Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN FIELD LAB

PEMBUATAN OBAT DARI BAHAN ALAM

Disusun oleh :
Vania Aulia Nusanti

Dosen Pengampu:
Drg. Steffi MIfta Fatarizki

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil Field
Lab Pembuatan Obat Dari Bahan Alam ini sesuai dengan waktu yang di tentukan.
Pada Field Lab Pembuatan Obat Dari Bahan Alam ini kelompok kami diberikan tugas untuk
berdiskusikan sebuah Pembuatan Obat Dari Bahan Alam
Dalam penyusunan laporan Field Lab Pembuatan Obat Dari Bahan Alam ini, kami menyadari
sepenuhnya bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Kami menyadari bahwa tanpa
adanya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidaklah mungkin laporan hasil Field Lab
Pembuatan Obat Dari Bahan Alam dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik
2. drg. Puspita Hajardini MDsc selaku dosen pembimbing kelompok 4, atas segala masukan
dan bimbingannya
3. Teman-teman sejawat yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada kami semoga
mendapatkan balasan dari Allah SWT serta Laporan Field Lab Pembuatan Obat Dari Bahan
Alam
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, 17 April 2022

Vania Aulia Nusanti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

1.1. Latar belakang............................................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................6

1.3. Tujuan........................................................................................................................................6

BAB II.............................................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................7

1.1. Macam-macam tanaman obat dan pemanfaatannya....................................................................7

1.2. Tanaman obat yang sudah dimanfaatkan dan sudah melalui uji klinis.....................................11

1.3. Cara ekstraksi senyawa dalam tanaman obat............................................................................16

A. Maserasi.......................................................................................................................................16

D. Reflux dan Destilasi Uap..................................................................................................................17

BAB III..........................................................................................................................................19

PENUTUP.....................................................................................................................................19

1.1. Kesimpulan..............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia memiliki tumbuhan obat dan kekayaan kearifan lokal dengan ribuan etnis yang
tersebar diseluruh nusantara. Keduanya merupakan moral utama dalam mengembangkan
tanaman obat dan obat tradisional khusunya jamu. Jamu digunakan dalam upaya manusia
untuk mengobati, memelihara, dan meningkatkan kesehatan sejak masa nenek moyang
Bangsa Indonesia hingga masa yang sekarang. Di wilayah nusantara, tanaman obat
merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional untuk pengobatan penyakit
dan pemeliharan kesehatan dari abad ke-5 hingga ke-19. Kerajaan di wilayah nusantara;
seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram; telah mencapai beberapa puncak kejayaan
dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, salah satunya adalah produk
masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari tanaman
obat. Banyak jenis tanaman yang digunakan secara tunggal ataupun dalam bentuk ramuan
yang terbukti sebagai bahan pemelihara kesehatan. Pengetahuan tanaman obat yang ada
di wilayah nusantara tersebut bersumber dari warisan pengetahuan secara turun-temurun
dan terus-menerus diperkaya dengan pengetahuan dari luar nusantara, khususnya dari
China dan India.

Penggunaan "obat herbal" dan pengobatan tradisional telah lama dipraktikkan di seluruh
dunia, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang telah maju. Obat
herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan negara maju. Menurut World
Health Organization (WHO) [badan kesehatan dunia], penggunaan obat herbal telah
mencapai hingga 65% dari penduduk negara maju dan 80% penduduk dari negara
berkembang. Faktor pendorong terjadinya penggunaan obat herbal di negara maju adalah
usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronis meningkat,
adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu seperti kanker, dan
semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia.

4
Berawal dari Kebun Koleksi Tanaman Obat di Tawangmangu Karanganyar. Pada
permulaan tahun 1945, R.M. Santoso Soerjokoesoemo memiliki kebun dengan beragam
koleksi tanaman obat di Tawangmangu sebagai upaya untuk meneruskan budaya nenek
moyang. Penggunaan tanaman obat dalam kehidupan sehari-hari merupakan budaya
turun temurun di Indonesia. Sejak April tahun 1948 Lembaga Eijkman mengelola secara
resmi kebun tersebut dengan nama ‘Hortus Medicus Tawangmangu’. Pada tahun 2006
berkembang menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional atau dapat disebut B2P2TOOT.
B2P2TOOT merukapakan unit pelaksana teknis di lingkungan Badan penelitian dan
pengembangan (Balitbang) Kesehatan yang berugas melaksanakan penelitian dan
pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. Berdasarkan hasil penelitian
Widowati, dkk (2014) obat tradisional di 12 provinsi, terdapat beberapa penyakit
degeneratif yang diberikan terapi menggunakan obat tradisional seperti
tentang penggunaan artritis, diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, hiperurisemia
dan obesitas. Obat tradusuibal yang paling banyak diresepkan oleh dokter dari 12

provinsi tersebut adalah ramuan dari B2P2TOOT.


Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat
dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah
mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak
mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat
yang berfungsi mengobati.
Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian,
seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau
ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya.
Obat herbal adalah obat yang bahan bakunya berasal dari tanaman dalam bentuk
simplisia atau ekstrak untuk meningkatkan kesehatan. Obat herbal ini lebih dikenal di
masyarakat sebagai obat tradisional atau “jamu”. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, hal yang dimaksud

5
dengan obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut,
yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah mengelompokkan obat tradisional
yang beredar di Indonesia menjadi tiga jenis, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka.

1.2. Rumusan Masalah


2. apa saja macam macam obat dan pemanfaatannya?
3. Sebutkan tanaman obat yang sudah dimanfaatkan dan sudah melalui uji klinis!
4. Bagainmana cara ekstraksi senyawa dalam tanaman obat?
1.3. Tujuan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam obat dan pemanfaatannya
3. Mahasisma mampu menyebutkan tanaman obat yang udah di manfaatkan dan sudah
melalui uji klinis.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan cara ekstraksi senyawa dan tanaman obat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Macam-macam tanaman obat dan pemanfaatannya

Centella asiatica atau Pegagan dikenal sebagai tanaman brain tonic karena rebusan
daun ataupun herbanya diminum oleh manula untuk mengurangi terjadinya
“pikun”. Pada penggunaan topical mampu menyembuhkan luka dan mencegah
terjadinya keloid.

7
Clinacanthus nutans (Burm.f.)
Lindau)
Atau dandang gendis berfungsi
sebagai mengefektifkan fungsi
kelenjar tubuh, meningkatkan
sirkulasi, peluruh air seni,
penurun panas karena demam,
mengobati disentri

Sambang colok atau


Amaranthaceae Salah satu
tanaman yang merupakan sumber
potensial pewarna antosianin
adalah daun erpa (Aerva
sanguinolenta) yang termasuk ke
dalam suku Amaranthaceae dan
genus Aerva. Daun erpa
berbentuk jantung, bertepi rata,
dan berbulu, warnanya merah-
cokelat atau ungu. Bunganya
berwarna merah atau merah
muda. Ekstrak warna daun erpa
berwarna merah keunguan dan
selama ini digunakan sebagai
pewarna alami.Kandungan yang
terdapat dalam ekstrak daun erpa
adalah senyawa alkaloid, minyak
atsiri, dan flavonoid. Berfungsi
untuk meredakan nyeri haid.

8
Nama local : Ki tolod, daun tolod
(Sunda), kendali, sangkobak
(Jawa).
Tanaman yang berasal dari
Hindia Barat ini tumbuh liar di
pinggir saluran air atau sungai,
pematang sawah, sekitar pagar
dan tempat-tempat lainnya yang
lembab dan terbuka. Ki tolod
dapat ditemukan dari dataran
rendah hingga 1.100 m dpl.
Terna tegak dan tingginya
mencapai 60 cm, bercabang dari
pangkalnya, bergetah putih yang
rasanya tajam dan mengandung
racun sehingga tidak boleh
dikonsumsi lebih dari tiga daun.
Berfungsi sebagai obat luka
seperti sakit gigi.

9
Tanaman cincau hijau perdu
(Premna oblongifolia Merr)
termasuk tanaman tingkat tinggi.
Tanaman ini berbunga
(Angiospermae), menghasilkan
biji (Spermatophyta), dan berbiji
belah (Dicotyledonae), dari suku
jati-jatian (Verbenaceae).
Tanaman cincau termasuk
tanaman asli Indonesia dan
mempunyai nama lain
diantaranya camcao, juju,
kepleng (jawa); camcauh dan
tahulu (sunda). Secara tradisional
daun cincau digunakan sebagai
minuman penyegar yang
berbentuk gel. Sebagian
masyarakat Indonesia juga
menggunakan daun cincau
sebagai obat tradisional.
Penelitian secara in vitro dan in
vivo membuktikan bahwa ekstrak
cincau hijau kapasitas
antioksidan .dan aman
dikonsumsi

P. alliacea atau singawalang


secara tradisional di Indonesia
digunakan sebagai analgetik
antiinflamasi dan sebagai
tanaman obat untuk batuk
berdarah. P. alliaceae dapat
mengurangi lama terapi pada
penderita tuberculosis .
Mengingat cara ekstraksi
menentukan aktivitas antibakteri
maka dilakukan ekstraksi daun
singawalang segar dan kering,
akar dan batang kering secara
maserasi dan ekstraksi panas
(refluks) selanjutnya semua
ekstrak diuji terhadap bakteri
peka dan resisten.

10
1.2. Tanaman obat yang sudah dimanfaatkan dan sudah melalui uji klinis

Ramuan jamu dipilih oleh Komisi Saintifikasi Jamu Nasional. Ramuan disusun
berdasarkan ramuan empiris yang telah dilakukan kajian pustaka sehingga layak untuk
dipergunakan di masyarakat. Tanaman yang digunakan dalam ramuan ini telah
memenuhi kriteria standar oleh Laboratorium B2P2TOOT
1. Ramuan Jamu Saintifik Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di
atas normal (wanita > 6 mg/dL, laki-laki > 7 mg/dL). Asam urat adalah asam yang
berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk
turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang
terdapat pada inti sel-sel tubuh. Tanaman penyusun ramuan jamu saintiβik
hiperurisemia terdiri atas kepel, secang, tempuyung, dan ditambah dengan
temulawak, kunyit, meniran.
2. Ramuan Jamu Saintifik Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 140 mmH
atau tekanan darah diastolik yang lebih tinggi dari 90 mmHg ataupun keduanya.
Hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik),
sehingga sering ditemukan secara kebetulan. Penyakit hipertensi sering disebut
sebagai “silent killer” karena tidak terdapat tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar
selama bertahun-tahun dan kemudian bisa menyebabkan stroke dan berbagai penyakit
jantung. Tanaman penyusun ramuan jamu saintiβik hipertensi terdiri atas seledri,
kumis kucing, pegagan, temulawak, kunyit, dan meniran.
Satu kemasan formula ramuan asam urat terdiri atas:
1) Herba seledri 15 g
2) Herba pegagan 9 g
3) Daun kumis kucing 9 g
4) Rimpang temulawak 9 g
5) Rimpang kunyit 9 g

11
6) Herba meniran 9 g
3. Ramuan Jamu Saintifik Osteoartritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada sendi. Pada umumnya
penderita OA berusia di atas 40 tahun dan populasi bertambah berdasarkan
peningkatan usia. Osteoartritis adalah gangguan yang penyebabnya multifaktorial
antara lain usia, mekanik, genetik, hormonal dan faktor kebudayaan. Penyakit ini
merupakan penyebab utama gangguan muskuloskeletal di seluruh dunia dan menjadi
penyeba ketidakmampuan βisik terbesar kedua setelah penyakit jantung iskemik
untuk usia diatas 50 tahun.
Ramuan ini menggunakan simplisia, yaitu sediaan kering
dari tanaman obat. Formula ramuan OA tersebut adalah sebagai
berikut
1) Biji adas 3 g
2) Daun kumis kucing 5 g
3) Herba rumput bolong 5 g
4) Rimpang temulawak 15 g
5) Rimpang kunyit 15 g
6) Herba meniran 7 g
4. Ramuan Jamu Saintifik Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan nilai
kolesterol di dalam darah melebihi batas normal. Pada kondisi tersebut apabila terjadi
dalam jangka Panjang menyebabkan terbentuknya gumpalan lemak dalam pembuluh
darah sehingga dapat berisiko aterosklerosis. Aterosklerosis berupa penyempitan
pembuluh darah terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata disebabkan oleh karena
kondisi tingginya kolesterol dalam darah. Pada otak, aterosklerosis menyebabkan
stroke, sedangkan Beberapa jenis tanaman telah digunakan secara empiris sebagai
penurun kolesterol darah. Diantara tanaman tersebut sudah dilakukan penelitian
antara lain daun jati belanda, daun jati china, daun teh, herba tempuyung yang
mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai anti kolesterol. pada jantung
menyebabkan penyakit jantung koroner.
Komposisi dari formula ramuan jamu untuk

12
hiperkolesterolemia ringan terdiri dari simplisia sebagai berikut:
1) Daun jati cina 1 g
2) Daun jati belanda 6 g
3) Herba tempuyung 6 g
4) Daun teh hijau 5 g
5) Rimpang temulawak 5 g
6) Rimpang kunyit 4 g
7) Herba meniran 3 g
5. Ramuan Jamu Saintifik Hemoroid
Pengertian dari hemoroid menurut kamus besar kedokteran adalah: “Dilatasi
varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior”.1 Plexus hemoroid
merupakan jalinan pembuluh darah normal yang terletak pada bagian ujung rektum.
Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus ini membesar. Pada dasarnya
hemoroid bukan merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini
menyebabkan keluhan atau penyulit, maka diperlukan tindakan.
Komposisi Ramuan
Daun Ungu 15 g
Daun Duduk 12 g
Daun Iler 9 g
Rimpang Temulawak 3 g
Rimpang Kunyit 3 g
Herba Meniran 3 g
6. Ramuan Jamu Saintifik Hepatoprotektor
Hepar/liver/hati merupakan organ tubuh yang memiliki fungsi
kompleks. Fungsi hati dibagi menjadi empat yaitu:
A. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu
Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. Saluran empedu
mengalirkan, sedangkan kandung empedu berfungsi menyimpan dan
mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.Unsur-unsur
B. Fungsi metabolik

13
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, protein
dan vitamin.
C. Fungsi pertahanan tubuh
Fungsi pertahanan tubuh hati terdiri dari fungsi detoksiβikasi dan fungsi
perlindungan.
D. Fungsi vaskuler hati
Hati menerima 25 % dari total aliran darah yang dipompa oleh jantung. Pada
orang dewasa jumlah aliran darah ke hati bervariasi antara 800 – 1200 cc/menit.
Ramuan jamu untuk mengatasi gangguan fungsi hati yang
tersaintiβikasi terdiri atas rimpang temulawak, rimpang kunyit dan
daun jombang.
Gangguan fungsi hati dengan kadar SGPT-SGOT 2-3 x nilai
normal dapat di diterapi dengan ramuan jamu yang terdiri dari
simplisia sebagai berikut :
1) Rimpang temulawak 28 g
2) Daun jombang 12 g
3) Rimpang kunyit 6 g
7. Ramuan Jamu Saintifik Dispepsia
Gangguan fungsi lambung atau dalam istilah kedokteran biasa disebut dyspepsia
berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys-(buruk) dan peptein-(pencernaan).
Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah perut bagian atas.
Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut
yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah makan,
cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah, dan sendawa.
Ramuan jamu untuk mengatasi gangguan fungsi lambung
terdiri atas simplisia sebagai berikut:
Rimpang kunyit 7 g,
Rimpang jahe 7 g,
Herba sembung 7 g,
Biji jinten hitam 2 g

14
Obat yang berasal dari Tawangmangu merupakan obat yang masih dalam
proses saintifikasi jamu, yaitu penelitian berbasis pel ayanan. B2P2TOOT
masih dalam proses penelitian mengenai ramuan-ramuan obat yang diberikan
dengan melihat hasil atau efek obat dari pelayanan yang diberikan oleh
suatu Fasyankes
yang menggunakan ramuan B2P2TOOT dalam Yankestrad. Terdapat 11 jenis
penyakit yang menggunakan terapi dari ramuan B2P2TOOT yaitu kolesterol,
hipertensi, asam urat, diabetes melitus, ISPA, oste oartritis, asma, alergi,
mialgia, gastritis, dan hemoroid. Komposisi tanaman obat dari tiap-tiap ramuan
berbeda, namun secara keseluruhan ramuan tersebut berasal dari tanaman
obat yang ada di Indonesia. Tanaman-tanaman obat dalam ramuan B2P2TOOT
memiliki fungsi sebagai terapi utama dan terapi suportif karena kinerja senyawa
aktif pada setiap tanaman saling mendukung untuk mendapatkan efek terapi
yang diharapkan.

15
1.3. Cara ekstraksi senyawa dalam tanaman obat
Proses saintifikasi tersebut sangat penting agar penggunaan obat tradi- sional tidak
berdasarkan pengalaman saja tetapi memiliki bukti ilmiah sehingga bisa digunakan dalam
sistem pelayanan kesehatan formal yang modern.

Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional adalah metode ekstraksi.
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi.
Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih dahulu. Ada be-
berapa target ekstraksi, diantaranya (Sarker SD, dkk., 2006):
1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui
2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme
3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara struktural.
Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu sumber tetapi tidak
dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya dua jenis dalam marga
yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam kondisi yang ber- beda. Identifikasi
seluruh metabolit sekunder yang ada pada suatu organisme untuk studi sidik jari kimiawi dan
studi metabolomik.
Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai
berikut :
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan penggilingan
bagian tumbuhan.
2. Pemilihan pelarut
3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.
4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.
5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petrole- um eter, kloroform, dan sebagainya.

Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

16
A. Maserasi

Maserasi merupakan metode seder- hana yang paling banyak digunakan. Cara ini
sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri.(Agoes,2007). Metode ini
dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan ban- yak
waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa
senyawa hilang. Selain itu, beberapa sen- yawa mungkin saja sulit diekstraksi pada
suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya sen-
yawa-senyawa yang bersifat termolabil.

B. Perlokasi

Pada metode perkolasi, serbuk sam- pel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pela-
rut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada
bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut
baru. Sedangkan kerugiannya ada- lah jika sampel dalam perkolator tidak ho- mogen
maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga
membutuhkan banyak pelarut dan me- makan banyak waktu.

C. Soxhlet

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat
digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah
kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di
bawah suhu reflux. Ke- untungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu,
sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehing- ga tidak membutuhkan
banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiann- ya adalah senyawa yang
bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang di- peroleh terus-menerus
berada pada titik didih.

17
D. Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, sampel di- masukkan bersama pelarut ke dalam labu yang
dihubungkan dengan kondensor. Pel- arut dipanaskan hingga mencapai titik did- ih.
Uap terkondensasi dan kembali ke da- lam labu.
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi
minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap
terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak sal- ing bercampur)
ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Keru- gian dari kedua
metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (Seidel V
2006).

18
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Indonesia memiliki banyak koleksi tanaman obat herbal yang memiliki banyak
manfaat untuk Kesehatan. Setiap tanaman obat memiliki kandungan metabolit
sekunder yang mampu memberikan efek terapi, akan tetapi diperlukan
kandungan dari tanaman lain untuk mendukung efek terapi yang diinginkan.
Tanaman obat herbal yang memiliki manfaat antara lain pegagan yang berfungsi sebagai
peluruh air seni, sambang colok yang berfungsi sebagai mengatasu nyeri haid, dandag
gendhis yang berfungsi sebagai kencing manis, dan singawalang yang berfungsi sebagai
antiinflamasi. Tanaman obat herbal bisa juga diracik menajdi ramuan yang disebut
dengan jamu, ramuan ini harus melewati proses saintifikasi jamu agar aman dikonsumsi
masyarakat. Ramuan jamu dipilih oleh Komisi Saintifikasi Jamu Nasional. Ramuan
disusun berdasarkan ramuan empiris yang telah dilakukan kajian pustaka sehingga layak
untuk dipergunakan di masyarakat. Tanaman yang digunakan dalam ramuan ini telah
memenuhi kriteria standar oleh Laboratorium B2P2TOOT
1. Ramuan Jamu Saintifik Hiperurisemia
2. Ramuan Jamu Saintifik Hipertensi
3. Ramuan Jamu Saintifik Osteoartritis
4. Ramuan Jamu Saintifik Hiperkolesterolemia
5. Ramuan Jamu Saintifik Hemoroid
6. Ramuan Jamu Saintifik Hepatoprotektor
7. Ramuan Jamu Saintifik Dispepsia

Agar tanaman obat dapat dikonsumsi, senyawa tanaman obat harus di ekstraksi dengan
berbagai macam cara seperti maserasi, perlokasi, reflux, destilasi uap

19
DAFTAR PUSTAKA

Puspita, D. I. (2013). UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG


GENDIS (Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau) PADA MENCIT.
Ramadhan, M. R., & Zettira, O. Z. (2017, Maret). Aromaterapi Bunga Lavender (Lavandula
angustifolia) dalam Menurunkan Risiko Insomnia. Majority, 6(2).
Bardunasar, A., & Santoso, H. B. (2016). TUMBUHAN LIAR BERKHASIAT OBAT. Lombok,
Nusa Tenggara Barat: FORDA PRESS.
Mulyani, Y. S. (2012, Maret). AKTIVITAS ANTI BAKTERI SINGAWALANG (Petiveria
alliaceae) TERHADAP BAKTERI YANG RESISTEN DAN PEKA TERHADAP
ANTIBIOTIK. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, 14(1), 22-30.
Wulandari, D. (2017). ENGARUH EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia
MERR) TERHADAP KADAR HDL, LDL DAN KOLESTEROL TOTAL SERUM
DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) HIPERKOLESTEROLEMIA.
Sari, K. P., Aini, S. R., & Hanifa, N. I. (2020). TANAMAN OBAT PADA RAMUAN
B2P2TOOT DI PUSKESMAS PEJERUK AMPENAN KOTA MATARAM. Jurnal
Kedokteran, 9(4), 300-306.
Mukhriani. (2014). EKSTRAKSI, PEMISAHAN SENYAWA, DAN IDENTIFIKASI
SENYAWA AKTIF. Jurnal Kesehatan, 8(2).
Dra. Lucie Widowati, M. A. (2017). JAMU SAINTIFIK SUATU LOMPATAN ILMIAH
PENGEMBANGAN JAMU. Tawangmangu: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional.

20
21

Anda mungkin juga menyukai