Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

KONSEP OBAT HERBAL, OBAT TRADISIONAL, DAN SUPLEMEN HERBAL

Dosen :

Ns. Yuliana S.Kep.,M,Kep

Oleh : Kelompok 1

Fitria Husni G1B118004


Nur Ayu Hijratun Nikmah G1B118011
Elprida Sihombing G1B118015
Riska Tamala G1B118022
Ismi Adisti G1B118033
Devi Fani Arista G1B118039
Tania Febria Azizah G1B118042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Konsep Obat Herbal, Obat Tradisonal, dan Suplemen Herbal” ini dengan
baik meskipun masih ada kekurangan didalamnya. Kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pemimbing yang telah membantu kami, sehingga kami mengerjakan
makalah ini dengan lebih mudah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang juga membantu kelompok kami dalam penyelesaian makalah ini

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Konsep Obat Herbal, Obat Tradisonal,
dan Suplemen Herbal”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi anggota
kelompok kami sendiri maupun orang yang membacanya. Kami juga mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Jambi, September 2020

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................5
1.4 Manfaat ............................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Obat Tradisional..............................................................................7


2.2 Pengembnagan Obat Tradisional Atau Obat Bahan Alam Indonesia...............9
2.3 Pengelompokan Obat Tradisional...................................................................16
2.4 Peraturan Perundang-Undangan Dalam Obat Tradisional..............................23
2.5 Bahan Baku Obat Tradisional.........................................................................24
2.6 Macam-Macam Obat Tradisional...................................................................32
2.7 Penegelompokan Obat Tradisional Dan Jenis Obat Tradisional.....................33
2.8 Manfaat Obat Tradisional...............................................................................37
2.9 Pengertian Terapi Herbal................................................................................40
2.10 Konsep Pengobatan Herbal............................................................................41
2.11 Macam-Macam Obat Herbal.........................................................................44
2.12 Konsep Pengobatan Terapi Herbal.................................................................46
2.13 Keuntungan Pengobatan Terapi Herbal.........................................................47
2.14 Kerugian Pengobatan Terapi Herbal..............................................................48

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................50
3.2 Saran...............................................................................................................50

DAFAR PUSTAKA..............................................................................................51

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Obat tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan
kesehatan masyarkat di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan.
Karena memang Negara kita kaya akan tanaman obat-obatan. Namun, sayang
kekayaan alam tersebut tampaknya masih belum dimanfaatkan secara optimal
untuk kesehatan. Padahal saat ini biaya pengobatan modern cukup mahal
ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang melanda bangsa ini belum sepenunya
berakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat membuat kemampuan masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal semakin menurun.
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus
dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan
sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Untuk dapat ikut
meningkatkan pelayanan dan meningkatkan pemerintah dan masyarakat itu
sendiri. Selama ini industri jamu ataupun obat-obat tradisional bertahan tanpa
dukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri farmasi. Sementara iu
tantangan dari dalam negeri sendiri adalah sikap dari dunia medis yang belum
sepenuhnya menerima jamu dan obat tradisional. Merebaknya jamu palsu
maupun jamu yang bercampur bahan kimia beberapa waktu lalu, semakin
menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi
jamu dan obat tradisional sudah lama dilakukan oleh masyarakat. Obat tradisional
ini tentunya sudah diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan
perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia.
Dokter dan apotik belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat
mereka rekomendasikan kepada pasien sehingga pemasaran produk jamu tidak
bisa menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern. Di pihak dokter,
sistem pendidikan masih mengacu kepada pengobatan modern dan tidak
menyentuh substansi pengobatan dengan bahan alam (fitofarmaka). Dengan
kondisi di atas, tidak heran bila pasar industri jamu dan obat tradisional sulit
berkembang pesat. Padahal, dengan jumlah masyarakat Indonesia yang mencapai

4
lebih dari 200 juta jiwa, sesungguhnya potensi pasar bagi produk jamu ataupun
obat tradisional amatlah besar. Terlebih lagi, saat ini tampak ada kecenderungan
hidup sehat pada masyarakat kelas menengah atas untuk menggunakan produk
berasal dari alam (back to nature). Saat ini masalah dalam pengembangan obat
bahan alam di antaranya kurang pembuktian keamanan dan khasiat obat tersebut,
sehingga tidak memenuhi criteria untuk dapat diterima dan digunakan dalam
pelayanan kesehatan.
Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal
dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi
3 jenis yaitu jamu, jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical
based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalambentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan
secara tradisional.
Obat Herbal Terstandar ( Standarized based Herbal Medicine) merupakan
obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam,
baik tanaman obat, binatang, maupun mineral (Lestari, 2007). Dalam proses
pembuatan obat herbal standar ini dibutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan
lebih mahal daripada Universitas Sumatera Utara pembuatan jamu.Tenaga kerja
yang dibutuhkan pun harus di dukung dengan keterampilan dan pengetahuan
membuat ekstrak. Obat herbal ini umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah
berupa penelitian praklinis. Penelitian ini meliputi standarisasi kandungan
senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang
higenis, serta uji toksisitas akut maupun kronis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah makalah ini
adalah “Bagaimana konsep teoritis dari obat herbal, obat tradisional, dan
suplemen herbal”

1.3 Tujuan

1. Mampu memahami pengertian obat tradisional

5
2. Mampu memahami pengembangan obat tradisional atau bahan alam
indonesia
3. Mampu memahami pengelompokan obat tradisional
4. Mampu memahami perundang-undangan dalam obat tradisional
5. Mampu memahami bahan baku obat tradisional
6. Mampu memahami macam-macam obat tradisional
7. Mampu memahami menegelompokan obat tradisional dan jenis obat
tradisional
8. Mampu memahami pengertian terapi herbal
9. Mampu memahami konsep pengobatan terapi herbal
10. Memahami macam-macam obat herbal
11. Mampu memahami konsep pengobatan terapi herbal
12. Mampu memahami keuntungan pengobatan terapi herbal
13. Mampu memahami kerugian pengobatan herbal

1.4 Manfaat Penulisan


Penulis berharap dari adanya penulisan makalah ini dapat memberikan
manfaat kebanyak pihak diantaranya :
1.4.1 Bagi Penulis
Memberikan gambaran mengenai obat herbal, obat tradisional, dan
suplemen herbal secara umum maupun terperinci, meningkatkan wawasan,
pengetahuan dan mengaplikasikan cara perawatan obat herbal, obat
tradisional, dan suplemen herbal.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah
selanjutnya dengan judul konsep obat herbal, obat tradisional, dan suplemen
herbal
1.4.3 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan bacaan dan sebagai sumber informasi pengetahuan mengenai
obat herbal, obat tradisional, dan suplemen herbal beserta penggunannya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Obat Tradisional


Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi
rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit.
Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan
di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Seperti
misalnya akar alang-alang dipergunakan untuk obat penurun panas. Rimpang
temulawak dan rimpang kunyit banyak dipergunakan untuk obat hepatitis.
Batang kina dipergunakan untuk obat malaria. Kulit batang kayu manis banyak
dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu banyak
dipergunakan untuk obat kanker. Buah belimbing banyak dipergunakan untuk
obat tekanan darah tinggi. Daun bluntas untuk obat menghilangkan bau badan.
Bunga belimbing Wuluh untuk obat batuk.

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan
bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat
Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.

7
Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul,
serbuk, cair, simplisia dan tablet, seperti gambar berikut ini :

Serta dikemas dengan baik untuk menjaga keamanan dari sediaan atau
produk sediaan atau simplisia tanaman obat tradisional tersebut seperti gambar
berikut ini:

1. Industri Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang memproduksi obat


tradisional dengan total aset diatas Rp. 600.000.000,- (Enam ratus juta
rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.
2. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri obat tradisional
dengan total aset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (Enam ratus juta
rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan.
3. Usaha jamu / Racikan adalah suatu usaha peracikan pencampuran danatau
pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis,
tapel atau parem dengan skala kecil, dijual di suatu tempat tanpa
penandaan dan atau merek dagang.

8
4. Obat Tradisional Lisensi adalah obat tradisional asing yang diproduksi
oleh suatu Industri obat tradisional atas persetujuan dari perusahaan yang
bersangkutan dengan memakai merk dan nama dagang perusahaan
tersebut.
5. Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang digunakan
dengan cara mencoletkan pada dahi.
6. Parem adalan obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau bubur yang
digunakan dengan cera melumurkan pada kaki dan tangan atau pada
bagian tubuh lain.
7. Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk, padat pasta atau bubur yang
digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan perut.
8. Sediaan Galenik adalah ekrtaksi bahan atau campuran bahan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
9. Bahan tambahan adalah zat yang tidak berkhasiat sebagai obat yang
ditambahkan pada obat tradisional untuk meningkatkan mutu, termasuk
mengawetkan, memberi warna, mengedapkan rasa dan bau serta
memantapkan warna, rasa, bau ataupun konsistensi.

2.2 Pengembangan Obat Tradisional atau Obat Bahan Alam Indonesia


Pemeliharaan & Pengembangan Pengobatan tradisional sebagai warisan
budaya bangsa (ETNOMEDISINE) terus ditingkatkan dan didorong
pengembangannya penggalian, penelitian, pengujian, dan pengembangan serta
penemuan obat-obatan termasuk budidaya tanaman obat tradisional yang
secara medis dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam hal ini dapat di formulasikan menjadi 5 hal pokok yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Etnomedicine
Etnomdicine merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang
yang harus dikembangkan, dikaji secara ilmiah dan didokumentasikan
sebaik mungkin sebelum mengalami kepunahan atau hilang. Adapun
Etnomedicine yang digunakan sebagai acuan adalah :
1. Cabe Puyang warisan nenek moyang
2. Ayur weda

9
3. Usada Bali
4. Atlas tumbuhan obat Indonesia (Dalimarta)
5. Tumbuhan Obat Indonesia (Hembing)
6. Tumbuhan Berguna Indonesia (Heyne)

Pengobatan tradisional banyak disebut sebagai pengobatan alternatif.


Menurut pendapat Organisasi Kesehatan Dunia (W.H.O) ada bareneka-
macam jenis pengobatan tradisional yang bisa dibedakan lewat hal cara-
caranya. Perbedaan ini dijelaskan sebagai terapi yang berdasarkan cara-cara
seperti terapi spiritual atau metafisik yang terkait hal gaib atau terapi
dengan ramuan atau racikan. Jenis terapi yang kedua berdasarkan obat-
obatan, seperti jamu dan pengobatan herbal.

Pengobatan alternative adalah pengobatan pengganti yang dicari


orang ketika pengobatan modern tidak mampu menangani seluruh masalah
kesehatan. Menurut “buku Spiritual Healing” disebutkan bahwa ditengarai
hanya sekitar 20% penyakit saja yang bisa ditangani melalui pengobatan
modern sisanya belum diketahui obatnya, karena itulah maka pengobatan
alternatif menjadi pilihan kembali karena manusia membutuhkan jawaban
atas obatnya.
Perbedaan mendasar antara pengobatan modern dengan pengobatan
alternatif adalah pengobatan modern menganggap manusia lebih
bersifatmaterialistik (darah, daging dan tulang dan mengabaikan aspek
spiritual manusia) dan menggunakan obat-obatan materialistik pula,
sedangkan manusia sekarang menyadari bahwa banyak penyakit disebabkan
oleh masalah kejiwaan atau gangguan spiritual.

10
b. Agroindustri Tanaman Obat / Budidaya Tanaman Obat
Tanaman obat biasanya digunakan persediaan untuk obat tradisional
dan bahan penghasil obat modern. Ketersediaan tanaman obat dalam jumlah
yang cukup atau memadai dengan kualitas yang cocok / tepat perlu dijaga
dalam jangka waktu yang panjang karena sering merupakan faktor penentu
dalam keberhasilan industri obat herbal baik yang masih berupa jamu, Obat
Herbal Terstandarisasi maupun Fitofarmaka. Faktor lain yang dapat
menentukan keberhasilan industri obat herbal adalah kualitas obat yang
ditentukan oleh lingkungan alam dimana tanaman obat tersebut tumbuh.
Hal ini merupakan bukti kuat bahwa kandungan kimia tanaman obat sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik maupun abiotik, letak geografis
dan musim atau waktu panen.
Berdasarkan permasalahan ketersediaan tanaman obat ini, tidak ada
industri obat, baik itu industri obat modern ataupun obat-obat tradisional
dapat dibangun berdasarkan pertumbuhan alami tanaman dalam persediaan
yang sedikit dan bahaya dari berkurangnnya spesies. Selanjutnya, mungkin
tidak akan ada perbaikan kualitas varietas tanaman kecuali jika dilakukan
pembudidayaan atau agroindustri tanaman obat. Oleh karena itu yang
terpenting adalah menentukan kriteria bagi kualitas tanaman, dan
memastikan bahwa tanaman hasil budidaya memenuhi standard baku
Peraturan Perundangan, Good Manufacturing Product (GMP) atau Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
Agroindustri tanaman obat khususnya dikembangkan budidaya
tanaman obat agar mudah didapat dan tidak mengalami kelangkaan. Khusus
bagi tanaman yang hampir langka perlu adanya pengembangan budidaya
melalui kultur jaringan dan selanjutnya dikembangkan di lapangan.
Pemanfaatan tanaman obat di Indonesia pada saat ini semakin
meningkat baik dipergunakan langsung oleh masyarakat maupun industri
kecil maupun besar. Pemanfaatan ini diperlukan upaya untuk
pembudidayaan nya. Tanaman obat harus dibudidayakan secara alami atau
ramah lingkungan, harus bebas dari bahan-bahan kimia sehingga
budidayanya pun harus secara organik. Tanaman obat lebih berkhasiat jika
digunakan dalam keadaan segar. Hal ini dapat disiasati dengan
menanamnya dalam sekala kecil di pekarangan rumah atau yang lebih

11
dikenal dengan TOGA, tanaman obat juga dapat sebagai sumber oksigen
dan sumber bahan makanan. Untuk menghindari akibat negatif dari
pemanfaatan tanaman obat bagi penderita penyakit, maka pemilihan jenis
dan bahan tanaman obat harus secara baik dan benar sesuai indikasi
penyakit.
Pengembangan agroindustri tanaman obat di Indonesia memiliki
prospek yang baik. Secara alamiah Indonesia dikaruniai keanekarabaman
hayatidan merupakan salah satu megacentre utama keanekaragaman
hayati dunia. Dengan sekitar 40.000 jenis tumbuhan. Berdasarkan hasil
penelusuran hampir 1000 jenis tanaman / tumbuhan secara turun temurun
dipergunakan sebagai obat tradisional. Ketersediaan bahan baku obat
(simplisia) yang melimpah ini sangat mendukung pengembangan Industri
Kecil Obat Tradisional (IKOT) dengan memformulasikannya menjadi
obat tradisional dalam bentuk bentuk kemasan yang aman dan
terstandarisasi berdasakan peraturan dan perundangan yang berlaku di
Indonesia.
Peningkatan konsumsi obat tradisional di Indonesia semakin
meningkat, hal ini dapat dilihat dari perkembangan industri obat
tradisional yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 1997
di Indonesia terdapat 429 buah IKOT dan 20 buah Industri Obat
Tradisional (IOT). Pada tahun 1999, meningkat menjadi 833 buah IKOT
dan 87 buah IOT.
Setelah dibudidayakan sebanyaknya perlu dikembangkan lebih
lanjut teknologi kimia dan proses dan selanjutnya melalui teknologi
farmasi dan kedokteran baik melalui eksplorasi sumber daya alam
tanaman obat asli Indonesia melalui penelitian, uji bioaktivitasnya,
pembuatan sediaan fitofarmakanya dan standarisasi bahan-bahan /
simplisia sehingga warisan turun temurun yang digunakan oleh nenek
moyang dapat dikembangkan secara ilmiah atau medis.

c. Teknologi Kimia dan Proses


Secara alamiah Indonesia dikaruniai keanekaragaman hayati dan
merupakan salah satu megacentre utama keanekaragaman hayati dunia.
Dengan sekitar 40.000 jenis tumbuhan. Berdasarkan penelusuran hampir

12
1000 jenis tanaman/tumbuhan secara turun temurun dipergunakan sebagai
obat tradisional.
Setiap tumbuhan berinteraksi dengan organisme lain dan mengalami
evolusi. Dalam proses interaksi dan evolusi ini, secara prinsip akan terjadi
proses adaptasi untuk mempertahankan keberadaan atau kelangsungan
hidup masing-masing species dari pengaruh lingkungannya. Dalam proses
adaptasi ini masing-masing species secara alamiah dilengkapi dengan
kemampuan untuk melakukan metabolisme sekunder dengan
menggunakan metabolit primer (hasil metabolisme primer) sebagai
precursor untuk biosintesis metabolit sekunder (sebagai hasil dari
metabolisme sekunder).
Seperti misalnya flavonoid dalam biositesisnya berasal dari jalur
sikimat dan jalur asetat malonat. Metabolit sekunder itu diantaranya adalah
flavonoid, steroid, alkaloid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Berdasarkan
beberapa penelitian metabolit sekunder inilah yang aktif sebagai bahan
obat. Sebagai contohnya flavonoid dalam meniran dapat dipergunakan
sebagai imunostimulan. Flavonoid pada temu kunci dapat dipergunakan
sebagai bahan obat untuk menghambat pertumbuhan sel kanker payudara.
Melalui teknologi kimia dan proses, obat tradisional dapat
dikembangkan agar diperoleh bahan baku obat yang terstandarisasi atau zat
kimia baru sebagai “lead compounds” untuk pengembangan obat modern
melalui eksplorasi sumber daya alam atau bahan aktif tanaman obat
tradisional. Eksplorasi sumber daya alam atau bahan aktif tanaman obat
tradisional dapat dilakukan dengan cara :
1. Ektraksi bahan tanaman obat dengan berbagai pelarut. (Etnomedisine)
2. Uji farmakologis awal ekstraks
3. Skrining fitokimia (Uji Kandungan Metabolit Sekunder : Terpen,
Steroid,Flavonoid,Senyawa Fenol, Alkaloid)
4. Isolasi bahan aktif dan penetapan struktur
5. Standarisasi sediaan fitofarmaka
6. Uji farmakologis lanjut isolat
7. Modifikasi struktur (QSAR)
8. Teknologi preformulasi untuk uji klinik selanjutnya (1,2,3,4)

13
Peran ilmu kimia atau tenaga kimia dalam hal ini adalah ekstraksi
bahan tanaman obat dengan berbagai pelarut berdasarkan warisan turun-
temurun tentang obat tradisional, sehingga terbentuk bank ekstrak.
Selanjutnya dilakukan Uji farmakologis dari ekstrak tersebut baik ekstrak
tunggalmaupun campuran ekstrak. Uji farmakologis ini dapat dilakukan
berdasarkan formula-formula yang sudah biasa dilakukan di masyarakat
dalam pengobatan tradisional atau formula-formula yang telah dibukukan,
seperti pada Buku Usada Bali Taru Premana, Ayur Veda, Cabe Puyang
Warisan Nenek Moyang dan lain-lain.
Uji farmakologis ini merupakan uji awal untuk keaktifan suatu
ekstrak tanaman obat. Setelah terbukti aktif selanjutnya dilakukan
skreening fitokimia atau kandungan kimia dari ekstrak aktif tersebut.
Kandungan kimia dari ekstrak aktif ini diisolasi atau dipisahkan senyawa-
senyawanya sehingga dapat diketahui seberapa besar kandungan kimia dan
selanjutnya dikembangkan menjadi sediaan obat. Kalau kandungan
kimianya cukup besar (>2%), maka ekstrak ini dapat dikembangkan
sebagai obat modern, kalau kandungannya kecil maka ekstrak ini dapat
dikembangkan sebagai obat herbal terstandarisasi dan fitofarmaka.
Kandungan kimia yang cukup besar dapat dikembang lebuh lanjut
metoda QSAR (Quantitative Structure of Activities Relationship) dengan
sistem penambahan gugus fungsi yang dapat meningkatkan aktivitas
senyawa obat tersebut. Ekstrak yang aktif ini dapat dilakukan uji pra klinik
pada hewan coba dan uji toksisitasnya.

d. Teknologi Farmasi dan Kedokteran


Melalui teknologi farmasi dan kedokteran dapat dilakukan uji
bioaktivitas nya, uji praklinis, uji klinis, pembuatan sediaan fitofarmaka nya
dan standarisasi bahan-bahan atau simplisia sehingga warisan turun
temurun yang digunakan oleh nenek moyang dapat dikembangkan secara
ilmiah atau medis atau dapat dikembangkan sebagai obat yang siap
diresepkan oleh dokter atau sejajar dengan obat modern.
Setelah terbukti aktif sebagai obat tertentu dan uji toksisitasnya tidak
toksik terhadap kesehatan maka selanjutnya dilakukan pengawasaan
produksi dan pemasarannya dari BPOM atau instansi terkait agar tidak

14
membahayakan kesehatan masyarakat. Sesuai amanat yang tertulis dalam
UU RI No. 23 tahun 1992, pengamanan terhadap obat tradisional bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari obat tradisional yang tidak memenuhi
syarat, baik persyaratan kesehatan maupun persyaratan standar. Dalam hal
ini pemerintah, mewujudkan tujuan tersebut dengan melakukan
pengawasan terhadap produksi dan peredaran obat-obatan tradisional
dengan membuat peraturan yang mengatur tentang izin Usaha Industri obat
Tradisional dan pendaftaran obat tradisional yaitu Pemenkes RI No
246/Menkes/Per/1990.
Hasil eksplorasi Sumber Daya Alam tanaman obat ini dapat dikatakan
bahwa keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman plasma nutfah
dangenetika serta berfungsi sebagai pustaka kimia alam yang sangat besar
artinya bagi kepentingan umat manusia bila didayagunakan secara
maksimal. Fakta ini didukung oleh sejarah penelitian dan penemuan obat
baru menunjukkan bahwa berbagai jenis metabolit sekunder dari
tumbuhan/tanaman obat, dari mikroorganisme maupun biota laut telah
terbukti memiliki nilai guna sebagai leadsubstances untuk bahan obat
maupun obat.
Plasma nuftah dan genetika ini akan bermanfaat secara maksimal
diperlukan concerted effort untuk memanfaatkan dan mengembangkan
sumber plasma nuftah dan genetica yang dimiliki serta mentransformasikan
nya dari suatu comparative-advantages menjadi competetive – advantages.
Pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan cara
pengelolaan taman nasional hutan, taman nasional laut dan kebun-kebun
penelitian di tiap-tiap daerah melalui pengembangan dan pengelolaan
Kebun Raya-Kebun Raya yang di miliki oleh tiap daerah. Pengelolaan yang
baik dan profesional akan memberikan kemudahan bagi pengembangan
bioprospectingarea dalam rangka pemberian nilai tambah ekonomis sumber
daya hayatipotensial dalam penemuan obat atau bahan obat baru, dan tetap
memperhatikan pelestarian lingkungan.
Pembangunan suatu extract centre di sekitar kawasan bioprosspecting
merupakan suatu keharusan dalam pengembangan dan penelitian obat
tradisonal agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan medis.
Ekstrak-ekstrak inilah selanjutnya dapat dipergunakan untuk melakukan

15
penelitian penemuan obat baru dengan metoda modern agar diperoleh
bahan atau obat baru yang lebih cepat. Salah satu metoda modern tersebut
adalah metoda High Throughput Screening (HTS). Teknik HTS ini akan
memadukan ekstrak dengan protein target tertentu (misalnya : protein
kanker), bila ada hit (serangan) yang menghancurkan protein target maka
dapat dikatakan bahwa dalam ekstrak tersebut terkandung senyawa aktif
yang berinteraksi dengan molekul target tersebut. Bila molekul target
tersebut merupakan suatu penyakit atau patogen tertentu maka senyawa
aktif dalam ekstrak tersebut merupakan obat atau bahan obat terhadap
penyakit atau patogen tersebut.

2.3 Pengelompokan Obat Tradisional atau Jenis-jenis Obat Tradisional


Berdasarkan Pengobatan Tradisional Bali yang khusus untuk bahan obat
atau obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Taru Premana), Obat
Tradisional Bali di kelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Anget (panas)
2. Dumelada (sedang)
3. Tis (dingin)
Tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang bunganya berwarna putih,
kuningatau hijau dikelompokkan kedalam kelompok tanaman yang berkhasiat
anget (panas). Bunganya yang berwarna merah atau biru dikelompokkan kedalam
tanaman yang berkhasiat tis (dingin) sedangkan bila warna bunganya beragam
dikelompokkan kedalam kelompok tanaman yang berkhasiat sedang. Bila ditinjau
dari rasa obatnya maka kalau rasanya manis atau asam maka dikelompokkan
kedalam kelompok tanaman yang panas dan bila rasanya pahit, pedas dan sepat
dikelompokkan kedalam kelompok dingin.
Obat minum (jamu cair) yang berasa pahit amat baik untuk mengobati
panas pada badan dan sakit perut karena dapat mendinginkan badan akibat panas
di dalam perut. Bahkan ada pula tanaman atau tumbuhan yang mempunyai ketiga
khasiat tersebut yaitu akar (dingin), kulit batangnya (sedang) dan daun (panas),
tanaman ini adalah Tanaman Kepuh.
Dalam Keputusan Kepala Badan POM yang dimaksud dengan Obat Bahan
Alam Indonesia adalah Obat Bahan Alam yang diproduksi di Indonesia.

16
Selanjutnya disebutkan dalam Keputusan Kepala Badan POM tersebut,
berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan secara
berjenjang menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlah nya
cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Golongan ini tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara
turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun,
telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan
kesehatan tertentu.
Lain dari fitofarmaka, Jamu bisa diartikan sebagai obat tradisional
yang disediakan secara tradisional, tersedia dalam bentuk seduhan, pil
maupun larutan. Pada umum nya, jamu dibuat berdasarkan resep turun
temurund dan tidak melalui proses seperti fitofarmaka. Jamu harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1. Aman
2. Klaim khasiat berdasarkan data empiris (pengalaman)
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat
melewati 3 generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun,
sebuah ramuan disebut jamu jika bertahan minimal 180 tahun. Inilah yang
membedakan dengan fitofarmaka, dimana pembuktian khasiat tersebut baru
sebatas pengalaman, selama belum ada penelitian ilmiah. Jamu dapat
dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar atau fitofarmaka dengan
syarat bentuk sediaannya berupa ekstrak dengan bahan dan proses
pembuatan yang terstandarisasi.
Pada saat ini kesadaran akan pentingnya “back to nature” memang
sering hadir dalam produk yang kita gunakan sehari-hari. Saat ini contohnya

17
kita bisa melihat banyak masyarakat yang kembali ke pengobatan herbal.
Banyak ramuan-ramuan obat tradisional yang secara turun-temurun
digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan. Sebagian dari mereka
beranggapan bahwa pengobatan herbal tidak memiliki efek samping. Saat
ini ada beberapa kemasan jamu yang beredar seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut ini :

2. Obat Herbal Terstandar (OHT)


Obat Herbal Terstandar (OHT) juga tidak sama dengan fitofarmaka.
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang berasal dari
ekstrak bahan tumbuhan, hewan maupun mineral. Perlu dilakukan uji pra-
klinik untuk pembuktian ilmiah mengenai standar kandungan bahan yang
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat
yang higienis dan uji toksisitas akut maupun kronis seperti halnya fitofarmaka.
Dalam proses pembuatannya, OHT memerlukan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal serta memerlukan tenaga kerja dengan
pengetahuan dan keterampilan pembuatan ekstrak, yang hal tersebut juga
diberlakukan sama pada fitofarmaka.
Obat Herbal dapat dikatakan sebagai Obat Herbal
Terstandarisasi bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Aman
2. Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlakuTelah dilakukan
standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi.
Indonesia telah meiliki atau memproduksi sendiri OHT dan telah
telah beredar di masyarakat 17 produk OHT, seperti misalnya :
diapet®, lelap®, kiranti®, dll. Sebuah herbal terstandar dapat dinaik

18
kan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada
manusia.

3. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan jenis obat tradisional yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar dan
khasiatnya telah dibuktikan melalui uji klinis. Fitofarmaka dapat diartikan
sebagai sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta
produk jadinya telah di standarisir (BPOM RI 2004 ).
Ketiga golongan atau kelompok obat tradisional tersebut di atas,
fitofarmaka menempati level paling atas dari segi kualitas dan keamanan.
Hal ini disebabkan oleh karena fitofarmaka telah melalui proses penelitian
yang sangat panjang serta uji klinis yang detail, pada manusia sehingga
fitofarmaka termasuk dalam jenis golongan obat herbal yang telah memiliki
kesetaraan dengan obat, karena telah memiliki clinical evidence dan siap di
resepkan oleh dokter.
Obat Herbal dapat dikatakan sebagai fitofarmaka apabila obat herbal
tersebut telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Aman
2. Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik dan klinik
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
4. Telah dilakukan standardisasi bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi
Hal yang perlu diperhatikan adalah setelah lolos uji fitofarmaka,
produsen dapat mengklaim produknya sebagai obat. Namun demikian,
klaim tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis sebelumnya. Misalnya,
ketika uji klinis hanya sebagai antikanker, produsen dilarang mengklaim
produknya sebagai antikanker dan antidiabetes.
Adapun obat fitofarmaka yang saat ini beredar di masyarakat yang
berbentuk kemasan memiliki logo jari-jari daun yang membentuk bintang
dalam lingkaran seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :

19
Logo Fitofarmaka

Fitomartika adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan


keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Pada dasarnya sediaan
fitofarmaka mirip dengan sediaan jamu-jamuan karena juga berasal dari
bahan-bahan alami, meskipun demikian jenis sediaan obat ini masih belum
begitu populer di kalangan masyarakat, dibandingkan jamu-jamuan dan
herba terstandar. Khasiat dan penggunaan fitofarmaka dapat lebih dipercaya
dan efektif daripada sediaan jamu-jamuan biasa, karena telah memiliki
dasar ilmiah yang jelas, Dengan kata lain fitofarmaka menurut ilmu
pengobatan merupakan sediaan
jamu-jamuan yang telah tersentuh oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Diantaranya Fitofarmaka telah melewati standarisasi
mutu, baik dalam proses penanaman tanaman obat, panen, pembuatan
simplisis, ekstrak hingga pengemasan produk, sehingga dapat digunakan
sesuai dengan dosis yang efektif dan tepat. Selain itu sediaan fitofarmaka
juga telah melewati beragam pengujian yaitu uji preklinis seperti uji
toksisitas, uji efektivitas, dengan menggunakan hewan percobaan dan
pengujian klinis yang dilakukan terhadap manusia.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia ada beberapa
tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka seperti :
1. Tahap seleksi calon fitofarmaka
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sebagai calon
fitofarmaka sesuai dengan skala prioritas sebagai berikut :
a. Obat alami calon fitofarmaka yang diperkirakan dapat sebagai
alternative pengobatan untuk penyakit-penyakit yang belum ada atau
masih belum jelas pengobatannya.
b. Obat alami calon fitofarmaka yang berdasar pengalaman pemakaian
empiris sebelumnya dapat berkhasiat dan bermanfaat

20
c. Obat alami calon fitofarmaka yang sangat diharapakan berkhasiat untuk
penyakit-penyakit utama
d. Ada/tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika
ada, dan sistem organ yang mana yang paling peka terhadap efek
keracunan tersebut (pra klinik, in vivo)
e. Ada/tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke
khasiat terapetik (pra klinik in vivo)
2. Tahap biological screening calon fitofarmaka
Pada tahap ini dilakukan analisis kandungan kimia aktif dari tanaman calon
fitofarmaka seperti kandungan flavonoid, alkaloid, steroid, saponin dan
terpenoid.
3. Tahap penelitian farmakodinamik calon fitofarmaka
Tahap ini adalah untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap
masing-masing sistem biologis organ tubuh.
a. Pra klinik, in vivo dan in vitro
Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk
mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
b. Toksisitas ubkronis
c. Toksisitas akut
d. Toksisitas khas/khusus
4. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses) calon fitofarmaka
5. Tahap pengembangan sediaan (formulasi) bahan calon calon fitofarmaka
a. Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu,
keamanan, dan estetika untuk pemakaian pada manusia.
b. Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik
c. Teknologi farmasi tahap awal
d. Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan Obat Alam
e. Parameter standar mutu: bahan baku Obat Alam, ekstrak, sediaan Obat
Alam
6. Tahap uji klinik pada manusia yang sehat dan atau yang sakit
Ada 4 fase yaitu:
Fase 1 : dilakukan pada sukarelawan sehat
Fase 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatas
Fase 3 : dilakukan pada pasien dengan jmlh yang lebih besar dari fase 2

21
Fase 4: post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek
samping yang tidak terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji
klinik.
fase 1-3.
Hasil-hasil uji yang diperoleh ditetapkan langkah lanjut oleh Tim
yang berwenang untuk selanjutnya sediaan obat ini dikembangkan dalam
bentuk ramuan atau racikan, diproduksi dan dipasarkan dalam bentuk
kemasan yang lebih aman dari cemaran-cemaran yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat. Ramuan atau racikan ini harus
memenuhi persyaratan – persyaratan diantaranya :
a. Komposisi Ramuan terdiri dari 1 simplisia atau sediaan galenik
b. Komposisi ramuan dapat terdiri dari beberapa simplisia/sediaan
galenik dengan syarat tidak boleh melebihi 5 (lima) simplisia/sediaan
galenik.
c. Simplisia tersebut sekurang-kurangnya telah diketahui khasiat dan
keamanannya berdasarkan pengalaman.
d. Penggunaan zat kimia berkhasiat atau Bahan Kimia Obat Sintetis
(tunggal/murni) tidak diperbolehkan dalam fitofarmaka.

Bentuk-bentuk sediaan Obat Tradisional (Jamu, OHT dan Fitofarmaka) yang


saat ini beredar di masyarakat secara umum di kelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu:
1. Sediaan Oral : Serbuk, rajangan, kapsul (ekstrak), tablet (ekstrak), pil
(ekstrak), sirup, dan sediaan terdispersi.
2. Sediaan Topikal : Salep/krim (ekstrak), Suppositoria (ekstrak),
Linimenta (Ekstrak) dan bedak.

Pemenkes RI No.760/Menkes/Per/IX/1992 tanggal 4 September 1992


pengembangan Obat Tradisional dalam hal uji aktivitasnya diarahkan ke
dalam beberapa uji aktivitas diantaranya adalah :
a. Antelmintik
b. Anti Asma
c. Anti Diare
d. Anti Herpes Genitalia

22
e. Anti Hipertensi
f. Anti Histamine
g. Anti Kanker
h. Anti TBC
i. Disentri
j. Diuretic
k. Anti Ansietas
l. Anti Diabetes
m. Anti Hepatitis Kronik
n. Anti Hiperlipidemia
o. Anti Hipertiroidisma
p. Anti Inflamasi
q. Anti Malaria
r. Antitusif
s. Dyspepsia

2.4 Peraturan Perundang-undangan dalam Obat Tradisional

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan dan Instansi terkait selalu


mengawasi pengembangan Obat Tradisional mulai dari bahan baku, proses
pembuatan, proses pengemasan dan pemasarannya agar masyarakat terhindar dari
efek negatif Obat Tradisional dengan mengeluarkan Peraturan Perundang-
undangan baik itu berupa UU, PP dan Intruksi atau Keputusan Bersama
diantaranya yaitu :

1. RENSTRA Kementrian Kesehatan RI dengan PP 17/1986 tentang


Kewenangan Pengaturan Obat Tradisional di Indonesia
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 246/Menkes/Per/V/1990, Izin Usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional
3. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 760/MENKES/PER/IX/1992 tentang
Fitofarmaka
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 761/MENKES/PER/IX/1992 tentang
Pedoman Fitofarmaka

23
6. GBHN 1993 tentang Pemeliharaan & pengembangan pengobatan sebagai
warisan budaya bangsa (ETNOMEDISINE).
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661/Menkes/SK/VII/1994 tentang
Persyaratan Obat Tradisional
8. PP No. 72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 56/Menkes/SK/I/2000 tentang Pedoman
Pelaksanaaan Uji Klinik Obat Tradisional
10.Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/PER/VI/2000 tentang
Pengertian Obat Tradisional
11.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 381/2007 tentang
Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KONTRANAS)
12.Undang Undang No.36/2009 tentang Kesehatan PengobatanTradisional
13.Peraturan Pemerintah RI No. 51/2009 tentang Sediaan Farmasi : obat
(modern/sintetik), bahan obat, obat tradisional dan kosmetik
14.Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 003/2010 tentang Saintifikasi Jamu
15.Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 88/2013 tentang Rencana Induk
Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional

2.5 Bahan Baku Obat Tradisional

a. Tanaman atau bahan baku yang dipergunakan dalam pengobatan


tradisional atau pengobatan alternatif dapat berupa:
b. Bahan mentah atau simplisia yang dapat berupa bahan segar,serbuk kering
ataudiformulasi
c. Ekstrak yang dapat berupa cairan segar, ekstrak atu rebusan, tingtur, galenik,
atau formula ekstrak kering seperti tablet, kapsul, dan sirup.

1. Bahan mentah atau Simplisia


Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga. Simplisia dapat berupa bahan
segar atau serbik kering yang sesuai dengan standar farmakope. Simplisia

24
dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya.
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimiamurni.
Pengontrolan yang ketat terhadap bahan baku hasil kultivasi (pemilihan
bibit, pengontrolan lahan penanaman, saat panen, pengeringan dan atau
pengontrolan terhadap setiap tahap proses dari bahan baku sampai dengan
bentuksediaan jadi) dapat diharapkan terwujudnya suatu homogenitas bahan
obat / sediaan fitofarmaka.
Kebanyakan simplisia yang beredar saat ini berasal dari tumbuhan.
Penamaan dari simplisia menggunakan bahasa Latin. Penamaan Latin secara
umum menandai atau menunjukkan salah satu ciri dari simplisia yaitu dari
bagian tanaman yang dipakai seperti misalnya radix merupakan bagian akar
dari suatu tanaman obat, nama latin lainnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Tabel 3.1 Terminologi PenamaanSimplisia

No. Nama Latin Keterangan

1. Radix Akar, suatu simplisia disebut radix kadang-kadang


berisi rhizoma.

2. Rhizoma Merupakan batang yang berada di bawah tanah,


tumbuh mendatar, secara umum membawa akar
lateral/cabang samping.

3. Tuber Suatu umbi atau badan yang tebal di dalam tanah,


merupakan jaringan penyimpanan parenkhimalous dan

25
sedikit ada unsur kayu.

4. Bulbus Bawang, seperti batang di dalam tanah yang dikelilingi

oleh nutrisi daun

5. Lignum Kayu, termasuk pula di sini selaput kayu yang tipis,


yang jumlah kayunya sangat kecil.

6. Cortex Kulit kayu.

7. Folium Daun.

8. Flos Bunga

9. Fructus Buah.

10. Pericarpium Kulit buah.

11. Semen Benih atau biji.

12. Herba Semua bagian tanaman meliputi batang, daun, bunga,


dan buah, bila ada.

Bentuk simplisia dapat berupa bahan segar, serbuk kering atau


diformulasi. Kualitas atau mutu simplisia dalam bentuk serbuk kering
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti misalnya saat pemanenan, tempat
tumbuh, kehalusan serbuk dan tahapan-tahapan pembuatan serbuk. Karena hal
ini akan mempengaruhi kandungan kimia aktif dari simplisia tersebut.
Kandungan kimia bahan baku yang berupa glikosida, alkaloid, minyak atsiri,
karbohidrat, flavonoid, steroid, saponin dan tanin, mudah terurai karena
berbagai hal seperti suhu, keasaman, sinar matahari, kelembaban, kandungan
anorganik tempat tumbuh dan mikroorganisme pengganggu. Adanya masalah
tersebut maka standardisasi sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan
seragam dari waktu ke waktu.

Bentuk atau bagian bahan baku yang dipergunakan akan mempengaruhi


proses atau tahap-tahap pembuatan serbuk kering (kehalusan) dari simplisia
yang nantinya akan mempengaruhi proses ekstraksi. Bentuk kayu dan akar
umumnya keras, cara pengerjannya lain dengan bentuk bunga, daun, rimpang,
dan daun buah yang lunak. Umumnya bahan tersebut dipotong tipis-tipis atau
diserbuk kasar, tergantung cara masing-masingindustri.

26
Ukuran bahan baku atau kehalusan serbuk simplisia akan mempengaruhi
proses pembuatan ekstrak, karena semakin halus serbuk akan memperluas
permukaan dan semakin banyak bahan aktif tanaman tertarik pada pelarut
pengekstraksi. Serbuk dibuat dengan alat yang sesuai dan derajat kehalusan
tertentu karena alat yang dipergunakan dalam pembuatan serbuk juga dapat
mempengaruhi mutu ekstrak atau mutu kandungan kimia aktif. Selama
penggunaan peralatan pembuatan serbuk akan ada gerakan dan interaksi
dengan benda keras (logam) yang dapat menimbulkan panas (kalori) yang
dapat mempengaruhi kandungan senyawa aktifnya, sebagai akibat proses
hidrolisis akibat panas tersebut. Ukuran partikel atau kehalusan serbukharus
disesuaikan dengan bahannya, proses ekstraksi,cairan penyari, dan lain-lain.
Ukuran bahan baku (mesh) sudah tercantum dalam Farmakope.

Pada saat panen atau pada proses pemanenan dan pengumpulan bahan
baku obat perlu kiranya memperhatikan aturan-aturan atau pedoman
pemanenan bahan baku. Aturan yang ditetapkan dalam pemanenan dan
pengumpulan tanaman obat, bertujuan untuk mendapatkan kadar zat aktif yang
maksimal. Pemanenan dilakukan pada dasarnya saat kadar zat aktif paling
tinggi diproduksi paling banyak pada tanaman. Metode pengambilan atau
pengumpulan saat pemanenan disesuaikan dengan sifat zat aktif tanaman
karena ada yang bisa dipanen dengan mesin dan ada yang harus menggunakan
tangan. Sifat-sifat kandungan senyawa aktif tanaman obat dipengaruhi oleh
faktor luar maupun dalam diri dari tanaman atau tumbuhan tersebut. Faktor
luar antara lain tempat tumbuh, iklim, ketinggian tanah, pupuk, pestisida, dll.
Faktor dalam meliputi genetik yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Hal ini
mengakibatkan variasi kandungan kimia yang cukup tinggi.

Adapun aturan-aturan atau garis-garis besar yang dipakai sebagi


pedoman dalam panen untuk bahan baku (simplisia) tanaman obat adalah

1. Biji, saat buah belum pecah (misal Ricinus communis, kedawung).


Caranya : buah dikeringkan, diambil bijinya. Biji dikumpulkan dan dicuci,
selanjutnya dikeringkan lagi.
2. Buah, dipanen saat masak. Tingkat masak suatu buah dapat dengan
parameter yang berbeda-beda, misal: perubahan tingkat kekerasan (misal

27
Cucurbita moschata), perubahanwarna (misalmelinjo, asam, dll), perubahan
bentuk (misal pare, mentimun), perubahan kadar air (misal belimbing
wuluh, jeruk nipis).
3. Pucuk daun, dipanen pada saat perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke
generatif terjadi penumpukan metabolit sekunder, yaitu pada saat berbunga
4. Daun tua, diambil pada saat daun sudah membuka sempurna dan di bagian
cabang yang menerima sinar matahari langsung sehingga asimilasi
sempurna.
5. Umbi, dipanen jika besarnya maksimal dan tumbuhnya di atas tanah
berhenti.
6. Rimpang, diambil pada musim kering dan saat bagian tanaman di atas tanah
mengering.
7. Kulit batang dipanen menjelang kemarau.

Kandungan kimia juga berbeda-beda jika dipanen pada saat yang


berbeda. Berbagai cara dapat ditempuh dalam mengembangbiakkan tanaman
sebagai sumber simplisia diantaranya adalah dengan cara:

a. Pembibitan tanaman dilakukan dengan benih yang berkualitas dan


terstandar
b. Bagian tanaman yang bersifat tumnuh seperti batang seperti: Rheum
palmatum dan Qentiana lulea,
c. Pengembangan pembuahan silang dan mutasi, dengan tujuannya untuk
mendapatkan bibit unggul danberkualitas.

2. Bahan Baku Ekstrak tanaman obat


Ekstrak dapat cairan segar, ekstrak atau rebusan, tingtur, galenik, atau
formula ekstrak kering seperti tablet, kapsul, dan sirup, keduanya seperti obat-
obat tradisional dan modern Sediaan obat dalam bentuk ekstrak (mono
ekstrak) mengandung camapuran senyawa kimia yang kompleks. Masing-
masing komponen senyawa mempunyai efek farmakologis yang berbeda-beda
dengan efek yang ditimbulkan secara keseluruhan. Komponen senyawa aktif
yang terkandung dalam suatu sediaan ekstrak tanaman obat dapat dibedakan
atas:
a. Senyawa aktif utama

28
b. Senyawa aktif sampingan
c. Senyawa ikutan (antara lain: selulosa, amilum, gula, lignin, protein,
lemak).
Keseluruhan senyawa tersebut di atas akan berperan sehingga
menimbulkan efek farmakologis secara keseluruhan baik secra sinergis
maupun antagonis. Golongan senyawa yang aktivitasnya dominan disebut
senyawa aktif utama (hanya pada beberapa sediaan saja dapat diterangkan;
terutama pada senyawa-senyawa aktif yang sudah benar-benar diketahui).
Pengaruh-pengaruh golongan senyawa lain dapat memperkuat atau
memperlemah efek akhirnya secara keseluruhan.

Sediaan ekstrak dapat dibuat pada simplisia yang mempunyai :

1. Senyawa aktif belum diketahui secarapasti.


2. Senyawa aktif sudah dikenal, tetapi dengan isolasi, harganya menjadi lebih
mahal.
3. Senyawa aktif sudah diketahui tetapi dalam bentuk murni tidakstabil.
4. Efektivitas tumbuhan hanya dalam bentuk segar saja, bila telah melalui
proses pengeringan menjadi tidak berefek.
5. Efek yang timbul merupakan hasil sinergisme.
6. Efek samping berkurang bila dibanding dengan bentuk murni Efek tidak
spesifik, hanya efek psikosomatik.
7. Indeks terapetik dalam bentuk campuran relatif lebih lebar bila dibanding
dengan indeks terapi dalam bentuk murni.

Penggunaan ekstrak kering sebagai bahan obat, harus diperhatikan


kelarutannya. Secara sensorik diperlukan uraian tentang warna dan bau (bila
telah dipastikan bahwa sediaan tidak toksik, dapt dilakukan uji rasa). Pada
ekstrak kering diperlukan uraian tentang kecepatan kelarutan; untuk ini derajad
halus partikel memegang peranan penting (diuji dengan berbagai macam
ayakan dan diuji pula banyak nya partikel per satuan luas di bawah
mikroskop).

Sediaan ekstrak dapat dibuat dengan beberapa cara yaitu :

1. Destilasi uap dan pemisahan minyakatsiri

29
2. Destilasi fraksional minyakatsiri
3. Ekstraksi dengan metoda maserasi
4. Ekstraksi dengan metoda Perkolasi
5. Ekstraksi dengan metode Soxhlet.
6. Ekstraksi dengan metoda refluk

Ekstrak cair yang diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan rotari


epavourator sehingga diperoleh ekstrak kental atau kering yang dengan
teknologi farmasi atau formulasi dapat dibuat bentuk-bentuk sediaan ekstrak
seperti misalnya tablet, capsul dan lain-lain.

Beberapa Tanaman obat yang dipergunakan untuk produksi ekstrak total


atau murni yang terstandarisasi sebagai sediaan fitofarmaka dan
dikembangkan menjadi obat modern seprti yang ditunjukkan dalam tabel
berikut ini :

Tabel 3.1 Tanaman untuk produksi ekstrak total atau murni yang
terstandarisasi dan dapat dikembangkan sebagai sediaan
fitofarmaka atau obat modern

No. Tanaman Ekstrak terstandard

1 Aloe sp Ekstrak mengandung 20% hidroksi antrakinon


dihitung sebagai aloin.

2 Atropa belladonna Ekstrak mengandung 1% alkaloid dihitung

sebagai hyoscyamin.

3 Cassia angustifolia Ekstrak mengandung 45% senosida dihitung

sebagai senosid B.

4 Capsicum annum Olearesin mengandung 8-10% capsiccin

5 Centella asiatica Ekstrak mengandung 70% asam triterpen

6 Cephaelis ipecacuanhua Ekstrak mengandung 6% alkaloid dihitung

sebagai emetine

7 Commiphora mukul Distandarisasi dengan ekstrak etil asetat


mengandung 5-7% gugulsteron

30
Resin

8 Digitalis spp Ekstrak total digitalis

9 Glycyrrhiza glabra Ekstrak, total atau murni.

10 Ginco biloba Teborin untuk problem kardiovaskuler

11 Hyoscyamus niger Ekstrak mengandung 1% alkaloidditetapkan

sebagai hyoscyamine.

12 Panax ginseng Ekstrak mengandung 10% saponin dihitung

sebagai ginsenosida Rg 1 (kode senyawa)

13 Valleriana officinalis Ekstrak mengandung 1,3 & dan 0,75%


Valleriana wallichii valepotriats

14 Zingiber officinalis Ekstrak total / oleorisin.

2.6 Macam – Macam Obat Tradisional

Menurut Keputusam Mentri Republik Indonesia 661/Menkes/SK/VII/1994


Tentang Persyaratan Obat Tradisional terdapat bentuk-bentuk sediaan obat
tradisional, antara lain :

a. Rajangan
Sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau
campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan
dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas.
a. Serbuk
Sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang
cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya.
b. Pil

31
Sediaan padat obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa
serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya.
c. Dodol atau Jenang
Sediaan padat obat tradisional bahan bakunya berupa serbuk simplisia,
sediaan galenik atau campurannya
d. Pastiles
Sediaan padat obat tradisional berupa lempengan pipih umum nya berbentuk
segi empat, bahan bakunya berupa campuran serbuk simplisia, sediaan
galenik, atau campuran keduanya.
e. Kapsul
Sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan
bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
f. Tablet
g. Sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaan nya rata
atau cembung, dan terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan.
h. Cairan obat dalam
Sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air, bahan
bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan
sebagai obat dalam.
i. Sari jamu
Cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung etanol.
Kadar etanol tidak lebih dari 1% v/v pada suhu 20º C dan kadar methanol
tidak lebih dari 0,1% dihitung terhadap kadar etanol.
j. Parem, Pilis, dan Tapel
Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau campurannya dan digunakan
sebagai obat luar.
1. Parem adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta atau seperti
bubuk yang digunakan dengan cara melumurkan pada kaki atau tangan
pada bagian tubuh lain.
2. Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.

32
3. Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau seperti
bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada seluruh permukaan
perut.
k. Koyok
Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air yang
dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik, digunakan sebagai
obat luar dan pemakaian nya ditempelkan pada kulit.
l. Cairan obat luar
Sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan baku nya
berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar.
m. Salep atau krim
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan baku nya berupa
sediaan galenik yang larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep atau
krim yang cocok dan digunakan sebagai obat luar.

2.7 Pengelompokan Obat Tradsional Dan Jenis Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Jamu termasuk Obat Tradisional yang dibuat dari bahan atau ramuan dari
tumbuhan, hewan atau mineral dan sediaan sarian atau campurannya yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan norma yang
berlaku di masyarakat. Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi simplisia yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.

1. Pembagian Obat Tradisional :


Obat Tradisional dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan jenisnya; dan
masing masing golongan diberi tanda dengan simbol yang dicantumkan
dalam kemasan; yaitu sbb : golongan-obat-tradisional.
a. Jamu

33
Diberi tanda simbol gambar pohon berwarna hijau. Jamu adalah obat
tradisional berbahan dasar herbal atau tanaman tradisional yang
disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil,
dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun
jamu tersebut serta digunakan secara tradisional.
Jamu telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun
bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan
manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu. Manfaat Jamu
adalah untuk memelihara kesehatan, contoh kunyit asam, jahe manis;
menambah nafsu makan, contoh temulawak, beras kencur.

b. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine) :


Diberi tanda dengan simbol Tiga Bintang. Obat herbal terstandar adalah
sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di
standarisasi.
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak
atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini
pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan
obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

c. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine).


Diberi tanda dengan simbol seperti bunga es atau Salju Berwarna Hijau.
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji
klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang
dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik
pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi
medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.

34
Untuk menghindari hal hal yang tidak diharapkan bahwa informasi
Obat Tradisional harus diperhatikan biasanya berbentuk tulisan yang
berisi keterangan mengenai obat tersebut; dan sekurang-kurangnya harus
berisi :

1. Nama Produk.
2. Nama dan alamat produsen/importir.
3. Nomor pendaftaran/nomor izin edar.
4. Nomor Bets/kode produksi.
5. Tanggal Kedaluwarsa.
6. Netto.
7. Komposisi.
8. Peringatan/Perhatian.
9. Cara Penyimpanan.
10.Kegunaan dan cara penggunaan dalam Bahasa Indonesia.

Pencegahan Untuk Menghindari Bahaya Penggunaan Obat


Tradisional :

1. Gunakan obat tradisional yang sudah memiliki nomor izin edar BPOM.
2. Jangan gunakan obat tradisional bersama dengan obat kimia (resep
dokter).
3. Jika meminum obat tradisional menimbulkan efek yang cepat, patut
dicurigai ada penambahan bahan kimia obat yang memang dilarang
penggunaanya dalam obat tradisional.
4. Selalu periksa tanggal Kedaluwarsa.
5. Kunjungi website Badan POM (www.pom.go.id) untuk mengetahui
obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat pada bagian
“public warning”.

2. Jenis Obat Tradisional


1. Beras Kencur
Sesuai dengan namanya, jamu ini dibuat dari ekstrak atau sari kencur dan
beras. Namun, ditambahkan pula sari jahe dan sari asam. Jamu beras

35
kencur rasanya manis dan segar, cocok untuk diminum anak-anak dan
orang dewasa.
Manfaat jamu ini adalah untuk menambah nafsu makan, menambah
tenaga, menghilangkan pegal-pegal di tubuh.
2. Kunyit Asam
Jamu kunyit asam dibuat dari kunyi dan asam jawa. Selain itu,
ditambahkan juga bahan lain seperti gula merah, temulawak, dan rempah
lain.
Kunyit asam biasanya diminum oleh anak remaja untuk mencerahkan
kulit. Sebab, dalam kunyit terkandung antioksidan yang membantu
meremajakan sel-sel tubuh kita.
3. Pahitan
Pahitan dibuat hanya dari daun sambiloto. Namun, ada juga yang
menambahkannya dengan bahan pahit lainnya seperti brotowali. Sesuai
dengan namanya, jamu ini adalah jamu yang paling pahit dibandingkan
jamu lainnya. Meskipun begitu, jamu ini justru yang paling banyak
manfaatnya.
Jamu pahitan bermanfaat untuk menambah nafsu makan, mengatasi pegal-
pegal, bahkan bisa mencegah risiko diabetes.
4. Kudu Laos
Bahan baku jamu kudu laos ini adalah laos yang ditumbuk dengan aneka
bahan lain kemudian direbus. Rasanya segar dan bisa memberikan efek
hangat dalam tubuh.
Kudu laos ini bisa mengatasi kembung dan meredakan demam, baik bagi
anak-anak maupun orang tua.
5. Temulawak
Jamu temulawak tentu saja dibuat dari temulawak. Namun, ada bahan lain
yang ditambahkan untuk membuat jamu ini. Misalnya seperti asam jawa,
gula aren, daun pandan, dan jinten.
Jamu ini baik diminum anak-anak maupun orang tua, karena bisa
menyembuhkan pusing, mual, dan masuk angin.

36
2.8 Manfaat Obat Tradisional

Selama berabad-abad, berbagai macam obat telah berupaya ditemukan


manusia untuk mengobati berbagai penyakit. Sejak zaman yang paling awal, obat
tradisional yang kebanyakan berupa obat herbal telah digunakan untuk mengobati
penyakit. Misalnya Papirus Ebers, yang disusun di Mesir sekitar abad ke-16 SM,
memuat ratusan obat rakyat untuk berbagai penyakit. Akan tetapi, pengobatan
herbal biasanya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.

Meskipun ada yang berpendapat bahwa obat tradisional atau obat herba
lebih aman daripada obat-obat farmasi modern, obat tradisional bukannya tidak
berisiko. Peringatan dan rekomendasi apa saja yang hendaknya dicamkan
seseorang sewaktu mempertimbangkan pengobatan herbal atau obat tradisional.
Sebelum membahas mengenai risiko obat tradisional, berikut ini adalah beberapa
resep obat tradisional dan fakta pengobatan dari masing-masing resep tersebut
yang berkhasiat untuk mengatasi beberapa jenis penyakit dan mengatasi problem
untuk penampilan pribadi.

1. Kolesterol dan Diabetes


Resep : Rebus daun salam bersama laos lalu minum air rebusan tersebut.
Fakta : Daun salam mengandung flavonoid dan tanin sebagai zat yang mampu
menurunkankan kolesterol. Dapat pula menurunkan kadar gula dalam darah.
Laos mengandung minyak atsiri untuk membantu memperlancar sirkulasi
darah dan proses pengeluaran sisa metabolisme termasuk kolesterol yang
berlebih.
2. Hipertensi
Resep : Konsumsi daun seledri secara teratur
Fakta : Seledri mengandung phthalide yang mampu untuk mengendurkan otot
arteri sehingga menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi dan juga
mengurangi produksi hormon stress Sakit Kepala.
Resep : Minum rebusan air dari jahe, sereh dan ketumbar.
Fakta : Jahe, sereh dan ketumbar mengandung minyak atsiri yang akan
memperlancar peredaran darah juga berfungsi sebagai analgetik untuk
mengurangi sakit di kepala.
3. Batuk

37
Resep : Air jeruk nipis dicampur dengan madu.
Fakta : Jeruk nipis mengandung vitamin C yang dapat memperbaiki ketahanan
tubuh untuk melawan flu. Juga berfungsi sebagai antiseptik yang mampu
membuang racun dalam tubuh.
Madu yang juga berfungsi sebagai antiseptik dan mampu menambah tenaga
untuk mengalahkan penyakit.
4. Luka
Resep : Oleskan madu pada bagian yang terluka
Fakta : Madu mengandung hydrogen peroxide dan gluconic acid yang akan
membunuh bakteri penyebab infeksi dan membantu pertumbuhan sel baru
sehingga luka menjadi cepat sembuh.
5. Mimisan
Resep : Gulung daun sirih yang telah dibersihkan dan masukkan ke dalam
lubang hidung.
Fakta : Daun sirih mampu untuk mengurangi pendarahan, termasuk pada
pendarahan di selaput lendir hidung seperti yang terjadi pada orang yang
mengalami mimisan ini.
6. Bau Mulut
Resep : Rebus daun sirih, cengkeh dan kunyit. Lalu kumur dengan
menggunakan air rebusan tersebut.
Fakta : Daun sirih dan cengkeh mengandung zat antiseptik. Kunyit
mengandung kurkumin yang mampu mengatasi infeksi kuman penyebab bau
mulut.
7. Keputihan
Resep : Rebus daun sirih dan sambiloto.
Fakta : Daun sirih berfungsi sebagai antiseptik. Sambiloto berfungsi sebagai
antiflamasi yang mampu membunuh jamur dan mencegah rasa gatal.
8. Nyeri haid
Resep : Rebus kunyit bersama dengan asam jawa.
Fakta : Kunyit mengandung kurkumin. Asam jawa mengandung fruit acid
yang akan membuat darah haid menjadi lancar dan mengurangi kram perut.
9. Susah Tidur
Resep : Mengoleskan minyak lavender pada bantal atau bawah hidung agar
dapat tercium. Bisa juga dengan minum jus mentimun, pisang dan biji pala.

38
Fakta : Aromaterapi dengan menggunakan bunga lavender membuat seseorang
lebih cepat tidur dengan nyenyak.
Mentimun banyak mengandung vitamin C. Pisang mengandung karbohidrat
dan asam folat yang melancarkan sirkulasi darah. Biji pala mengandung
minyak atsiri yang mempu membuat pikiran menjadi tenang.
10. Bibir Kering
Resep : Oleskan madu pada bibir.
Fakta : Madu berfungsi sebagai antioksidan dan humecant yang dapat
mempertahankan kelembaban, termasuk kelembaban bibir sehingga bibir tidak
menjadi pecah-pecah.
11. Gigi Kusam
Resep : Lumatkan stroberi dan campur dengan setengah sendok teh baking
soda. Oleskan pada gigi, diamkan selama beberapa menit kemudian bersihkan.
Lakukan sesekali saja, karena asam ini dapat mengikis gigi Anda bila
digunakan secara sering.
Fakta : Stroberi mengandung malic acid yang berfungsi sebagai pemutih
alami.
12. Kerutan
Resep : Ambil putih telur dan oleskan pada wajah, gunakan sebagai masker.
Fakta : Putih telur mangandung albumin yang dapat berfungsi sebagai
pelembab dan mengencangkan kulit.
13. Ketombe
Resep : Rendam irisan cabe rawit dalam perasan air jeruk nipis. Oleskan pada
kepala sebelum keramas.
Fakta : Jeruk nipis mengandung vitamin C dan fruit acid. Sedangkan cabe
rawit mengandung kapsaisin yang mampu membunuh bakteri atau jamur
sehingga kulit kepala menjadi bersih.
14. Sengatan Lebah
Resep : Oleskan pasta gigi atau campuran baking soda dan air pada bagian
yang tersengat. Jangan lupa untuk mengeluarkan sengat yang tertinggal pada
tubuh.
Fakta : Pasta gigi dapat menetralkan rasa sakit akibat sengatan. Baking soda
dapat memberi rasa nyaman pada luka sengatan.
15. Kulit Terbakar atau Melepuh

39
Resep : Oleskan lidah buaya pada bagian tubuh yang melepuh.
Fakta : Lidah buaya mengandung mucopolysaccharides yang bermanfaat
sebagai antiseptik dan antiradang sehingga membantu agar kulit yang melepuh
tidak terinfeksi kuman juga mencegah terjadinya kemerahan akibat radang.
Kandungan kolagen pada lidah buaya pencegah terjadinya pembengkakan.
Selain itu, lidah buaya mampu memberi efek dingin yang membantu
mengurangi rasa sakit.

2.9 Pengertian Terapi Herbal

Terapi herbal merupakan pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat


atau produk hewani yang mengandung zat berkhasiat untuk melawan penyakit. Di
Indonesia, tanaman yang digunakan untuk terapi herbal sangat banyak.

Herbalisme juga dikenal sebagai pengobatan penggunaan tumbuhan untuk


pengobatan medis secara herbal, pengobatan herbalherbology, dan phototherapy.
Contoh obat herbal itu antara lain ginseng, kunyit, jahe, kayu manis, bawang
putih, dan temulawak. Terapi ini memang memiliki keuntungan terutama dari
segi ekonomi, tetapi dari keamanan masih harus diteliti lebih lanjut. Di sisi lain,
adanya anggapan bahwa obat herbal ini sangat aman dan tanpa efek samping
harus dikoreksi. Pasalnya, tubuh setiap orang bisa memberikan reaksi berbeda
terhadap pengobatan herbal. Untuk menghindari efek samping yang tidak
diinginkan, perhatikan beberapa tips ini:

a. Tanaman herbal terbaik adalah yang ditanam sendiri atau masih fresh sehingga
kesegaran dan kualitasnya terjaga.
b. Hindari obat herbal yang sudah diolah menjadi bubuk yang dienkapsulasi. Bisa
saja, saat diolah, terjadi oksidasi dari obat tersebut sehingga mengurangi
keefektifan herbal.
c. Pengobatan herbal pada dasarnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menghasilkan efek terapi karena sifatnya yang natural. Bila ada yang
memberikan jaminan kesembuhan dalam waktu singkat, bisa jadi herbal sudah
dicampur zat lain atau obat konvensional.

40
d. Manfaatkan obat herbal untuk tindakan preventif (pencegahan), mengingat
mekanisme kerjanya yang bertahap (tidak instan).
e. jika membeli herbal kemasan, perhatikan kebersihannya karena tidak sedikit
obat herbal yang dikemas tidak higienis. Kontaminasi bakteri, jamur, dan
parasit pun mungkin terjadi.
f. Jangan abaikan komposisi yang tercantum pada kemasan. Waspadai bila
terdapat bahan lain dalam presentasi cukup besar, karena bisa jadi
menimbulkan efek samping. Ini merupakan salah satu “trik” untuk membuat
g. konsumen percaya dengan khasiat yang dipromosikan.
h. Hati-hati bila ada efek samping atau gejala keracunan yang timbul karena
pemakaian tanaman obat yang tidak rasional.

2.10 Konsep pengobatan herbal

a. Sejarah pengobatan herbal


Di catatan sejarah, studi mengenai tumbuh-tumbuhan herbal
dimulai pada 5000 yang lalu pada bangsa Sumerian, yang telah
menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal untuk pengobatan. Orang-
orang Mesir dari 1000 BC menggunakan bawang putih, candu,
minyak jarak, ketumbar, permenwarna nila, dan tumbuh-tumbuhan
herbal lain untuk pengobatan. Dalam dokumen kuno juga
menyebutkan penggunaan tanaman/jamu herbal,vetch,sejenis
tanaman pewangi, gandum, jewawut, dan gandum hitam.
Bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno melakukan penggunaan
tanaman herbal untuk penyembuhan. Sebagaimana tertulis dalam
catatan Hipocrates, terutama Galen praktek bangsa Yunani dan Roma
dalam pengobatan herbal menjadi acuan dikemudian hari. Yunani
dan praktek Hippocrates dengan pola-pola untuk pengobatan barat
yang kemudiannya. Hippocrates menganjurkan pemakaian herbal
yang sederhana, seperti udara yang sehat, segar dan bersih, istirahat
dan diet yang wajar.

41
Penggunaan tanaman berkhasiat obat atau lebih umum dikenal
dengan herbal sebenarnya sudah dilakukan oleh masyarakat. Tetapi
lambat laun tersingkirkan karenapengaruh perkembangan pengobatan
kedokteran yang pesat dan menjadikan herbal sebagai alternatif
pilihan saja. Padahal sejak zaman kerajaan kerajaan di nusantara
waktu lampau sudahbanyak terbukti keampuhan dan khasiat herbal,
dan disamping itu lebih murah meriah dan efek samping yang
ditimbulkan sangat kecil. Tetapi walaupun begitu masih banyak
masyarakat kita yang meragukan khasiat herbal.

b. Manfaat pengobatan herbal


Obat-obatan herbal berfungsi melemahkan racun untuk proses
penyembuhan penyakit pada manusia, yaitu mengendalikan dan
membunuh kandungan racun dalam tubuh manusia. Selain itu obat-
obatan herbal juga dapat membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi)
yang tidak dimiliki tubuh manusia, dengan tujuan melindungi dari
unsur yang merusak organ tubuh. Obat-obatan herbal juga dapat
memperbaiki jaringan tubuh rusak, contohnya bisa menyembuhkan
penyakit kanker, tumor dan jantung. Terapi pengobatan dengan
herbal (tumbuhan berkhasiat) bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel
organ tubuh yang rusak akibat radang dengan penyembuhannya
bersifat permanen.

c. Efek samping pengobatan herbal


Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping
yang sama dengan obat-obatan sintetis atau konvensional. Tubuh
kita tidak bisa membedakan antara pengobatan menggunakan herbal
dengan pengobatan sintetis. Produk obat herbal merupakan bagian-
bagian dari tumbuhan (misalnya akar,daun,kulit,dll) dan mengandung
banyak senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat
penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang merugikan.
Para ahli pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan kombinasi
memiliki efek penyembuhan yang lebih ampuh dibanding dengan
hanya menggunakan satu komponen tumbuhan saja. Kombinasi dari

42
tumbuh-tumbuhan ini memiliki efeksinergi, yang saling melengkapi
dan bahkan menambah daya khasiatnya. Kombinasi ini juga diklaim
dapat mengurangi efek samping. Misalnya dapat mengurangi
keracunan dibanding hanya dengan menggunakan satu jenis herbal.
Namun, secara teoritis, kombinasi zat kimia dalam beberapa jenis
herbal juga bisa berinteraksi untuk membuat ramuan herbal
menjadi lebih beracun daripada menggunakan satu jenis herbal. Efek
samping ini dapat terjadi dalam beberapa cara, misalnya keracunan,
kontraindikasi dengan obat lain, dan lain-lain.

d. Sumber obat tradisional/herbal


Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau
yang memproduksi obat tradisional yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Obat tradisional/herbal buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat
tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita
mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional
yang digunakan untuk keperluan keluarga.
2. Obat tradisional/herbal berasal dari pembuat jamu (Herbalist)
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih
cukup banyak. Saalah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu
gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat
tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari
masyarakat.
3. Obat tradisional buatan industry
Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat
tradisioanl dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar
berdasarkan modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya
obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk
memproduksi obat tradisional. Akan tetapi, pada umumnya yang
berbentuk sediaan modern berupa ektrak baham alam atau fitofarmaka.
Sedangkan industri jamu lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu
yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar

43
yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan modern (tablet, kapsul,
sirup dan lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.

2.11 Macam-macam pengobatan herbal

Berbagai macam pengobatan herbal terdapat dan dikenal di Indonesia. Ada


yang asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari luar negeri. Secara garis besar
ada 4 jenis pengobatan tradisional yaitu :
1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat :
a. Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia
b. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat cina
c. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India
2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan:
a. Pengobatan tradisional atas dasar kepercayaan
b. Pengobatan tradisional atas dasar agama
c. Pengobatan dengan dasar getaran magnetis
3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan :
Akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang
menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (Daun Arthmesia
vulgaris yang di keringkan);
a. Pengobatan tradisional urut pijat
b. Pengobatan tradisional patah tulang
c. Pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)
d. Pengobatan tradisional dengan peralatan benda tumpul.
4. Pengobatan tradisional yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan
pemerintah ;
a. Dukun beranak
b. Tukang gigi tradisional

Jenis obat herbal


Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2
kelompok,yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan

44
semakin berkembangnya teknologi,telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi
yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi
mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan
yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik.
Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan
menjadi 3 , yaitu jamu, obat ekstrak alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)


Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-
bahan tersebut yang belum dibakukkan dan dipergunakan dalam upaya
pengobatan berdasarkan pengalaman.
2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)
Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun
mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung
dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses
produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang
dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra-klinik seperti
standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat,
standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut
maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan
khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang
telah memenuhi persyarakatan yang berlaku.

2.12 Konsep Pengobatan Terapi Herbal


a. Hal hal yang diperhatikan dalam pengobatan terapi herbal
1. Keamanan obat herbal pada umumnya
2. Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman herbal yang
digunakan

45
3. Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem
kardiovaskuler, sistem saraf, hati, ginjal dan kulit;
4. Keamanan obat-obatan herbal untuk pengguna yang rentan,
misalnya: anak- anak dan remaja, lansia, wanita selama kehamilan
dan menyusui, pasien dengan kanker dan pasien bedah;
5. Interaksi yang mungkin terjadi di antara komponen obat herbal
6. Waktu penggunaan yang tepat.

b. Pengembangan obat terapi herbal di Indonesia


1. Obat kelompok kemoterapi, yang mendasarkan kepada zat aktif yang
dalam keadaan murni diisolasi dari tumbuhan. Tujuannya agar dapat
menghasilkan sediaan-sediaan fitoterapik baik dalam bentuk simplisia
ataupun sediaan galenik, yang segera dapat dimanfaatkan dalam
pelayanan kesehatan formal.
2. Pemilihan obat tradisional/herbal yang akan dikembangkan ke arah obat
kelompok fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :
a. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk
penyakit-penyakit yang angka kejadiannya menduduki urutan atas
(pola penyakit).
b. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk
penyakit-penyakit tertentu berdasarkan pengalaman pemakaiannya.
c. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang jarang
atau bahkan merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit tertentu.

2.13 Kelebihan Terapi Penggunaan Obat-Obatan Herbal


1. Tidak ada efek samping yang berbahaya.
Obat farmasi sering menyebabkan reaksi yang merugikan pada pasien yang
membawanya, dan bagian terburuk tentang hal itu adalah bahwa perusahaan
yang memproduksi obat-obatan ini sering melakukannya tanpa menyadari
dari mereka. Salah satu manfaat terbesar yang terkait dengan obat herbal
adalah tidak adanya efek samping. Juga, obat herbal cenderung untuk
menawarkan manfaat jangka panjang dalam hal kesehatan secara
keseluruhan.

46
2. Biaya yang lebih rendah
Keuntungan lain untuk obat herbal adalah biaya. Herbal lebih murah daripada
obat resep. Penelitian, pengujian, dan pemasaran menambah besar biaya obat
resep. Herbal cenderung murah dibandingkan dengan obat-obatan.
3. Ketersediaan
Namun keuntungan lain dari obat-obatan herbal adalah ketersediaan mereka.
Herbal yang tersedia tanpa resep. Kita dapat menanam beberapa herbal yang
sederhana, seperti peppermint dan chamomile, di rumah. Di beberapa bagian
terpencil di dunia, tumbuh-tumbuhan mungkin satu-satunya pengobatan yang
tersedia untuk sebagian besar orang.
4. Keamanan
Obat herbal cenderung berasal diri dari materi tanaman relatif tidak
berbahaya bahwa tubuh manusia dapat dengan mudah dicerna. Obat farmasi,
di sisi lain, terdiri dari berbagai macam produk yang melengkapi senyawa
timbal.
5. Alamiah
Obat herbal adalah produk alami dari dunia dan menggabungkan dengan
sistem kekebalan tubuh kita sendiri untuk membuat proses detoksifikasi.
Prinsip pengobatan timur termasuk ide-ide seperti pentingnya keselarasan
antara pikiran dan tubuh, dan cara terbaik untuk menghasilkan keadaan
seperti itu adalah untuk tetap dalam batas-batas alami. Meskipun senyawa
timbal obat farmasi cenderung alami, mereka sering kali dicampur dengan
variabel sintetis dan buatan yang dapat menyebabkan efek samping yang
merugikan.

2.14 Kekurangan Penggunaan Terapi Obat Herbal

1. Tidak sesuai untuk berbagai kondisi


Untuk kondisi tertentu obat herbal tidak sesuai dengan penyakit yang
mendadak, serius dan kecelakaan. Seorang herbalis tidak akan mampu untuk
mengobati trauma serius, seperti patah kaki, ia juga tidak akan bisa
menyembuhkan radang usus buntu atau serangan jantung secara efektif

47
seperti dokter konvensional menggunakan tes yang modern diagnostik,
pembedahan, dan obat-obatan.
2. Kurangnya petunjuk dosis
Kelemahan lain dari obat herbal adalah risiko yang sangat nyata melakukan
sendiri merugikan melalui dosis sendiri dengan herbal. Meskipun kita dapat
berpendapat bahwa hal yang sama bisa terjadi dengan obat-obatan, seperti
secara tidak sengaja kelebihan dosis obat flu, banyak tumbuh-tumbuhan tidak
disertai dengan aturan pakai. Ada resiko yang sangat nyata dari kelebihan
dosis.
3. Resiko racun yang berhubungan dengan tanaman liar
Herbal yang didapatkan dari alam liar berisiko, jika tidak sembrono, namun
beberapa orang mencoba untuk mengidentifikasi dan memilih tumbuhan liar.
Mereka menjalankan resiko yang sangat nyata meracuni diri mereka sendiri
jika mereka tidak benar mengidentifikasi ramuan, atau jika mereka
menggunakan bagian yang salah dari tanaman.
4. Interaksi Obat
Pengobatan herbal dapat berinteraksi dengan obat. Jika kita mengambil obat
resep secara teratur, seperti antidepresan, obat-obatan herbal dapat
mencampur dengan bahan kimia ini untuk menciptakan efek yang merugikan
bagi kita. Sangat penting untuk mendiskusikan obat dan suplemen herbal
dengan dokter kita untuk menghindari interaksi berbahaya.
5. Kurangnya regulasi
Karena produk herbal tidak diatur secara ketat, konsumen juga menjalankan
risiko membeli herbal berkualitas rendah dan kadang-kadang menyebabkan
masalah. Misalnya, kurangnya pengawasan pemerintah berarti bahwa produk
obat perusahaan herbal ini belum diuji pada berbagai konsumen, dan efek
mereka mungkin tak terduga.

48
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa


bahantumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran
dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk
pengobatan
Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan
di masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Seperti
misalnya akar alang-alang dipergunakan untuk obat penurun panas. Rimpang
temulawak dan rimpang kunyit banyak dipergunakan untuk obat hepatitis.
Batang kina dipergunakan untuk obat malaria. Kulit batang kayu manis banyak
dipergunakan untuk obat tekanan darah tinggi. Buah mengkudu banyak
dipergunakan untuk obat kanker.

49
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan
materi atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan
mahasiswa khususnya mengenai obat herbal, obat tradisional, dan
suplemen herbal.
3.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan
khususnya prodi Keperawatan Universitas Jambi.
3.2.3 Bagi Masyarakat Umum
Sebaiknya lebih memahami dan menerapkan konsep asuhankeperawatan
padapasien dermatitis dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah
komplikas

DAFTAR PUSTAKA

1. Ashutosh Kar, 2009, Farmakognosi dan Farmakobioteknologi, Alih Bahasa : Juli M.,
Winny R.S., Jojor S., Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
2. Astuti, I.P., S.Hidayat dan IBK Arinasa, 2000, Traditional Plant Usage in Four
Villages of Baliage, Tenganan, Sepang, Tigawasa and Sembiran Bali, Indonesia, By
Botanical Garden of Indonesia LIPI All Rights Reserved Printed in Bogor, Indonesia
3. Auterhoff and Kovan, 1997, Identifikasi Obat, (Sugiarso), Penerbit ITB Bandung
Dalimarta S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.Cetakan I. PT.
PustakaPembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.
4. Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Universitas
Indonesia.
5. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka
Cipta.

50
6. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka
Cipta.
7. Lee MK, Moss J, Yuan CS. Herbal medicines and perioperative care. JAMA
2001 ; 286 : 208

51

Anda mungkin juga menyukai