahir.
21
Karakteristik : didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering
mengalami komplikasi.(Rukiyah, 2012).
D. Klasifikasi
Menurut Rukiyah, (2012)
1. Infeksi berat ( Major Infection )
a. Sifilis Congenital
Biasanya terjaadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh
Treponemapallidum. Akibat sifilis terhadap ibu dan janin tergantung
pada berat infeksi pada ibu, bilamana pada masa kehamilan terjadi
infeksi, pengobatan yang diberikan selam hamil infeksi pada janin
timbul sesudah kehamilan 14 minggu karna spirokaeta tidak dapat
melintas lapisan sel langhans pada plasenta muda.
b. Sepsis neonatorum
Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal. Sepsis merupakan
keberadaan mikroorganisme atau toksinnya didalam darah atau jaringan
lainnya.
c. Meningitis
Biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.Colli
pneomonkokus, stafilococcus, dan sebagainya.
d. Pneumonia congenital
Terjadi pada masa internal karna adanya aspirasi likuor amnionj yang
septic. Pneumonia harus dicurigai kalau ketuban pecah lama, air
ketuban keruh berbau, dan terdapat kesulitan bernafas pada saat bayi
baru lahir.
e. Pneumonia
Terjadi pada masa post natal, merupakan penyebab kematian utama
pada BBLR, terjadi aspirasi pada saat pemberian makanan karena reflek
menelan dan batuk yang belum sempurna.
f. Pneumonia stafilokokus
22
Biasanya terjadi pada neonatus yang lahir dirumah sakit. Penyebabnya
yaitu stafilokokus yang terdapat pada suatu tempat di badan kemudian
menyebar ke paru.
g. Diare epidemic
Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh
salmonelasisi, gastro enteritis E. Colli yang bersifat pathogen.
h. Pidonefritis
Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
i. Ostitis akut
Disebabkan oleh metatastis sarang infeksi stafilokokus.
j. Tetanus neonatrum
Disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob dan
mengeluarkan eksotopin yang neurotropik.
2. Infeksi ringan
a. Pemfrigus neonatrum
Gelembung jernih yang kemudian berii nanah lalu kemudian di
kelilingi daerah kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.
Gelembung ini dapat terjadi berupa ganda menyebabkan gejala gejala
umum yang berat, kadang-kadang kulit terkelupas dan terjadi
dermatitis.
b. Oftalmia neonatrum
Infeksi ogenokolos pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir. Selain
itu penyakit ini dapat ditularkan melalui tangan perawat yang kadang
terkontaminasi kuman.
c. Infeksi pusat
Disebabkan oleh stafilokokus aereus sehingga menimbulkan nanah,
ederma dan kemerahan pada ujung pusat.
d. Moniliasis kandida albikans
Merupakan jamur yang sering di temukan pada bayi yang dapat
menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain lain. Jamur ini
secara cepat menimbulkan infeksi ketika daya tahan tubuuh bayi turun.
( Rukiyah, 2012)
23
E. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endokrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan
kekacauan metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba tiba dan berat,
complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel.
Akibatnya adalah penurunan fungsi fungsi jaringan, asidosis metabolic dan
syok. Yang menyebabkan Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) dan
kematian. ( Sarwono, 2006 )
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum
berasal dari 3 kelompok, yaitu :
1. Faktor maternal
a. Status sosial ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecendrungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak di ketahui sepenuhnya. Ibu
yang berstatus sosial ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan
tempat tingglnya padat dan tidak higienis.
b. Status Paritas
Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 30 tahun.
c. Kurangnya perawatan prenatal
d. Ketuban pecah dini
e. Prosedur selama persalinan
2. Faktor neonatal
a. Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gr)
Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih mudah daripada bayi cukup bulan.
Transfor immunoglobin melalui placenta terutama terjadi pada paruh
teraakhir terimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi immunoglobin
serum terus menerus menurun, menyebakan hipogamaglobulinemia
berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Definisi imun
24
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau haemophilus influenz. IgG dan IgA tidak melewati
placenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan
adanya hal tersebut aktivitas lintasan komplemen terhambat, dan C3 serta
faktor B tidak di produksi sebagai respon terhadap lippolisakarida.
Kombinasi antara defesiensi imun dan penurunan antibodi total dan
spesifik bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian
besar penurunan aktifitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar
Indsiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar daripada bayi
perempuan
3. Faktor lingkungan
a. Pada defesiensi imun bayi cendrung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu perawatan
dirumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter
nutrisi parental merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada
kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotic
spectrumluas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum luas, sehingga
menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang kadang diruang perawatan terhadap spidemic penyaluran
mikroorganismeyang berasal dari petugas infeksi makrosomia. Paling
sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Colli ditemukan
hanya di dominasi oleh E.Colli saja.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara yaitu :
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir kuman dari ibu selalu
melewati plasenta dan umbilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah jannin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang
25
dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang
dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, losplasma.
2) Pada masa intranatal atausaat perslinan infeksi terjadi karna kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amnonitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilicus masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu pada saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalsi oleh
bayi dam masuk ke dalam traktus digestivus dan traktus respiratoris,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui
cara tersebut infeksi pada janin dapat melalui kulit bayi atau “port de
entre” lain saat bayi saat bayi melalui jalan lahir yang terkontaminasi
oleh kuman ( misal: herpes genetalis, candida abican, dan gonorhea)
3) Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan, infeksi yang terjadi
sesudah persalinan/ kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan diluar rahim ( misal : melalui alat-alat
penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman, atau dst). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani
bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosocomial. (Sarwono,
2006)
26
minum, pernafasan tidak teratur, ubun-ubun
menonjol, high pitched cry
6. Hematologi : ikterus, splenomegali, pucat, pelekie, purpura,
perdarahan.(Sarwono, 2006).
G. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipogikemia, asidosis metabolic
3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intracranial,
ikterus / kernikterus. (Dewi, 2012).
I. Penatalaksanaan
1. Suportif
a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa.
27
b. Berikan koreksi jika terjadi hipovdemia, hipokalsemia dan
hipoglikemia.
c. Bila terjadi SIADN (Syndrom of Inappropiate Anti Dieuretik Hormon)
batasi cairan.
d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic
e. Awasi adanya hiperbilirubinemia
f. Langkah transfuse tukar bila perlu
g. Pertimbanagn nutrisi parenatal bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
2. Kausatif
Antobiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan penicillin dan ampicillin ditambah
iminoglileosidaseperti gantamicin. Pada infeksi nosokomial, antibiotic
diberikan dengan mempertimbangkan flora diluar ruang perawatan, namun
sebagai terapi insial biasanay diberikan van komisin dan aminoglikosida
atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah dapat hasil biaarkan dan uji
diberikanantibioticyang sesuai. Terapi dilakukan selam 10- 14 hari. Bila
terjadi meningitis, antibiotic diberikan selama 14- 21 hari dengan dosis
sesuai untuk meningitis. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan
kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan, terhadap penyakit
infeksi yang diderita ibu. Asupan gizi yang memadai, penanganan segera
terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk
ke tempat pusat kesehatan bila diperlukan. Pada masa persalinan,
perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. Pada masa pasca
persalinan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, juga
lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilicus secara
steril. (dewi, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
28
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Selemba Medika
Ngastiyah. 2001. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Ali Yeueh dan Lia Yuliastuti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita .
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
29
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN INFEKSI NEONATAL
DIRUANG TERATAI (BAYI) RSUD ULIN BANJARMASIN
Pengkajian
Hari / Tanggal : Kamis, 26-11-2015
Jam : 12.00 Wita
No. RMK : 1-19-06-95
Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. Y
Umur : 1 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl / Jan Lahir : 25-11-2015 / 18.50 Wita
Ibu Ayah
Nama Ny. Y Tn. K
Umur 22 Tahun 22 Tahun
Agama Islam Islam
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Jl. Sultan Adam, komplek Jl. Sultan Adam,
Jawa Permai komplek Jawa Permai
PROLOG
Tanggal 25 November 2015 pukul 18.50 WITA bayi laki-laki lahir spontan
belakang kepala, segera menangis (tangusan lemah), berat badan 3200 gram,
30
panjang badan 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, APGAR SCORE
6-7-8, anus positif, mekonium positif, refleks hisap baik, refleks menelan baik,
ditolong oleh bidan ayu di RSUD Ulin Bnajarmasin. Bayi sudah mendpatkan
injeksi vit K 1 Mg HB0 secar IM dan salep mata gentamicin, neoplant terpasang.
Ini merupakanrujukan dari bidan praktik mandiri (BPM), atas indikasi KPD>
24jam, ini merupakan kelahiran yang pertama, usia kehamilan 41 minggu, bayi
Ny. Y masuk keruamg teratai karna memiliki faktor resiko.
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
ANALISA
PENATALAKSANAAN
1. Pencegan infeksi
a. Mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dibawah air mengalir sebelum
dan sesudah memegang bayi dan mmelakukan tindakan perawatan bayi
(kedua tangan telah bersih).
31
b. Melakukan perawatan tali pusat agar tetap kering. (tali pusat bersih dan
kering).
c. Menjaga personal hygin bayi, mengganti popok bayi setelah BAK dan
BAB (bayi tampak bersih dan tenang).
2. Mempertahankan suhu tubuh, menjaga kehangatan suhu tubuh bayi agar tetap
normal antara 36,5ºC-37,5ºC. (bayi dipakaikan baju, topi dan membedong
bayi menggunakan kain kering dan bersih, bayi terselimuti)
3. Mempertahankan posisi tidur, mengatur posisi tidur bayi (semi fowler) agar
tidak terjadi gangguan nafas. (bayi sudah diposisiskan semi fowler).
4. Pemenuhan nutrisi, memberikan ASI dan menjaga kualitas ASI yang
diberikan oleh ibu dan memberikannya menggunakana spuit, secara on
demand (ASI telah diberikan jam 13.00 WITA).
5. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap 3 jam.
Tabel Hasil Observasi
Jam KU Nadi Pernafasan Suhu
15.00 Baik 138 x/menit 39 x/menit 36,4ºC
18.00 Baik 140 x/menit 40 x/menit 37,3ºC
21.00 Baik 140 x/menit 40 x/menit 36,8ºC
32
KONSEP DASAR
33
B. Etiologi
Penyebab ketidak normalan itu masih belum diketahui jelas. Namun,
bukti statistik menunjukkan ada kaitan bayi yang terpapar tembakau selama
kehamilan dengan sindrom mati mendadak pada bayi. Tim dokter yang
dipimpin Dr Anne Chang, seorang profesor di bidang pernapasan di Royal
Children’s Hospital Foundation di Brisbane, Australia, berupaya mencari
kaitan antara kedua hal itu dengan mengamati 20 bayi sehat berusia sekitar
tiga sampai lima bulan. Usia itu merupakan usia yang berisiko mati
mendadak.
Para ahli mengamati sepuluh ibu bayi yang tidak merokok pada masa
kehamilan, sedangkan yang lain merokok selama kehamilan. Untuk
penelitian, bayi diletakkan di punggung, posisi yang direkomendasikan
untuk mencegah kematian mendadak. Kemudian, bayi-bayi itu diganggu
oleh suara nyanyian yang kekuatannya mencapai 80 desibel dari pengeras
suara di dekat mereka setelah tidur. Tes dilakukan selama para bayi tidur
nyenyak dan dalam keadaan terang sepanjang tahap tidur antara sepuluh
sampai dua belas jam. Irama jantung dan pernapasan serta respons tingkah
laku bayi seperti gerakan badan dan membuka mata diamati. Para peneliti
menemukan tidak ada perbedaan cara tidur bayi atau bangun ketika suara
terdengar selama tidur nyenyak. Periode ditentukan oleh kecepatan gerak
mata di samping pupil. Tetapi, perbedaan besar meningkat pada respons
mereka selama membuka mata atau bergerak selama periode itu, bahkan
ketika rangsangan terhadap telinga diperbesar. Para peneliti percaya
penemuan itu menambah kecurigaan bahwa nikotin dapat berakibat pada
perkembangan kunci fungsi motoris bayi, yakni memerintahkan otak untuk
tidur dan membangunkan serta fungsi jantung serta paru-paru.
Penyebabnya tidak diketahui. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
SIDS lebih sering terjadi pada bayi yang tidurnya tengkurap dibandingkan
dengan bayi yang tidurnya terlentang atau miring. Karena itu sebaiknya bayi
ditidurkan dalam posisi terlentang atau miring. Resiko terjadinya SIDS juga
ditemukan pada bayi yang pada saat tidur wajahnya menghadap ke kasur
atau selimut yang lembut/empuk. Karena itu sebaiknya bayi ditidurkan
34
diatas kasur yang keras.
C. Faktor Resiko
1. Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
2. Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun)
3. Bayi premature
4. Riwayat SIDS pada saudara kandung
5. Banyak anak
6. Musim dingin
7. Ibunya perokok
8. Ibunya pecandu obat terlarang
9. Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan
10. Perawatan selama kehamilan yang kurang
11. Golongan sosial-ekonomi rendah.
12. SIDS lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki.
35
menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan
kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer
terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
5. Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan
pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saat
ini untuk menunjukan bahwa aritma jantung memainkan peranan pada
SIDS.
E. Diagnosa
SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba
meninggal dan hasil otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab kematian
yang jelas. Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS
mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan
nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung
dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca
natal. SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba
meninggal dan hasil otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab kematian
yang jelas.
F. Pencegahan
1. Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur,
walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi
bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
2. Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut
belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
3. Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian
menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi
diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air,
bulu domba atau permukaan lembut lainnya.
4. Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta
mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi
Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-
36
benda tersebut.
5. Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat
penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan
waktu tidur mengandung risiko SIDS.
6. Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama
dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut
bayi Anda.
7. Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi
untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut
sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda
berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si
bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah
kasur atau matras sehingga terhimpit.
8. Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda
sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun
kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang
merokok.
9. Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat
dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi
sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut
yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu
kepanasan.
10. Temani bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri
untuk waktu yang cukup lama.
G. Penatalaksanaan
Orang tua yang kehilangan anaknya karena SIDS memerlukan dukungan
emosional. Penyebab kematian anaknya tidak diketahui, sehingga mereka
seringkali merasa bersalah. Mungkin ada baiknya jika orang tua
merencanakan untuk memiliki anak lagi.
37
DAFTAR PUSTAKA
www.Media castore.com
www.Wikipedia.com
Buku acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Bina Pustaka
Prawirohardjo Sarwono Jakarta,2009
38
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PADA BBL DENGAN SIDS( BAYI MENINGGAL MENDADAK)
PENGKAJIAN
HARI/Tanggal : Kamis , 02 Juli 2011
Jam : 15.40 WITA
No. RMK : 1.16.45. XX
DATA SUBJEKTIF
INDETITAS
a. Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. R
Tanggal Lahir : 02 Juli 2011
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 3600 gram
PB : 60 cm
b. Orang Tua
Istri Ayah
Nama Ibu : Ny.R Nama Ayah : Tn.N
Umur : 32 thn Umur : 40 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirasuasta
Goldar : AB Goldar :B
Alamat : Jln. Sukarasa Alamat : Jln. Sukarasa
PROLOG
Tanggal 02 Juli 2011 Ibu melahirkan di BPS Harapan Bunda, jenis
persalinannya spontan dan lama persalinannya kurang lebih 18 jam.
39
Presentasi : Belakang kepala
Ketuban Pecah : Spontan
Komplikasi Persalinan : Tidak ada komplikasi
Keadaan tali pusat : Tidak ada lilitan
Warna : jernih
Keadaan Bayi saat Lahir
Resusitasi : Baik dengan dilakukan rangsangan taktil
Keadaan Umum : Baik
Reflek – Reflek :
Reflek hisap : Baik
Reflek berkedip : Baik
Pernapasan : Spontan
Frekuensi : 50x/menit
Suara nafas :Bersih
Menangis :Kuat
Warna Kulit :Kemerah-merahan
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Bayi sudah tidak menampakan adanya kehidupan
2. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan Lahir : 2600 gram
BB Sekarang : 3500 gram
Panjang Badan Lahir : 48 cm PB Sekarang : 60 cm
Lingkar Kepala lahir : 34 cm LK Sekarang : 40 cm
Lingkar Dada Lahir : 30 cm LD Sekarang : 38 cm
3. Pemeriksaan TTV
Pernapasan : 0 x/menit
Nadi : 0 x/menit
Suhu : 0 x/menit
40
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Ubun-ubun kecil: sudah menutup, keadaan: cembung,
Sutura, pelebaran.
Mata : Bentuk: simetris, secret: tidak ada, konjungtiva: pucat,
sklera:putih, reflek pupil: tidak ada, reflek berkedip: tidak
ada.
Hidung : Pernapasan cuping hidung: tidak ada gerakan
Bibir : Warna: sianosis,
Lidah : Tertelan, reflek suckhing: tidak ada, reflek rooting:
tidak ada
Telinga : Posisi telinga: melipat
Leher : Reflek tonik neck: tidak ada , tidak ada gerakan.
Dada : Bentuk dada: tidak simetris, pergerakan: tidak ada
Bunyi Jantung : Tidak terdengar
Abdomen : Bising usus: tidak terdengar
Genetalia : Testis: turun
Ekstremitas atas : Gerakan tangan: kaku, reflek moro: tidak ada
Ektremitas bawah : Gerakan kaki : kaku, reflek babinski: tidak ada
ANALISA
Bayi meninggal tanpa di ketahui sebab-sebab yang jelas.
PENATALKSANAAN
1. Melakukan perawatan jenajah
2. Memberi dukungan kepada ibu untuk tetap tabah.
3. Memberikan pendidikan pencegahan agar resiko SIDS sedikit terhindar.
4. Memberi pengertian kepada keluarga untuk tetap temani ibu dan
mendukungnya.
41
BAB III
PENUTUP
42