Anda di halaman 1dari 17

SIROSIS HEPATIS

Dosen Pengampu : Adi Nurpandi,S.Kep.,Ners.,M.Kep.


KELOMPOK 2

ALISA NIMATU
NISA RAHMAWATI
SYAHDA
01 2103277053 03 2103277088

INDRIA AUGY VIRA DWI ALFIANTI


02 KURNIA D.
2103277076
04 2003277094
PENGERTIAN SIROSIS HEPATIS

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Sirosis hati didefinisikan sebagai penyakit hati


kronis yang ditandai dengan fibrosis dan konversi
arsitektur hati normal menjadi nodul abnormal
secara struktural. Kondisi ini hasil dari berbagai
penyebab, termasuk virus hepatitis,
penyalahgunaan alkohol, gangguan metabolisme,
dan penyakit autoimun, antara lain. Pilihan
pengobatan fokus pada mengelola gejala,
mengurangi komplikasi, dan mengatasi penyebab
penyakit.
PATOFISIOLOGI
Menurut (Doengoes, 2014), patofisologi Sirosis hepatis merupakan suatu penyakit kronis
progresif pada hepar dengan inflamasi yang diakibatkan distorsi stuktur hepar dan
pembentukan nodul dan jaringan ikat sehingga dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati.
Sirosis hepatis disebabkan oleh banyak hal, yaitu karena pemakaian alcohol yang
berlangsung bertahun-tahun, terjadi kelainan pada kantung empedu, terjadi gagal jantung kanan
dan juga disebabkan dari viorus hepatitis B, C, dan D. Alkohol merupakan salah satu etiologi
yang menyebabkan sirosis hepatis. Berawal dari konsumsi alcohol yang terus menerus dalam
jangka waktu yang lama, mengakibatkan metabolisme di hati mengalami penurunan dan akan
terjadi penurunan pembentukan dan pelepasan lipoprotein.

Hati merupakan tempat metabolisme lemak, dan saat fungsi metabolismenya mengalami
penurunan, maka terjadilah penumpukan lemak dihepar, dan menyebabkan inflamasi di hepar.
Inflamasi yang terjadi dihati inilah disebut hepatitis, dank arena disebabkan oleh alcohol maka
disebut Hepatitis Alkoholik. Saat terjadi hepatitis ini, maka perlahan anatomi dan fisiologi dari
hepar mengalami kerusakan, terjadi nekrosis (kerusakan jaringan hepar).
Kelainan pada kantung empedu juga merupakan etiologi dari sirosis hepatis. Saat terjadi
kelainan, maka pada kantung empedunya ada sumbatan karena kelainan tersebut. Karena
tersumbat kantung empedunya sehingga terjadi penimbunan atau penumpukan cairan di
kantung empedu dan menyebabkan tertahannya sekresi cairan pada hepar. Karena sekresi
cairan tertahan di hepar, maka terjadilah penumpukan cairan di hepar, sehingga menyebabkan
peradangan pada hepar. Terjadinya inflamasi dihepar itu membuat kerusakan jaringan hepar.
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis sirosis hepatis menurut Diyono (2013), meliputi :

1.Perasaan mudah lelah dan lemas.


2.Mual,
3.nafsu makan berkurang,
4.penurunan berat badan.
5.Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap.
6.Pembesaran perut dan kaki bengkak.
7.Perdarahan saluran cerna atas, perdarahan gusi, epitaksis, melena.
8.Perasaan gatal hebat.
9.Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri
(Hepati Enchephalopathy).
FARMAKOLOGI
(Mutaqqin, 2013) Tidak ada obat yang begitu spesifik untuk sirosis hepatis. Namun, ada obat-obat
yang digunakan untuk mengobati tanda gejala dan komplikasi dari penyakit hati seperti analgetik, seperi
ketorolac.
Secara umum terapi farmakologi :
1. Obat antivirus: Jika sirosis hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis B atau C, obat antivirus dapat
membantu menekan pertumbuhan virus, mengurangi peradangan, dan mencegah kerusakan sel-sel
hati lebih lanjut. Contoh obat antivirus yang digunakan untuk sirosis hepatitis B termasuk entecavir,
tenofovir,dan interferon. Sedangkan untuk sirosis hepatitis C, obat antivirus yang digunakan termasuk
interferon dan ribavirin, serta obat-obatan baru seperti Harvoni, Sovaldi, dan Viekira Pak.

2. Obat imunosupresif: Obat ini dapat membantu mengurangi peradangan dan kerusakan sel-sel hati
dengan menghambat respons sistem kekebalan tubuh. Contoh obat imunosupresif yang digunakan untuk
sirosis hepatitis termasuk prednison, azathioprine, dan cyclosporine.

3. Obat-obatan untuk mencegah komplikasi: Sirosis hepatitis dapat menyebabkan komplikasi seperti
pembengkakan kaki, cairan yang menumpuk di perut atau kaki (edema), dan perdarahan dari pembuluh
darah di dalam lambung atau esofagus. Obat-obatan seperti diuretik, beta blocker, dan antibiotik dapat
digunakan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

4. Obat-obatan peningkat kualitas hidup: Pasien dengan sirosis hepatitis dapat mengalami gejala seperti
kelelahan, rasa tidak nyaman, dan kecemasan. Obat-obatan seperti anti-depresan, obat tidur, dan obat
penahan rasa sakit dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
TERAPI DIET

1.) Diet rendah protein


Diet ini sangat baik diberikan karena fungsi hati yang sudah terganggu dan tidak bisa
memetabolismen protein dengan baik, sehingga memungkinkan tubuh untuk kelebihan protein.
Diet rendah protein secara rutin direkomendasikan untuk pasien dengan sirosis, dengan harapan
untuk mengurangi produksi ammonia usus dan mencegah eksaserbasi ensefalopati hati Makanan
rendah protein dapat ditemukan di dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Perlu dibatasi
pemberian daging-dagingan, telur, ikan, susu dan makanan-makanan yang terbuat dari bahan yang
tinggi protein.

2.) Diet rendah lemak


Akibat dari fungsi hati yang terganggu adalah ketidakmampuan memetabolisme dan mengolah
lemak dalam tubuh, sehingga tubuh kelebihan lemak yang biasanya dikeluarkan melalui feses. Oleh
karena itu diet rendah lemak sangat cocok untuk pasien ini, untuk mengurangi kerja hati dan
meminimalkan asupan lemak kedalam tubuh. Makanan rendah lemak dapat di temui pada buah-
buahan dan sayur. Pasien sirosis dengan asites dan edema adalah menerapkan diet rendah
natrium. Tingkat pembatasan sodium tergantung pada kondisi pasien.
3.) Batasi asupan garam
Pasien dengan sirosis hepatitis cenderung rentan terhadap pembengkakan dan cairan yang
menumpuk di perut atau kaki (edema). Oleh karena itu, disarankan untuk mengurangi asupan
garam dalam diet untuk mengurangi retensi cairan.

4.) Konsumsi makanan rendah lemak


Konsumsi makanan rendah lemak dapat membantu mengurangi beban kerja pada hati,
sehingga mencegah kerusakan sel-sel hati lebih lanjut. Pilihlah sumber protein sehat seperti
daging tanpa lemak, ikan, dan kacang-kacangan.

5.) Konsumsi makanan tinggi serat


Makanan tinggi serat dapat membantu mengurangi risiko sembelit dan memperbaiki kesehatan
usus. Pilihlah sumber serat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien 4. Pemeriksaan Fisik Persistem
a. Kepala
2. Riwayat Kesehatan b. Wajah
● Keluhan utama c. Mata
● Keluhan saat d. Hidung
pengkajian e. Mulut
● Riwayat kesehatan f. Telinga
dahulu g. Sistem pernafasan
● Riwayat Kesehatan h. Sistem kardiovaskular
keluarga i. Abdomen
k. Sistem Genitourinaria
3. Pola aktivitas sehari-hari l . Sistem endokrin
a. Nutrisi m. Sistem persyarafan
b. Eliminasi n. Sistem integument
c. Personal Hygiene o. Sistem Muskuloskeletal
d. Pola Istirahat dan tidur
e. Pola aktivitas 5. Pemeriksaan Penunjang
ANALISA DATA

 Data Penunjang

 Etiologi

 Masalah
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut (Doenges, 2014) masalah yang akan muncul pada sirosis Hepatis
diantaranya ialah sebagai berikut :
● Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis proses
inflamasi
● Defisit Nutrisi b.d dengan ketidakmampuan untuk memproses/ mencerna
makanan, anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang
(asites)
● Gangguann tidur berhubungan dengan kurang control tidur
● pola nafas tidak efektif b.d pengumpulan cairan intraabdomen (asites)
penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret, penurunan energi, kelemahan.
● Gangguan citra tubuh b.d perubahan biofisika/gangguan penampilan fisik,
prognosis, perubahan peran fungsi. Pribadi rentan, prilaku merusak diri
(penyakit yang dicetuskan oleh alkohol)
PERENCANAAN

DX 1 Tingkat Nyeri : DX 2 Pola Napas DX 3 Status Nutrisi :

● Tujuan : setelah dilakukan ● Tujuan : setelah dilakukan ● Tujuan :setelah dilakukan


tindakan keperawatan selama tindakan keperawatan selama tindakan keperawatan selama
3x24 jam masalah nyeri akut 3x24 jam inspirasi dan ekspirasi 3x24 jam diharapkan status nutrisi
diharapkan menurun. yang tidak memberi ventilasi terpenuhi.
adekuat diharapkan membaik.
● Kriteria hasil : ● Kriteria hasil :
● Kriteria hasil :
a. Frekuensi nadi : membaik (5) a. Porsi makan yang
a. Dyspnea : menurun (1) dihabiskan :cukup meningkat (4)
b. Pola nafas : membaik (5)
b. Penggunaan otot bantu napas : b. Berat badan :sedang (3)
c. Keluhan nyeri : menurun (5)
menurun (1)
c. Frekuensi makan :cukup
d. Meringis : menurun (5)
c. Frekuensi nafas :cukup meningkat meningkat (4)
e. Kesulitan tidur : menurun (5) (4)
d. Nafsu makan :cukup meningkat
(4)
INTERVENSI
● DX 1 : Manajemen Nyeri ● DX 2 : Pemantauan Respirasi
Observasi
● Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Observasi
frekuensi, kualitas intensitas nyeri ● Monitor pola nafas, monitor
● Identifikasi skala nyeri saturasi oksigen
● Identifikasi respon nyeri non verbal ● monitor adanya sumbatan jalan
● Identifikasi faktor yang memperberat dan nafas
meringankan nyeri ● monitor frekuensi, irama,
● Monitor keberhasilan terapi komplementer kedalaman nafas
yang diberikan
● Monitor efek samping penggunaan Terapeutik
analgetik ● atur interval pemantauan respirasi
● Terapeutik sesuai kondisi pasien
● Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri Edukasi
● Fasilitasi istirahat dan tidur ● jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Edukasi ● informasikan hasil pemantaun
● Jelaskan penyebab, pemicu, dan periode ● kolaborasi terapi oksigen
nyeri
● Jelaskan strategi meredakan nyeri
● Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
DX 3 : Manajemen Nutrisi
Observasi
● Identifikasi status nutrisi
● Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
● Monitor asupan makan
● Monitor berat badan

Teapeutik
● Melakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
● Sajikan makanan secara menarik

Edukasi
● Anjurkan posisi duduk bila mampu
● Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
● Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
diperlukan
IMPLEMENTASI

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan klien / pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien
yaitu peredaan nyeri , mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan
penanganan,pemenuhan aktivitas perawatan diri , pemberian obat ,pencegahan isolasi sosial
dan upaya komplikasi.
EVALUASI

Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status Kesehatan terhadap klien sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan.
TERIMAKASIH
!

Anda mungkin juga menyukai