Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMPLEMENTER DASAR
“PENGOBATAN HERBAL”
Dosen Pengampu: Lida Khalimatus., SSiT, M. Kes

Disusun Oleh:

ANIS WATUS SHOLIKAH

202005002

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul “Komplementer Dasar Herbal” ini ditulis untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Psikologi dalam pelayana Kebidanan.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya.

Terima kasih sekali lagi kami ucapkan kepada orang-orang yang telah
bersangkutan dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat
menambah wawasan bagi teman-teman semuanya.

Mojokerto, 20 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I.............................................................................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................................
2.1 Pengertian Obat dan Pengobatan Tradisional..............................................................................
2.2 Jenis dan Sumber Obat Tradisional.............................................................................................
2.3 Pengembangan Obat Tradisional Indonesia...............................................................................
2.4 Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan..................................................................................
BAB III........................................................................................................................
PENUTUP...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

iii
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus


dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan
sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Untuk dapat ikut
meningkatkan pelayanan dan meningkatkan pemerintah dan masyarakat itu
sendiri. Selama ini industri jamu ataupun obat-obat tradisional bertahan tanpa
dukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri farmasi. Sementara iu
tantangan dari dalam negeri sendiri adalah sikap dari dunia medis yang belum
sepenuhnya menerima jamu dan obat tradisional. Merebaknya jamu palsu maupun
jamu yang bercampur bahan kimia beberapa waktu lalu, semakin menambah
keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi jamu dan obat
tradisional sudah lama dilakukan oleh masyarakat. Obat tradisional ini tentunya
sudah diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan perkembangan
kebudayaan bangsa Indonesia.

Obat tradisional di Indonesia sangat besar perananya dalam pelayanan


kesehatan masyarkat di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan.
Karena memang Negara kita kaya akan tanaman obat-obatan . Namun, sayang
kekayaan alam tersebut tampaknya masih belum dimanfaatkan secara optimal
untuk kesehatan. Padahal saat ini biaya pengobatan modern cukup mahal
ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang melanda bangsa ini belum sepenunya
berakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat membuat kemampuan masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal semakin menurun.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Obat dan Pengobatan Tradisional


2. Jenis dan Sumber Obat Tradisional
3. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia
4. Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan
5. Perubahan Sosial dan Budaya

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat dan pengobatan tradisional
2. Untuk mengetahui jenis dan sumber obat tradisional
3. Untuk mengetahui pengembangan obat tradisional
4. Untuk mengetahui regulasi dan perbekalan kesehatan
5. Untuk mengetahui perubahan sosial budaya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat dan Pengobatan Tradisional

Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-
bahan yang diperoleh dari tanaman,hewan atau mineral yang belum berupa zat
murni. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Ditjen POM,1999). Sediaan galenik adalah hasil
ekstrasi bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Obat tradisional sering dipakai untuk pengobatan penyakit yang belum
ada obatnya yang memuaskan seperti penyakit kanker, penyakit viru termasuk
AIDS dan penyakit genertif, serta pada keadaan tidak terjangkau oleh daya beli
masyarakat.

Pengobatan Tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain


dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan
maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia. WHO
menyatakan Pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan
himpunan dari pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan
secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakuakn diagnosis,prevensi dan pengobatan
terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.

2.2 Jenis dan Sumber Obat Tradisional


Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai
tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional
Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok,yaitu obat tradisional atau
jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi,telah
diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga
industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk

3
ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi
dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat
tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu jamu, obat ekstrak
alam dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical bused herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,


hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan
tersebut yang belum dibakukkan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan
berdasarkan pengalaman. Bentuk sediaannya berwujud sebagai serbuk
seduhan,rajangan untuk seduhan,dan sebagainya. Istilah penggunaannya masih
memakai pengertian tradisional seperti galiansingset, sekalor, pegel linu, tolak
angin, dan sebagainya. Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, oil, dan cairan yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan
secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya
cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti
empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh
tahun bahkan mungkin ratusan tahun,telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara langsung untuk tujuan kesehatn tertentu.

2. Ekstrak bahan alam ( Scientific based herbal medicine)

Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak
atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun
mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung
dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses
produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pra-klinik seperti standar
kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanman obat, standar
pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

4
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan


khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
memenuhi persyarakatan yang berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan
pengertian farmakologik seperti diuretic,analgesic,antipiretik,dan sebagainya.
Selama ini obat-obat fitofarmaka yang berada di pasaran masih kalah bersaing
dengan obat paten. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor,antara lain kepercayaan,
standar produksi, promosi dan pendekatan terhadap medis, maupun konsumennya
secara langsung. Fitofarmaka merupkan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar,ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dnegn uji klinik pada
manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya
yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi modern pula.

Tanaman Obat Fitofarmaka yang Prospektif

No Tanaman Obat Bagian Indikasi potensi


tanaman
obat
1. Temulawak Umbi Hepatitis, artritis
(Curcuma
Xantorrhiza
2. Kunyit ( Curcuma Umbi Hepatitis, arthritis, antiseptik
demostica Val )
3. Bawang Putih Umbi Kandidiasis, hiperlipidemia
(Allium sativum
Lynn)
4. Jati Blanda Daun Anti hiperlipidemia
(Guazuma
ulmitblia Lamk)
5. Handeuleum Daun Hemoroid
(Daun ungu)

5
(Gratophyllum
picium Griff
6. Tempuyung Daun Nefrolitiasis, diuretik
(Sonchus arvensis
Linn)
7. Kejibeling Daun Nefrolitiasis, diuretik
(Strobilanthes
cripus BJ)
8. Labu merah Biji Taeniasis
(Cucurbita
moschata Durch)
9. Katuk (Sauropus Daun Meningkatkan produksi ASI
androgynus Merr)
10. Kumis kucing Daun Diuretik
(Orthosiphon
stamineus Benth)
11. Seledri (Apium Daun Hipertensi
graveolena Linn)
12. Pare (Momordica Buah biji Diabetes mellitus
charantia Linn)
13. Jambu biji Daun Diare
(Klutuk) (Psidium
guajava Linn)
14. Ceguk (wudani) Biji Askariasis,oksiurtasis
(Quisqualis indica
Linn)
15. Jambu mede Daun Analgesik
(Anacardium
occidentale)
16. Sirih (Piper betle Daun Antiseptik
Linn)
17. Saga tekik (Abrus Daun Stomatitis attosa

6
precatorius Linn)
18. Sabung (Blumca Daun Analgesik, antipiretik
balsamitera D.C)
19. Benalu the Batang Ahli kanker
(Loranthus spec,
div)
20. Pepaya (Carica Getah daun Sumber papain, Anti malaria,
papaya Linn) biji Kontrasepsi pria
21. Butrawali Batang Anti malaria, Diabetes mellitus
(Tinospora rumphii
Boerl)
22. Pegagan (kaki Daun Diuretika,antishipertensieptic,antikelo
kuda)(Centella id,
asiatica Urban)
23. Legundi (Vitcx Daun Antiseptik
trifolia Linn)
24. Inggu (Ruta Daun Analgesik, antipiretik
graveolens Linn)
25. Sidowajah Daun Antiseptik, diuretika
(Woodfordia
floribunda Salibs)
26. Pala (Myristica Buah Sedatif
fragrans Houtt)
27. Sambilata Seluruh Antiseptik,diabetes mellitus
(Adrographis tanaman
paniculata Nees) daun
28. Jahe (Halia) Umbi Analgesik, Antipiretik, antiinflamasi
( Zingibers
officinale Linn)
29. Delima putih Kulit buah Antiseptik, antidiare
(Punica granalum
Linn)

7
30. Dringo (Acorus Umbi Sedatif
calamus Linn)
31. Jeruk ninja (Citrus Buah Antibatuk.
aurantifolia
Svviqk)

2.3 Pengembangan Obat Tradisional Indonesia


Terdapat 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh dalam upaya
pengembangan obat tradisional tersebut,yakni kearah :

a. Obat kelompok fitoterapi, yang mendasarkan kepada simplisia


(termasuk sediaan galeniknya) yang digunakan sebagai obat.

b. Obat kelompok kemoterapi, yang mendasarkan kepada zat aktif yang


dalam keadaan murni diisolasi dari tumbuhan

Seperti telah disinggung di muka, Departemen Kesehatan menekankan


pengembangan obat tradisional kelompok fitoterapi. Tujuannya agar dapat
menghasilkan sediaan-sediaan fitoterapik baik dalam bentuk simplisia ataupun
sediaan galenik, yang segera dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan
formal.

Dalam hal ini pertama-tama perlu dilakukan pengumpulan data tentang


obat tradisional yang ada dan pernah ada di Indonesia. Kemudian menyeleksi
mana yang perlu dikembangkan dan mana pula yang tidak. Untuk obat
tradisional yang akan dikembangkan, perlu penelitian lanjutan menyangkut
keamanan penggunaan, farmakologi serta khasiatnya secara klinik. Tahap
berikutnya adalah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan sediaan
yang dapat digunakan dan penelitian mutu ditinjau dari sudut teknologi
farmasi. Jika obat tradisional telah mengalami penelitian dan pengembangan
seperti diuraikan diatas dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan medic dan
farmasetik.

8
Pemilihan obat tradisional yang akan dikembangkan ke arah obat
kelompok fitoterapi didasarkan atas pertimbangan :

1. Obat tradisional tersebut diharapkan mempunyai manfaat untuk penyakit-


penyakit yang angka kejadiannya menduduki urutan atas (pola penyakit).

2. Obat tradisional tersebut diperkirakan mempunyai manfaat untuk penyakit-


penyakit tertentu berdasarkan pengalaman pemakaiannya.

3. Obat tradisional tersebut diperkirakan merupakan alternatif yang jarang atau


bahkan merupakan satu-satunya alternatif untuk penyakit tertentu.

2.4 Regulasi Obat dan Perbekalan Kesehatan

Menurut WHO (2001), otoritas regulasi obat adalah lembaga yang


menyusun dan melaksanakan berbagai peraturan mengenai kefarmasian untuk
menjamin keamanan, khasiat, mutu dan kebenaran informasi mengenai obat.
Pengawasan obat merupakan salah satu upaya mengatasi masalah penyalahgunaan
obat yang merupakan masalah kompleks dan harus ditangani secara lintas sektor
dan lintas program. Selain itu, pengawasan obat juga mencakup perlindungan
kepada masyarakat terhadap penggunaan obat yang salah sebagai akibat dari
kekurangtahuan masyarakat serta informasi yang tidak benar,tidak lengkap , dan
menyesatkan.

Dalam melaksanakan regulasi obat perlu diperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

a) Otoritas regulasi obat harus independen dan transparan.


b) Pengawasan yang dilaksanakn nasional, perizinan sarana produksi dan
distribusi,pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi,
pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi,akses laboratorium
pemeriksaan mutu, surveilens pasca pemasaran, uji klinik, serta ekspor dan
impor dan impor obat dan pembekalan kesehatan.
c) Pembentukkan pusat informasi obat di sarana kesehatan dan dinas
kesehatan untuk ontensifikasi penyebaran informasi obat;

9
d) Pengembangan sistem Monitoring Efek Samping Obat Nasional (MESO
Nasional).

Dengan demikian, yang menjadi elemen inti dalam regulasi obat adalah
pengaturan mengenai mutu, keamanan, khasiat, dan informasi obat.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-
bahan yang diperoleh dari tanaman,hewan atau mineral yang belum berupa zat
murni. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Ditjen POM,1999).

Akhir-akhir ini perhatian terhadap obat alami meningkat dengan tajam.


Penelitian mengenai potensi dan khasiat obat alami pun mengalami peningkatan.
Hal ini merupakan sesuatu yang menggembirakan, mengingat potensi kekayaan
alam Indonesia sangat berlimpah. Oleh sebab itu,kita hanya menunggu kemauan
pemerintah dan berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengembangkannya
agar pelayanan kesehatan tidak semata-mata tergantung pada obat-obat modern.

3.2 Saran

Mengenai makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis


Mohon maaf apabila ada kesalah fahaman dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pada pembaca
pada umumnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Universitas


Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta.


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta.


Rineka Cipta.

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Agoes, Azwar. Jacob, T. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta.


EGC

12

Anda mungkin juga menyukai