Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pleno tentang nyeri akut ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan  kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah  ini.

Jambi, 9 September 2018
    

                                                                                              Penyusun
Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................1
Daftar isi............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
D. Manfaat....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Fisiologi nyeri..........................................................................................................5
B. Patofisiologi nyeri....................................................................................................6
C. Etimologi nyeri........................................................................................................7
D. Manifestasi klinis.....................................................................................................7
E. Klasifikasi Nyeri......................................................................................................8
F. Komplikasi.............................................................................................................11
G. Pemeriksaan penunjang.........................................................................................11
H. Penatalaksanaan.....................................................................................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13


A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu
pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda
dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar,
tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial
atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri
memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu
bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan
perubahan output otonom (Meliala, 2004).
Nyeri merupakan pengalaman yang subjektif, sama halnya saat
seseorang mencium bau harum atau busuk, mengecap manis atau asin, yang
kesemuanya merupakan persepsi panca indera dan dirasakan manusia sejak
lahir. Walau demikian, nyeri berbeda dengan stimulus panca indera, karena
stimulus nyeri merupakan suatu hal yang berasal dari kerusakan jaringan atau
yang berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan (Meliala, 2004).
Bagi dokter, nyeri adalah suatu masalah yang membingungkan. Selain
itu nyeri merupakan alasan tersering yang dikeluhkan pasien ketika berobat
kedokter. Banyak institusi sekarang menyebut nyeri sebagai tanda vital
kelima (fifth vital sign), dan mengelompokkannya bersama tandatanda klasik
seprti : suhu, nadi, dan tekanan darah. Milton mengatakan “Pain is perfect
miserie, the worst / of evil. And excessive, overture / All patience”. Sudah
menjadi kewajaran bahwa manusia sejak awal berupaya sedemikian untuk
mengerti tentang nyeri dan mencoba mengatasinya (Bonica & Loeser, 2001).

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu fisiologi nyeri?


2. Apa itu patofisologi nyeri?
3. Apa itu etimologi nyeri?
4. Apa saja manifestasi klinis nyeri?
5. Bagaimana klasifikasi dan tipe nyeri?
6. Apakah ada komplikasi dalam nyeri?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang nyeri?

1.3 Tujuan Masalah


1. Tujuan umum
Dapat mengetahui konsep-konsep nyeri dan dapat mengetahui
masalah kebutuhan dasar manusia khusus nya masalah gangguan rasa
nyaman (nyeri).

2. Tujuan khusus
- Dapat mengetahui fisiologi nyeri
- Dapat mengetahui patofisiologi nyeri
- Dapat mengetahui etimologi nyeri
- Dapat mengetahui apa saja menifestasi nyeri
- Dapat mengetahui klasifikasi dan tipe nyeri
- Dapat mengetahui komplikasi dalam nyeri
- Dapat memberikan pemeriksaan penunjang pada pasien nyeri

1.4 Manfaat
Agar lebih memahami tentang Konsep Nyeri dan sebagai tambahan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang nyeri akut.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Nyeri Akut

A. Fisiologi Nyeri
Nyeri menurut IASP (Internastional Assosiation for the Study of
Pain) adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau yang cenderung
merusak jaringan, atau seperti yang dimaksud dengan kata kerusakan
jaringan.
Dari definisi tersebut maka nyeri terdiri dari dua komponen
utama, yaitu sensorik (fisik) dan emosional (psikologik). Komponen
sensorik merupakan mekanisme neurofisiologi yang menerjemahkan
sinyal nosiseptor menjadi informasi tentang nyeri (durasi, intensitas,
lokasi, dan kualitas rangsangan). Sedangkan komponen emosional
adalah komponen yang menentukan berat ringannya individu merasa
tidak nyaman, dapat mengawali kelainan emosi seperti cemas dan
depresi jika menjadi nyeri kronik, serta diperankan oleh rangsangan
nosiseptik melalui penggiatan sistem limbik dan kondisi lingkungan
(asal penyakit, hasil pengobatan yang tidak jelas, dan dukungan
sosial/keluarga). Nyeri bersifat sangat subyektif. Terlepas dari ada
tidaknya kerusakan jaringan, nyeri sebaiknya diterima sebagai keluhan
yang harus dipercaya.
Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan
yang kompleks berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional
yang 10 berkaitan dengan trauma jaringan, proses penyakit, atau fungsi
abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut berperan sebagai
alarm protektif terhadap cedera jaringan. Reflek protektif (reflek
menjauhi sumber stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering
mengikuti nyeri akut. Secara patofisiologi yang mendasari dapat
berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri neuropatik.

5
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung
sampai melebihi perjalanan suatu penyakit akut, berjalan terus menerus
sampai melebihi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan suatu
trauma, dan terjadinya secara berulang-ulang dengan interval waktu
beberapa bulan atau beberapa tahun. Banyak klinikus memberi batasan
lamanya nyeri 3 atau 6 bulan.

B. Patofisiologi nyeri
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa
intesitas tinggi maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta
oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K+ dan
protein intraseluler. Peningkatan kadar K+ ekstraseluler akan
menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada
beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga
menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri
dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang
akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak
berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia).
Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga
bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor.
Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang
akan menyebabkan akumulasi K+ ekstraseluler dan H+ yang
selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan
prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal,
tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosiseptor.
Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida
P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan
merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh
serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab

6
untuk serangan migrain. Peransangan nosiseptor inilah yang
menyebabkan nyeri. (Silbernagl & Lang, 2000)

C. Etimologi Nyeri
Nyeri akut dapat muncul akibat beberapa hal, yaitu :
1. Trauma pada jaringan tubuh, baik akibat cidera ataupun
pembedahan.
2. Iskemia jaringan, dimana jaringan tubuh tidak mendapat cukup
oksigen akibat peredaran darah yang terhambat.
3. Spasme otot, suatu kontraksi otot yang terjadi di luar kesadaran
yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras.
4. Inflamasi, terjadinya pembengkakan pada jaringan tubuh yang
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan lokal dan
pengeluaran zat bioaktif nyeri sebagai responnya (misal:
histamin)

D. Manifestasi klinis
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi

7
E. Klasifikasi Nyeri
A. Berdasarkan sumbernya

 Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/


jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti
terbakar)
     ex: terkena ujung pisau atau gunting

 Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari


ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar
dan lebih lama dari pada cutaneus
      ex: sprain sendi

 Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm


rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi
karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.

B. Berdasarkan penyebab:

 Fisik
       Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)

 Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya
tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya)
 

8
C.   Berdasarkan lama/ durasinya

 Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena
cidera,  atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang
cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan .
Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan
adanya cidera atau penyakit yang akan datang.  Nyeri ini
terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis,
setelah keadaan pulih pada area yang rusak.  Apabila nyeri
akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif
untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius
mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus
menjadi prioritas perawatan.
 
 Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten
yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung
lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih
dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang
tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau
karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung
terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan
tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri
kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang
sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat).  Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang  diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan
fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat
diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali
mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami

9
nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena
ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke
hari.
 

Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik


 
Nyeri akut Nyeri kronik
 Lamanya dalam hitungan  Lamanyna sampai
menit hitungan bulan, > 6bln
 Ditandai  peningkatan BP,  Fungsi fisiologi bersifat
nadi, dan respirasi normal
 Respon pasien: Fokus pada  Tidak ada keluhan nyeri
nyeri, menyetakan nyeri  Tidak ada aktifitas fisik
menangis dan mengerang sebagai respon terhadap
 Tingkah laku menggosok nyeri
bagian yang nyeri  
 
 

D.  Berdasarkan lokasi/letak

1. Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya
(ex: cardiac pain)
2. Referred pain
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan
berasal dari  jaringan penyebab
3. Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker
maligna)

4. Phantom pain

10
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex:
bagian tubuh yang diamputasi)  atau bagian tubuh yang
lumpuh karena injuri medulla spinalis

F. Komplikasi
1. Edema Pulmonal
2. Kejang      
3. Masalah Mobilisasi                                   
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Gangguan pola istirahat dan tidur

G. pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri
tekan di abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang
abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan
lainnya
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh
darah yang pecah di otak

H. Penatalaksanaan

11
A. Pengobatan farmakologik.
Pengobatan analgesik dapat dibagi atas 4 golongan, yaitu :

1. Analgesik non opioid : AINS, asetaminofen, tramadol.


Hanya diberikan bila diduga ada proses peradangan dan
adanya kompresi pada jaringan saraf.
2. Analgesik ajuvan-medikasi neuroaktif : antikonvulsan, anti
depresan, antihistamin, amfetamin, steroid, benzodiazepin,
simpatolitik, obat anti spasme otot dan neuroleptika.
Antikonvulsan dan antidepresan yang paling sering. Plastic
Changes Following Nerve Injury digunakan karena
mempunyai efek sentral dan memperbaiki mood dan
depresi. Carbamazepin telah dizinkan oleh FDA untuk
terapi nyeri.
3. Analgesik opioid: kodein, morfin,oksikodon kurang
responsif untuk NN, sehingga kadang dibutuhkan dosis
tinggi.
4. Analgesik topikal : Capsaicin topikal menghilangkan
substansi P, mempengaruhi nosiseptor serabut C dan
reseptor panas. Banyak digunakan pada neuralgia herpetik
akut dan neuralgia post herpetik.

B. Pengobatan nonfarmakologik.
Rehabilitasi medik Bertujuan untuk merangsang
pengeluaran endorfin dan enkefalin yang merupakan peredam
nyeri alami yang ada dalam tubuh, yaitu :

1. Modifikasi perilaku : relaksasi, terapi musik, biofeedback


dan lain-lain.
2. Modulasi nyeri : modalitas termal, Transcutaneus Electric
Nerve Stimulation (TENS), akupungtur.

12
3. Latihan kondisi otot : peregangan, myofascial release, spray
and strech.
4. Rehabilitasi vokasional Pada tahap ini kapasitas kerja dan
semua kemampuan penderita yang masih tersisa
dioptimalkan agar penderita dapat kembali bekerja.

C. Pengobatan Invasif
Pada kasus-kasus intractable neuropathic pain mungkin
diperlukan intervensi disiplin ilmu lain seperti anestesi, bedah
saraf.

BAB IV
PENUTUP

13
A. Kesimpulan

Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang


bersifat sangat subyektif,karena perasaaan nyeriberbeda-beda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya. Dan hanya orang tersebutlah
yang daatmenjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

       Respon nyeri ada dalam bentuk perilaku yang jelas terlihat (overt
behaviours), perilaku yang tersembunyi (covert behaviour) dan respon
fisiologis. Sedangkan pengukuran dalam tingkat Nyeri pada setiap orang
berbeda-beda, dan ada 3 cara yaitu, Visual Analog Scale (VAS),
Numerical Ratting Scale (NRS), dan Faces Ratting Scale (FRS).

B. Saran

Jadi berhati – hati lah ketika kita melakukan sesuatu dalam segala
hal agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan nyeri pada
tubuh kita. Namun, ketika kita merasakan nyeri pada bagian tubuh kita
sebaiknya kita lakukan pemeriksaan ke puskesmas agar rasa nyeri yang
terjadi pada tubuh kita tidak merambat ke bagian tubuh lainnya.
Hendaknya kita selaku mahasiswa keperawatan dapat memahami dengan
baik dan benar mengenai konsep nyeri dan kenyamanan agar lebih
memudahkan kita untuk mengaplikasikannnya dalam kehidupan sehari-
hari kita sebagai seorang calon tenaga kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

14
 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/5449/52
46
 https://www.medistra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=168
 https://id.wiktionary.org/wiki/nyeri
 https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/20/klasifikasi-nyeri/
 Beydoun, A., Kutluay, E. 2002. Oxcarbazepin, Expert Opinion in
Pharmacotherapy, 3(1):59-71
 Tansumri, Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta:
EGC

15

Anda mungkin juga menyukai